Anda di halaman 1dari 29

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

PERIODE 15 JULI 2019 – 17 AGUSTUS 2019

RS PENDIDIKAN : RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


DR. KARDINAH, KOTA TEGAL

JOURNAL READING

TOPIK : GLAUKOMA AKUT

Penulis :
Herlina
030.14.086

Pembimbing :
dr. Liliek Isyoto Y, Sp.M

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PERSETUJUAN

Journal reading dengan topik :


“Glaukoma Akut”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing sebagai syarat


untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Mata
di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal
periode 15 Juli 2019 – 17 Agustus 2019

Pada hari …………... tanggal ………………………………..

Tegal, .......Agustus 2019


Pembimbing,

(dr. Liliek Isyoto Y, Sp.M)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas karunia-Nya journal reading dengan topik “Glaukoma Akut” dapat
selesai dengan semestinya. Journal reading ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik departemen Ilmu
Kesehatan Mata periode 15 Juli 2019 – 17 Agustus 2019.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian journal reading
ini, terutama kepada dr. Liliek Isyoto Y, SpM selaku pembimbing yang telah
memberikan waktu dan bimbingannya sehingga journal reading ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan journal reading ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan journal reading ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga journal reading dapat
bermanfaat dalam bidang kedokteran, khususnya untuk bidang kesehatan mata.

Tegal, Juli 2019


Penulis,

Herlina

030.14.086
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iv

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA: GLAUKOMA ............................................. 5


1.1 Anatomi dan fisiologi ................................................................... 5
1.2 Definisi.......................................................................................... 7
1.3 Etiologi.......................................................................................... 7
1.4 Faktor resiko ................................................................................. 7
1.5 Klasifikasi .................................................................................... 8
1.6 Pemeriksaan penunjang ................................................................ 9
1.7 Glaukoma akut ............................................................................ 12

BAB 2 JOURNAL READING ........................................................................ 18


DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA: Glaukoma

1.1 Anatomi dan Fisiologi


Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik mata.
Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis
yang menghubungkan akhir dari membran Descemet dan membran Bowman. Akhir dari
membran Descemet disebut garis Schwalbe.
Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan stroma. Epitelnya 2 kali ketebalan epitel
kornea. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari arteri siliaris
anterior.
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekular, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke belakang mengelilingi
kanalis Schlemm untuk berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral spur (insersi
dari m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris meridional.
3. Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)
Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya diliputi oleh
endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila ada darah
di dalam kanalis Schlemm, dapat terlihat dari luar.
Kanalis Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi kornea.
Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5 mm. Pada dinding sebelah dalam,
terdapat lubang-lubang sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanalis
Schlemm. Dari kanalis Schlemm keluar saluran kolektor, 20-30 buah, yang menuju ke
pleksus vena di dalam jaringan sklera dan episklera dan vena siliaris anterior di badan
siliar.

5
Fisiologi Humor Akueus
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan
tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueus adalah suatu cairan jernih
yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250
μL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor akueus
serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat,
dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.
Humor akueus diproduksi oleh korpus siliaris. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di
stroma prosessus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosessus sekretorius epitel
siliaris. Setelah masuk ke kamera posterior, humor akueus mengalir melalui pupil ke
kamera anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini,
terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau
trauma intraokuler dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini disebut
humor akueus plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah.
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang
dibungkus oleh sel-sel traabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-
pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris
melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan
tersebut sehingga kecepatan drainase humor akueus juga meningkat. Aliran humor akueus
ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transelular
siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran
pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah
kecil humor akueus keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera
(aliran uveoskleral).

6
1.2 Definisi
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memiliki satu gambaran
berupa kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang disebabkan karena
peningkatan tekanan intraokular. Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan lapang
pandang dan kebutaan.

1.3 Etiologi
Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler yang dapat disebabkan
oleh bertambahnya produksi humor akueus oleh badan siliar ataupun berkurangnya
pengeluaran humor akueus di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.
Tekanan intraokuler adalah keseimbangan antara produksi humor akueus,
hambatan terhadap aliran akueous dan tekanan vena episklera. Ketidakseimbangan antara
ketiga hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler, akan tetapi hal
ini lebih sering disebabkan oleh hambatan terhadap aliran humor akueus.

1.4 Faktor Resiko


Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah :
1. Tekanan darah rendah atau tinggi
2. Fenomena autoimun
3. Degenerasi primer sel ganglion
4. Usia di atas 45 tahun
5. Keluarga mempunyai riwayat glaukoma
6. Miopia atau hipermetropia
7. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi
Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :
1. Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat
2. Makin tua usia, makin berat
3. Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering
7
4. Kerja las, resiko 4 kali lebih sering
5. Keluarga penderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
6. Tembakau, resiko 4 kali lebih sering
7. Miopia, resiko 2 kali lebih sering
8. Diabetes melitus, resiko 2 kali lebih sering

1.5 Klasifikasi Glaukoma


Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi :
a. Glaukoma primer sudut terbuka
Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Gambaran klinis dari glaukoma primer sudut terbuka, yaitu progresifitas
gejalanya berjalan perlahan dan lambat sehingga sering tidak disadari oleh
penderitanya, serta gejalanya samar seperti: sakit kepala ringan tajam
penglihatan tetap normal; hanya perasaan pedas atau kelilipan saja; tekanan
intra okuler terus -menerus meningkat hingga merusak saraf penglihatan.

b. Glaukoma primer sudut tertutup


Glaukoma primer sudut tertutup ditandai dengan sudut bilik mata depan
yang tertutup, bersifat bilateral dan herediter. Gejala yang dirasakan oleh pasien,
seperti : tajam penglihatan kurang (kabur mendadak), mata merah, bengkak,
mata berair, kornea suram karena edema, bilik mata depan dangkal dan pupil
lebar dan tidak bereaksi terhadap sinar, diskus optikus terlihat merah dan
bengkak, tekanan intra okuler meningkat hingga terjadi kerusakan iskemik pada
iris yang disertai edema kornea, melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri
hebat periorbita, pusing, bahkan mual-muntah.

8
c. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat infeksi,
peradangan, tumor, katarak yang meluas, kecelakaan atau trauma, serta
pembuluh darah yang tidak normal (sering karena diabetes melitus).

d. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital timbul saat lahir atau dalam tahun pertama dengan
gejala klinis adanya mata berair berlebihan, peningkatan diameter kornea
(buftalmos), kornea berawan karena edema epitel, terpisah atau robeknya
membran descemet, fotofobia, peningkatan tekanan intraokular, peningkatan
kedalaman kamera anterior, pencekungan diskus optikus.

1.6. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menilai glaukoma secara
klinis dapat menggunakan, yaitu :
a) Visus, pada pasien dengan glaukoma, visus turun mulai dari perifer. Visus sentral
baik terutama pada glaukoma sudut terbuka. Sedangkan pada stadium lanjut,
9
visus sentral akan turun.

b) Tonometri, yang sering digunakan yaitu Tonometri Schiotz, alat ini berguna
untuk menilai tekanan intra okular. Tekanan intra okular normal berkisar antara
10-21 mmHg.

c) Gonioskopi. Merupakan suatu cara untuk melihat lebar sempitnya sudut bilik mata
depan. Dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup atau sudut
terbuka, juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris bagian perifer, kedepan
(peripheral synechiae anterior). Dengan alat ini dapat pula diramalkan apakah suatu
sudut akan mudah tertutup dikemudian hari.

d) Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur


rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). Yang harus diperhatikan adalah papil,
yang mengalami perubahan penggaungan (cupping) dan degenerasi saraf optik (atrofi)
Yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor :

 Peninggian TIO, mengakibatkan gangguan perdarahan pada papil, sehingga


terjadi degenerasi berkas-berkas serabut saraf pada papil saraf optik.

10
 TIO, menekan pada bagian tengah optik yang mempunyai daya tahan terlemah
dari bola mata. Bagian tepi papil relatif lebih kuat dari bagian tengah sehingga
terjadi penggaungan pada papil ini.

Tanda penggaungan ( Cupping ) :


Pinggir papil bagian temporal menipis. Ekskavasi melebar dan mendalam tergaung
sehingga dari depan tampak ekskavasi melebar, diameter vertikal, lebih besar dari
diameter horizontal. Bagian pembuluh darah ditengah papil tak jelas, pembuluh
darah seolah-olah menggantung di pinggir dan terdorong kearah nasal. Jika
tekanan cukup tinggi, akan terlihat pulsasi arteri.
Tanda atrofi papil :
Termasuk atrofi primer, warna pucat, batas tegas. Lamina fibrosa tampak jelas.6
e) Pemeriksaan lapang pandang. Kelainan lapangan pandang pada glaukoma
disebabkan adanya kerusakan serabut saraf. Yang paling dini berupa skotoma
relatif atau absolut yang terletak pada daerah 30 derajat sentral. Bermacam –
macam skotoma dilapangan pandangan sentral ini bentuknya sesuai dengan bentuk
kerusakan dari serabut saraf.

f) Tes Provokasi

Untuk glaukoma sudut terbuka :

 Tes minum air


 Pressure congestion test
 Kombinasi tes air minum dengan pressure congestion
 Tes Steroid
Untuk glaukoma sudut tertutup :
 Tes kamar gelap
 Tes membaca
 Tes midriasis
 Tes bersujud

Perbedaan tekanan 8 mmHg antara sebelum test dan sesudah test dianggap menderita
glaukoma, harus mulai diberi terapi

11
GLAUKOMA AKUT

I. DEFINISI
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat
aliran humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat sehingga
menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan. Glaukoma Akut
merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral
dan dapat menyebabkan kebutaan bila tidak segera ditangani dalam 24 – 48 jam.

II. EPIDEMIOLOGI
Glaukoma akut terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun
dengan angka kejadian yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada
penyakit ini adalah 4:1. Pasien dengan glaukoma sudut tertutup kemungkinan besar
rabun dekat karena mata rabun dekat berukuran kecil dan struktur bilik mata anterior
lebih padat.

III. ETIOLOGI
Glaukoma akut terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler secara mendadak
yang dapat disebabkan oleh sumbatan di daerah kamera okuli anterior oleh iris perifer,
sehingga menyumbat aliran humor akueus dan menyebabkan tekanan intra okular
meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat.

IV. PATOFISIOLOGI
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor akueus mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan
12
dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau
lensa yang mengeras karena usia tua. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong
perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan
darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus
mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata.
Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

V. GEJALA DAN TANDA


Tajam penglihatan kurang (kabur mendadak), mata merah, bengkak, mata berair,
kornea suram karena edema, bilik mata depan dangkal dan pupil lebar dan tidak
bereaksi terhadap sinar, diskus optikus terlihat merah dan bengkak, tekanan intra
okuler meningkat hingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema
kornea, dibuktikan dengan tonometri schiotz ataupun teknik palpasi (tidak dianjurkan
karena terlalu subjektif), melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri hebat
periorbita, pusing, bahkan mual-muntah.

VI. DIAGNOSIS
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis,
pemeriksaan status umum dan oftalmologis, serta penunjang.
Berdasarkan ananmnesis, pasien akan mengeluhkan pandangan kabur, melihat
pelangi atau cahaya di pinggir objek yang sedang dilihat (halo), sakit kepala, sakit
bola mata, pada kedua matanya, muntah – muntah.
Pada pemeriksaan akan ditemukan tanda-tanda, antara lain : visus sangat
menurun, mata merah, tekanan intra okular meningkat, injeksi pericorneal, kornea
oedem, COA dangkal, iris oedem dan berwarna abu – abu, pupil sedikit melebar dan
tidak bereaksi terhadap sinar, serta diskus optikus terlihat merah dan bengkak.
Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksa penunjang, diantaranya, pemeriksaan
13
tekanan intra okular dengan menggunakan tonometri, melihat sudut COA, menilai
CDR, pemeriksaan lapang pandang, tonografi, serta tes kamar gelap.

VII. KLASIFIKASI
Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi :
a. Akut
Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan
sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat pergeseran diafragma lensa-iris
ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior mata.
b. Subakut
Glaukoma dengan gejala klinis nyeri unilateral berulang dan mata tampak
kemerahan
c. Kronik
Glaukoma dengan gejala klinis terdapat peningkatan tekanan intraokular,
sinekia anterior perifer meluas
d. Iris plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai kedalaman kamera
anterior sentral normal tetapi sudut kamera anterior sangat sempit karena insersi
iris secara kongenital terlalu tinggi.

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Iritis akut, menimbulkan fotofobia lebih besar daripada glaukoma. Tekanan
intraokular biasanya tidak meningkat, pupil konstriksi, dan kornea biasanya tidak
edematosa. Di kamera anterior tampak jelas sel – sel, dan terdapat injeksi siliaris
dalam.
Konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak terdapat gangguan
penglihatan. Terdapat tahi mata dan konjungtiva yang meradang hebat tetapi tidak
terdapat injeksi siliaris. Respon pupil dan tekanan intraokular normal, dan kornea
jernih.
Glaukoma sudut tertutup akut sekunder dapat terjadi akibat pergeseran
diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior mata.
Hal ini dapat dijumpai pada sumbatan vena retina sentralis, pada skleritis posterior
dan setelah tindakan – tindakan terapeutik misalnya fotokoagulasi panretina,

14
krioterapi retina, dan scleral buckling untuk pelepasan retina. Gambaran klinis
biasanya mempermudah diagnosis.

IX. KOMPLIKASI
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekia
anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera anterior yang
memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Kerusakan saraf optikus sering
terjadi.

X. PENATALAKSANAAN
Glaukoma hanya bisa diterapi secara efektif jika diagnose ditegakkan sebelum
serabut saraf benar-benar rusak. Tujuannya adalah menurunkan tekanan intraokular,
dapat dilakukan dengan minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan
menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase
(misalnya asetazolamid  500 mg iv dilanjutkan dgn oral 500 mg/1000mg oral).
Tetes mata pilokarpin menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan
membuka saluran yang tersumbat. Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa
diberikan tetes mata beta bloker (Timolol 0.5% atau betaxolol 0.5%, 2x1 tetes/hari)
dan kortikosteroid topikal dengan atau tanpa antibiotik untuk mengurangi inflamasi
dan kerusakan saraf optik. Setelah suatu serangan, pemberian pilokarpin dan beta
bloker serta inhibitor karbonik anhidrase biasanya terus dilanjutkan. Pada kasus yang
berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui
pembuluh darah).
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi
humor akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat
menurunkan tekanan intra okuler sesegera mungkin. Obat – obat yang dapat
digunakan, yaitu :
• Menghambat pembentukan humor akueus
Penghambat beta andrenergik adalah obat yang paling luas digunakan. Dapat
digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang tersedia
antara lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%,
levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%. Apraklonidin adalah suatu
agonis alfa adrenergik yang baru yang berfungsi menurunkan produksi humor
akueous tanpa efek pada aliran keluar. epinefrin dan dipiferon juga memiliki efek

15
yang serupa. Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetazolamid digunakan apabila
terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan pada glaukoma akut dimana
tekanan intraokuler sangat tinggi dan perlu segera dikontrol. Obat ini mampu
menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-60%.

• Fasilitasi aliran keluar humor akueous


Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akueous dengan
bekerja pada jalinan trabekuler melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah
pilokarpin, larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari atau gel 4% yang
dioleskan sebelum tidur. Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis
disertai meredupnya penglihatan, terutama pada pasien dengan katarak, dan
spasme akomodatif yang mungkin mengganggu bagi pasien muda.

• Penurunan volume korpus vitreum


Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air
tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum.
Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma akut
sudut tertutup. Gliserin 1ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin dicampur
dengan sari lemon, adalah obat yang paling sering digunakan, tetapi pemakaian
pada pasien diabetes harus berhati-hati. Pilihan lain adalah isosorbin oral atau
manitol intravena.

• Miotik, Midriatik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penalaksanaan glaukoma sudut tertutup
akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam
penutupan sudut akibat iris bombe karena sinekia posterior. Apabila penutupan
sudut diakibatkan oleh pergeseran lensa ke anterior, atropine atau siklopentolat
bisa digunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan apparatus
zonularis.

Bila tidak dapat diobati dengan obat – obatan, maka dapat dilakukan tindakan :
 Iridektomi dan iridotomi perifer
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi
langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan diantara

16
keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser neonidium: YAG
atau aragon atau dengan tindakan bedah iridektomi perifer, tetapi dapat
dilakukan bila sudut yang tertutup sebesar 50%.
 Trabekulotomi (Bedah drainase)
Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan
iridektomi.

XI. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap glaukoma akut dapat dilakukan Pada orang yang telah
berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala secara
teratur setiap 3 tahun, bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka
lakukan pemeriksaan setiap tahun. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan
lapang pandangan dan tekanan mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya
glaukoma. Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan
sakit kepala yang berat, serta keluarga yang pernah mengidap glaukoma.

XII. PROGNOSIS
Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera
ditangani dalam 24 – 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi
akut glaukoma sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan
penglihatan progresif. Tetapi bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta
permanen.

17
BAB II
JOURNAL READING

Yan YC, Su JF, Yuan BL, et al., Laser Peripheral Iridotomy versus Trabeculectomy as an
Initial Treatment for Primary Angle-Closure Glaucoma, Journal of Ophthalmology, vol.
2017

Laser Peripheral iridotomy dibandingkan trabeculectomy sebagai Pengobatan awal


untuk Primary Angle-Closure Glaucoma

Tujuan. Untuk membandingkan Laser perifer iridotomy (LPI) dengan


trabeculectomy sebagai pengobatan awal untuk primer sudut tertutup glaukoma
(PACG) dengan perifer anterior sinekia (PAS) ≥ 6 clock hours.

Metode. Pasien diambil dari dua percobaan terkontrol acak. 38 mata dari 38 pasien
(PAS ≥ 6 jam jam) diobati dengan LPI (kelompok 1) sementara 111 mata dari 111
pasien PACG (PAS ≥ 6 clock hours) menjalani trabeculectomy primer (kelompok
2). Semua pasien menjalani pemeriksaan mata yang komprehensif pada awal dan
pada kunjungan pasca operasi dan ditindaklanjuti selama minimal satu tahun.

Hasil. Kelompok 2 memiliki TIO awal yang lebih tinggi (45,7 ± 14,8 mmHg
dibandingkan 34,3 ± 14,3 mmHg) dari kelompok 1 dan clock hours lebih dari PAS
(10,4 ± 1,9 vs 9,0 ± 2,2). TIO pada semua kunjungan pasca operasi yang secara
signifikan lebih rendah pada kelompok 2 dibanding kelompok 1 (p = 0 000). Lima
mata dalam kelompok 1 diperlukan trabeculectomy. 17 dari 38 mata dalam
kelompok 1 (44,7%) diperlukan obat penurun TIO dibandingkan dengan tujuh dari
111 mata dalam kelompok 2 (6,3%). perkembangan katarak didokumentasikan
dalam 2 mata (5.3%) pada kelompok 1 dan 16 mata (14,4%) pada kelompok 2.

Kesimpulan. trabeculectomy utama untuk PACG (PAS ≥ 6 clock hours) lebih


efektif daripada LPI dalam menurunkan TIO.

1 Pengantar

Glaukoma primer sudut tertutup (PACG) adalah jenis utama dari glaukoma
primer di Cina. Pengelolaan PACG di Cina berbeda dengan rekomendasi dari

18
American Academy of Ophthalmology Preferred Practice Patterns (PPP) dan
panduan yang diterbitkan lainnya. Untuk sudut tertutup primer (PAC) dan PACG,
PPP merekomendasikan Laser perifer iridotomy (LPI) untuk menghilangkan pupilary
blok diikuti dengan strategi pengobatan “serupa dengan POAG”. Dengan demikian,
LPI digunakan sebagai pengobatan lini pertama untuk semua pasien dengan PAC atau
PACG, obat ditambahkan sesuai kebutuhan, dan operasi dipertimbangkan ketika
tekanan intraokular (IOP) tidak dapat dikontrol dengan toleransi maksimal obat. Di
Cina, bagaimanapun, trabeculectomy dianggap sebagai pilihan utama untuk PACG
dan umumnya dilakukan jika perifer anterior sinekia (PAS) lebih besar dari 6 clock
hours. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, tidak ada studi banding dari LPI vs
lectomy trabecu- utama dalam PACG untuk mendukung pendekatan semacam itu.
Menggunakan data dari pasien yang terdaftar dalam dua percobaan percobaan kontrol
acak. kami membandingkan keampuhan penurun TIO dan keselamatan LPI vs
trabeculectomy sebagai pengobatan awal untuk PACG dengan PAS ≥ 6 clock hours.

2. Metode

Pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini telah berpartisipasi dalam 2 uji
random terwujud klinis (RCT) untuk PACG. Kedua percobaan dilakukan sesuai
dengan prinsip Deklarasi Helsinki dan disetujui oleh komite etika Eye Center
Tongren, Capital University Medical. diperoleh informed consent tertulis dari semua
partisipan untuk penelitian ini.

Pasien yang menjalani trabeculectomy untuk PACG telah berpartisipasi dalam


RCT multicenter. RCT ini dilakukan di empat pusat kolaboratif klinis Rumah Sakit
Beijing Tongren: Handan Rumah Sakit (Provinsi Hebei, China), Rumah Sakit
Anyang Mata (Provinsi Henan, Cina), Rumah Sakit Fushun Mata (Provinsi Liaoning,
Cina), dan Chenzhou Eye dan Optometry Pusat (Provinsi Hunan, Cina). PACG itu
didefinisikan sebagai penutupan sudut primer dengan glaukoma neuropati optik dan
sesuai gangguan lapangan pandang, dan pasien direkrut dari empat pusat antara April
2006 dan November 2007. Tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk melaporkan
keampuhan dan komplikasi trabeculectomy di PACG.

Pasien yang menjalani LPI sebagai pengobatan awal adalah bagian dari RCT
dilakukan di Rumah Sakit Han-Dan. Tujuan dari RCT ini adalah untuk menyelidiki
peran laser iridotomy (dengan atau tanpa iridoplasty) pada pasien dengan synechial
PAC atau PACG. Definisi dari PACG adalah sama seperti yang digunakan dalam
19
percobaan tersebut di atas; kasus berturut-turut PAC dan PACG menyajikan ke rumah
sakit antara 1 Oktober 2005, dan 31 Oktober 2006, direkrut untuk percobaan ini.

2.1 Seleksi pasien. Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) PACG: didefinisikan sebagai penutupan sudut primer dengan glaucomatous
neuropati optik dan gangguan lapang pandang

(2) Usia 40 tahun atau lebih

(3) PAS ≥ 6 clock hours

(4) Minimum tindak lanjut dari satu tahun.

Pasien dengan glaukoma sudut tertutup akut dikeluarkan. semua pasien telah
melakukan pemeriksaan mata yang komprehensif termasuk refraksi, Goldmann
applanation tonometry, statis dan dinamis gonioscopy (manipulasi) menggunakan
satu cermin Goldmann gonioscope, pemeriksaan slit lamp, pemeriksaan fundus
dan perimetry otomatis. pemeriksaan ini dilakukan pada baris dasar dan pada
kunjungan pasca operasi dijadwalkan pada bulan 1, bulan 3, bulan 6, bulan 12,
dan bulan 18. kunjungan pascaoperasi dijadwalkan pada hari 1, hari 3, minggu 1,
minggu 2, bulan 1, bulan 3, bulan 6, bulan 12, dan bulan 18 mengikuti LPI atau
trabeculectomy.

2.2 Laser Peripheral iridotomy. Semua prosedur laser dilakukan oleh salah satu dari
dua spesialis glaukoma senior. Pilocarpine 2% diterapkan, dan iridotomy
dilakukan dengan anestesi topikal menggunakan Nd:YAG Laser (YL-1600;
NIDEK Co Ltd, Jepang) menggunakan lensa kontak Abraham (okuler
Instruments Inc, Bellevue, USA). lokasi terpilih di nasal iris superior atau kripta.
Pengobatan dimulai dengan satu 4 mJ pulse, kekuatan itu disesuaikan, dan
pengobatan dilanjutkan untuk memperoleh pembukaan 0,2 mm; patensi
ditentukan dengan visualisasi langsung dari ruang posterior.

Sesuai dengan kebiasaan setempat, obat penurun TIO dimulai jika TIO lebih
besar dari 21 mmHg dilanjutkan laser dan komfirasi oleh pembacaan berulang
pada hari yang sama .
2.3 Trabeculectomy. Bedah dilakukan dengan anestesi topikal atau peribulbar
menggunakan teknik bedah standar. Mata disiapkan dengan menggunakan teknik
aseptik standar dan terbungkus untuk mengisolasi bulu mata. Sebuah spekulum
tutup dimasukkan dan 7/0 rektus superior traksi otot jahitan ditempatkan. flap
20
limbus konjungtiva dibuat menggunakan sayatan 10 mm melalui konjungtiva dan
capsul Tenon ini sekitar 8-10 mm dari limbus. flap itu dibedah depan dan
hemostasis dicapai dengan diathermy monopolar.
Setengah ketebalan 4 × 3 mm2 persegi panjang flap scleral dan spons selulosa
direndam dalam MMC (0,3 mg / ml) yang diterapkan di bawah flap scleral,
konjungtiva, dan kapsul Tenon untuk durasi ditentukan oleh ahli bedah
berdasarkan penilaian faktor risiko. Irigasi dengan larutan garam dilakukan untuk
mencuci solusi residual MMC. Sebuah paracentesis diciptakan, blok
trabeculectomy 2 × 1,5 mm dipotong, dan iridectomy dilakukan. flap scleral itu
dijahit dengan 10-0 mono filamen, BSS disuntikkan ke dalam ruang anterior untuk
menilai flow, dan konjungtiva ditutup dengan jahitan tunggal.
Ketajaman visual tercatat dengan grafik desimal dan dikonversi ke logaritma
dari sudut minimum resolusi (LogMAR) format. menghitung Jari, gerakan tangan,
dan persepsi cahaya dicatat sebagai 1,5, 2,0, dan 2,5 pada skala LogMAR.
Pada setiap kunjungan pasca operasi, teknisi terlatih mengukur TIO dua kali
menggunakan tonometer aplanasi dan dicatat rata-rata. Jika selisih antara dua
pengukuran lebih dari 2 mmHg, pengukuran ketiga dilakukan, dan rata-rata dari
dua lebih dekat hasil tercatat. Semua pengukuran TIO dilakukan jam 8:00-12:00.
Di setiap situs, pengamat terlatih digunakan standar foto LOCs III untuk
menilai lensa. perkembangan katarak didefinisikan sebagai peningkatan dari 2 atau
lebih unit lebih besar dari dasar dalam setiap kategori LOCs III (nuklir, korteks,
atau posterior capsular opacity). Progresi dianalisis dalam semua mata dengan
minimal tindak lanjut dari 12 bulan; bagi mereka yang lagi tindak lanjut yang
tersedia, itu ditentukan pada kunjungan 18 bulan. Ruang anterior dangkal (AC)
dikategorikan sebagai kelas I = perifer iris-kornea sentuh; kelas II = tengah iris-
kornea sentuh; dan kelas III = sentral kornea-lensa sentuh. Hypotony itu
didefinisikan sebagai IOP ≤ 5 mmHg. Pada setiap kunjungan, komplikasi lain dan
intervensi, jika dilakukan, dicatat.

2.4 Analisis statistik. Satu mata dari setiap pasien yang dipilih secara acak untuk
analisis. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.0. Independen
t-test digunakan untuk membandingkan selisih antara kelompok, dan uji chi-
square digunakan untuk membandingkan selisih dalam pengobatan TIO dan
perkembangan katarak antara kelompok. Nilai p <0,05 dianggap signifikan.

21
3. Hasil

38 mata dari 38 pasien dengan PACG yang menjalani primary iridotomy terdiri
kelompok 1 sedangkan kelompok 2 terdiri dari 111 mata dari 111 pasien PACG
yang telah menjalani trabeculectomy.

Karakteristik dasar dari kedua kelompok dirangkum dalam Tabel 1. Pasien dalam
kelompok 2 yang sedikit lebih muda dan memiliki TIO awal yang lebih tinggi dan
lebih clock hours dari PAS. Tabel 2 menunjukkan TIO pasca operasi dan ketajaman
visual. Pada setiap kunjungan, TIO adalah secara signifikan lebih rendah di
Kelompok 2 (p <0 001).

5 mata dalam kelompok 1 trabeculectomy diperlukan: 1 mata di 6 bulan, 2 mata


pada 12 bulan, dan 2 mata pada usia 18 bulan. 17 dari 38 mata (44,7%, CI: 28,9% -
60,5%) pada kelompok 1 diperlukan rata-rata 1,8 obat penurun TIO sementara 7 dari
111 mata (6,3%, CI: 1,8% -10,8%) pada kelompok 2 diperlukan rata-rata 1,1 obat
(nilai chi-square Pearson = 30,940, p <0 001).

22
19 mata dalam kelompok 2 mengembangkan ruang anterior dangkal transient
(AC), tapi tidak ada contoh dari lensa-kornea sentuh. 16 mata (termasuk 13 mata
dengan dangkal AC) pengalaman hypotony sementara. Hypotony berlangsung satu
hari di 14 mata dan satu minggu di 2 mata dan semua pulih secara spontan. Satu
mata dikembangkan hypotony makulopati pada satu bulan setelah operasi itu
diselesaikan setelah IOP meningkat 3 minggu kemudian. Pada satu mata, TIO
meningkat menjadi 60 mmHg pada 3 bulan pascaoperasi dan diperlukan
cyclophotocoagulation.
Terbaik dikoreksi ketajaman visual pada 18 bulan adalah 0,5 ± 0,5 pada
kelompok 1 dan 0,6 ± 0,7 pada kelompok 2. Empat mata (10,5%) pada kelompok 1
kehilangan satu baris penglihatan, 3 mata (7,9%) kehilangan 2 baris, dan 3 (7,9%)
kehilangan lebih dari 2 baris. Pada kelompok 2, 13 mata (11,7%) kehilangan 1
baris, 9 mata (8.1%) kehilangan 2 baris, dan 11 mata (9,9%) kehilangan lebih dari 2
baris. 6 mata dalam kelompok 1 dan 20 mata dalam kelompok 2 hilang ≥2 garis
(Pearson'S chi-square nilai 0,098, p = 0 755). Risiko absolut untuk ≥2 garis
kehilangan penglihatan pada kelompok trabeculectomy adalah 18% (20 dari 111)
dibandingkan dengan 16% (6 dari 38) pada kelompok LPI. Risiko absolut
meningkat dengan trabeculectomy adalah 2% dan jumlah yang dibutuhkan untuk
menyakiti (NNH) adalah 50.
perkembangan katarak sebagai didefinisikan didokumentasikan dalam 2 mata
(5.3%, CI: -1,8% -12,4%) pada kelompok 1 dan 16 mata (14,4%, CI: 7,9% -20,9%)
pada kelompok 2 (nilai chi-square Pearson = 2,232, p = 0 135). Risiko absolut
meningkat dalam formasi katarak dengan trabeculectomy adalah 9% dan
diterjemahkan ke dalam NNH dari 11.

4. Diskusi

Strategi pengobatan PACG dirumuskan oleh kelompok glaukoma dari Cina


Ophthalmology Society berbeda dari yang dirumuskan oleh panduan yang
diterbitkan lainnya. Sesuai pedoman Cina, LPI disarankan untuk “pasien dengan
PAS <180 ° tanpa kerusakan optik disc dan lapangan pandang ” (indikasi disahkan
tanpa data dengan publikasi terbaru), sedangkan trabeculectomy utama
direkomendasikan untuk PACG dengan PAS ≥ 180 ° Sebuah survei 2005 dari
praktek klinis dalam diagnosis dan pengobatan PACG menemukan bahwa 73% dari
spesialis glaukoma Cina trabeculectomy disukai sebagai pengobatan awal untuk

23
PACG dengan PAS ≥ 180 ° . Bukti untuk pendekatan semacam ini namun kurang,
dan untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, penelitian kami adalah studi pertama
untuk membandingkan LPI primer dengan trabeculectomy utama untuk PACG.

LPI dianggap sebagai noninvasif, sederhana, dan aman dalam PACS, PAC, dan
PACG. Efek LPI akan tergantung pada jumlah sudut yang tersedia untuk filtrasi, dan
ini dapat diperkirakan secara klinis oleh luasnya PAS. kontrol TIO berikut LPI
seperti yang dilaporkan dalam literatur bervariasi, dan efek terapi tampaknya
menurun dari waktu ke waktu. Dalam analisis retrospektif dari 131 kasus (251 mata)
di Cina, 18 mata dengan PACS, 98 mata dengan PAC, dan 129 mata dengan PACG
yang menjalani LPI ditindaklanjuti untuk 9,2 ± 3,7 tahun . Mata dengan PAC dan
PACG memiliki PAS <6 clock hours. Pada follow up final, 16/18 PACS, 38/98
PAC, dan 814/129 mata PACG dikendalikan (didefinisikan sebagai TIO kurang dari
21 mmHg) tanpa obat. 60% dari kasus yang dibutuhkan obat tambahan dan 13%
dibutuhkan operasi penyaringan.
Sebuah studi dari India mengevaluasi hasil jangka panjang dari PACG berikut
laser iridotomy. 70 pasien berturut-turut dengan PACG yang TIO tetap> 21 mmHg
meskipun iridotomy paten memiliki TIO mereka dikendalikan oleh obat atau
trabeculectomy dan ditindaklanjuti selama 6 tahun. Sebuah trabeculectomy tanpa
antimetabolites dilakukan jika TIO adalah> 21 mmHg pada terapi medis ditoleransi
maksimal, jika ada bukti perkembangan disk / visual yang lapangan, atau jika pasien
itu patuh. 46 (65,7%) mata dikontrol secara medis dengan 26 (57%) mata
membutuhkan dua obat topikal. 24 (34,3%) mata diperlukan trabeculectomy di
berbagai kali selama masa tindak lanjut. Luasnya PAS tidak dilaporkan dalam
penelitian ini, namun laporan menunjukkan bahwa efek terapi dari LPI menurun dari
waktu ke waktu dan banyak kasus memerlukan operasi penyaringan.
Hasil tampaknya konsisten dengan hipotesis biologis yang LPI lebih berhasil
pada mereka dengan trabecular meshwork yang relatif tidak rusak . literatur yang
tampaknya menunjukkan bahwa, meskipun kehadiran LPI paten, mata dengan
mendirikan PACG dan batas tertentu dari PAS memerlukan pengobatan lebih lanjut
untuk mengontrol TIO dan bahwa terapi medis gagal dalam sejumlah signifikan dari
kasus yang memerlukan operasi penyaringan.
Dalam penyelidikan saat ini, selama masa follow up secara signifikan TIO lebih
rendah pada kelompok trabeculectomy. Lebih lanjut, jumlah yang lebih besar dari
pasien yang menjalani LPI membutuhkan perawatan medis dibandingkan dengan
24
mereka yang menjalani trabeculectomy. Di negara berkembang ini, pengaturan
pasien mungkin tidak dapat perawatan medis atau umumnya tidak patuh atau terus-
menerus dengan itu. Untuk mensimulasikan kondisi dunia nyata, kita tidak
memberikan obat penurun TIO bebas dan menemukan bahwa 24% pasien tidak
mampu pengobatan jangka panjang. Selain itu, 5 mata (13,2%) dari pasien yang
menjalani LPI dengan PAS dasar ≥ 6 clock hours (kelompok 1) harus menjalani
trabeculectomy selama masa tindak lanjut.
kurangnya efektivitas dari menurunkan TIO dengan LPI untuk PACG dengan
PAS ≥6 clock hours akan tampak penting dalam pengobatan dalam batasan terkenal
dari negara yang sedang berkembang, termasuk kemungkinan satu tembakan pada
perlakuan. Oleh karena itu kami menyarankan bahwa PAS lebih 6 clockhours dapat
dianggap sebagai ambang batas klinis sementara untuk LPI di PACG, karena ini
mungkin untuk mengubah dengan penelitian lebih lanjut dan akan berbeda untuk
kasus-kasus individu. Temuan kami memberikan kepercayaan untuk algoritma baru
ini diterbitkan untuk pengelolaan penyakit sudut tertutup yang direkomendasikan
ambang PAS ≥6 clock hours; algoritma yang didasarkan terutama pada masuk akal
secara biologis. Mengingat masalah perawatan medis di negara-negara berkembang,
kebijakan trabeculectomy utama untuk PACG dengan PAS ≥6 clockhours mungkin
pantas dipertimbangkan. Pada kenyataannya, bahkan mata dengan PAS <6
clockhours dapat dipertimbangkan untuk trabeculectomy jika situasi sosial
ekonomi.
Pilihan pengobatan awal juga harus mempertimbangkan masalah komplikasi.
Konsisten dengan dari publikasi lain, kita tidak mengalami komplikasi yang
signifikan pada kelompok LPI. Sementara komplikasi dengan trabeculectomy lebih
sering, sekarang komplikasi parah sudah kurang dari 20 tahun yang lalu; kami
temui ruang dangkal terutama sementara dan hypotony. Harus diingat bahwa dalam
penelitian kami, trabeculectomy dilakukan oleh spesialis glaukoma dalam konteks
percobaan klinis dan potensi komplikasi. Yang penting, bahkan dalam konteks
percobaan klinis, 18% dari mata menjalani trabeculectomy kehilangan 2 atau lebih
garis penglihatan. Namun, jumlah yang dibutuhkan untuk menyakiti untuk ≥2 garis
hilang dari penglihatan adalah 50 diterima. Insisi induksi Silindris serta
perkembangan katarak alasan utama untuk kehilangan penglihatan, namun
keduanya akan dianggap diobati. 19% pasien dalam menjalani trabe culectomy
memiliki Silindris dari > 1D pada 6 bulan kunjungan, dan 14,4% memiliki

25
perkembangan yang jelas dari lensa opacity. NNH untuk perkembangan katarak
dengan trabeculectomy adalah 11. Sementara intervensi sukses yang tersedia untuk
katarak, NNH rendah yang dapat menyebabkan peningkatan beban katarak adalah
kerugian dengan trabeculectomy.

Pilihan untuk intervensi awal untuk PACG di Cina dan negara-negara berkembang
lainnya harus menimbang-nimbang efektivitas terhadap komplikasi serta kebutuhan
untuk obat tambahan dan intervensi lebih lanjut. Sementara LPI aman dan mudah,
ada kebutuhan lebih untuk obat intensif dan intervensi bedah. Peran ekstraksi
katarak pada penyakit primer sudut tertutup berkembang tapi lebih mungkin berguna
bagi mereka dengan sudut kurang dikompromikan oleh PAS . Trabeculectomy lebih
baik dari LPI untuk menurunkan TIO, tetapi memiliki potensi kerugian lebih dari
visual acuity dan komplikasi yang serius. Dengan demikian, itu mungkin terbaik
untuk cadangan intervensi bedah utama untuk PACG didirikan dengan ≥6 clock
hours seperti ini tidak mungkin untuk melakukannya dengan baik dengan laser yang
sendirian. Sementara statistik tidak signifikan dalam penelitian ini, kemungkinan
lebih tinggi untuk perkembangan katarak setelah selama trabeculectomy
menimbulkan pertanyaan menggabungkan filtrasi dengan operasi katarak, masalah
tidak dibahas dalam penelitian ini. Selain faktor klinis, keputusan juga akan
tergantung pada ketersediaan laser dan ahli bedah dan biaya.
Salah satu keterbatasan dalam penelitian kami adalah ukuran sampel yang kecil
dalam kelompok 1 dan relatif singkat waktu tindak lanjut. Seperti beberapa pasien
berkembang selama ini, kita tidak bisa menganalisis hubungan antara TIO dan
kemajuan lapang pandang, tetapi TIO biasanya akan dianggap sebagai pengganti
yang dapat diterima. Juga, hasil kami yang berasal dari pasien yang terdaftar di
RCT, dan efektifitas di dunia nyata mungkin akan berbeda. Selain itu, karena itu
bukan bagian dari studi ini, kita tidak bisa mengomentari peran yang semakin
populer phacoemulsifikasi atau kombinasinya dengan trabeculectomy dalam
pengelolaan PACG. NNH rendah untuk katarak dengan trabeculectomy bisa namun
digunakan sebagai argumen untuk menggabungkan dua prosedur bedah.
Akhirnya, sedangkan definisi dari PACG digunakan di kedua percobaan adalah
sama, pasien untuk penelitian ini diambil dari dua percobaan terpisah yang diajukan
berbeda. Hal ini bisa memperkenalkan signifikan Bias. Asli LPI RCT bahwa pasien
secara acak menjadi dua kelompok berbeda (iridotomy atau iridotomy ditambah
iridoplasty) tidak menemukan perbedaan selisih signifikan di TIO, obat, keperluan
26
untuk operasi, atau fungsi visual antara kelompok pada kunjungan 1 tahun. RCT ini
menunjukkan bahwa di mata dengan PACG, baik iridotomy sendirian dan iridotomy
dikombinasikan dengan iridoplasty memberikan pengurangan di TIO. Untuk RCT
trabeculectomy, pasien secara acak dialokasikan untuk jahitan bisa permanen atau
releaseble. Penelitian ini juga tidak menunjukkan perbedaan-perbedaan signifikan
antara kelompok. Dengan demikian, kami merasa bahwa menganalisis pasien baik
untuk penelitian ini diterima tetapi mengakui bahwa kemungkinan tidak diketahui
perbedaan-perbedaan memang ada dan bisa interpretasi . Namun, sebagai dasar TIO
lebih tinggi dan PAS lebih luas dalam kelompok trabeculectomy, kesimpulan
mendukung trabeculectomy kemungkinan untuk berdiri.
Kesimpulannya, hasil kami mendukung pedoman Cina untuk pengelolaan PACG.
Dalam PACG dengan PAS ≥6 clock hours, trabeculectomy adalah lebih efektif
daripada LPI dalam menurunkan IOP dan secara signifikan membutuhkan lebih
sedikit obat tetapi dengan kemajuan yang lebih katarak dan lebih hilangnya
ketajaman visual. Di negara-negara berkembang, seperti Cina, trabeculectomy dapat
dianggap sebagai pilihan utama untuk PACG dengan derajat PAS ini.

Penyingkapan
Penelitian ini dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan Arvo 2014, Orlando,
Amerika Serikat.

Konflik kepentingan
Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki konflik.

27
DAFTAR PUSTAKA
1. X. Sun, Y. B. Liang, S. Z. Li, C. Y. Qiao, S. Y. Zhan, and N. L. Wang, “An
evidence-based review of interventions for chronic angle closure glaucoma,”
Ophthalmology in China, vol. 16, no. 4, pp. 267–272, 2007.
2. H. A. Quigley and A. T. Broman, “The number of people with glaucoma worldwide in
2010 and 2020,” The British Journal of Ophthalmology, vol. 90, no. 3, pp. 262–267,
2006.
3. X. Wang, Y. B. Liang, and C. Jia, “The patterns and visual loss of glaucoma in
Fushun Eye Hospital,” Ophthalmology in China, vol. 17, no. 2, pp. 113–116, 2008.
4. L. P. Sun, Y. B. Liang, and S. J. Fan, “The rate of blindness among patients with
glaucoma in Handan Eye Hospital,” Chinese Journal of Practical Ophthalmology, vol.
26, no. 8, pp. 791–794, 2008.
5. American Academy of Ophthalmology, “Laser peripheral iridotomy for pupillary-
block glaucoma ophthalmology,” Ophthalmology, vol. 101, no. 10, pp. 1749–
1758, 1994.
6. R. N. Weinreb and D. S. Friedman, Angle Closure and Angle Closure Glaucoma,
Kugler Publications, The Hague, 2006.
7. National Commettee on Ophthalmology, MOH Clinical practice Guideline:
Glaucoma, K. Satku, Ed., Ministry of Health, Singapore, 2005.
8. American Academy of Ophthalmology, Preferred Practice Pattern for Primary
Angle Closure, American Academy of Ophthalmology, San Francisco, CA, USA,
2005.
9. Chinese Glaucoma Society, “Preferred practice pattern for glaucoma in China,”
Chinese Journal of Ophthalmology, vol. 41, no. 12, pp. 1140–1143, 2005.
10. Y. B. Liang, S. Z. Li, S. J. Fan, K. Lei, Y. H. Liu, and S. D. Zhang, “Therapeutic
patterns of primary angle-closure glaucoma in mainland China: a national survey
among ophthalmologists,” Chinese Journal of Practical Ophthalmology, vol. 27,
no. 3, pp. 305–309, 2009.
11. X. Sun, Y. B. Liang, N. L. Wang et al., “Laser peripheral iridotomy with and
without iridoplasty for primary angle- closure glaucoma: 1-year results of a
randomized pilot study,” American Journal of Ophthalmology, vol. 150, no. 1,
pp. 68–73, 2010.
12. Y. B. Liang, M. Y. Feng, H. L. Meng et al., “Early efficacy and complications of
releasable sutures for trabeculectomy in primary angle-closure glaucoma: a
randomized clinical trial,” Journal of Glaucoma, vol. 23, no. 3, pp. 136–141,
2014.
13. P. Foster, M. He, and J. Liebmann, “Epidemiology, classifica- tion and
mechanism,” in Angle Closure and Angle Closure Glaucoma, R. Weinreb and D.
Friedman, Eds., pp. 1–20, Kugler Publications, The Hague, The Netherlands,
2006.
14. P. J. Foster, J. Baasanhu, P. H. Alsbirk, D. Munkhbayar, D. Uranchimeg, and G. J.
Johnson, “Glaucoma in Mongolia. A population-based survey in Hövsgö l
Province, northern Mongolia,” Archives of Ophthalmology, vol. 114, no. 10, pp.
1235–1241, 1996.
15. Jacob, R. Thomas, S. P. Koshi, A. Braganza, and J. Muliyil, “Prevalence of primary
glaucoma in an urban south Indian population,” Indian Journal of Ophthalmology,
vol. 46, no. 2, pp. 81–86, 1998.
16. R. Stamper, M. F. Lieberman, and M. Drake, Becker-Shaffer’s Diagnosis and Therapy

28
of the Glaucomas, Harcourt Publishers Limited, Amsterdam, Netherlands, 7th edition,
1999.
17. M. Johnstone, “Hypotony: what is it? How should we manage it?,” Journal of
Glaucoma, vol. 9, no. 2, pp. 131–133, 2000.
18. R. Thomas and M. Walland, “Management algorithms for primary angle closure
disease,” Clinical and Experimental Ophthalmology, vol. 41, no. 3, pp. 282–292,
2013.
19. W. P. Nolan, P. J. Foster, J. G. Devereux, D. Uranchimeg, G. J. Johnson, and J.
Baasanhu, “YAG laser iridotomy treatment for primary angle closure in East Asian
eyes,” The British Journal of Ophthalmology, vol. 84, no. 11, pp. 1255–1259, 2000.
20. R. Sihota, N. C. Lakshmaiah, K. B. Walia, S. Sharma, J. Pailoor, and H. C. Agarwal,
“The trabecular meshwork in acute and chronic angle closure glaucoma,” Indian
Journal of Ophthal- mology, vol. 49, no. 4, pp. 255–259, 2001.
21. M. Rosman, T. Aung, L. P. Ang, P. T. Chew, J. M. Liebmann, and R. Ritch,
“Chronic angle-closure with glaucomatous dam- age: long-term clinical course in a
North American population and comparison with an Asian population,”
Ophthalmology, vol. 109, no. 12, pp. 2227–2231, 2002.
22. J. S. Choi and Y. Y. Kim, “Progression of peripheral anterior synechiae after laser
iridotomy,” American Journal of Ophthal- mology, vol. 140, no. 6, pp. 1125–1127,
2005.
23. L. Bian, J. L. Zhao, Q. Zhou, Y. Zhang, X. L. Liu, and J. Mao, “Long-term outcomes of
laser peripheral iridectomy for pri- mary angle closure glaucoma,” Zhonghua Yan Ke
Za Zhi, vol. 45, no. 12, pp. 1099–1104, 2009.
24. R. Sihota, A. Sood, V. Gupta, T. Dada, and H. C. Agarwal, “A prospective longterm
study of primary chronic angle closure glaucoma,” Acta Ophthalmologica
Scandinavica, vol. 82, no. 2, pp. 209–213, 2004.
25. Z. Alsagoff, T. Aung, L. P. Ang, and P. T. Chew, “Long-term clinical course of
primary angle-closure glaucoma in an Asian population,” Ophthalmology, vol. 107,
no. 12, pp. 2300–2304, 2000.
26. R. Thomas, M. J. Walland, and R. S. Parikh, “Clear lens extrac- tion in angle closure
glaucoma,” Current Opinion in Ophthal- mology, vol. 22, no. 2, pp. 110–114, 2011.

29

Anda mungkin juga menyukai