Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
َّ َّٰ ض َو ِّب َما ٓ أَنفَقُواْ ِّم ۡن أَمۡ َّٰ َو ِّل ِّه ۡم فَٱل
ُص ِّل َّٰ َحت ٖ ۡعلَ َّٰى بَع
َ ض ُه ۡم َّ ض َل
َ ۡٱَّللُ بَع َ ِّعلَى ٱلن
َّ َسا ٓ ِّء بِّ َما ف َ َٱلر َجا ُل قَ َّٰ َّو ُمون ِّ
ِّاجع ِّ ض َ ٱه ُج ُرو ُه َّن فِّي ۡٱل َم ۡ ظو ُه َّن َو ُ شوزَ ُه َّن فَ ِّع ُ ُٱَّللُ َو َّٰٱلَّتِّي تَخَافُونَ ن
َّ ظ َ ب ِّب َما َح ِّفِّ ت ِّل ۡلغ َۡيٞ ظ َ َّٰ َّٰقَنِّ َّٰت َتٌ َّٰ َح ِّف
﴾۳٤﴿ ع ِّل ّٗيا َكبِّ ّٗيرا َ َٱَّللَ َكان ۗ سبِّ ا
َّ يَل ِّإ َّن َ علَ ۡي ِّه َّن َ َ ٱض ِّربُو ُه َّۖ َّن فَإ ِّ ۡن أ
َ ْطعۡ نَ ُك ۡم فَ ََل ت َۡبغُوا ۡ َو
َّ ق
َُّللا ْ َِّوإِّ ْن ِّخ ْفت ُ ْم ِّشقَاقَ بَ ْينِّ ِّه َما فَا ْبعَث ُ ْوا َح َك اما ِّم ْن أ َ ْه ِّل ِّه َو َح َك اما ِّم ْن أ َ ْه ِّل َها إِّ ْن ي ُِّر ْيدَآ إ
ِّ ِّص ََل احا ي َُوف
َّ بَ ْينَ ُه َمآ إِّ َّن
َ ََّللاَ َكان
﴾۳۵﴿ ع ِّل ْي اما َخبِّي اْرا
A. Makna Umum
34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab
itu, maka perempuan yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka). Perempuan-
perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, serta pukullah mereka. Kemudian jika
mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
35. Jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah
seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari kelurga perempuan.
Jika kedua orang hakam tersebut bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah akan memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.
1
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
B. Makna Mufradat
a. ( قَانِّتَاتQanitat)
ُ ُ( نNusyuz)
b. شوز
An-Nusyuz artinya tinggi hati; wanita yang nusyuz ialah wanita yang
bersikap sombong terhadap suaminya, tidak mau melakukan perintah suaminya,
berpaling darinya, dan membenci suaminya.[3] Sedangkan ( )ه َُّنadalah isim dhomir
yang menunjukkan arti jamak muannats (perempuan banyak), menjadi sandaran
dari lafadz Nusyuz,merujuk kepada lafadz allati (perempuan-perempuan).
c. ( ِّشقَاقSyiqaq)
2
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
C. Asbabun Nuzul
1. Konsep Kepemimpinan
3
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
anaknya. Semua kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab
atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim melalui Abdullah Ibnu Umar
RA).
Merujuk kepada hadits tersebut, tidak ada seorang pun yang terlepas dari
amanah kepemimpinan. Semua insan memiliki tugas untuk paling tidak mengatur
dirinya sendiri, dimana pada akhirnya hal tersebut akan dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah. Semakin luas jangkauan kepemimpinan seseorang maka semakin
besar pula pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
4
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
Golongan pendapat pertama pada prinsipnya berargumenasikan pada:
1. Firman Allah, yang artinya: “Kaum pria itu pemimpin bagi kaum perempuan,
oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian
yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka.”
Cara mengambil dalil ayat ini mereka pahami secara tekstual (dzahir al-
nash) bahwa kepemimpinan dalam rumah tangga itu dipimpin oleh kaum laki-laki
(suami). Artinya di dalam rumah tangga saja kaum perempuan (sebagai isteri dan
ibu) tidak boleh memimpin kaum laki-laki (suami), apa lagi dalam kepemimpinan
negara (menjadi Presiden) lebih tidak diperbolehkan.
2. Hadis Nabi Saw. berkualitas shahih, yang artinya: “Sungguh Allah telah
memberi manfaat kepadaku sebuah kalimat pada hari perang jamal, ketika
sampai informasi kepada Nabi Saw. bahwa kerajaan Persia telah mengangkat
anak wanitanya menjadi Kaisar (Ratu), kemudian beliau berkomentar: Sebuah
bangsa (kaum) tidak akan bahagia (sejahtera) yang urusan kebangsaan
(kepemimpinannya) diserahkan kepada perempuan.”
Hadis ini kelihatannya dipahami oleh mereka: Pertama, bahwa Nabi Saw.
telah melarang perempuan menjadi pemimpin, karena beliau setelah mendengar
informasi atas pengangkatan anak perempuan raja Persia sangat menyayangkan
pengangkatan tersebut. Kedua, hadis ini diriwayatkan oleh banyak perawi yang
terpercaya (tsiqah), tidak ada kejanggalan, kecacatan yang merusak
keshahihannya, dan sanadnyapun tidak ada yang terputus (munqathi’). Bahkan
hasil analisis Syaikh Muhammad al-Ghazali hadis tersebut berkualitas shahih,
baik sanad maupun matannya.
3. Ijma’ ulama, bahwa mayoritas ulama (jumhur al-ulama’) telah sepakat seorang
imam (pemimpin) itu harus laki-laki, dan tidak boleh perempuan. Ketiga, kata
perempuan (imra’ah) pada hadis tersebut menunjukkan kepada keumuman
(nakirah). Artinya perempuan mana saja tidak boleh menjadi pemimpin.
5
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
3. Pandangan Ulama yang Mendukung Kepemimpinan Perempuan
1. Q.S. al-Nisa: 34. Wajah dilalah pada ayat ini menurut mereka tidak bersifat
umum, akan tetapi bersifat khusus; Juga tidak dengan lafadz suruhan (amar) tetapi
dengan lafadz informatif (khabari). Hal ini berarti kaum perempuan boleh
menjadi pemimpin suatu bangsa.
2. Hadis dari Abi Bakrah seperti di atas kelihatannya dipahami oleh mereka secara
kasuistik kontekstual bahwa saat itu ketika Nabi Saw. mendengar informasi atas
kematian raja Persia yang dibunuh oleh teroris negeri itu, pasca kematian
kemudian anak puterinya bernama Buran dinobatkan menjadi penggantinya
memimpin negara. Hal ini sebenarnya kekhawatiran Nabi kalau-kalau dia tidak
mampu memimpin, artinya secara mafhum mukhalafah, kalau dia mampu
memimpin berarti boleh perempuan menjadi pemimpin, dan memang saat itu
situasi dan kondisilah yang memungkinkan anak puterinya dinobatkan menjadi
pemimpin.
6
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
E. Hikmah
7
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
F. Kesimpulan
Setelah melalui pembahasan yang singkat dari tulisan ini dapat disimpulkan
dengan hasil sebagai berikut:
8
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran
[1] Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, hlm. 1161
[3] Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. (Jakarta: Gema Insani, 1999)
[5] Nur Jannah Ismail, Perempuan Dalam Pasungan. (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2003) hlm. 179
Daftar Pustaka
Ar-Rifa’i Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani,
1999.
9
Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Al-Quran