Anda di halaman 1dari 7

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Sampel


Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 orang.Dalam pelaksanaannya,terdapat 14
sampel yang drop out karena sampeltidak datang ke sekolah atautidak menyerahkan
kembali angket orang tua kepada peneliti.

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel


No. Variabel Jumlah Persentase
1 Umur
- 10-12 tahun 40 69%
- 13-15 tahun 18 31%
2 Jenis kelamin
- Laki-laki 33 56,9%
- Perempuan 25 45,6%
3 Tingkat ekonomi
- Cukup 15 25,9%
- Rendah 43 74,1%
Total 58 100%

Rentang umur sampel pada penelitian ini yaitu dari yang terkecil 10 tahun
sampai yang terbesar 14 tahun. Dalam Tabel 5.1 terlihat bahwa persebaran sampel
berdasarkan umur didominasi oleh anak berusia 10-12 tahun(69%) dengan
persentase tertinggi umur 12 tahun yaitu 37,9%.Persebaran sampel berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan persebaran yang cukup merata antara siswa laki-laki
dan perempuan dengan persentase masing-masing 56,9% dan 45,6%.Tingkat
ekonomi sebagian besar tergolong rendah yakni sebanyak 74,1% dimana jumlah
pendapatan orangtua per bulan yang terendah sebesar 200.000 rupiah, sedangkan
yang tertinggi sebesar 5.500.000 rupiah. Pekerjaan kepala keluarga terbanyak
adalah sebagai petani (72,4%), diikuti oleh pedagang (15,5%), lainnya (6,9%), dan
PNS (5,2%).

5.2 Distribusi Frekuensi Asupan Nutrisi


Tabel 5.2 menggambarkan distribusi frekuensi dari asupan nutrisi yang diteliti.
Distribusi frekuensi asupan nutrisi berbeda antara sampel yang sudah dan belum
memenuhi anjuran kecukupan gizi menurut Depkes RI, yaitu 70% dari Angka
Kecukupan Gizi (AKG). Berdasarkan pola konsumsi makanan sampel dalam satu
hari yang didapatkan melalui kuisoner 24 hours food recall, diketahui hampir dua
pertiga (62,1%) sampel mengonsumsi asupan kalori kurang dari 70% dari angka
kecukupan gizi (AKG). Sisanya yaitu 37,9% sampel telah memenuhi ≥70% AKG.
Rata-rata asupan nutrisi sampel adalah 1316,7 kkal dengan rentang antara 903,4
kkal sampai 2524 kkal. Berdasarkan frekuensi makan dalam 1 hari, sebagian besar
sampel (72,4%) makan sebanyak 3 kali atau lebih dalam 1 hari, sedangkan sisanya
(27,6%) makan sebanyak 2 atau 1 kali dalam satu hari.

Tabel 5.2.1 Distribusi Frekuensi Asupan Nutrisi


No. Variabel Jumlah Persentase
1 Frekuensi makan
- ≥ 3 kali 42 72,4%
- < 3 kali 16 27,6%
2 Kecukupan gizi
- ≥ 70% AKG 36 62,1%
- <70% AKG 22 37,9%

Total 58 100%

Tabel 5.2.2 di bawah ini menunjukkan keragaman asupan nutrisi berdasarkan jenis
makanan dan minuman yang dikonsumsi sampel dalam satu hari. Dalam tabel
terlihat bahwa seluruh sampel mengonsumsi nasi. Sebagian besar sampel (89,7%)
juga mengonsumsi sayuran sebagai sumber nutrisi, dimana sayuran yang
dikonsumsi didominasi oleh sayur bayam dan jagung. Sebagian besar sampel
(74,1%) juga mengonsumsi ikan, sebagian besar ikan mujair, sedangkan hanya
32,8% yang mengonsumsi daging ayam dan 1,7% yang mengonsumsi daging babi.
Hanya sebagian kecil dari sampel (13,8%) yang mengonsumsi susu. Secara umum
makanan yang dikonsumsi oleh sebagian besar sampel adalah nasi, sayuran, dan
ikan. Rata-rata jumlah asupan makanan dalam sehari untuk nasi, sayur dan ikan
adalah 278,89 gram, 233,78 gram dan 56,11 gram.
Tabel 5.2.2Sepuluh Besar Jenis Makanan yang Paling Banyak Dikonsumsi
Jumlah Siswa yang Rata-rata jumlah
Jenis Makanan
No Mengonsumsi Asupan dalam Satu
dan Minuman
Jumlah (∑) % Total Hari (gram)
1 Nasi 58 100 278,89
2 Sayuran 52 89,7 233,78
3 Ikan 43 74,1 56,11
4 Daging ayam 19 32,8 26,33
5 Kacang-kacangan 19 32,8 25,56
6 Buah 19 32,8 46,89
7 Telur 18 31 21,11
8 Mie 16 27,6 34,52
9 Roti 10 17,2 25,26
10 Susu 8 13,8 97,78

Berdasarkan Grafik 5.2 di bawah ini, perbandingan rata-rata zat gizi makanan
yang terkandung dalam ragam jenis makanan yang dikonsumsi sampel. Didapatkan
hasil bahwa sebagian besar kandungan makanan sampel mengandung karbohidrat
(58,9%) sebagai sumber energi, kemudian diikuti oleh protein sebanyak 21,7% dan
lemak sebanyak 18,2%.

Grafik 5.2 PersentaseRata-RataKandungan Zat Gizi dalam Ragam Makanan Sampel

5. 3 Distribusi Frekuensi Status Gizi


Pengukuran antropometri sampel mendapatkan hasil rata-rata berat badan sampel
34,72 kg, dengan berat terendah 21 kg dan tertinggi 68 kg. Sementara itu,
didapatkan juga rata-rata tinggi badan sampel 141,97 kg, dengan tinggi badan
terendah 124 cm dan tertinggi 166 cm. Distribusi status gizi berdasarkan
IMT/Umenunjukkan sebagian besar (62,1%) berada pada kategori status gizi
normal, sedangkan 15% termasuk dalam kategori berbadan kurus dan 12,1%
sisanya termasuk dalam kategori berbadan gemuk.Sementara itu distribusi status
gizi menurut TB/U menunjukkan hampir setengah (46,6%) anak bertubuh pendek
dan hanya 5,2% diantaranya bertubuh tinggi.

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Status Gizi


No. Variabel Jumlah Persentase
1 Status giziberdasarkan IMT/U
- Kurus 15 25,9%
- Normal 36 62,1%
- Gemuk 7 12,1%
2 Status gizi berdasarkan TB/U
- Pendek 27 46,6%
- Normal 28 48,3%
- Tinggi 3 5,2%

5.4 Hasil Tabulasi Silang Variabel Status Gizi dengan Karakteristik Sampel dan
Asupan Nutrisi
Tabel 5.4.1 di bawah ini menggambarkan distribusi frekuensi status gizi
berdasarkan IMT/U berdasarkan variabel-variabel lainnya. Secara umum
didapatkandistribusi sampel dengan status gizi normal pada setiap kategori di
masing-masing variabel lebih tinggi dibandingkan dengan status gizi anak yang
berbadan kurus maupun gemuk.

Jumlah anak yang berbadan kurus pada kelompok umur10-12 tahun dan 13-
15 tahun masing-masing tercatat hampir sepertiganya yaitu 22,5% dan 33,3%.
Ditinjau dari jenis kelamin, status gizi didominasi oleh anak yang berbadan normal
pada laki-laki maupun perempuan. Sebanyak 33,3% anaklaki-lakidan16%
anakperempuan berbadan kurus.Berdasarkan karakteristik tingkat ekonomi,
didapatkan bahwa setengah dari sampel memiliki badan yang normal pada tingkat
ekonomi cukup (53%) maupun tingkat ekonomi rendah (65,1%). Pada tingkat
ekonomi rendah, 27,9% berbadan kurus dan hanya 6,9% yang berbadan gemuk.
Sementara itu pada tingkat ekonomi cukup, 20% diantaranya berbadan kurus dan
26,7% berbadan gemuk.

Berdasarkan asupan nutrisi harian hampir dua pertiga sampel(69,4%) yang


memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) ≥70% berbadan normal. Sementara,
reponden yang memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) ≥70%, sejumlah 16,7%
diantaranya berbadan gemuk dan 13,9%berbadan kurus. Sementara itu, hampir
setengah (45,5%)dari sampel yang mengonsumsi Angka Kecukupan Gizi (AKG)
<70% ternyata berbadan kurus, sedangkan hanya 4,5% yang berbadan gemuk.

Apabila status gizi ditinjau berdasarkan frekuensi makan diperoleh hasil


bahwa sampel yang makan 3 kali sehari atau lebih,dua pertiganya (67,4%)
berbadan normal. Sementara itu pada sampel yang makan kurang dari 3 kali
sehari,sebanyak 46,7% berbadan normal, 46,7% berbadan kurus, dan hanya 6,7%
diantaranya yang berbadan gemuk.

Tabel 5.4.1DistribusiStatus Gizi (IMT/U) Berdasarkan Karakteristik Sampel, Asupan


Nutrisi
No Variabel Status Gizi (IMT/U) Total
Kurus Normal Gemuk
1 Umur
- 10-12 tahun 9 (22,5%) 25 (62,5%) 6 (15%) 40 (100%)
- 13-15 tahun 6 (33,3%) 11 (61,1%) 1 (5,6%) 18 (100%)
2 Jenis kelamin
- Laki-laki 11 (33,3%) 18 (54,5%) 4 (12,1%) 33 (100%)
- Perempuan 4 (16%) 18 (72,0%) 3 (12%) 25 (100%)
3 Tingkat ekonomi
- Rendah 12 (27,9%) 28 (65,1%) 3 (6,9%) 43 (100%)
- Cukup 3 (20%) 8 (53,3%) 4 (26,7%) 15 (100%)
4 Frekuensi makan
- < 3 kali 7 (46,7%) 7 (46,7%) 1 (6,7%) 15 (100%)
- ≥ 3 kali 8 (18,6%) 29 (67,4%) 6 (14%) 43 (100%)
5 Asupan nutrisi
- <70% AKG 10 (45,5%) 11(50%) 1 (4,5%) 22 (100%)
- ≥ 70% AKG 5 (13,9%) 25 (69,4%) 6 (16,7%) 36 (100%)
Tabel 5.4.2 menggambarkan distribusi frekuensi status gizi berdasarkan TB/U
berdasarkan variabel-variabel lainnya. Jumlah anak yang bertubuhpendek pada
kelompok umur 10-12 tahun tercatat 42,5%, sedangkan pada kelompok umur 13-15
tahun lebih dari setengahnya (55,6%). Ditinjau dari jenis kelamin, dapat dilihat
bahwa persentase anak laki-lakiyang bertubuh pendek (51,5%) lebih tinggi
dibandinkan yang normal (42,4%), sedangkan persentase anak perempuan yang
bertubuh pendek lebih rendah(40%) dibandingkan yang normal (56%). Berdasarkan
karakteristik tingkat ekonomi, didapatkan bahwa lebih dari setengah (55,8%)
sampel memiliki tubuh yang pendek pada tingkat ekonomi rendah.Sementara itu
pada tingkat ekonomi cukup, sebanyak dua pertiga sampel memiliki tinggi badan
normal, sedangkan sisanya 20% bertubuh pendek dan 13,3% bertubuh tinggi.

Tabel 5.4.2DistribusiStatus Gizi Berdasarkan Karakteristik Sampel dan Asupan Nutrisi


No Variabel Status Gizi (TB/U) Total
Pendek Normal Tinggi
1 Umur
- 10-12 tahun 17 (42,5%) 22 (55%) 1 (2,5%) 40 (100%)
- 13-15 tahun 10 (55,6%) 6 (33,3%) 2 (11,1%) 18 (100%)
2 Jenis kelamin
- Laki-laki 17 (51,5%) 14 (42,4%) 2 (6,1%) 33 (100%)
- Perempuan 10 (40%) 14 (56%) 1 (4%) 25 (100%)
3 Tingkat ekonomi
- Rendah 24 (55,8%) 18 (41,9%) 1 (2,3%) 43 (100%)
- Cukup 3 (20%) 10 (66,7%) 2 (13,3%) 15 (100%)
4 Asupan nutrisi
- <70% AKG 12 (54,5%) 10 (45,5%) 0 (0%) 22 (100%)
- ≥ 70% AKG 15 (41,7%) 18 (50%) 3 (5,2%) 36 (100%)
5 Frekuensi makan
- < 3 kali 8 (53,3%) 6 (40%) 1 (6,7%) 15 (100%)
- ≥ 3 kali 19 (44,2%) 22 (51,2%) 2 (4,7%) 43 (100%)

Berdasarkan asupan nutrisi harian, sebanyak setengahnya (50%) yang


memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) ≥70% bertubuh normal. Persentase anak
yang pendek lebih rendah daripada yang normal yaitu sebesar41,7%, dan seluruh
anak yang tinggi (n=3) termasuk dalam kategori asupan nutrisi ≥70% AKG dengan
persentase 5,2%. Sementara itu, lebih dari setengah (54,5%) dari sampel yang
mengonsumsi Angka Kecukupan Gizi (AKG) <70% ternyata bertubuhpendek.

Apabila status gizi ditinjau berdasarkan frekuensi makan diperoleh hasil


bahwa sampel yang makan 3 kali sehari atau lebih, lebih dari setengahnya (51,2%)
bertubuh normal. Sementara itu pada sampel yang makan kurang dari 3 kali sehari,
persentase anak yangbertubuhpendek lebih besar (53,3%)dibandingkan dengan
yang bertubuh normal (40%).

Anda mungkin juga menyukai