Anda di halaman 1dari 9

Osteomielitis Akut pada Pasien Usia Muda

Aenul Khopiah

102015181 / F2

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email: aenul.2015fk181@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Tulang adalah bagian tubuh manusia yang sangat penting, karena begitu besarnya fungsi
tulang, antara lain tempat pembentukan sel darah, melindungi organ-organ penting, sebagai
alat gerak pasif, dan lain-lain. Keabnormalan tulang akan berefek pada aktivitas
kehidupan.Penyakit atau kelainan pada tulang dapat terkena pada semua umur dan jenis
kelamin. Pada anak-anak dapat ditemukan kelainan tulang yang disebabkan oleh infeksi pada
tulang atau pada bagian lunak tulang akibat dari suatu bakteri atau kontaminasi pada fraktur
terbuka yang dikenal sebagai osteomielitis. Kelainan ini dapat menimbulkan rasa nyeri serta
pembengkakan yang pada anak-anak dapat mengganggu aktivitas mereka.

Kata kunci:tulang, bakteri, osteomielitis.

Abstract

Bone is part of the human body is very important, due to the overwhelming function of bone,
among other places blood cell formation, protects vital organs, as a means of passive motion,
and others. Bone abnormality will have an effect on the activity of life. Diseases or disorders
of the bone can be affected at all ages and genders. In children include bone disorder caused
by an infection in the bone or in the soft parts of a bone due to bacteria or contamination of
open fractures known as osteomielitis. This disorder can cause pain and swelling in children
can interfere with their activities.

Keywords: bones, bacteria, osteomielitis.

1
Pendahuluan
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel: osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang
memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Osteoklas bersifat mengikis
tulang karena sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks
dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah.1
Pada keadaan normal, tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu
tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak ketika terjadi lebih
banyak pembentukan daripada absorpsi tulang.Metabolisme tulang diatur oleh beberapa
hormon. Suatu peningkatan kadar hormon paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung dan
segera pada mineral tulang, menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorpsi dan bergerak
memasuki serum. Di samping itu, peningkatan kadar PTH secara perlahan-lahan
menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas, sehingga terjadi demineralisasi.
Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin D dalam jumlah besar dapat
menyebabkan absorpsi tulang seperti yang terlihat pada kadar PTH yang tinggi. Vitamin D
dalam jumlah sedikit membantu kalsifikasi tulang.1

Anamnesis
Pada anamnesis saat pasien datang berobat harus diketahui mengenai riwayat penyakit
yang deskriptif dan kronologis penyakitnya, faktor yang memperberat penyakit serta hasil
pengobatan jika sudah pernah mendapat pengobatan sebelumnya.Harus diketahui umur dan
jenis kelamin pasien dan menanyakan tentang keluhan utama yang menyebabkannya datang
berobat.Jika kasus dengan pasien anak atau pasien yang tahap kesadaran menurun,harus
ditanyakan pada orang tua atau penjaganya.Dokter harus menanyakan tentang:2
 nyeri sendi pada pasien misalnya lokasi nyeri dan punctum maksimum,
penekanan radiks saraf, saat nyeri, nyeri mekanis, nyeri inflamasi
 gejalakaku sendi yang rasanya seperti diikat, lama terjadinya kekakuan dan
beratnya.
 bengkak sendi, apakah terjadi perubahan warna, bentuk & posisi struktur
ekstremitas
 deformitas: posisi yang salah, dislokasi atau subluksasi
 disabilitas: apabila suatu jaringan, organ atau sistem tidak dapat berfungsi
secara adekuat
 handicap: bila disabilitas mengganggu aktivitas sehari-hari, sosial atau
mengganggu pekerjaan.

2
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Setelah semua informasi telah dikumpulkan, pemeriksaan fisik terhadap pasien
dilaksanakan untuk menegakkan diagnosa. Pasien telah diobservasi saat berjalan masuk ke
kamar pemeriksaan dengan melihat postur,cara berjalan dan tampilannya. Pada pemeriksaan
inspeksi,diperhatikan pada tubuh pasien:2
 Kulit: parut luka (scar), perubahan warna dan lipatan kulit abnormal
 Bentuk: bengkak, wasting, benjolan, bentuk tulang bengkok
 Posisi: berbagai kelainan sendi dan lesi saraf mengakibatkan deformitas

Pada langkah palpasi,dokter meraba bagian tubuh pasien untuk mengetahui:2

 Kulit: hangat/dingin, lembab/kering, sensoris normal/abnormal


 Jaringan lunak: benjolan, pulsasi
 Tulang dan sendi: bentuk luar, penebalan sinovial, cairan sendi
 Nyeri tekan: sering kali diagnostik bila terlokalisir

Kemudian,pada pemeriksaan pergerakan, dokter memeriksa pergerakan pasien apakah


ada kesulitan saat menggerakkan anggota tubuh:2

 Aktif: minta pasien untuk menggerakkan sendi dan periksa kekuatannya


 Pasif: catat lingkup gerak sendi pada setiap bidang gerak fisiologis
 Abnormal: stabilitas gerak sendi

Test yang khusus diperlukan untuk menguji bagian tubuh spesifik yang dirasakan
nyeri dan kurang nyaman oleh pasien. Misalnya pada kasus ini,pasien merasakan nyeri pada
lutut dan kesukaran mengangkat tungkai kanannya. Jadi harus dilakukan pemeriksaan khusus
pada bagian tungkai kanan dan lututnya.1

Tes Mc-Murray dilakukan untuk melihat apakah terjadi kerusakan pada meniscus.
Pada kasus osteomielitis,secara umum gejala klinis yang sering didapatkan adalah
demam,nyeri hebat dan gangguan anggota gerak.Pada infeksi lokal didapatkan oedem,nyeri
tekan, kemerahan dan nekrotik jaringan. Tanda osteomielitis yang paling dini pada bayi
adalah kegagalan menggerakkan ekstremitas yang terkena(pseudoparalisis) dan nyeri pada
pergerakan pasif.1

Untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah


pemeriksaan darah total, X-ray, kultur pus dan cairan infeksi,CT scan dan MRI. Pada
pemeriksaan darah total didapatkan hitung sel darah putih perifer total dan hitung jenis sel
selalu abnormal tetapi pada kebanyakan kasus,masih di dalam rentang normal. Uji LED
didapatkan normal atau sedikit meningkat pada awal penyakit. Rontgenogram biasanya tidak
akan memperlihatkan perubahan destruktif sehingga 10-14 hari setelah onset infeksi. Tetapi
secara akut foto rontgen membantu membuktikan perubahan pada jaringan di sekitar tulang
yang terinfeksi.Pencitraan radionuklida dengan skintigrafi tulang radiofosfat, pemindaian
gallium atau leukosit berlabel indium dapat membantu jika pemeriksaan fisik dan rontgen
tidak dapat menegakkan diagnosa.Pemindaian gallium terutama membantu dalam
menentukan lokasi osteomielitis. Skintigrafi nuclear dapat membantu terutama pada pasien

3
anak yang tidak dapat memberitahu secara verbal lokasi nyeri yang dirasakan dan jika daerah
yang diduga multiple atau untuk membedakan osteomielitis dengan selulitis. CT scan
membantu mendeteksi destruksi tulang kortikal, reaksi perioteum sekuester dan abses
jaringan lunak.Dengan sensitivitas mencapai 97%, MRI menjadi pilihan pasien dengan
dugaan tinggi menderita osteomielitis.Edema dan eksudat dapat dideteksi pada ruang medular
pada awal osteomielitis. Prosedur definitif yang harus dilakukan adalah aspirasi cairan sendi
sama ada langsung ke subperiosteal atau aspirasi jarum ke metafisis. Dengan cara
ini,identifikasi bakteri melalui pewarnaan Gram dapat ditegakkan. Operasi drainase dapat
dilakukan setelah aspirasi tulang.1,3

Diagnosis Kerja(Osteomielitis)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta hasil laboratorium, diagnosis
akhir pada pasien adalah pasien menderita osteomielitis akut.Pasien mengalami demam, sakit
tenggorakan dan kesulitan mengangkat tungkai kanannya.Jumlah leukositnya meningkat
akibat dari inflamasi yang berlaku. CRP dan LED mengalami peningkatan dan aspirasi
cairan sendi pada lutut menunjukkan bahwa terdapat infeksi bakteri.3
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang.Osteomielitis akut terutama
ditemukan pada anak-anak.Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian
proksimal, humerus, radius, dan ulna proksimal dan distal, serta vertebra.Osteomielitis terjadi
karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen atau non-
hematogen).Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan,manusia atau
penyuntikan intramuskulus dapat menyebabkan osteomielitis ekosgen. Osteomielitis selalu
dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat dan
banyak mengandung sinusoid.3
Bila osteomielitis akut tidak diobati dengan baik, akan terjadi osteomielitis kronik,
keadaan ini dapat berlangsung terus menerus sehingga penderita akhirnya meninggal karena
amiloidosis.3
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita osteomielitis, perlu dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang, yang meliputi
pemeriksaan laboratorium (CRP yang meninggi, laju endap darah yang meninggi, dan
leukositosis) dan pemeriksaan radiologik (pada fase akut tidak ditemukan kelainan. Pada fase
kronik ditemukan suatu involucrum dan sequester).3

Manifestasi Klinis
Keluhan yang paling sering dilaporkan pada kasus osteomielitis adalah
nyerilokal,panas,eritema,pembengkakandan kurangnya pergerakan
ekstremitas.Demam,anoreksia,iritasi dan letalgik mungkin terjadi pada nyeri lokal.Terjadi
pseudoparalisis dimana pasien enggan menggerakkan anggota secara aktif atau pasif karena
nyeri perioteum dan spasme otot.Kebanyakan pasien hanya terinfeksi pada 1 tulang sama ada
femur,tibia atau humerus. Osteomielitis pada neonatus dapat terjadi onset sejak bulan
pertama kehidupan akibat prosedur iatrogenic seperti punksi tumit dan pemantauan kulit

4
kepala janin. 50% neonates tidak menunjukkan sebarang gejala,lokasi infeksi tulang multiple
terjadi pada separuh pasien dan dekompresi pus ke dalam sendi terjadi pada tiga perempat
jumlah mereka.4
Pada osteomielitis pelvis,nyeri tidak dapat dilokalisasi dengan baik dan tanda-tanda
fisik juga tidak menunjukkan lokasi. Kesan diagnostik awal yang sering adalah abdomen
akut,masalah intrapelvik lain dan penyakit sendi pinggul. Pasien osteomielitis dengan
penyakit sel sabit akan sering terjadi infark tulang aseptic dengan perubahan radiografi
menyamai gejala osteomielitis akut. Osteomielitis vertebra sering terjadi pada anak usia atas
8 tahun khas akibat infeksi hematogen. Tanda-tanda klinis adalah demam,nyeri
punggung,nyeri perut dan nyeri pada paha yang mengganggu gaya berjalan. Osteomielitis
kronis mempunyai gejala-gejala yang terlokalisasi dengan tanda-tanda radang sering dengan
saluran sinus. Terjadi eksaserbasi akut dengan tanda radang akut dan drainase saluran sinus.4

Diagnosis Banding
1. Artritis supuratif akut
Artritis supuratif akut disebabkan oleh mikrobiologis antara lain Staphylococcus
aureus,Staphylococcuspyogenes, Streptokokus β-hemolitikus grup B, H.influenzae (tipe b),
Neisseria gonorrhoeae, E.coli, Salmonella, parvovirus, hepatitis B, mumps, Mycoplasma
pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis. Faktor predisposisi pada artritis septik adalah
artritis yang sudah ada sebelumnya (terutama reumatoid), injeksi intra-artikular, implan
logam, trauma, osteomielitis disekitarnya, kortikosteroid, keganasan penyalahgunaan obat
intravena.5
Gambaran klinisnya adalah nyeri dan pembengkakan sendi lutut, umumnya
monoartikuler (90%), terutama pada sendi lutut, umumnya ada penyakit yang mendasari,
umumnya demam, dan penurunan ROM (range of motion).5
Ianya adalah penyakit infeksi pada cairan rongga sendi dan jaringan suatu
sendi.Organisme penyebab infeksi terutama bakteri boleh mencapai sendi lewat aliran darah
atau lewat pembedahan, penyuntikan atau luka kulit.Infeksi virus sering menyebabkan
arthalgia atau nyeri sendi multiple yang berpindah. Misalnya Spirochaeta borrelia yang
dipindahkan lewat gigitan kutu akan menyebabkan radang sendi kronis dengan papula kulit
merah menonjol seperti mata sapi (Bull eye). Gejala yang sering muncul pada anak adalah
nyeri,demam dan cenderung rewel.Anak enggan menggerakan sendi saat disuruh karena rasa
nyeri pada pergerakan dan perabaan. Cairan yang terkumpul dalam sendi yang terinfeksi
akan membengkak dan kaku,penderita mungkin mengalami demam dan menggigil. Sendi-
sendi yang sering terkena adalah lutut,bahu, pergelangan tangan,jari dan siku.5

2. Tenosinovitis Supuratif
Tenosinovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon dan selubungnya yang
mengakibatkan pembengkakan dan nyeri. Beberapa penyebab dari pembengkakan ini adalah
trauma, penggunaan yang berlebihan dari repetitif minor trauma, strain atau infeksi. Pada
kasus Tenosinovitis supuratif, pasien dengan luka penetrasi datang dengan sakit kemerahan
pada tangan dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya 4 tanda dari kanavel, yaitu:6

5
 Jari dalam posisi sedikit fleksi
 Bengkak dalam bentuk fusiform
 Nyeri tekan sepanjang flexor tendon sheath
 Nyeri pada saat dilakukan pasif fleksi jari

Etiologi
Osteomielitis hematogen akut disebabkan oleh bakterimia, osteomielitis subakut
biasanya terjadi setelah inokulasi lokal dari trauma dan tidak berhubungan dengan gejala
sistemik manakala osteomielitis kronis adalah hasil daripada infeksi tulang yang tidak
mendapat pengobatan langsung atau pengobatan inadekuat.Pada anak selain neonatus tanpa
haemoglobinopati infeksi tulang sering menyerang metafisis.Pada anak kurang dari 1
tahun,perforasi kapiler pada lempeng pertumbuhan epifisis memberi laluan kepada bakteri
untuk menginfeksi epifisis menyebabkan arthritis supuratif.Pada anak yang lebih tua,infeksi
terbatas pada metafisis karena tiada pembuluh darah yang melintasi lempeng
epifisis.Staphylococcus aureus lebih mendominasi pada semua peringkat usia. Streptococcus
grup B dan Staphylococcusaureus dan basilus koliformis hanya ditemukan pada bayi baru
lahir.Pasien osteomielitis dengan riwayat sel sabit atau penyakit haemoglobinopati lebih
sering disebabkan oleh Salmonella dan S. aureus.Osteomielitis dari Pasteurella multocida
terjadi pada pasien yang cedera digigit hewan.Vaksin yang dicipta telah mengurangkan
insidens osteomielitis yang disebabkan bakteri Haemophilus influenza dan Streptococcus
pneumonia.Infeksi pada tulang fokal subakut yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa dan
S. aureus sering terjadi pada pasien dengan luka tertusuk pada kaki.Kingella kingae adalah
penyebab yang osteomielitis yang sering di kawasan Timur Tengah dan dilaporkan kasus
osteomielitis disebabkan kuman ini semakin meningkat di Amerika. Osteomielitis cenderung
timbul pada anak kecil yang didasari infeksi saluran nafas atas atau stomatitis oleh Kingella
kingae yang juga merupakan bakteri flora normal tenggorokan.6

Epidemiologi
Osteomielitis dapat menyerang pada semua peringkat umur tetapi yang paling sering
terkena adalah dari golongan anak usia 3 hingga 12 tahun dan lebih sering menyerang anak
laki-laki berbanding anak perempuan dengan nisbah 2:1. Osteomielitis hematogen adalah
yang paling sering pada anak-anak manakala osteomielitis disebabkan trauma atau penyakit
pembuluh perifer paling sering pada orang dewasa.1

Patofisiologi
Osteomielitis terjadi apabila banyak organisma virulen yang mengatasi pertahanan
tubuh hospes untuk membentuk infeksi setempat pada tulang disertai nanah dan nekrosis
iskemik,fibrosis dan perbaikan tulang.Metafisis terdiri atas gelung-gelung vaskular halus
tempat di mana aliran darah sangat lambat. Trauma yang menyebabkan pembuluh ini robek
akan menghasilkan satu kondisi yang mendukung pembiakan bakteri ini yang menyebar
secara hematogen. Osteomielitis hematogen akut terjadi akibat lokalisasi bakteri dalam tulang
lewat aliran darah.Bakteri seperti S. aureus mempunyai kemampuan untuk melekat pada
elemen jaringan ikat tulang misalnya kolagen,dentin,sialoprotein dan glikoprotein lewat

6
perluasan polisakarida ekstraseluler.Terutama pada bayi baru lahir dan bayi muda ada
pembuluh darah khas yang menghubungkan metafisis dengan epifisis sehingga pus dari
metafisis sering kali mengalir ke rongga sendi. Tulang tidak dapat berdistensi hingga pus
yang berada di bawah tekanan akan terhalang dari berdekompresi ke dalam sendi lalu
bergerak ke lateral lewat saluran vascular korteks dan berakumulasi di bawah periosteum
yang melekat longgar.1
Setelah pertumbuhan terhenti,ada pembuluh darah yang menghubungkan metafisis
dengan epifisis.Tulang korteks metafisis mengandung banyak lubang atau fenestrasi yang
menjadi jalan masuk bagi bakteri.Periosteum anak yang tebal dan aktif melakukan
osteogenesis dengan mudah dapat dikupas dan diangkat dari korteks metafisis.Pertahanan
alami pejamu dapat menyerang dan membunuh bakteri tetapi memerlukan satu sirkulasi
untuk mencapai bakteri di tempat infeksi.Enzim lisosom yang efektif membunuh bakteri
dapat juga merusak jaringan pejamu terutama kartilago sendi. Proses peradangan ini
menimbulkan hyperemia,panas dan bengkak. Staphylococcus menghasilkan toksin dan enzim
jaringan yang merusak jaringan,kolagenase dapat menghancurkan matriks tulang dan
kartilago sendi dan toksin jaringan dapat membunuh sel-sel tulang dan kartilago.1
Dalam perjalanan penyakit ini,embolus septic akan tersangkut dalam pembuluh darah
kecil di metafisis tulang panjang di daerah vena yang bergelung tadi. Jadi tersumbatnya vena
dengan thrombus menghalang pertahanan pejamu untuk mencapai bakteri. Respons inflamasi
yang mulai timbul akan bergabung dengan bakteri untuk membunuh tulang. Suatu rongga
abses akan terbentuk yang mengandung bakteri,tulang mati dan debris yang tidak akan
tercapai oleh pertahanan tubuh. Abses yang membesar akan menembus korteks dan
mengangkat perioteum. Tulang subkorteks akan terhalang daripada menerima asupan darah
disebabkan abses yang menyumbat pembuluh endosteum.1
Tulang korteks yang tua dan kehilangan asupan darah akan berubah menjadi
sekuestrum avaskular,debris berukuran besar dalam rongga abses. Selama fase perbaikan,sel
pendahulu osteogenik periosteum yang terangkat akan membentuk tulang baru (involukrum)
di subperiosteum membungkus daerah yang terinfeksi. Tetapi infeksi bisa saja menembus
periosteum dan involukrum dan melibatkan jaringan lunak dan kulit. Hasil akhir dari proses
penyakit ini boleh menyebabkan pasien mengalami fraktur patologik atau tulang yang
memendek atau anak akan menderita deformitas tungkai dan tungkai tidak berfungsi.1

Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis akut jarang terjadi dan jika terjadi mungkin karena
pengobatan inadekuat atau lambat mendapatkan pengobatan.Pada anak yang infeksinya telah
menyebar ke epifisis mungkin terjadi arthritis supuratif. Fraktur patologik jarang terjadi dan
jika infeksi mengenai lempeng pertumbuhan,mungkin terjadi sekuele yaitu anak berisiko
mengalami deformitas dan abnormalitas panjang tulang yang terkena. Arthritis septik dapat
mempersulit perjalanan osteomielitis dan memerlukan intervensi pembedahan.6

Penatalaksanaan
Terapi bedah umumnya dilakukan jika pada aspirasi diagostik terdapat pus tetapi jika
aspirasi sendi hanya mengeluarkan darah terapi antibiotic sudah cukup. Terapi awal antibiotic
adalah berdasarkan organisma yang menyerang pada golongan usia tertentu, pada hasil

7
aspirasi sendi dilihat bakteri Gram apa dan penyakit-penyakit yang mungkin diderita pasien
selain osteomielitis. Terapi antimikroba pada osteomielitis bertujuan mempertahankan kadar
antibiotik efektif pada jaringan yang terinfeksi pada kadar yang melebihi kadar hambatan
minimum untuk pathogen. Kadar serum antibiotik bakterisid yang tinggi harus dicapai untuk
memastikan kadar antibiotik dalam tulang mencukupi. Antibiotik yang targetnya adalah S.
aureus adalah oksasillin,nafsilin dan klindamisin.Jika pasien diduga dengan S.aureus yang
resistan dengan methicillin,dapat digantikan dengan vankomisin. Pasien dengan penyakit sel
sabit akan diberikan atibiotik yang bersifat melawan aktivitas Salmonella. Pasien dengan
infeksi Pseudomonas dengan luka tusuk di kaki akan diberikan antibiotic B-laktam spektrum
luas misalnya ceftazidime,cefepime,piperacillin-tazobactam termasuk pemberian
aminoglikosida sekurang-kurangnya pada 2 minggu pertama pengobatan. Untuk anak kecil
hingga usia 5 tahun boleh diberikan sefalosporin generasi II atau III yang melawan S. aureus,
streptococcus dan K. kingae.6
Setelah pemberian antibiotic secara IV, respon pasien dapat dilihat dalam masa 48
jam. Jika respons yang diharapkan tidak kelihatan,tindak operasi drainase boleh dilakukan
dengan indikasi terdapat sekuestrum,ada sendi panggul yang terlibat atau ada kompresi
spinal. Durasi pengobatan paling minimum yang dianjurkan adalah 4-6 minggu. Apabila
LED dan CRP menurun pengobatan bertukar kepada antibiotikoral sebanyak 2-3 kali sehari
untuk menyamai pemberian IV. Absorpsi antibiotik oral harus dipantau dengan pengukuran
titer bakterisidal serum terhadap organisma yang diisolasi atau melalui pengukuran
kandungan antibiotik serum. Antibiotic oral yang sering digunakan pada anak adalah
sefaleksin,amoksisillin,dikloksasillin dan klindamisin.1,6
Terapi tambahan yang bisa diberikan adalah analgesik,nutrisi tambahan, hidrasi dan
imobilisasi. Pemakaian gibs pada tungkai jarang dilakukan. Pembebanan pada tungkai
(weight-bearing) hanya dilakukan setelah gambaran radiologis menunjukkan ada perbaikan.1

Prognosis
Osteomielitis hematogen akut mempunyai prognosis yang umumnya baik sekiranya
mendapat pengobatan yang cepat dan tepat dan operasi drainase dilakukan jika
diperlukan.Progonosis buruk jika infeksi pada nenatus dan anak mengenai sendi panggul atau
bahu.4% pasien mungkin mengalami infeksi berulang walaupun telah mendapat pengobatan
yang adekuat.Sebanyak 25% pasien gagal untuk berespon baik setelah operasi debridement
yang ekstensif dan perpanjangan terapi antimikroba selanjutnya menyebabkan kehilangan
tulang,pembentukan sinus dan mungkin diamputasi.6

Kesimpulan
Berdasarkan kasus, dapat disimpulkan bahwa osteomielitis dapat menyerang pada
semua peringkat usia tetapi lebih sering pada anak di bawah usia 10 tahun. Infeksi bakteri
adalah berbeda mengikut golongan usia dan penyakit ini sulit dideteksi pada awal perjalanan
penyakit. Tetapi setelah diagnosa ditegakkan, penatalaksanaan yang cepat dapat
menyelamatkan pasien tanpa menimbulkan komplikasi setelah pengobatan.Komplikasi hanya
timbul jika lambat mendapat pengobatan atau pengobatan tidak mencukupi.Tidak sembarang
langkah pencegahan yang efektif melainkan pada kasus osteomielitis disebabkan H. influenza
dan S. pneumoni

8
Daftar Pustaka
1. Achadiono DN, Richardo M. Osteomielitis. Dalam: Setiati S, Alwi I, penyunting.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing; 2014:
h.3243-53.
2. Gleadle J. At a glance, anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007:
h.54-8.
3. Abraham M. Rudolph, Julien I.E. Hoffman, Colin D. Rudolph.Buku ajar pediatri
Rudolph. Edisi ke-20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; Volume I; 2006:
h.615-8.

4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke- 5. Jakarta:InternaPublishing; 2009: h.2639-43.

5. Najirman. Artritis septik. Dalam: Setiati S, Alwi I, penyunting. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-6. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing; 2014.h.3233-42.

6. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.

Anda mungkin juga menyukai