Anda di halaman 1dari 15

Nama : Poppy Septya ningsih

No anggota perpustakaan nasional : 19100200834

MK: keperawatan Jiwa II

Dosen :NS. Ira Kusumawati .M.,Kep.,M.PH

Serotonin adalah suatu neurotransmiter monoamino yang disintesiskan pada neuron-neuron


serotonergis dalam sistem saraf pusat dan sel-sel enterokromafin dalam saluran pencernaan.

Dopamin adalah salah satu senyawa kimia organik berasal dari keluarga katekolamin dan fenetilamina.
Dopamin berfungsi sebagai hormon dan neurotransmiter dan mempunyai peran penting di dalam tubuh
dan otak.

Norepinephrine adalah obat untuk menangani tekanan darah rendah parah yang berpotensi
mengancam nyawa. Kondisi ini dikenal dengan istilah syok, dan dapat menyebabkan penurunan fungsi
organ-organ tubuh, bahkan hingga tidak berfungsi sama sekali. Dalam kondisi syok, khususnya akibat
sepsis (reaksi tubuh terhadap infeksi yang parah), norepinephrine diberikan agar pasokan darah menuju
organ tubuh tetap terjaga.

Teknik komunikasi terapeutik ;

1. Mendengarkan (lestening)

Mendengar ( listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik (

Keliat 1992). Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta

penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima , Hubson, S dalam

Suryani, (2005). Untuk member kesempatan lebih banyak pada klien untuk

berbicara, maka perawat harus menjadi pendengar yang aktif. Selama

mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibicarakan klien dengan

penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak

memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai

waktu untuk mendengarkan.


Ketrampilan mendengarkan penuh perhatian adalah dengan:

a. Pandang klien ketika sedang bicara

b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan

c. Sikap tubuh yang menunjukan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau

tangan

d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu

e. Angkat kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan

balik

f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara (pasien).

2. Bertanya

Bertanya (question) merupakan teknik yang dapat mendorong klien untuk

mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

Teknik berikut sering digunakan pada tahap orientasi:

a. Pertanyaan fasilitatif (fasilitatif question)

Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya

perawat sensitive terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung

berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan non fasilitatif (non

facilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena memberikan

pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan, bersifat

mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien Gerald, D dalam

Suryani,(2005).

b. Pertanyaan terbuka atau tertutup

Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat membutuhkan

jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu
mendorong klien mengekspresikan dirinya Antai-Otong dalam Suryani,

(2005).

tertutup (closed question) digunakan ketika perawat membutuhkan

jawaban yang singkat.

3. Penerimaan

Yaitu mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang

menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti

persetujuan. Penerimaan berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa

menunjukan keraguan atau tidak setuju. Perawat sebaiknya menghindarkan

kspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti

mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

4. Mengulangi (restating)

Mengulangi (restating) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien

maksudnya adalah mengulangi pokok pikiran yang diungkapkan klien dengan

menggunakan kata-kata sendiri. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan

member indikasi perawat mengikuti pembicaraan atau memperhatikan klien dan

mengharapkan komunikasi berlanjut klien (Keliat, Budi Anna, 1992 ).

5. Klarifikasi (clarification)

Klasifikasi (clarification) adalah penjelasan kembali ke ide atau pikiran klien

yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya

Gerald,d dan Suryani, (2005). Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak

mendengar atau klien malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh

tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Pada saat klarifikasi


perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan klien, juga tidak

boleh menambahkan informasi Gerald, D dalam Suryani, (2005). Fokus utama

klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien

sangat penting dalam memahami klien.

6. Refleksi ( reflection )

Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan

isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa
yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan

penghargaan terhadap klien Antai-Otong dalam Suryani, (2005).

Refleksi menganjurkan klien untuk mengungkapkan dan menerima ide dan

perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang

harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab;

bagaimana menurutmu? Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa

pendapat klien adalah berharga dank lien mempunyai hak untuk mampu

melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia

yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi

dan bukan sebagai bagian dari orang lain.

7. Memfokuskan (focusing)

Memfokuskan (focusing) adalah bertujuan memberikan kesempatan kepada klien

untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada

pencapaian tujuan Stuart, G.W dalam Suryani, (2005). Metode ini dilakukan

dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga pembahasan masalah

lebih spesifik dan dimengerti dan mengarahkan komunikasi klien pada

pencapaian tujuan.

8. Diam ( silence )
Teknik diam digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum

menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada

perawat dan klien untuk Mengorganisasi pikiran masing-masing Stuart dan

Sundeen, dalam Suryani, (2005).

9. Memberikan Informasi ( informing )

Memberikan informasi tambahan merupakan tindakan penyuluhan kesehatan

untuk klien. Teknik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau

pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri

dan penyembuhan klien. Informasi tambahan yang diberikan pada klien harus

dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang masalah

yang dihadapi klien serta membantu dalam memberikan alternative pemecahan

masalah, (Suryani 2005).

10. Menyimpulkan (summerizing)

Menyimpulkan adalah teknik komunikasi yang membantu klien mengeksporasi

point penting dari interaksi perawat-klien. Teknik ini membantu perawat dank

lien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan.

11. Mengubah Cara Pandang (reframing)

Teknik ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak

melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja Gerald,D dalam

Suryani, (2005 ) sehingga memungkinkan klien untuk membuat perencanaan

yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

12. Eksplorasi

Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih dalam masalah yang

dialami klien, Antai-Otong dalam suryani, (2005) supaya masalah tersebut bias
diatasi. Teknik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran

yang detail tentang masalah yang dialami klien.

13. Persepsi (Sharing perception)

Stuart G.W. dalam Suryani, (2005), menyatakan membagi persepsi (sharing

perception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan

atau pikirkan. Teknik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada

perbedaan antara respons verbal atau respons nonverbal dari klien.

14. Identifikasi tema

Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu

menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya untuk

meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting. (Stuart dan Sundeen,

dalam Suryani, 2005).teknik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk

memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

15. Menganjurkan untuk Melanjutkan Pembicaraan

Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan

yang mengidentifikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang dibicarakan

dan tertarik dengan apa yang dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha

untuk menaksirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan.

16. Humor

Sullivan dan Deane dalam Suryani,( 2005), melaporkan bahwa humor

merangsang produksi catecholamine dan hormone yang menimbulkan perasaan

sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,

memfasilitasi relaksasi pernafasan dan menggunakan humor untuk menutupi


rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk

berkomunikasi dengan klien.


17. Memberikan Pujian

Memberikan pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang

didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna

untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien Gerald, D dalam

Suryani, (2005). Reinforcement bias diungkapkan dengan kata-kata ataupun

melalui inyarat nonverbal.

18. Menawarkan Diri

Bukan tidak mungkin bahwa klien belum siap untuk berkomunikasi secara verbal

dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.

Perawat menyediakan diri tanpa renpons bersyarat atau respons yang diharapkan.

19. Memberikan Penghargaan

Memberi salam pada klien dan keluarga dengan menyebut namanya, menunjukan

kesadaran tentang perubahan yang terjadi, untuk menghargai klien dan keluarga

sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas

dirinya sendiri sebagai individu.

20. Asertif

Asertif adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain.

rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk

Memberikan pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang

didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat.

Latihan ASERTIF

Latiihan asertif (assertive training) adalah salah satu teknik dalam tritmen ganguan
tingkah laku dimana klien diinstruksikan, diarahkan, dilatih, serta didukung untuk

bersikap asertif dalam menghadapi situasi yang tidak nyaman atau kurang

menguntungkan bagi dirinya. Menurut Goldstein (1986) latihan asertif merupakan

rangkuman yang sistematis dari ketrampilan, peraturan, konsep atau sikap yang dapat

mengembangkan dan melatih kemampuan individu untuk menyampaikan dengan terus

terang pikiran, perasaan, keinginan dan kebutuhannya dengan penuh percaya diri

sehingga dapat berhubungan baik dengan lingkungan sosialnya. Sedangkan Rees &

Graham (1991) menyatakan bahwa inti dari latihan asertif adalah penanaman

kepercayaan bahwa asertif dapat dilatihkan dan dikembangkan, memilih kata-kata yang

tepat untuk tujuan yang mereka inginkan, saling mendukung, pengulangan perilaku

asertif dalam berbagai situasi, dan umpan balik bagi setiap peserta dari trainer maupun

peserta.

Tujuan utama latihan asertif adalah untuk mengatasi kecemasan yang dihadapi oleh

seseorang akibat perlakuan yang dirasakan tidak adil oleh lingkungannya, smeningkatkan

kemampuan untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta

meningkatkan kehidupan pribadi dan sosial agar lebih efektif.

Sedangkan prosedur umum dalam latihan asertif adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah, yaitu dengan menganalisis permasalahan klien secara

komprehensif yang meliputi situasi-situasi umum dan khusus di lingkungan yang

menimbulkan kecemasan, pola respon yang ditunjukkan, faktor-faktor yang

mempengaruhi, tingkat kecemasan yang dihadapi, motivasi untuk mengatasi

masalahnya, serta sistem dukungan.

2. Pilih salah suatu situasi yang akan diatasi, dengan memilih terlebih dahulu situasi

yang menimbulkan kesulitan atau kecemasan paling kecil. Selanjutnya, secara

bertahap menuju pada situasi yang lebih berat.


3. Analisis situasi, yaitu dengan menunjukkan kepada klien bahwa terdapat banyak

alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya tersebut. Identifikasi

alternatif penyelesaian masalah.

4. Menetapkan alternatif penyelesaian masalah. Bersama-sama klien berusaha untuk

memilih dan menentukan pilihan tindakan yang dianggap paling sesuai, mungkin,

cocok, layak dengan keinginan dan kemampuan klien serta memiliki kemungkinan

pleuang berhasil paling besar.

5. Mencobakan alternatif yang dipilih. Dengan bimbingan, secara bertahap klien

diajarkan untuk mengimplementasikan pilihan tindakan yang telah dipilih.

6. Dalam proses latihan, hendaknya diperhatikan hal-hal yang terkait dengan kontak

mata, postur tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah, suara, pilihan kalimat, tingkat

kecemasan yang terjadi, serta kesungguhan dan motivasinya.

7.Diskusikan hasil, hambatan dan kemajuan-kemajuan yang terjadi, serta tindak

lanjutnya.

8. klien diberi tugas untuk mencoba melakukan hal-hal yang sudah dibicarakan secara

langsung dalam situasi yang nyata.

9.evaluasi hasil dan tindak lanjut.

Fight or Flight Mekanisme

Fight or Flight Mechanism adalah suatu proses dimana organisme akan menilai ancaman yang sedang
dihadapinya. Apabila ancaman tersebut dinilai kecil dan bisa dihadapi maka organisme akan
memberikan perlawanan dan apabila ancaman tersebut dinilai lebih besar dari dirinya dan tidak bisa
dihadapi, maka organisme akan lari dari ancaman tersebut. Selain memberikan penilaian, pada kondisi
Fight or Flight Mechanism ini juga terjadi proses kimiawi didalam tubuh yang dapat mempengaruhi
kesehatan.

Pada saat menghadapi ancaman, baik menilai akan menghadapi (Fight) atau melarikan diri (Flight),
manusia membutuhkan energi. Sehingga tubuh mulai melepas hormon-hormon yang dibutuhkan untuk
mendapatkan energi. Saat ancaman terjadi, stimulus ditangkap oleh panca indera dan kemudian
diteruskan ke otak. Di otak, informasi yang masuk akan diproses dan pada saat dianggap sebagai
ancaman, otak akan mengkalkulasi besar-kecilnya ancaman tersebut dan memutuskan apakah akan
melawan atau lari. Kemudian bagian dari otak yaitu Hypothalamus akan mengeluarkan hormone yang
disebut Corticotropin-Releasing Hormone yang kemudian diterima oleh kelenjar Pituitary. Kemudian
kelenjar Pituitary akan melepas Adrenocorticotropic Hormone yang akan diterima oleh Adrenal Cortex
dan menyebabkan Adrenal Cortex melepas Cortisol. Pada saat yang bersamaan, Hypothalamus juga
mempengaruhi Adrenal Modulla untuk melepas Adrenalin.

Pada saat menghadapi ancaman, Adrenalin dibutuhkan untuk membuat tubuh berada dalam kondisi
siaga dan siap untuk menjalankan respon dari otak. Hal ini ditandai dengan detak jantung semakin
cepat, otot-otot mengeras, ritme nafas menjadi cepat. Tentunya tubuh yang telah dalam kondisi siaga
juga membutuhkan “bahan bakar” untuk dapat memberikan reaksi atas ancaman yang terjadi. Untuk
itu Cortisol akan berfungsi sebagai “kendaraan” untuk mengangkut “bahan bakar tersebut”.
“Bahan bakar” yang diperlukan dalam proses ini antara lain adalah glukosa. Sehingga tubuh
mengurangi produksi insulin agar kadar glukosa dalam tubuh meningkat. Selain insulin, tubuh juga
mengurangi produksi sejumlah hormone seperti Serotonin dan system imun.

Efek samping Anti depresan, anti psikotik, dan mood stabilizer

Menurut studi terbaru yang dilakukan oleh tim dari McMaster University, Kanada, diketahui bahwa
konsumsi antidepresan meningkatkan risiko kematian sampai 33 persen.

Konsumsi antidepresan dapat mencegah sejumlah organ utama berfungsi dengan baik, menghambat
penyerapan serotonin--bahan kimia vital yang digunakan oleh jantung, ginjal, paru-paru dan hati dari
alirah darah tubuh

Terdapat dua jenis golongan antipsikotik yang dikenal, yaitu tipikal dan atipikal. obat ini menimbulkan
efek samping yang nyata pada otot dan saraf, seperti gejala yang mirip dengan penyakit Parkinson dan
munculnya gerakan-gerakan tubuh tanpa disengaja. Contoh-contoh obat antipsikotik tipikal adalah
chlorpromazine, haloperidol, sulpiride, dan trifluoperazine.

Sedangkan antipsikotik atipikal merupakan obat generasi baru atau generasi kedua. Obat ini memiliki
efek samping pada otot dan saraf yang lebih ringan dibanding antipsikotik generasi pertama, tetapi
cenderung menimbulkan kenaikan berat badan dan gangguan seksual. Obat antipsikotik atipikal juga
diduga dapat menimbulkan diabetes. Contoh-contoh obat antipsikotik atipikal adalah aripiprazole,
clozapine, olanzapine, quetiapine, dan risperidone.

Sama seperti obat-obatan lainnya, lithium golongan mood stabilizer juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh lithium antara lain: Berat badan
menurun, Mudah lelah dan pingsan,Denyut nadi dan jantung tidak beraturan,Mudah merasa haus dan
sering buang air kecil,Kebingungan serta kehilangan daya ingat dan kesadaran, Pernapasan terganggu,
terutama setelah beraktivitas berat.

Contoh sublimasi, proyeksi, represi, reaksi formasi, diplacement

1. Represi (Repression)

Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan-keinginan, impuls-impuls pikiran, kehendak-


kehendak yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar dan
ditekan ke dalam alam bawah sadar.

Secara tidak sadar seseorang menekan pikiran-pikiran yang tidak sesuai atau menyedihkan keluar dari
alam sadar ke alam tak sadar. Repression yang terus menerus akan menjadi tumpukan kekecewaan
sehingga menjadi “kompleks terdesak”

Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.
Neurosis, sering disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada ketidakseimbangan
mental yang menyebabkan stress, tapi tidak memengaruhi pemikiran rasional.

Contoh : Seorang pemuda melihat kematian temannya waktu kecelakaan, kemudian “lupa” tentang
kejadian tersebut. (lupa ini disebut amnesia yang psikogenik, bila lupa karena gegar otak maka disebut
amnesia organik).

2. Sublimasi (Sublimation)

Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi
aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak-kehendak yang tidak dapat
disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial.

Contoh : Seseorang tidak suka berkelahi kemudian ia menjadi atlet petinju. Mengisap permen sebagai
sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.

3. Proyeksi (Projection)

Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat-tabiatnya
sendiri yang tidak baik, atau perasaan-perasaan dengan menuduhkannya kepada orang lain.
Menyalahkan orang lain mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik. Atau dengan kata lain, proyeksi
merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan
yang tidak baik.

Contoh : Seorang murid tidak lulus lalu mengatakan gurunya sentimen kepada dia.

4. Pengelakan atau Pemindahan (Displacement)


Proses mekanisme dimana emosi-emosi yang tertahan diberikan tujuan yang lain ke arah ideide, objek-
objek, atau orang lain daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi terhadap seseorang atau objek
dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain.

Contoh : Seorang anak yang dimarahi ibunya kemudian dia memukul adiknya atau menendang
kucingnya.

5. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan
dianggap rasional adanya, dapat disetujui, dapat dibenarkan, dan dapat diterima oleh dirinya sendiri dan
masyarakat.

Contoh: Seorang anak menolak bermain bulu tangkis dengan temannya karena “kurang enak badan”
atau “besok ada ulangan” (padahal takut kalah). Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.

6. Pembentukan reaksi (Reaction Formation)

Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan
dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan untuk dilakukannya.

Contoh : Seorang mahasiswa yang bersikap hormat secara berlebihan terhadap dosen yang sebenarnya
tidak ia suka. Seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya,
yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan
kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.

Bagaimana cara melakukan seclusion atau restrain

CARA MELAKUKAN RESTRAIN -EKSTREMITAS

Memasang restrein dengan menggunakan simpul pangkal diatas padding

Megikat tali Restrein pada kaki tempat tidur+ bagian tempat tidur

Mengatur rentang gerak klien tetap optimal (tidak terlalu mengikat sehingga pasien masih bisa bergerak
optimal

Restraint (fsik" merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi verbal restrain kimia
mengalami kegagalan.untuk pasien dewasa maksimal dilakukan selama 4 jam
Setiap 10-15 menit harus dilakukan observasi, Tanda tanda cedera, Dehidrasi dan Nutrisi Sirkulasi dan
rentang gerak, Tanda tanda vital.

Mekanisme koping denial, supresi, dan proyeksi

Penyangkalan (denial)

Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Bila individu
menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak pengalaman yang tidak
menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud melindungi diri.

Supresi merupakan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls dan
dorongan yang ada tetap terjaga.

Misalnya : Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik
beratkan kepada tugas.

Proyeksi

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan
emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk
mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.

Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya

CARA Melakukan BHSP

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik dengan cara :

(1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

(2) Perkenalkan diri dengan sopan

(3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang

disukai

(4) Jelaskan tujuan pertemuan

(5) Jujur dan menepati janji


(6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

(7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar

klien

Contoh:

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya

dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan

menarik diri.

Tindakan

a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda

b).Beri Kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau mau bergaul

c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda

serta penyebab yang muncul

d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaannya

2) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Rasional :

- Untuk mengetahu keuntungan dari bergaul dengan orang lain.

- Untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.

Tindakan :

a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan

berhubungan dengan orang lain

(1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan


tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain

(2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan

dengan orang lain

(3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan

mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan

dengan orang lain

Limbik frontal dan temporal

Sistem limbik adalah himpunan struktur otak yang terletak pada kedua sisi talamus, tepat di bawah
serebrum.sistem limbik juga mengacu pada korteks paleomamalia. Sistem limbik bukanlah sistem yang
terpisah, tetapi kumpulan struktur dari telensefalon, diensefalon, and mesensefalon.

Frontal Lobe: Membantu mengendalikan gerakan otot, suasana hati, merencanakan masa depan,
menetapkan tujuan, dan menilai prioritas.

Lobe: Memproses fungsi , memori bahasa.

Anda mungkin juga menyukai