Lapkas Fraktur
Lapkas Fraktur
1
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
keluhan nyeri bahu, nyeri bahu terjadi kurang lebih 2 jam SMRS, pasien juga
datang dalam keadaan sadar, nyeri bahu kanan dirasakan pasien setelah pasien terjatuh
dari atas tempat tidur. Setelah pasien terjatuh pasien tidak bisa lagi menggerakkan lengan
kanannya. Saat pasien terjatuh pasien juga mengalami luka lecet dibagian dahi kanan dan
mengalami perdarahan aktif pada bagian luka tersebut.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien sebelumnya belum pernah berobat
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), stroke (-)
4. Riwayat keluarga:
Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), stroke (-)
Daftar Pustaka:
1. Desiartama, A. Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Akibat Kecelakaan pada Orang
Dewasa di Rumah Sakit Umum Denpasar. E-jurnal Medika. 2017.
2. Maharta GRA, Maliawan S, Kawiyana KS. Manajemen Fraktur Pada Trauma
Muskuloskeletal. FK Udayana Bali. 2011.
3. Sjamsuhidayat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. EGC. Jakarta. 2010.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Fraktur Humerus
2. Penyebab Fraktur Humerus
3. Manifestasi klinis Fraktur Humerus
4. Penatalaksanaan Fraktur Humerus
2
Sejak 1 bulan yang lalu, pasien juga sering mengeluhkan susah menggerakkan
anggota geraknya, akan tetapi setelah terjatuh keluhan menjadi lebih berat dirasakan
oleh pasien. Saat pasien terjatuh pasien juga mengalami luka lecet dibagian dahi kanan
dan mengalami perdarahan aktif pada bagian luka tersebut. Riwayat sakit kepala,
muntah, serta keluar darah dari hidung/telinga tidak ada.
2. Objektif:
Tanda-tanda Vital
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• TD : 120/70 mmhg
• N : 74 x/i, reguler kuat angkat isi cukup
• RR : 22 x/i, reguler,
• T : 36, 9°C (Aksilla)
Status Generalis
Kepala : Rambut tidak mudah dicabut, alopecia -
Wajah : Simetris, Pucat
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, pupil bulat
isokor, diameter 3 mm/3mm.
Telinga : Auricula simetris, discharge -/-, serumen -/-
Hidung : Sekret -/-, deviasi septum -, mukosa hiperemis -
Mulut : Atrofi papil lidah -, uvula di tengah, tonsil T1/T1
Leher
KGB : Tidak teraba
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran
Dada : Spider nevi -, ginekomasti -/-, bentuk simetris +/+,
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), ketinggalan
gerak (-/-), pectus excavatum (-), pectus carinatum(-),sikatriks (-),
Palpasi : Krepitasi (-), massa (-), fremitus taktil lapang paru kiri=kanan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
3
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, Rbh-/-, Rbk -/-, Wh-/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC 5, 2 jari medial linea midklavikularis kiri,
tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kiri atas di SIC II LPSS, kanan atas di SIC II LPSD, kanan
bawah di SIC IV LPSD, dan kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS,
dan batas jantung kanan bawah di SIC IV LPSD
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi -, caput medusa -, sikatriks -,
Auskultasi : Bising usus + normal, 4-6 kali/menit
Perkusi : Timpani, pekak alih -, pekak sisi -, undulasi -
Palpasi : Dinding abdomen supel, nyeri tekan -, hepar 4 jari bawah arcus costa,
lien S3, hepatojugullar refluks -, ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-
Ekstremitas
Superior : edema +/-, eritema palmaris -/-, white nail -/-, akral dingin (-), ada
gangguan gerak
Inferior : edema -/-, white nail -/-, akral dingin (-), tidak ada gangguan gerak
Pemeriksaan Penunjang
Foto shoulder dekstra PA view
4
Hasil pemeriksaan diagnosis fraktur proximal os humerus dextra. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan:
Gejala fraktur
Mekanisme terjadinya fraktur
Lokasi fraktur
Pemeriksaan penunjang fraktur
3. ” Assessment” (penalaran klinis):
Dari hasil anamnesa serta pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien ini,
maka dapat ditegakkan diagnosa kerja sebagai fraktur os poximal humerus dextra, dimana
pada pasien ini terlihat pada foto rontgen fraktur proksimal humerus dextra. Pada pasien ini
tidak terlihat tanda-tanda obstruksi atau trauma pada jalan nafas, tidak ditemukan tanda-
tanda gangguan pernapasan/distres nafas, tidak ditemukan tanda-tanda kegagalan sirkulasi
dengan kesadaran compos mentis.
Penyebab fraktur diduga adalah benturan langsung pada daerah proksimal lengan
atas dimana tampak angulasi antar tulang. Sebagaimana kronologis yang diceritakan pasien
bahwa bagian bahu kanan yang lebih dahulu terjatuh, bagian tersebut diperkirakan
proksimal lengan atas dekstra.
Terapi definitif dari kasus ini adalah, yang pertama untuk kasus fraktur dengan
prinsip:
o Reduction (reduksi)
o Hold Reduction/Immobilization (imobilisasi)
5
o Exercise.
Dalam hal ini digunakan metode imobilisasi dengan menggunakan armsling.
4. ” Plan” :
Diagnosis: fraktur os proximal humerus dextra.
Terapi:
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/ 8 jam
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Pemasangan armsling
Pengobatan: pengobatan bertujuan untuk:
1. Mengatasi nyeri akibat fraktur
2. Mencegah terjadinya kontraktur
6
Lampiran
Follow up
Perjalanan Penyakit
Tanggal Planning
Subyek Obyektif Assesment
16/3/19 S/ nyeri di bahu kanan masih dirasakan hilang IVFD RL 20
timbul gtt/i
Inj. Ceftriaxone
O/ TD: 100/70 mmHg, N: 80x/I, RR: 22x/I,
1 gr/12 jam
T: 36,9ºC Inj. Ketorolac 1
Pemeriksaan regio shoulder dextra amp/ 8 jam
L : Edema (+) di bagian atas lengan kanan Inj. Ranitidin 1
amp/12 jam
F : Nyeri tekan (+) di bagian atas lengan
Pemasangan
kanan, nadi a. brachialis (+) armsling
M : Aktive ROM proksimal terbatas karena
nyeri.
7
Pemeriksaan regio shoulder dextra Fitbon 2x1
L : Edema (+) di bagian atas lengan kanan
F : Nyeri tekan (+) di bagian atas lengan
kanan, nadi a. brachialis (+)
M : Aktive ROM proksimal terbatas karena
nyeri.
(Adi, 2006) (Adi, 2006) (Connie, 2005) (Davey, 2006) (Puera, 2004) (Rockey, 2005)