Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
Mehnaz Ahmed dan Qazi Masood Ahmed (1995).”Estimation of the Black Economy of
Pakistan Through the Monetary Approach”.
1
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
2
2
Edgar L. Feige. Defining and Estimating Underground and Informal Economies : The New
Institutional Economics Approach. World Development. 18(7).
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
3
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
4
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan terakhir diubah
kembali dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, pihak ketiga termasuk
bank dan/atau pihak ketiga lainnya wajib memberikan keterangan atau bukti yang
diminta oleh Direktur Jenderal Pajak. Disamping hal itu, ketika seseorang
mengalihkan uang tunainya menjadi bentuk tabungan atau deposito, maka atas
bunga deposito atau tabungan tersebut dalam batasan tertentu akan dikenakan
pajak dengan tarif 20% sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000
tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto
Sertifikat Bank Indonesia.
Penelitian mengenai underground economy di beberapa negara telah
cukup banyak dilakukan misalnya di Australia (Bajada, 2007), Kanada (Giles,
1999), Pakistan [Shabsigh (1995); Ahmed dan Ahmed (1995); Kemal (2003),
Yasmin dan Rauf (2003)] , Trinidad dan Tobago (Maurin, 2003), serta di Guyana
(Ebrima Faal, 2003). Menurut Aloysius Gunadi (2004), ada beberapa ekonom
yang telah menyampaikan perkiraan besarnya underground economy di
Indonesia antara lain Chatib Basri dari FE-UI pernah menyebutkan perkiraan
kasar underground economy di Indonesia bisa mencapai 40 persen dari PDB.
Sinyalemen serupa pernah pula disampaikan oleh Faisal Basri yakni sekitar 30-40
persen yang berasal dari kegiatan usaha yang tidak membayar pajak, korupsi,
atau melakukan usaha secara sembunyi-sembunyi atau di sektor informal
sehingga tidak terekam sebagai salah satu kontributor PDB. Menurut Schneider
dan Enste (2002), persentase shadow economy dibandingkan dengan PDB resmi
di negara berkembang adalah sekitar 35-44 persen.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk menyajikan penelitian mengenai
estimasi underground economy di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir
(periode 2000 – 2009) dengan menggunakan metode yang cukup banyak dipakai
yaitu dengan menggunakan pendekatan moneter melalui analisis permintaan
terhadap uang kartal (currency demand).
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
5
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
6
Uang kartal riil (C) dihitung dari uang kartal nominal yang disesuaikan dengan
deflator PDB. Pendapatan disposabel riil (Y-T) merupakan PDB nominal setelah
dikurangi pajak langsung yang disesuaikan dengan deflator PDB. Variabel
opportunity cost (R) merupakan tingkat suku bunga 91-days treasury bill. Inflasi
(π) merupakan persentase perubahan GDP deflator. Inovasi keuangan dan
perubahan struktur (F) menggunakan data jumlah mesin Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) dan jumlah kantor cabang bank. Serta variabel pendorong underground
economy yaitu tarif pajak rata-rata (T) merupakan rasio antar pajak langsung
dengan PDB.
1.5. Hipotesis
Model pendekatan moneter melalui analisis permintaan uang kartal
mensyaratkan bahwa variabel pajak harus berpengaruh signifikan dan bertanda
positif. Oleh karena itu berdasarkan literatur yang ada dan hasil beberapa
penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara, penulis memiliki dugaan
bahwa variabel pajak merupakan variabel pemicu adanya kegiatan underground
economy di Indonesia sehingga secara statistik akan berpengaruh signifikan dan
bertanda positif terhadap model permintaan uang kartal.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
7
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.