Anda di halaman 1dari 4

1 Martha et al.

, Panen dan Pasca Panen Padi Sawah

PERTANIAN

PANEN DAN PASCA PANEN PADI SAWAH


Paddy Harvest and Post Harvest

1)Khairana Millennia Martha, 2)Ega Yudha Pangestu, 3)M. Fiki Ardiansyah.


Program Studi Agroteknologi Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember 68121 – Telp./Fax (0331)332190
Email: khairanamartha@gmail.com

ABSTRAK
Panen dan pasca panen merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari hasil
budidaya tanaman padi. enanganan pasca panen yang baik berguna untuk meminimalkan kehilangan hasil panen, oleh karena itu diperlukan
tindakan yang tepat agar panen yang dihasilkan maksimal. Kegiatan panen dan pasca panen dilakukan dengan penetuan waktu panen, proses
pemanenan, perontokan hasil panen baik secara manual maupun mesin, pengeringan dengan cahaya matahari atau mesin, penyimpanan dan
proses penggilingan. Teknologi panen padi yang digunakan oleh petani Indonesia saat ini adalah menggunakan alat tradisional dengan
menggunakan sabit biasa, namun diberbagai negara maju telah menggunakan teknologi modern. Alat panen yang digunakan masing-masing
memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan kelemahan tersebut akan mempengaruhi perubahan teknologi yang dialami petani di
Indonesia. Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian acara 7 “Panen dan Pasca Panen Padi Sawah” dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal
11 Mei 2019. Metode pelaksanaan praktikum acara “Panen dan Pasca Panen Padi Sawah” dengan mengunjungi areal tanaman padi yang
siap untuk dipanen, kemudian memilih beberapa tanaman dan mengamatinya untuk dijadikan pedoman bahwa tanaman siap dipanen.
Pemanenan padi dilaksanakan menggunakan alat yang telah disediakan. Setelah dipanen, padi kemudian dirontokkan. Hasil bersih panen
padi tersebut kemudian dihitung potensi produksinya per hektar. Tanaman padi yang dipanen memiliki kriteria yaitu telah berumur 105 HST,
malai padi merunduk, 90-95% bulir padi menguning, bulir padi keras dan padi siap dipanen. Panen dilakukan secara manual menggunakan
sabit kemudian dikumpulkan di lahan dengan cara ditumpuk. Tumpukan padi kemudian dirontokkan secara manual menggunakan tangan
dan secara mekanik menggunakan mesin dorez. Gabah dikumpulkan ke dalam karung setelah dibersihkan, lalu ditimbang mengggunakan
neraca. Sedangkan potensi hasil padi per ukuran 1x1 meter pada kelompok kami menghasilkan 4,2 ton/ha .

Kata kunci : Panen, padi, teknologi

ABSTRACT
Harvest and post-harvest is one of the activities carried out with the aim of maintaining the quality and quantity of the results of rice
cultivation. good postharvest handling is useful to minimize crop losses, therefore proper action is needed so that the harvest can be
maximized. Harvesting and post-harvest activities are carried out by determining harvest time, harvesting process, manual and machine
threshing results, sun drying or machining, storage and grinding processes. The rice harvesting technology used by Indonesian farmers
currently uses traditional tools using ordinary sickles, but in many developed countries they have used modern technology. The harvesting
tools used each have advantages and disadvantages. These strengths and weaknesses will affect technological changes experienced by farmers
in Indonesia. Practicum Introduction to Agricultural Technology events 7 "Harvest and Post Harvest Rice Fields" is held on Saturday, May
11, 2019. The method of implementing the practice is the program "Harvest and Post Harvest Rice Fields" by visiting the rice plant area
which is ready for harvest, then selecting several plants and observing it to be used as a guideline that plants are ready to be harvested. Rice
harvesting is done using the tools provided. After harvest, the rice is then spilled. The net yield from the rice harvest is then calculated for its
production potential per hectare. Harvested rice plants have a criteria of 105 years old, rice ducks, 90-95% yellow grains, hard rice and rice
ready for harvest. Harvesting is done manually using a sickle and then collected in a stacked field. The rice pile is then spilled manually by
hand and mechanically using a dorez machine. Grain is collected into sacks after cleaning, then weighed using a balance sheet. While the
potential of rice yield per 1x1 meter size in our group produces 4.2 tons / ha.

Key words: Harvest, rice, technology


How to citate: Martha, K.M., Pangestu, E. Y., Ardiansyah, M. F. 2019. Panen dan Pasca Panen Padi Sawah. 1(1): 1-4

PENDAHULUAN gabah yang telah dipanen masih bercampur dengan kotoran dan
benih-benih yang tidak baik. Alat yang digunakan dalam kegiatan
panen padi pada saat pemotongan menggunakan ani-ani dan
Panen dan pasca panen merupakan salah satu kegiatan yang
sabit. Ani-ani digunakan pada padi yang berpostur tinggi,
dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kualitas dan kuantitas
sedangkan sabit digunakan untuk padi yang memiliki postur
dari hasil budidaya tanaman padi. Penanganan pasca panen yang
rendah. Pemotongan padi menggunakan sabit dibagi menjadi dua
baik berguna untuk meminimalkan kehilangan hasil panen, oleh
yaitu pemotongan bawah dan pemotongan atas pemotongan
karena itu diperlukan tindakan yang tepat agar panen yang
bawah biasanya dilakukan apabila perontokannya menggunakan
dihasilkan maksimal. Kegiatan panen dan pasca panen dilakukan
cara digebot atau menggunakan pedal thresher, sedangkan
dengan penetuan waktu panen, proses pemanenan, perontokan
pemotongan atas dilakukan apabila perontokan menggunakan
hasil panen baik secara manual maupun mesin, pengeringan
mesin perontokan atau power thresher (Kobarsih dan Nugroho,
dengan cahaya matahari atau mesin, penyimpanan dan proses
2015). Pengeringan bertujuan untuk menyamaratakan
penggilingan (Millati dkk, 2016). Menurut Prasetyo (2002),
pematangan gabah yang ada di sawah sehingga masaknya bulir
Panen pada tanaman padi yang tepat adalah ketika biji telah
padi berlangsung secara merata atau serentak untuk lebih
masak atau 90% malai padi telah menguning. Biji padi atau

Pengantar Teknologi Pertanian– Panen dan Pasca Panen Padi Sawah


2 Martha et al., Panen dan Pasca Panen Padi Sawah

memudahkan proses pemanenan oleh petani padi. Pengeringan Pemanenan padi dilaksanakan menggunakan alat yang telah
biasanya dilakukan kurang lebih dalam 10 hari menjelang padi disediakan. Setelah dipanen, padi kemudian dirontokkan. Hasil
dipanen. Saat digilingpun, bulir padi akan pecah karena umur bersih panen padi tersebut kemudian dihitung potensi
bulir masih kurang matang dan mudah rusak saat ditekan. produksinya per hektar. Praktikum ini bertujuan untuk
Berbeda saat pemanenan dilakukan melebihi hari optimum, maka mengetahui tentang kriteria panen, cara dan peralatan panen,
bulir padi banyak yang sudah terlalu tua dan rontok sehinggi penganganan pasca panen serta dapat menghitung potensi
petani banyak kehilangan hasil panen padi (Purwono dan produksi tanaman padi.
Purnamawati, 2007).
Penundaan dalam kegiatan panen dan pemotongan tidak
secara keseluruhan, pola curah hujan yang tidak teratur, tenaga HASIL
kerja yang tidak memadai dan kurangnya dana merupakan faktor
Tabel
utama yang menyebabkan kerugian pascapanen padi. Hal tersebut
karena kurangnya perencaan yang dilakukan sebelumnya . Perlu PEKERJAAN PANEN PADI
1 Penentuan Kriteria Panen Padi
adanya pelatihan dan penyuluhan dari pihak terkait atau yang 1 1. Tahapan Pekerjaan:
mempunyai tanggung jawab dibidang tersebut terutama 1. Mengamati visual padi
pemerntah agar kegiatan pada saat panen dan pascapanen padi dengan cara melihat
kenampakan padi pada lahan
dapat berjalan baikdan efisien, sehingga tidak menimbulkan sawah
kerugian nantinya (Taiwo and Bart, 2016). Penjemuran dilakukan 2. Daun berbentuk bendera
dengan tujuan untuk mengurangi kadar air padi, penjemuran yang 3. 90% bulir padi telah
menguuning
sesuai dengan ketentuan dan kondisi cahaya matahari yang sesuai 4. Malai padi merunduk
maka diproleh gabah yang berkualitas baik. Pada proses 5. Bulir gabah terasa keras
pengeringan padi terjadi 2 proses utama yang terjadi, pertama 6. Isi bulir gabah berwarna
putih
terjadi proses pemanasan pada bagian gabah yang terkontak 2. Hasil Pekerjaan:
secara langsung dengan cahaya matahari, kedua proses 1. Mendapatkan tanaman
pengerangan kadar air dari ke bagian dalam gabah. Pengeringan padi yang siap dipanen
2. Bulir padi telah
dengan menggunakan sinar mataahri menunjukan penyusutan menguning, serta malai padi
sebesar 2,81 % lebih rendah apabila dibandingkan dnegan menunduk
pengeringan menggunakan mesin pengering, yang berada di angka 3. Keterangan:
7,11 % ( Hidayat, 2014).
Proses penyimpanan padi dilakukan untuk menjaga kualitas
hasil panen padi yang dihasilkan dengan jangka waktu tertentu.
Penyimpanan secara sederhana dilakukan dengan menggunakan
kemasan yang akan meningkatkan suhu dan RH padi sehingga 2 Pelaksanaan Panen Padi
berada di atas suhu ruang, hal ini bertujuan untuk menjaga kadar 1. Tahap Pekerjaan:
air padi (Millati dkk, 2016). Menurut Utami (2016), Teknologi 1. Mendatangi lahan sawah
yang telah dipanen
mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung 2. Membuat petak panen
peningkatan produksi pertanian. Produksi pertanian akan dengan ukuran 1x1 meter
mendapatkan hasil yang bagus apabila penanganan panen dan 3. Melakukan pemanenan
dengan sabit
pasca panen dilakukan dengan teknologi yang tepat. Teknologi 4. Memasukan padi yang
yang dipakai saat panen dan pasca panen akan mempengaruhi sudah di panen ke dalam
hasil produksi gabah. Teknologi panen padi yang digunakan oleh karung
2. Hasil Pekerjaan:
petani Indonesia saat ini adalah menggunakan alat tradisional 1. Mengumpulkan padi yang
dengan menggunakan sabit biasa, namun diberbagai negara maju telah dipanen
telah menggunakan teknologi modern. Alat panen yang digunakan 2. Mendapatkan malai padi
yang masih menempel
masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dengan jerami
dan kelemahan tersebut akan mempengaruhi perubahan teknologi 3. Keterangan:
yang dialami petani di Indonesia.

BAHAN DAN METODE

Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian acara 7 “Panen


dan Pasca Panen Padi Sawah ” dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 11 Mei 2019. Kegiatan yang dilakukan pada praktikum
ini adalah melakukan panen dan pasca panen di lahan sawah
seluas 1x1 meter yang telah ditandai. Praktikum “Panen dan 3 Perontokan Padi Dengan Tangan
Pasca Panen Padi Sawah” dilakukan di Agrotechnopark, Jubung. 1. Tahap Pekerjaan:
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu tali 1. Memasukkan padi ke
dalam karung
rafia, ajir, kresek merah beasr, karung beras berukuran 25 kg, 2. Memukul-mukul karung
sabit, dan alat penunjang kegiatan praktikum lainnya. Metode yang berisi padi sampai bulir
pelaksanaan preaktikum acara “Panen dan Pasca Panen Padi yang menempel rontok
Sawah” dengan mengunjungi areal tanaman padi yang siap untuk 3. Menyerut malai padi yang
dipanen, kemudian memilih beberapa tanaman dan mengamatinya belum rontok
untuk dijadikan pedoman bahwa tanaman siap dipanen.

Pengantar Teknologi Pertanian– Panen dan Pasca Panen Padi Sawah


3 Martha et al., Panen dan Pasca Panen Padi Sawah

2. Hasil Pekerjaan:
Mendapatkan bulir padi yang
PEMBAHASAN
sudah terpisah dari malainya
3. Penghitungan hasil padi Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian acara 7 tentang
per ukuran luas petak “Panen dan Pasca Panen Sawah” dilaksanakan di Agrotechnopark
sampel: Jubung. Panen adalah pemungutan atau pemetikan hasil sawah,
Luas lahan dalam ha / luas sedangkan pemanenan merupakan salah satu kegiatan yang
lahan sampel x hasil panen
(ton) dilakukan dalam proses pembudidayaan tanaman padi, dan hal
= 1 / 1x10-4 x 5x10-4 ini juga merupakan proses atau tahap terakhir dalam
= 5 ton/ha pembudidayaan tanaman padi. Tanaman padi yang akan dipanen
4. Keterangan: harus dilakukan pada saat umur panen padi yang tepat. Kriteria
pemanenan padi yaitu, malai berumur 30 - 35 hari setelah
berbunga merata dan 90 – 95% gabah dari malai sudah tampak
mulai menguning serta merunduk dan biji padi keras saat
ditekan, kadar air gabah 22 – 26% yang diukur dengan
menggunakan moisture tester yang merupakan sebuah alat uji
4 Perontokan Padi Dengan Mesin
digital yang berfungsi untuk mengukur kandungan kadar air atau
tingkat kekeringan kadar air biji padi (Marlina dkk., 2017). Jika
1. Tahap Pekerjaan: waktu panen yang dilakukan terlambat, maka hal ini akan
1. Memberi alas (terpal) mempengaruhi hasil produksi padi. Hasil produksi padi menjadi
2. Mengisi bahan bakar dores
dengan solar turun, karena disebabkan oleh gabah yang terlalu banyak
3. Menghidupkan mesin mengalami kerontokan. Ketidaktepatan dalam proses pemanenan
dorez padi juga dapat mengakibatkan kehilangan hasil tanaman padi
4.Memberi batasan yang tinggi serta mutu hasil tanaman padi yang rendah sehingga
menggunakan kayu panjang dapat merugikan petani. Pelaksanaan pemanenan dilakukan
agar gabah tidak berserakan dalam beberapa kesiapan dan tahapan pekerjaan diantaranya
5. Memasukan padi ke
penggilingan yaitu, menyiapkan alat panen berupa sabit ataupun alat panen
6. Membuang sisa daun padi lainnya, menandai lahan dengan menggunakan ajir dan tali rafia,
7. Memasukan gabah memotong sepertiga dari tinggi batang padi (sekitar 10-15 cm
kedalam plastik dari dasar batang.) dengan menggunakan sabit, dan melakukan
8. Menghitung/ menimbang penumpukan dan pengumpulan padi yang dipanen untuk
berat gabah memasukkannya ke dalam karung. Lahan yang tersedia yaitu
2. Hasil Pekerjaan:
1. Bulir padi yang telah seluas 1 ha dan terdiri dari 1x1 meter yang akan dipanen oleh
dipanen telah terpisah dari tiap satu kelompok.
kotorannya Padi yang telah dipanen, kemudian dirontokkan dengan
2. Padi akan terlepas dari dipukul-pukul dari luar karung atau menggunakan cara manual
tangkainya dengan berat
sebanyak 75gr dengan cara diserut atau diambil bulirnya untuk kemudian
3. Penghitungan hasil padi dihitung beratnya menggunakan neraca. Namun, proses
per ukuran luas petak perontokan yang dilakukan secara manual akan menjadikan
sampel: gabah berceceran dimana-mana. Tentunya hal ini akan sangat
Luas lahan dalam ha / luas merugikan bagi petani. Perontokan yang dilakukan secara manual
lahan sampel x hasil panen membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaiannya, karena
(ton)
= 1/10-4 x 75x10-6
tenaga kerja yang dibutuhkan cukup besar, dan kehilangan akan
= 75x10-2 ton/ha hasil produksi lebih besar dari pada perontokan dengan mesin.
Hasil panen yang diperoleh Perontokan dengan mesin dilakukan dengan menggunakan
adalah 0,75 ton/ha teknologi berupa mesin perontok untuk menghasilkan hasil
4. Keterangan: produksi padi yang berkualitas. Perontokan ini mengunakan
mesin-mesin perontokan seperti pedal thresher, power theser dan
mesin perontok lainnya. Pada praktikum kali ini, sisa padi
lainnya yang telah dipanen dirontokkan menggunakan mesin
perontok (dorez). Mesin tersebut dialasi dengan terpal untuk
meminimalisir kehilangan bulir padi. Perontokkan dilakukan
dengan memasukkan padi yang telah dipanen sedikit demi sedikit
pada mesin penggilingan. Setelah itu membuang sisa-sisa padi
yang tidak lagi digunakan. Penggunaan teknologi seperti
menggunakan mesin perontok ini menimbulkan banyak
Grafik
keuntungan seperti memudahakan para petani dalam
merontokkan hasil produksi, tenaga kerja yang dibutuhkan tidak
terlalu besar, cepat dalam pengerjaannya dan akan kehilangan
hasil panen rendah. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
perontokan ini hanya mampu 1-3 orang saja. Kebersihan akan
produksi lebih efisien dan efektif dalam penyeleksiannya. Oleh
karena itu, penggunaan teknologi dapat membantu pekerjaan
petani terutama pada proses perontokan maupun penanganan
pasca panen lainnya. Namun, pada praktikum kali ini, perontokan
menggunakan mesin dorez menghasilkan bulir padi yang sedikit
karena padi yang dipanen belum memasuki waktu panen,
sehingga banyak terdapat bulir yang kosong. Hasil yang didapat
hanya sekitar 0,76 ton/ha. Setelah dilakukan proses pemanenan,
tahap yang akan dilakukan selanjutnya adalah kegiatan pasca
panen.

Pengantar Teknologi Pertanian– Panen dan Pasca Panen Padi Sawah


4 Martha et al., Panen dan Pasca Panen Padi Sawah

Kegaiatan pasca panen merupakan salah satu upaya yang


sangat strategis dalam rangka untuk meningkatkan hasil produksi
padi. Tahap kegiatan dari pasca panen yang sangat perlu
diperhatikan yaitu proses pengeringan gabah yang sudah
dirontokan dari batang padi. Hasil panen tanaman padi dapat
ditingkat dengan cara meningkatkan berat kering yang dimana
total yang akan dihasilkan dengan cara proses pengeringan atau
dengan cara meningkatkan proporsi hasil panen yang sangat
ekonomis (Hidayat., 2014). Namun, penanganan pascapanen yang
dilakukan pada kegiatan praktikum kurang sesuai karena panen
masih menggunakan sabit yang sebagian bulir padi diantaranya
rontok ketika pemanenan. Tumpukan padi hasil pemotongan
tersebut juga langsung ditaruh di tanah tanpa adanya alas.
Perontokan menggunakan mesin dorez sudah tepat begitu juga
dengan kegiatan pembersihan dan pengumpulan yang segera
dilakukan. Kegiatan pascapanen tersebut akan lebih baik apabila
gabah segera dijemur namun penjemuran tersebut tidak dilakukan
pada kegiatan praktikum.

KESIMPULAN

Tanaman padi yang dipanen memiliki kriteria yaitu telah


berumur 105 HST, malai padi merunduk, 90-95% bulir padi
menguning, bulir padi keras dan padi siap dipanen. Panen
dilakukan secara manual menggunakan sabit kemudian
dikumpulkan di lahan dengan cara ditumpuk. Tumpukan padi
kemudian dirontokkan secara manual menggunakan tangan dan
secara mekanik menggunakan mesin dorez. Gabah dikumpulkan
ke dalam karung setelah dibersihkan, lalu ditimbang
mengggunakan neraca. Sedangkan potensi hasil padi per ukuran
1x1 meter pada kelompok kami menghasilkan 4,2 ton/ha.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, M. A. 2014. Inovasi Teknologi Untuk Pengelolaan Padi (Oryza
sativa) pada Proses Pengeringan dan Penggilingan di Lahan Pasang
Surut Sumatra Selatan. Lahan Suboptimal. 155-163.

Kobarsih, M. dan Siswanto, N. 2015. Penanganan Susut Panen dan Pasca


Panen Padi Kaitannya dengan Anomali Iklim di Wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta. Planta Tropika Journal of Agro Science. 3 (2)
: 101-106.

Marlina, Setyono, dan Y. Mulyaningsih. 2017. Pengaruh Umur Bibit dan


Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Panen Padi Sawah
(Oryza Sativa) Varietas Ciherang. Jurnal Pertanian. Vol. 8(1): 29.

Millati, T., A. R. M. Akbar., dan A. Rahmi. 2016. Pengaruh Jenis Kemasan


Terhadap Kondisi Penyimpanan Gabah Kering Panen, Rendemen
Giling Dan Beras Kepala. Ziraa’ah. 41(1): 103-112.

Prasetiyo, Y.T. 2002. Budidaya Padi Sawah TOT (Tanpa Olah Tanah).
Yogyakarta : Kanisius.

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya dan Jenis Tanaman Pangan


Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Taiwo , A. and A. Bart P. 2016. Factors Responsible For Post-Harvest Losses


And Their Effects On Rice Producing Farmers: A Case Study Of
Afife And Aveyime Rice Projectsin The Volta Region Of Ghana.
International Research Journal of Engineering and Technology. 3
(4) : 1014-1022.

Utami, S. N.H., Priyatmojo, A., Subejo. 2016. Penerapan Teknologi Tepat


Guna Padi Sawah Spesifik Lokasi Di Dusun Ponggok, Trimulyo,
Jetis, Bantul. Community Engagemen. (1)2: 239-254.

Pengantar Teknologi Pertanian– Panen dan Pasca Panen Padi Sawah

Anda mungkin juga menyukai