Rangkuman Pembahasan Mid Audit Keuangan
Rangkuman Pembahasan Mid Audit Keuangan
A. Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah sebuah sistem pengendalian internal terdiri dari
kebijakan dan prosedur yang dirancang agar manajemen mendapatkan keyakinan yang
memadai bahwa perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur yang
sering disebut sebagai pengendalian dan secara kolektif akan membentuk suatu pengendalian
internal entitas.
Manajemen biasanya memiliki 3 (tiga) tujuan umum terkait dalam merancang sistem
pengendalian:
Tanggung jawab terhadap pengendalian internal berbeda bagi manajemen dan auditor.
Manajemen bertanggung jawab untuk menegakkan dan menjaga pengendalian internal
entitas. Tanggung jawab auditor termasuk memahami dan menguji pengendalian internal atas
laporan keuangan.
Lingkungan Pengendalian
Penilaian Risiko
Aktivitas Pengendalian
Informasi dan Komunikasi
Pengawasan
BAB 5 Penilaian Resiko Pengendalian dan Pengujian Sistem Pengendalian
Internal Pemerintahan (SPIP)
Prosedur Analitis
Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal
proses audinya dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini
dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara
data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitij
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis, klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor
melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap objek audit, ia harus
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk
itu, analisis ratio, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan keuangan
perbandingan (comparative financial statements) merupkaan cara yang umumnya
ditempuh oleh auditor untuk mendapatan gambaran menyeluruh dan secara garis
besar mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha klien.
Pengujian Substantif
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan kemungkinan terjadi karena kesalahan dalam:
a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
c. Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia
d. Ketidaktepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi
e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian)
f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi
g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan keuangan
Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan penjualan (sale
revenues), auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan:
BAB 7 Audit atas transaksi belanja
Siklus belanja daerah mencakup berbagai proses dan keputusan untuk memperoleh
barang dan jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah, termasuk
dinas dan instansi pemerintah daerah.siklus ini dimulai dengan adanya permintaan pembelian
dari berbagai dinas/setingkat dinas melalui pengajuan daftar isian anggaran dari masing –
masing dinas. Transaksi belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah bisa dilakukan secara
tunai maupun kredit (menimbulkan uang), baik untuk belanja aparat maupun belanja
pelayanan publik. Audit siklus belanja ini berkaitan dengan belanja pegawai; belanja
operasional seperti pengadaan barang inventaris kantor dan ATK; belanja pemeliharaan dan
lain-lain. Dua kelompok transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi pembelian dan
pengeluaran kas.
1) Kas
2) Persediaan barang habis pakai
3) Aktiva tetap
4) Aktiva lain lain
5) Utang
Resiko bawaan pada pos belanja daerah pada banyak entitas adalah tinggi. Ada berbagai
faktor yang menyebabkan tingginya resiko bawaan siklus belanja, yaitu :
1) Volume transaksi yang selalu tinggi
2) Kemungkinan adanya pembelanjaan dan pengeluaran tanpa rotasi
3) Pembelian aktifa yang tidak perlu
4) Masalah akuntansi yang berkembang.
Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pemerolehan barang atau jasa. Barang yang
diperoleh perusahaan dapat berupa aktiva tetap dan surat berharga yang akan digunakan
untuk menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau sediaan dan
surat berharga yang akan dikonsumsi atau digunakan untuk menghasilkan pendapatan dalam
jangka waktu satu tahun atau kurang. Jasa yang diperoleh perusahaan juga dapat dibagi
menjadi dua, yaitu jasa yang hanya menghasilkan manfaat satu tahun atau kurang (jasa
personel, bunga, asuransi, iklan) dan jasa yang menghasilkan manfaat lebih dari satu tahun
(aktiva tidak berwujud).