KIMIA ANALITIK
OLEH:
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, diktat Penuntun
Praktikum Kimia Analitik dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penuntun praktikum ini
dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai pegangan bagi mahasiswa Jurusan Ilmu dan
Penuntun praktikum ini disusun dengan tujuan untuk memberikan petunjuk kepada
penelitian yang berhubungan dengan penyelesaian studi ataupun tugas penelitian lainnya.
Penuntun ini akan diuji-cobakan kepada mahasiswa dan apabila praktikum ini dalam
pelaksanaanya tidak mencapai sasaran yang diinginkan maka penuntun ini akan
disempurnakan kemudian.
Kami sadar sepenuhnya bahwa diktat ini masih banyak kekurangannya dan dengan
segala kerendahan hati, untuk tujuan penyempurnaan tersebut kami membutuhkan kritik dan
saran membangun dari semua pihak untuk penerbitan berikutnya. Besar harapan kami
mudah-mudahan diktat penuntun ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
I. ASIDI ALKALIMETRI……………………………………………………. 1
V. KOMPLEKSOMETRI ………………………………………………………. 22
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Mahasiswa berpakaian sopan, tidak: oblong/t-shirt, baju ketat, sandal jepit pada
waktu mengikuti praktikum.
2. Pada saat praktikum wajib mengenakan jas lab dan membawa penuntun praktikum
3. Pada waktu praktikum semua handphone harus dalam keadaan mati/silent.
4. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan alat-alat maupun ruangan laboratorium selama
mengikuti praktikum
5. Keterlambatan masuk praktikum hanya diijinkan maksimal 15 menit dari jadwal.
Lewat dari batas tersebut mahasiswa boleh masuk tapi tidak mendapat presensi
kecuali dengan alasan yang jelas dan tepat.
6. Tidak diperkenakan melakukan keributan di Laboratorium dalam bentuk apapun
selama praktikum.
7. Bila berhalangan, maka mahsiswa diwajibkan memberi keterangan tertulis/surat
keterangan dokter. Surat keterangan tersebut harus diserahkan selambat-lambatnya
sebelum praktikum dimulai. Bila tidak, dianggap tidak tidak ikut praktikum dan pada
sesi tersebut diberi nilai nol.
8. Bagi mahasiswa yang berhalangan diberikan satu kali waktu praktikum khusus setelah
semua percobaan selesai dengan sepengetahuan dan seijin dosen pengampu mata
kuliah ini.
9. Mahasiswa wajib membuat laporan sementara yang diberi paraf/Acc oleh
dosen/asisten dosen
10. Laporan Praktikum disetorkan paling lambat 1 minggu setelah praktikum dilakukan
yang sesuai dengan topik yang dipraktikumkan atau sebelum praktikum selanjutnya
dilakukan.
11. Penilaian praktikum meliputi
a. Pre/post- test (30 %)
b. Praktikum harian (70%)
iv
FORMAT LAPORAN
I. PENDAHULUAN
II. TUJUAN
IV. METODELOGI
4.1. Bahan-bahan
4.2. Alat-alat
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
v
PRAKTIKUM I
ASIDI ALKALIMETRI
I. PENDAHULUAN
1.1. TEORI
Dasar titrasi asam-basa adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara ion H+ (H3O)+
dari asam dengan ion OH- dari basa yang akan membentuk air. Sebagai contoh reaksi antara
NaOH dengan HCl:
Asam : HCl H+ + Cl
H+ + H2O H3O+
Asidimetri adalah titrasi larutan basa dengan larutan baku asam. Alkalimeri adalah titrasi
larutan asam dengan larutan baku basa.
Indikator asam-basa pada umumnya adalah senyaw organic yang bersifat asam atau
basa lemah dan dalam larutan mengalami ionisasi sbagai berikut:
Hin H+ + In-
Bila hanya salah satu bentuk-bentuk itu yang berwrna tertentu disebut indicator satu wrana,
misalnya timoolftalein (tak berwarna-biru), fenolftalein (tak berwarna-merah), bila kedua
1
bentuk itu mempunyai warna yang berbeda disebut indicator dua warna, misalnya metal
orange (merah-orange), metal merah (merah-kuning) dan banyak lainnya. Pada titrasi asam
basa indicator yang dipilih harus dapat berubah warna tepat pada saat titik ekivalen tercapai.
Bobot ekivalen
Bobot ekivalen untuk reaksi netralisasi didefinisikan sebagai berikut : satu ekivalen
asam/basa adalah banyaknya asam/basa yang dapat melepaskan satu mol H+ atau OH-
Misalnya:
1. HCl H+ + Cl-
1.2. TUJUAN:
2
III. CARA KERJA
a. Pembakuan larutan NaOH
1. Pipet 10 ml larutan bku asam oksalat dengan pipet volume yang kering dan bersih,
kemudian masukkan larutan ke dalam ndicator .
2. Tambahan 2-3 tetes indicator fenolftalein
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tak berwarna
menjadi merah muda
4. Catat volume NaOH yang digunakan
5. Ulangi pekejaan di atas sekali lagi
6. Hitung normalitas rata-rata NaOH sampai empat angka di belakang koma
b. Menentukan kadar sampel
1. Pipet 10 ml larutan sampel dengan pipet volume yang kering dan bersih, kemudian
masukkan larutan ke dalam Erlenmeyer
2. Tambahkan 2-3 tetes indicator fenolftlein
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tak berwarna
menjadi merah muda
4. Catat volume NaOH yang digunakan
5. Ulangi Pekerjaan di atas dua kali lagi
6. Hitung kadar rata-rata sampel sampai dua angka di belakang koma dalam satuan
gram/100 ml (% b/v)
3
LEMBAR PENGAMATAN
PRAKTIKUM I: ASIDI ALKALIMETRI
Nama :
NIM :
Tanggal :
1. Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
II
III
II
III
Hitung: Kadar asam asetat dlam percobaan I,II dan III dalam gram/100ml
Kadar-rata-rata asam asetat dalam gram/100ml
Paraf Dosen Pengawas
4
PRAKTIKUM II
PERMANGANOMETRI
I. PENDAHULUAN
1.1. TEORI
Permanganometri adalah salah satu contoh titrasi oksidimetri, yaitu titrasi yang
berhubungan dengan reaksi oksidasi-reduksi. Titrasi permanganometri adalah titrasi yang
menggunakan oksidator KmnO4 sebagai larutan baku. Biasanya titrasi dengan KmnO4
dilakukan dalam suasana asam dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
MnO4- + 8H+ + 5 e Mn 2+ + 4 H2O
Untuk mengasamkannya digunakan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak mudah
teroksidasi dan juga tidak sebagai oksidator.
Bobot ekivalen
Bobot ekivalen dari reaksi redoks didefinisikan sebagai berikut: bobot ekivalen suatu
oksidator/reduktor adalah jumlah perubahan bilangan oksidasi dari semua olume yang ada
dalam suatu molekul oksidator/reduktor. Jadi untuk reaksi KmnO4 di atas 1 ek. KmnO4 = 1/5
mol KMnO4.
Kalium permanganat tidak dapat digunakan sebagai larutan baku primer karena sukar
didapatkan dalam keadaan murni dan hampir selalu bercampur dengan MnO2, mudah
tereduksi oleh reduktor organik yang ada dalam air suling. Oleh karena itu kalium
permanganat harus dibakukan yang biasanya dilakukan dengan larutan baku primer asam
oksalat. Reaksi redoks antara asam oksalat dengan KMnO4 dalam suasana asam adalah
sebagai berikut:
Reduksi : MnO4- + 8 H+ + 5 e Mn 2+
+ 4 H2O X2
Oksidasi : C2O4 2- 2 CO2 + 2 e X5
5
Reaksi di atas dalam suasana netral atau basa dan dingin akan berjalan lambat. Untuk
mempercepat reaksi, disamping membuat dalam suasana asam juga dibuat dalam suasana
panas (60 – 70OC). kalau reaksi berjalan di atas 80OC, maka KMnO4 akan terurai menjadi
MnO2.
Pada titrasi menggunakan KMnO4 mula-mula larutan nerwarna violet (merah muda
untuk larutan encer) dan setelah reaksi sempurna larutan akan tidak berwarna, oleh karena itu
titrasi dengan KMnO4 tidak memerlukan indicator khusus karena KMnO4 disamping sebagai
2+
oksidator juga berfungsi sebagai indicator (autoindikator). Disamping itu Mn bertindak
pula sebagai katalisator yang menyebabkan semakin lama reaksi semakin cepat. Reaksi
KMnO4 dalam suasana asam dengan F2SO4 dapat terjadi seperti reaksi berikut:
MnO4 - + 8 H+ + 5 Fe 2+ Mn 2+ + 4 H2O + 5 Fe 3+
Jadi 1 ek. Fe SO4 = 1 mol
1.2. TUJUAN:
a. Cara pembuatan larutan asam oksalat (cara sama dengan prsoedur di praktikum 1)
b. Cara membuat larutan KmnO4
Timbang pada neraca teknis kira-kira 3,35 gram KmnO4, larutkan dengan 1 liter air
suling. Larutan dididihkan selama 30 menit, lalu didinginkan. Saring larutan dengan
glasswool, lalu larutan disimpan dalam botol berwarna gelap pada tempat yang gelap.
7
LEMBAR PENGAMATAN
PRAKTIKUM II: PERMANGANOMETRI
Nama :
NIM :
Tanggal :
1. Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
II
III
II
III
Hitung: Kadar asam askorbt dalam percobaan I,II dan III dalam gram/100ml
Kadar-rata-rata asam askorbat dalam gram/100ml
Paraf Dosen Pengawas
8
PRAKTIKUM III
IODOMETRI
1. Pendahuluan
1.1. Teori
Dasar teori iodo-iodimetri adalah reaksi oksidasi reduksi atau redoks. Yang digunakan
sebagai oksidator dapat berupa larutan iodium dalam air atau dapat pula suatu campuran
pereaksi yang menghasilkan iodium bebas. Iodium yang bebas ini dapat dititrasi dengan suatu
reduktor misalnya larutan natrium thiosulfat. Iodium sedikit larut dalam air, tetapi mudah
larut dalam KI, karena akan terbentuk ion kompleks triodida (I3).
I 2- + I- I3 –
Baik I2 maupun I3- merupakan oksidator yang cukup kuat, tetapi kurang kuat dibandingkan
dengan kalium permanganate atau kalium bikromat. Pada titrasi langsung menggunakan
larutan I2 dalam KI yang menghasilkan ion yang reaktif yaitu triodida. Semua reaksi yang
berhubungan dengan iodium sebaiknya ditulis dengan I3-. Contohnya :
Jadi 1 ek I2 = ½ mol
9
Sebagai larutan primer dalam titrasi iodometri banyak digunakan campuran larutan KI
dengan KIO3 karena campuran ini sangat stabil dan bila ditambahkan asam dihasilkan iodium
yang dapat dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat. Reaksinya sebagai berikut :
6- 3I2 + 2e (Oksidasi)
Disamping larutan kalium iodidat (KIO3) dapat pula digunakan kalium bikromat (K2Cr2O7)
sebagai larutan baku primer. Dalam suasana asam kalium bikromat direduksi oleh ion iodida
menjadi garam kromi yang berwarna hijau.
Reaksinya :
6 I- 3 I2 + 6e (Oksidasi)
Larutan iodium dalam air yang mengandung KI berwarna kuning sampai coklat, oleh karena
itu pada titrasi larutan yang berwarna, iodium disamping sebagai oksidator, dapat pula
berfungsi sebagai indicator. Tetapi untuk memperjelas perubahan warna dapat digunakan
larutan amilum yang dengan ion iodium memberikn warna biru. Pada pemakaian indicator
amilum perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Indikator amilum tidak dapat digunakan dengan asam kuat (pH kecil) karena mudah
terhidrolisa.
2. Indikator amilum pada titrasi tidak boleh ditambahkan pada permulaan titrasi (pada
waktu konsentrasi I2 masih banyak), karena I2 dengan amilum dapat membentuk
senyawa kompleks yang sukar larut. Karena itu penambahan indikator amilum baru
boleh dilakukan bila sudah mendekati titik akhir titrasi.
1.2. Tujuan
Buat adonan 1 gram amilum dengan sedikit air, kemudian dilarutkan dalam 100 mL air
mendidih, didihkan selama 1 menit, kemudian didinginkan dan ditambahkan 2 – 3 gram
KI, campurkan sampai homogen.
Timbang dengan teliti 4,9 gram K2Cr2O7 menggunakan neraca analitik, masukkan ke
dalam labu ukur 1 liter, tambahkan air sampai tepat garis tanda. Hitung normalitas
larutan ini sampai empat angka dibelakang koma.
Timbang dengan neraca teknis 25 gram Na2S2O3.5H2O, lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 1 liter. Tambahkan air suling dingin yang sudah didihkan sampai volumenya tepat
pada garis tanda. Kocok sampai homogen dan tambahkan 3 tetes kloroform atau 10 mg
HgI2 (sebagai stabilisator) dan disimpan pada tempat yang gelap.
3. Cara Kerja
3. Bilas dinding erlenmeyer dengan air suling, diamkan selama 5 menit, bilas tutup
erlenmeyer.
4. Titrasi dengan latutan natrium thiosulfat sampai larutan hijau kekuningan (dekat titik
akhir titrasi), tambahkan 1 mL larutan amilum dan teruskan titrasi sampai larutan
berwarna hijau.
11
5. Baca volume larutan natrium thiosulfat yang digunakan
2. Titrasi dengan larutan natrium thiosulfat sampai warna larutan kuning muda (dekat
titik akhir titrasi, jangan sampai warna kuning hilang).
3. Tambahkan 1 mL larutan amilum dan teruskan titrasi sampai warna biru tepat
hilang.
6. Hitung kadar rata-rata larutan sampel sampai dua angka dibelakang koma dalam
satuan gram/100 mL (% b/v)
12
LEMBAR PENGAMATAN
PRAKTIKUM III : IODOMETRI
Nama :
NIM :
Tanggal :
1. Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
Berat K2Cr2O7 :
Volume K2Cr2O7 :
II
III
II
III
Hitung: Kadar sampel (I2) dalam percobaan I,II dan III dalam gram/100ml
Kadar-rata-rata sampel (I2) dalam gram/100ml
Paraf Dosen Pengawas
13
PRAKTIKUM IV
ARGENTOMETRI
1. Pendahuluan
1.1. Teori
Titrasi pengendapan adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan. Salah
satu jenis titrasi ini adalah argentometri, yaitu titrasi dengan menggunakan larutan argentum
nitrat untuk menentukan kadar halogenida. Argentum nitrat dengan garam halogenida akan
membentuk endapan argentum halogenida (AgX)
X = halogenida
a. Metode Mohr
b. Metode Fajans
Metode Mohr
Titrasi ini menggunakan indikator K2CrO4. Titik akhir titrasi ditunjukkan oleh
terbentuknya endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Mula-mula ion Ag- yang
ditambahkan akan bereaksi membentuk endapan yang berwarna putih untuk AgCl, kuning
muda untuk AgBr dan kuning untuk AgI. Apabila ion halogen praktis sudah habis bereaksi di
dalam larutan, maka kelebihan ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO42- dan membentuk
endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
14
Metode Fajans
Dalam titrasi ini digunakan indikator adsorpsi yaitu fluorescein. Titik akhir titrasi ditunjukkan
dengan perubahan warna endapan yang mula-mula putih menjadi merah muda. Hal ini terjadi
karena mula-mula ion Ag+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion halogen membentuk
endapan koloidal yang warnanya sesuai dengan warna ion halogennya. Koloid ini akan
mengabsorpsi ion halogen yang masi hada dalam larutan sehingga partikel-partikel koloid ini
bermuatan negatif yang menyebabkan fluorescein yang juga bermuatan negatif tidak akan
diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid. Bila ion halogen sudah habis bereaksi dengan ion
Ag+, kelebihan sedikit ion Ag+ akan menyebabkan koloid bermuatan positif dan hal ini pada
akhirnya menyebabkan fluorescein akan teradsorpsi oleh partikel-partikel koloid yang
menyebabkan warna merah muda. Warna merah muda ini akan lebih jelas terlihat bila
endapan Ag+ halogenida tetap dalam keadaan koloid. Untuk tetap mempertahankan keadaan
koloid ini perlu ditambahkan larutan amilum sebagai pelindung.
Metode Volhard.
Pada metode ini ke dalam larutan sampel yang akan dianalisis ditambahkan larutan
baku AgNO3 berlebih dan kelebihan AgNO3 dititrasi kembali dengan larutan thiosianat dan
sebagai indikator digunakan garam feri ammonium sulfat.
Pada titik akhir titrasi terjadi perubahan yaitu berubahnya warna larutan menjadi berwarna
merah karena terbentuknya kompleks antara besi (III) dengan thiosianat.
Bobot ekivalen
15
3.1. Tujuan
Timbang sekitar 5,8460 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian masukkan ke
dalam labu ukur 1 lite dan dilarutkan dengan air sampai tepat garis tanda. Hitunglah
konsentrasi laruta tersebut sampai empat angka di belakang koma.
Timbang dengan neraca teknis 17 gram AgNO3 dan dilarutkan dalam 1 liter air suling.
Simpan larutan dalam tempat yang gelap.
5. Cara Kerja
1. Metode Mohr
a) Pipet 10 ml larutan NaCl dengan pipet volumen yang kering dan bersih dan
masukkan ke dalam erlenmeyer.
c) Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah bata yang
tidak hilang setelah dikocok.
16
2. Metode Fajans
a) Pipet 10 ml larutan NaCl dengan pipet volumen yang kering dan bersih dan
masukkan ke dalam erlenmeyer.
b) Tambahkan 5-10 tetes larutan fluorescein dan 1 ml larutan amilum, lalu kocok.
c) Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai endapan koloid berubah warna menjadi
merah muda.
1. Metode Mohr
a) Pipet 10 ml larutan sampel dengan pipet volume yang kering dan bersih dan
masukkan ke dalam erlenmeyer.
c) Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah bata yang
tidak hilang setelah dikocok.
f) Hitung kadar rata-rata larutan sampel sampai dua angka dibelakang koma
dalam satuan gran/100 ml.
2. Metode Fajans
a) Pipet 10 ml larutan sampel dengan pipet volumen yang kering dan bersih dan
masukkan ke dalam erlenmeyer.
b) Tambahkan 5-10 tetes larutan fluorescein dan 1 ml larutan amilum, lalu kocok.
17
c) Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai endapan koloid berubah warna menjadi
merah muda.
f) Hitung kadar rata-rata larutan sampel sampai dua angka di belakang koma
dalam satuan gram/100 ml.
18
LEMBAR PENGAMATAN
PRAKTIKUM IV : ARGENTOMETRI
Nama :
NIM :
Tanggal :
1. Menentukan normalitas larutan baku primer NaCl
Berat NaCl :
Volume NaCl :
a. Metode Mohr
II
III
b. Metode Fajans
Indikator yang digunakan:
19
Data penentuan normalitas AgNO3
II
III
Metode Mohr
Indikator yang digunakan:
Perubahan warna yang terjadi:
Data penentuan kadar sampel
Percobaan Volume sampel Volume AgNO3
II
III
Hitung: Kadar sampel dalam percobaan I,II dan III dalam gram/100ml
Kadar-rata-rata sampel dalam gram/100ml
Metode Fajans
Indikator yang digunakan:
Perubahan warna yang terjadi:
20
Data penentuan kadar sampel
Percobaan Volume sampel Volume AgNO3
II
III
Hitung: Kadar sampel dalam percobaan I,II dan III dalam gram/100ml
Kadar-rata-rata sampel dalam gram/100ml
21
PRAKTIKUM V
KOMPLEKSOMETRI
I. PENDAHULUAN
1.1. TEORI
Dalam analisa ndicator yang dimaksud dengan titrasi kompleksometri adalah
titrasi yang berdasarkan pembentukan senyawa kompleks. Sejumlah senyawa organik dapat
membentuk kompleks dengan ion-ion logam, terutma senyawa organik yang mengandung
nitrogen yang bersifat basa. Senyawa-senyawa pembentuk kompleks disebut komplekson
atau ligand. Untuk analisa volumetri dipilih komplekson yang dapat membentuk kompleks
secara kuantitatif. Banyak sekali senyawa-senywa yang dapat dijdikan komplekson untuk
titrasi volumetri, misalnya:
EDTA : Etilene Diamine Tetra Acetic acid, yang disebut juga komplekson III atau titriplex
III
NTA : Nitrilo Tri Acetic acid atau komplexon I
DCTA : 1,2- Diaminocyclohexane-NNN’N’-Tetra Acetic acid atau komplexon IV
Yang banyak digunakan dalam volumetri adalah EDTA. Rumus molekul EDTA
adalah H4C10H12O8N2, merupakan asam bebasa empat sehingga sering ditulis sebagai H4Y.
Sebagai asam lemah, EDTA mengalami ionisasi bertahap elepas ion hidrogen satu persatu.
Yang digunakan sebagai komplekson adalah garam dinatriumnya (Na2 H4C10H12O8N2 atau
Na2H4Y).
Di dalam air, garam ini terionisasi menghasilkan ion:
Na2H2Y 2 Na+ + H2Y2-
Kompleks logam-EDTA adalah kompleks 1:1, artinya satu ion logam selalu mengikat satu
ion EDTA. Reaksinya dengan kation-kation adalah sebagai berikut:
M2+ + H2Y2- MY2- + 2H+
M3+ + H2Y2- MY- + 2H+
M4+ + H2Y2- MY + 2H+
M5+ + H2Y2- MY+ + 2H+
Mn+ + H2Y2- MY(n-4) + 2H+
Disini terlihat bahwa setiap mol logam bereksi dengan 1 mol EDTA, dimana selalu
dilepaskan 2 mol H+. hal ini mengakibatkan konsentrasi ion hidrogen makin besar (Ph makin
22
kecil) dan konsentrasi ion loga makin kecil(Pm makin besar). Untuk mengatasi agar Ph tidak
turun terus maka ke dalam larutan dapat ditambahkan lrutan buffer (biasanya buffer salmiak).
Pada titrasi dengan EDTA ini titik akhir titrasi ditunjukkan dengan pemakaian
indicator yang sensitive terhadap perubahan Pm. Indikator yang umum digunakan adalah
EBT (Erio Black T). kompleks logam-EBT adalah kompleks 1:1. Indikator ini mempunyai
rumus molekul NaH2C20H10O7N3S atau disingkat dengan NaH2In yang dalam air terionisasi
memberikan ion berwarna:
H2In- Hin2- In3-
Ph ,3-7,3 (biru) Ph 10,5-12,5 (orange-kuning)
pada Ph 7-11 warna indicator biru tetapi apabila ditambahkan ion logam warnanya akan
berubah menjadi merah anggur karena terbentuk kompleks logam-indikator.
Mn+ + Hin2- Min- + H+
(biru) (merah anggur)
Syarat yang diperlukn agar indicator itu dapat digunakan adalah bahwa stabilitas komplk
logam-indikator harus lebih kecil dari stabilitas logam-EDTA, sehingga pada titrasi dapat
terjai reaksi berikut substitusi:
Min- + H2Y2- MY2- + Hin2-
(merah anggur) (biru)
Akibatnya pada titik ekivalen semua logam bereaksi dengan EDTA atau jumlah mol logam
sama dengan jumlah mol EDTA
1.2. TUJUAN:
23
Timbang dengan neraca teknis 37.7 gram EDTA dan larutkan dalam 1 liter air suling (air
yang benar-benar bebas dari ion-ion logam polivalen)
d. Cara membuat larutan baku primer ZnSO4
Timbang dengan teliti menggunakan neraca analitik sekitar 28,75 gram ZnSO 4.7H2O,
masukkan ke dalam labu ukur 1 liter, tambahkan air suling sampai tepat garis tanda.
Hitung normalitas larutan ini sampai empat angka di belakang koma.
24
LEMBAR PENGAMATAN
PRAKTIKUM V: KOMPLEKSOMETRI
Nama :
NIM :
Tanggal :
1. Menentukan normalitas larutan baku primer ZnSO4
Berat ZnSO4:
Volume ZnSO4:
II
III
II
III
Hitung: Kadar asam askorbt dalam percobaan I,II dan III dalam gram/100ml
Kadar-rata-rata sampel dalam gram/100ml
Paraf Dosen Pengawas
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif. Staf Laboratorium Kimia
Analitik, Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Udayana.
Muhilal, M., Sihombing, R., Marrschal, dan Djoko, S. 1989. Penuntun Praktikum Kimia
Dasar, Bag. Pendidikan Akademi Gizi Jakarta; peningkatan Pengembangan Kegiatan
Selected Centre, Jakarta.
Nursanyoto, H. 1995. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Pendidikan Ahli Madya Gizi
Departemen kesehatan Republik Indonesia, Denpasar.
26