BAB 1 PENGANTAR
Definisi
Dalam bahan pelatihan ini, seseorang yang berkeinginan untuk mencapai kompetensi
disebut sebagai trainee. Dalam sistem pelatihan di tempat anda, orang tersebut dapat
ditempatkan sebagai siswa, pelajar atau sebagai peserta. Mirip dengan itu, seorang yang
mengajarkan kompetensi ini disebut sebagai trainer. Dalam sistem pelatihan di tempat anda,
orang tersebut dapat ditempatkan sebagai guru, mentor, fasilitator atau sebagai supervisor.
Simbol
Dalam keseluruhan paket pelatihan akan kita lihat beberapa simbol. Berikut penjelasan
tentang simbol:
Simbol Keterangan
Terminologi
Akses dan Equity
Mengacu kepada fakta bahwa pelatihan harus dapat diakses oleh setiap orang tanpa
memandang umur, jenis kelamin, sosial, kultur, agama atau latar belakang pendidikan.
Penilaian
Proses formal yang memastikan pelatihan memenuhi standar-standar yang dibutuhkan oleh
industri. Proses ini dilaksanakan oleh seorang penilai yang berkualitas dalam kerangka kerja
dengan persetujuan secara Nasional.
Penilai
Seseorang yang telah diakui/ditunjuk oleh indutri untuk menilai/menguji para tenaga keria di
suatu area tertentu.
Kompeten
Mampu melakukan pekerjaan dan memiliki semua ketrampilan, pengetahuan, sikap yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif ditempat kerja, sesuai dengan
standar yang sudah ditetapkan.
Pelatihan yang Berdasarkan Kompetensi
Pelatihan yang berkaitan dengan apa yang harus dapat dilakukan orang dan mengukur
unjuk kerja terhadap standar yang sudah ditetapkan.
Aspek Penting Penilaian
Indonesia Australia Partnership for Skills Development Page 2
Batam Institutional Development Project
441791805.doc
Bab 1 Pengantar
Menerangkan titik pusat tentang penilaian dan poin-poin utama yang dicari bila melakukan
penilaian.
Kontek Penilaian
Menetapkan dimana, bagaimana dan dengan apa metode penilaian akan dilakukan.
Definisi
Dalam materi pelatihan ini, seseorang yang berusaha mencapai kompetensi dianggap
sebagai peserta pelatihan. Dalam situasi pelatihan orang tersebut mungkin dianggap
sebagai seorang murid, seorang yang belajar atau seorang peserta. Pada kondisi yang
sama, seseorang yang mengajar kompetensi ini dianggap sebagai pelatih. Dalam situasi
pelatihan, orang ini mungkin dianggap sebagai seorang guru, penasehat, fasilitator atau
supervisor.
Elemen
Keterampilan-ketrampilan, yang mendukung sebuah unit kompetensi.
Pedoman Bukti
Ini adalah garis pedoman tentang bagaimana sebuah unit harus dinilai.
Fair
Tidak merugikan para kdanidat tertentu.
Fleksibel
Mengesahkan bahwa tidak ada pendekatan tunggal terhadap penyampaian dan penilaian
unjuk kerja dalam suatu sistem yang berdasarkan kepada kompetensi.
Penyajian Formatif
Ini merupakan tugas-tugas penilaian berskala kecil yang dilakukan selama pelatihan.
Mereka membantu dalam memastikan bahwa pelajaran dilaksanakan dan juga memberikan
umpan balik kepada peserta tentang kemajuan yang mereka capai.
Kompetensi Utama
Kompetensi yang menopang seluruh unjuk kerja pekerjaan. ini meliputi mengumpulkan,
menganalisis dan mengorganisir ide-ide dan informasi, mengkomunikasikan ide-ide dan
informasi merencanakan dan mengorganisir aktivitas, bekerja dengan orang lain dalam
sebuah team, memecahkan masalah menggunakan teknologi, menggunakan ide-ide dan
teknik-teknik matematis.
Kompetensi-kompetensi in digolongkan kedalam 4 tingkat yang berbeda.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran menyediakan informasi tentang bagaimana membenkan pelatihan
terhadap program yang dapat dilaksanakan di tempat kerja dan tempat pelatihan
institusi/organisasi yang bersangkutan.
Kaitan dengan Unit Lain
Menerangkan peran unit dan tempatnya dalam susunan kompetensi sepenuhnya yang
ditetapkan oleh industri. Memberikan pedoman tentang unit yang mana dapat dinilai
bersama.
Standar Kompetensi Nasional
Cara menyatakan keterampilan dan pengetahuan yang sudah disepakati secara Nasional
yang dibutuhkan oleh orang dalam pekerjaan serta standar-standar untuk kerja yang
dibutuhkan.
Kriteria Kinerja
Kriteria ini digunakan untuk menilai apakah seorang individu sudah mencapal kompetensi
dalam suatu unit.
Batas Perbedaan Variabel
Rincian batas perbedaan kontek yang mungkin diterapkan pada suatu unit khusus.
Dapat Dipercaya
Menggunakan metode-rnetode dan prosedur-prosedur yang menguatkan bahwa standar
kompetensi dan tingkatannya diinterpretasikan serta diterapkan secara konsisten kepada
seluruh kontek dan seluruh peserta pelatihan.
Pengakuan Terhadap Kompetensi Terbaru (RCC — Recognition of Current
Competence)
Pengakuan akan ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan sesseorang yang telah
dicapainya. (lihat RPL)
Pengakuan Terhadap Pembelajaran Utama (RPL — Recognition of Prior Learning)
Pengakuan terhadap pembelajaran utama atau pengakuan terhadap kompetensi utama
seseorang yang telah dicapainya. Hal tersebut biasanya tertuju pada kompetensi yang
berkaitan dengan industri standar kompetensi tap dapat juga berkaitan dengan
pembelajaran dan pelatihan sebelumnya. (lihat RCC)
Tingkat kemampuan yang akan didemonstrasikan dalam mencapal kompetensi utama
Tingkat Karakteristik
1 Memikul tugas-tugas rutin dalam prosedur yang sudah mapan dan tunduk pada
pemenksaan rutin kemajuan oleh supervisor.
2 Memikul tugas-tugas yang Iebih luas dan lebih komplex dengan meningkatkan
otonomi -personal untuk pekerjaan sendiri. Supervisor melakukan pengecekan-
pengecekan atas penyelesaian pekerjaan.
3 Memikul aktivitas-aktivitas yang komplek dan non-rutin, yang diarahkan dan
bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain.
Penilaian Summatif
Penilaian ini dilakukan setetah pelatihan unit kompetensi selesai untuk memastikan bahwa
peserta pelatihan sudah mencapai kriteria unjuk kerja.
Peserta Pelatihan atau siswa
Orang yang menerima pelatihan.
Pelatih atau guru
Orang yang memberikan pelatihan.
Ketrampilan dan Pengetahuan Penunjang
Mendefinisikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjadi ahli/trampil
pada tingkat yang telah ditetapkan
Penggambaran Unit
Indonesia Australia Partnership for Skills Development Page 4
Batam Institutional Development Project
441791805.doc
Bab 1 Pengantar
Peran Pelatih
Salah satu peran anda sebagai pelatih atau guru adalah memastikan standar pelayanan
yang tinggi melalui pelatihan yang efektif. Untuk memastikan bahwa anda siap bekerja
dengan menggunakan kompetensi ini dalam melatih peserta pelatihan atau siswa,
pertimbangkanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Seberapa yakin anda tentang pengetahuan dan ketrampilan anda sendiri
yang dibutuhkan untuk menyampaikan setiap elemen?
Apakah ada informasi atau peraturan baru yang mungkin anda butuhkan
untuk diakses sebelum anda memulai pelatihan?
Apakah anda merasa yakin untuk mendemonstrasikan tugas-tugas praktek?
Apakah anda akan sanggup menerangkan secara jelas tentang pengetahuan
pendukung yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan dalam melakukan
pekerjaan mereka secara tepat?
Apakah anda menyadari Iingkungan situasi industri dimana dalam
kompetensi ini mungkin diterapkan?
Apakah anda menyadari tentang bahasa, kemampuan peserta pelatihan yang
dibutuhkan membaca dan menulis serta ketrampilan memahami dan
menggunakan matematika untuk mendemonstrasikan kompetensi dalam
ukuran standar ini?
Sudahkan anda pertimbangkan issue-issue akses dan equity dalam
merencanakan penyampaian program pelatihan?
Strategi Penyajian
Batas perbedaan aktivitas pelatihan yang disarankan untuk penyampaian kompetensi ini
meliputi:
tugas-tugas praktis
proyek-proyek dan tugas-tugas
study kasus
pengajaran
video dan referensi
aktivitas kelompok
permainan peran dan simulasi.
Pelatih harus memilih strategi pelatihan yang cocok untuk kompetensi yang diajarkan,
situasi dan kebutuhan pesertanya. Contohnya, jika praktek pada pekerjaan tidak
memungkinkan, maka beragam simulasi dan permainan peranan mungkin cukup memadai.
Peraturan
Perhatikan terhadap hukum yang relevan serta panduan yang dapat mempengaruhi anda
operasi, dan yakinkan bahwa trainee dapat mengikutinya.
Judul Unit
Menemukan dan memperbaiki kesalahan pada PLC dasar dalam sistem
Deskripsi Unit
Ini adalah unit tingkat lanjut, yang bertujuan mempersiapkan personil perawatan dengan
pemahaman mengenai Programmable Logic Controller (PLC) dan aplikasinya di industri dan
bagaimana mendiagnosa dan memperbaiki kesalahan pada rangkaian sederhana yang
menggunakan PLC.
Kemampuan Awal
Peserta harus memiliki hal berikut ini:
Pengetahuan dasar PLC
Pengetahuan elektronika digital.
Pengetahuan dasar dalam penggunaan komputer.
Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja
Variabel
Unit ini dipakai pada seluruh sektor elektronika, elektrik, dan mekatronika. Ini juga
relevan pada industri manufaktur dan industri jasa.
(a) Pemerograman: Pengenalan hanya pada konsentrasi pada command-
command yang sering dipakai.
(b) Kesalahan: Dimulai dari kegagalan komponen sederhana sampai
kompleks.
(c) PLC: Pendekatan PLC umum – manufaktur khusus akan dikenalkan pada
unit selanjutnya.
(d) Kesehatan dan Keselamatan Kerja: hal ini tidak hanya mencakup:
Pengenaan pakaian yang sesuai
Pemahaman bahaya listrik
Kerja yang aman dengan peralatan listrik.
Konteks Penilaian
Unit ini dapat dinilai pada saat berkerja atau pada waktu yang lain. Penilaian harus
mencakup sebuah bentuk demonstrasi praktis ditambah bermacam metoda untuk
menilai pengetahuan dasar.
Fokus khusus dari unit ini bergantung pada sektor industri. Program pelatihan pra
kejuruan dapat meliputi bermacam sektor industri.
Perhatikanlah:
Lihat pada:
1. Subjek ini idealnya diajarkan menggunakan sebuah lingkungan
teori/praktik terintegrasi.
2. Penekanan pada aplikasi praktis PLC.
3. Aplikasi harus berhubungan pada lingkungan indutri elektronika dan
perbaikan/perawatan.
4. Perlengkapan yang dibutuhkan harus mencakup:
Sebuah model “shoe-box” PLC untuk setiap peserta dengan
sebuah PC atau hand program loader.
Normally open dan normally closed pushbuttons (atau yang
serupa) yang akan terhubung secara fisik pada terminal
masukan PLC.
kontaktor/lampu yang akan terhubung secara fisik pada
terminal keluaran dengan bantuan peripherals untuk
memfasilitasi tugas-tugas praktis.
dengan konteks rentang industri yang umum tanpa ada bias pada sektor tertentu.
Perubahan rentang akan membantu dalam hal ini. Untuk industri tertentu, pelatihan harus
disesuaikan agar memenuhi kebutuhan sektor tersebut.
Kompetensi Kunci yang akan Didemonstrasikan Dalam Unit ini
KOMPETENSI UMUM DALAM UNIT TINGKAT KOMPETENSI UMUM DALAM UNIT TINGKAT
INI INI
Tingkat Karakteristik
1 Memikul tugas-tugas rutin dalam prosedur yang sudah mapan dan tunduk pada
pemenksaan rutin kemajuan oleh supervisor.
2 Memikul tugas-tugas yang Iebih luas dan lebih komplex dengan meningkatkan otonomi
-personal untuk pekerjaan sendiri. Supervisor melakukan pengecekan-pengecekan atas
penyelesaian pekerjaan.
3 Memikul - aktivitas aktivitas yang komplex dan non-rutin, yang diarahkan dan bertanggung
jawab atas pekerjaan orang lain.
A Rencana Materi
Catatan: 1. Penyajian bahan berikut, pengajar, peserta dan penilai harus yakin dapat memenuhi seluruh rincian yang tertuang dalam
standar kompetensi.
2. Isi perencanaan merupakan kaitan kriteria unjuk kerja dengan Ketrampilan dan pengetahuan penunjang.
Ketrampilan, pengetahuan dan sikap apa Bagaimana saya mentransfer ketrampilan, pengetahuan dan sikap kepada peserta?
yang harus dimiliki peserta?
1. Mendemonstrasikan metode-metode Trainer menjelaskan metode untuk memperpanjang nilai timer dan counter pada sebuah
untuk memperpanjang nilai timer/counter. PLC yang meliputi:
derived timers (off delay, self resetting, constant duty cycle)
reversible counters
cascading timers
cascading counters
combining timers and counters
HO 1- 12 .
OHT 1- 10
Tugas 1- 5
Ketrampilan, pengetahuan dan sikap apa Bagaimana saya mentransfer ketrampilan, pengetahuan dan sikap kepada peserta?
yang harus dimiliki peserta?
2. Menuliskan program dan menguji untuk Trainer menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memprogram dan menguji penggunaan
mendemonstrasikan penggunaan instruksi instruksi diskrit lanjut yang meliputi:
diskrit lanjut (advanced discrete
jump instructions
instructions).
master control instructions
bit shift registers
one shot
HO 12 - 24
OHT 11 - 18
Tugas 6 - 9
3. Mendemonstrasikan metode pembuatan Trainer menjelaskan metode pembuatan timers/counters/elemen tertentu lain dalam
timers/counters/elemen tertentu lain keadaan retentive pada saat daya listrik mati.
dalam keadaan retentive pada saat daya
listrik mati. HO 25 - 27
OHT 19 - 20
Tugas 10
Ketrampilan, pengetahuan dan sikap apa Bagaimana saya mentransfer ketrampilan, pengetahuan dan sikap kepada peserta?
yang harus dimiliki peserta?
4. Menulis software untuk komunikasi antara Trainer menjelaskan cara menulis software untuk berkomunikasi antara PLC untuk
PLC bertukar informasi dan setup komunikasi RS485.
HO 28 - 35
OHT 21 - 25
Tugas 11
5. Menggunakan dokumentasi dan indikator Trainer menjelaskan problem sehubungan dengan response time dan cara mengatasi
status untuk mengidentifikasi kesalahan problem tersebut
dasar pada software dan hardware
HO 36 - 47
OHT 26 - 30
Tugas 12 - 13
Lembar Informasi HO 1
Kelompok: ………..…………………………………………………………………….
1.
1. Timer
Sebagaimana telah kita pelajari pada paket sebelumnya bahwa timer merupakan sebuah
instruksi yang menunggu dalam waktu tertentu untuk melakukan sesuatu. Dan timer dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, untuk tipe timer diproduksi oleh pabrik disesuaikan
dengan metoda dan cara mereka masing-masing.
a. ON-Delay Timer
Untuk timer On-Delay sudah dibahas pada paket sebelumnya berikut contoh-contoh
aplikasinya, yang cara kerjanya sangat sederhana yaitu setelah sensor melalui input
berkondisi ON, maka tidak langsung memberikan reaksi ON pada output karena harus
menunggu selama waktu yang telah ditentukan ( misal x detik). Untuk ini dapat kita
gambarkan diagram pulsanya dengan terlebih dahulu kita lihat perilaku timer berdasar
ladder diagram berikut:
ON-Delay 10s
HO 3
Dari diagram pada gambar 2 terlihat bahwa pada saat input 0001 berkondisi OFF output
0500 juga berkondisi OFF karena kondisi ON atau OFF dari output ini dikendalikan oleh
Timer melalui kontak T000, sedangkan kontak T000 ini pada awalnya berkondisi OFF dan
akan ON bilamana Timer sudah berdetak selama 10 detik dengan demikian output 0500
akan berkondisi ON pula. Dan bila kita lihan pada saat input berubah dari kondisi ON
menjadi OFF maka bersama itu pula T000 berubah menjadi berkondisi OFF dan tidak harus
ada delay dengan itu pula maka output 0500 akan berkondisi OFF.
b. Off-Delay Timer
Timer ini kebalikan dari timer diatas, setelah sensor melalui input berkondisi ON, maka tidak
langsung memberikan reaksi OFF pada output karena harus menunggu selama waktu yang
telah ditentukan ( misal x detik).
Pada timer Off-Delay secara rangkaian ladder tidak ada perbedaan dengan timer ON –
Delay akan tetapi perilaku pulsa yang berbeda, pada kondisi normal output timer berkondisi
ON dan akan berkondisi OFF bilamana selang beberapa saat (misal x detik) setelah input
dari kondisi ON menjadi kondisi OFF. Timer yang demikian sering disebut dengan TOF
(timer off-delay), untuk ini dapat kita gambarkan diagram pulsanya dengan terlebih dahulu
kita lihat perilaku timer berdasar ladder diagram berikut:
Adapun cara kerja rangkaian pada ladder adalah kita menunggu input 0001 berubah dari
kondisi ON menjadi berkondisi OFF, bila dicapai maka timer T000 (100 ms) mulai berdetak
dan akan berdetak sebanyak 100 kali. Setiap detak penambahan waktu adalah 100 ms
sehingga timer akan bekerja selama 10000 ms atau sama dengan 10 detik. Setelah 10 detik
tercapai maka kontak T000 akan terbuka yang berarti pada kondisi OFF sehingga ouput
0500 berkondisi OFF. Dan bilamana input 0001 kembali berkondisi True atau ON maka
timer T000 akan tereset kembali ke 0, oleh karena itu kontak T000 kembali ON dan
membuat output 0500 pun kembali ON.
HO 4
Input 0001 OFF Input 0001 ON Input 0001 OFF Input 0001 ON
Output 0500 Output 0500 ON OFF Output 0500 OFF Output 0500 ON
OFF-Delay 10s
Dalam mengaplikasikan Timer baik ON delay maupun OFF delay program biasanya
menampilkan akumulasi waktu sehingga kita dapat melihat nilai detak yang dicapai oleh
timer, timer dapat berdetak mulai 0 sampai 9999 kali atau 0 sampai 65535 kali. Kebanyakan
PLC memiliki timer 16 bit, dimana 0-9999 adalah 16 bit BCD (binary coded decimal) dan 0-
65535 adalah 16 bit biner. Setiap detak adalah memakan waktu x detik.
Setiap produk memiliki lama detak yang berbeda yaitu antara 10 dan 100 ms kenaikan,
"ms" artinya milli-detik (second) atau 1/1000 detik. Beberapa produk menggunakan 1 ms
atau 1 detik untuk setiap kenaikan.
Bila dikehendaki kita dapat juga membangun OFF delay timer dari ON delay timer, yaitu
dengan menambahkan sebuah coil output. Adapun rangkaian dapat dilihat pada gambar
berikut:
HO 5
Input 0001 OFF Input 0001 ON Input 0001 OFF Input 0001 ON
Output 0500 OFF Output 0500 ON Output 0500 OFF Output 0500 ON
Input 0001 OFF Input 0001 ON Input 0001 OFF Input 0001 ON
Output 0500 OFF Output 0500 ON Output 0500 OFF Output 0500 ON
OFF-Delay 7s 5s
OH 6
HO 7
Input 0002 OFF Input 0002 OFF Input 0002 ON Input 0002 OFF In02 ON
HO 8
2. Reversible Counters
Penghitung merupakan komponen instruksi dalam PLC yang berfungsi ntuk melaksanakan
hitungan, pada umumnya terdapat penghitung naik yaitu menghitung mulai 1, 2, 3 ……..dst
disebut dengan CTU (count up) CNT,C , atau CTR. Dan juga penghitung turun yang
menghitung turun 9, 8, 7,…….dst. disebut CTD (count down) serta penghitung naik/turun
disebut UDC(up-down counter). (lihat pada materi PLC sebelumnya). Berikut kita bahas
lebih dalam tentang penghitung turun (reversible counter).
Sebagaimana kita ketahui bahwa penghitung umumnya menghitung dari nol sampai nilai
hitungan yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan kebalikan dari penghitung tersebut
(reverse) adalah menghitung dari nilai hitungan yang telah ditetapkan sampai nol dan bila
sudah sampai nol maka penghitung (counter) akan memulai hitungan kembali dari nilai yang
telah ditetapkan tadi sampai nol.
99 99 99
98 98 98
2 2 2
1 1 1
0 0 0
Contoh berikut menggunakan PLC dari Siemens Step 7 dan gambar ladder menunjukan
penghitung reverse, dimana hitungan ditentukan sebanyak 30. Dengan memberikan pulsa
pada Input I0.1 maka CTUD akan mulai menghitung dari 30 sampai 0, bila 0 sudah tercapai
kontak C48 akan ON dengan demikian CTUD direset sehingga hitungan akan diawali lagi
mulai 30 sampai 0 dst.
HO 9
Darimana datangnya pulsa yang ingin kita hitung, biasanya berasal dari satu
input atau sensor yang dihubungkan misal pada input I0.0
Batas atau jumlah pulsa yang ingin dihitung sebelum kita mereaksinya, dalam
ladder ditentukan 30.
Kapan dan bagaimana kita akan mereset penghitung sehingga dapat memulai
menghitung kembali, misal setelah selesai hitungan pulsa ke 30 maka
penghitung direset.
Aplikasi counter yang lain adalah untuk penundaan pulsa yang dilakukan melaluipenentuan
awal jumlah sklus scan pada PLC, berikut merupakan contoh ladder diagram dari penunda
pulsa dengan menggunakan counter:
HO 10
Rangkaian CR0 membangun sistem generator pulsa yang memberikan pulsa pada counter
CTR melalui kontak CR0 yang dijalin AND dengan kontak relay CR1, sedangkan CR1 akan
ON dan OFF dikendalikan input I0.0 untuk output dikendalikan oleh CR2 yang kondisi ON
serta OFFnya tergantung pada output CTR.
3. Timer Kaskada
Adakalanya kita menginginkan rangkaian kaskada dari dua atau lebih timer untuk
melakukan serangkaian kerja yang berurutan, jadi setelah dibacanya input oleh PLC dan
ternyata input ON maka TMR1 mulai berdetak sampai batas waktu yang diinginkan.
Kemudian kontak TMR1 akan ON oleh karena dirangkai untuk mengendalikan TMR2, maka
TMR2 mulai berdetak sampai batas waktu yang diinginkan kemudian kontak TMR2 akan ON
sehingga output juga dalam kondisi ON sekaligus memutuskan kontak NOT TMR2 sehingga
TMR1 OFF. Bila input selalu diberikan kondisi ON maka output akan merupakan pembangkit
generator pulsa.
TMR1
Waktu 5s 5s 5s 5s 5s 5s
TMR2
Waktu 5s 5s 5s 5s 5s
HO 11
Ladder diatas merupakan salah satu contoh aplikasi timer yang dihubungkan secara
kaskada, rangkaian timer secara kaskada adalah tergantung dari kebutuhan serta fungsi
yang diinginkan bisa terdiri dari 3 buah timer, 4 buah timer atau lebih.
HO 12
Indonesia Australia Partnership for Skills Development Page 28
Batam Institutional Development Project
441791805.doc
Bab 4 Strategi Pengyampaian Lembar Informasi
Aplikasi lain yang penting adalah kombinasi dari timer dan counter yang membentuk
rangkaian pengali pulsa, prinsip kerja rangkaian diawali kondisi ON pada I0.0 akan
membuat Y berkondisi ON hal ini akan membuat CR1 ON sehingga CR1 akan terkunci
selalu ON sampai kondisi OFF pada NOT CR3. Oleh karena timer T000 diaktifkan oleh CR1
maka timer T000 mulai berdetak selama 10 detik dan membuat CR2 ON, dengan demikian
timer T000 direset melalui NOT CR2, output Q0.0 menjadi ON dan Counter CTR bertambah
1 hitungan karena adanya pulsa dari CR2. Jika hitungan CTR 100 sudah tercapai maka
CR3 menjadi ON akibatnya counter CTR direset dan CR1 menjadi OFF. Proses diatas akan
terulang lagi selagi input I0.0 pada kondisi ON sedangkan untuk meresetnya kita berikan
kondisi ON pada input I0.1.
HO 13
Disamping counter Timer juga dapat digunakan sebagai pulsa strecher, sedangkan fungsi
dan cara kerjanya adalah mirip. Kalau pada counter diset berdasarkan hitungan siklus
scan, sedangkan Timer diset berdasarkan perioda waktu, dan rangkaiannya dapat dilihat
pada gambar berikut:
HO 14
Dalam teknik digital telah kita pelajari register geser baik geser kiri maupun geser kanan,
demikian juga di PLC juga dikenal instruksi dan fungsi register. Secara umum terdapat dua
macam register yaitu LIFO (Last In First Out) dan FIFO (First In First Out).
a. FIFO register
Gambar berikut merepresentasikan fungsi dan kerja sebuah register FIFO, disini data
input merupakan word yaitu 16 bit setelah dimasukan dalam register terlihat data seperti
pada gambar 20a dan dengan diberikannya clock satu pulsa data bergeser sehingga
posisinya seperti pada gambar 20b. Bit pertama data pada saat dimasukan ke register
menduduki posisi akhir bit pada register siap dikeluarkan pada clock pulsa pertama,
sehingga saat diberikan clock pulsa untuk geser bit maka bit pertama tersebut akan
dikeluarkan paling awal.
Data input
1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1
a. Isi register setelah data diisikan ke dalam register
Geser data (Clock)
0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0
b. 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 1 1
0 1 0 1 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
c. 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0
1 0 1 0 0 1 0 1
0 1 0 1 0 0 1 1
0 0 1 1 0 0 0 0
Gambar 21. Proses dalam Register FIFO
HO 15
b. LIFO Register
Pada register ini data input dibalik sehingga data input pertama dimasukan akan
menjadi data output yang pertama, keuntungan yang diperoleh pada LIFO register
Indonesia Australia Partnership for Skills Development Page 31
Batam Institutional Development Project
441791805.doc
Bab 4 Strategi Pengyampaian Lembar Informasi
adalah informasi dapat dimasukan langsung pada stack tanpa mengganggu informasi
yang sudah diisikan. Berikut merupakan contoh proses dalam LIFO untuk 1 byate (8
bit):
Input data pertama Stack sebelum input pertama
0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
Input data pertama Stack setelah input pertama
1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
Stack setelah input data kedua Output Data kedua
1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 Stack setelah input data kedua
0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 Stack setelah output data kedua
0 0 0 0 0 0 0 0
HO 16
Jadi bila X400 ON maka M300 akan berlogika 1 saat X401 berubah dari OFF ke
ON, dan isi M300 sebelumnya akan digeser ke M301. Bila berikutnya X400
berkondisi OFF dan X401 berubah dari OFF ke ON maka M300 akan berlogika
0 sedangkan M301 akan berlogika 1 karena M300 sebelumnya sudah berlogika
1. Begitu pula pada bit yang lain dari register akan digeser bilamana saat X401
berubah dari OFF ke ON
Ketika X402 yang berfungsi sebagai saluran reset berkondisi ON maka kondisi
M300 ~ M317 direset menjadi logika 0.
Bila X401 berubah dari kondisi OFF ke ON, maka data pada setiap alamat
register digeser yaitu isi M300 berpindah ke M301, M301 berpindah ke M302
dst. dan bit terakhir M317 akan menjadi over flow.
HO 17
Contoh aplikasi:
Sebuah mesin pengisi botol minuman memiliki 4 langkah proses, pada awalnya sensor
menyensor botol dalam keadaan baik (Input 000 berkondisi ON). Karena botol baik berarti siap
diisi dengan adanya clock maka bit register dengan alamat 1000 disi dengan logika 1, pada
clock berikutnya isi register digeser sehingga bit register alamat 1001 terisi dengan bit register
alamat 1000 dengan demikian output 500 dibuat ON dan botol diisi dengan minuman.
Clock berikutnya register digeser kembali sehingga tutup botol dipasangkan yaitu dengan
membuat ON output 501 melalui bit register beralamat 1002. Clock berikutnya akan menggeser
register sehingga bit register dengan alamat 1003 menjadi ON dan mengaktifkan pemeberian
label pada botol melalui output 0502.
Pada system ini saat terdeteksi botol tidak sesuai atau rusak, maka tercatat pada bit register
beralamat 1000 dengan logika 0, sehingga clock pada register akan menggeser logika 0.
Dengan demikian tidak ada aktivitas pengisian botol, pemasangan tutup ataupun pemberian
label pada botol.
HO 18
c. Kaskada Register
Bila diinginkan kita juga dapat membangun suatu rangkaian kaskada register geser,
dalam contoh berikut satu kelompok register beralamat M100 ~ M117 dan M120 ~
M137. Disini input data pertama diumpankan pada M100 dan output M117
diumpankan pada M120, sedangkan untuk pulsa geser dilakukan melalui X400 serta
reset dilakukan melalui X401.
HO 19
Gambar 26. Ladder diagram program bagian (seharusnya dijalankan bila syarat terpenuhi)
Seperti yang digambarkan pada ladder diagram progres akan dilakukan mulai dari M0000
membuat kondisi P0001 diteruskan M0001 AND M0002 untuk membuat kondisi P0002 dan
P0003 melalui NC M0003 serta dilanjutkan membuat kondisi P0004 melalui M0004 AND
M0005, sehingga merupakan rangkaian output berkelanjutan dan akan berhenti sampai
diperoleh kesalahan dan sekuensial program.
Sedangkan ladder berikut merupakan rangkaian dengan multiple output termasuk
sederetan kontak setelah percabangan:
HO 20
Dengan menggunakan Master control dan Master control reset akan terbentuk blok
program kecil atau sub routine yang akan dijalankan apabila MCS berkondisi ON,
sedangkan instruksi di bawah MCSCLR dijalankan terus walupun kondisi MCS ON atau
OFF. Secara ladder diagram berikut merupakan contoh aplikasi dari Master control dan
Master control reset dalam suatu program.
HO 21
HO 22
Gambar 31. Instruksi one shot DIFD yang dibangun dari timer
Ladder diatas merupakan rangkaian one shot DIFD yaitu output akan memberikan satu pulsa
dengan panjang waktu satu scan bilamana input berubah kondisi dari High ke Low, adapun
cara kerja rangkaian sebagai berikut:
Ketika P0000 berkondisi High maka P0011 berkondisi OFF dan timer T095 juga dalam kondisi
OFF, begitu P0000 berubah kondisi dari High ke Low maka rung satu berkondisi High sehingga
P0011 ON bersamaan itu pula T095 mulai bekerja dan begitu 1scan berikutnya dilakukan yaitu
rung kedua maka akan mereset kondisi P0011 dengan demikian akan terjadi satu pulsa pada
P0011 yang diawali saat input berubah kondisi dari High ke Low.
Gambar 32. Instruksi one shot DIFU yang dibangun dari timer
HO 23
Hampir sama dengan rangkaian DIFD, ladder diatas merupakan rangkaian one shot DIFU yaitu
output akan memberikan satu pulsa dengan panjang waktu satu scan bilamana input berubah
kondisi dari Low ke High, adapun cara kerja rangkaian sebagai berikut:
Ketika P0000 berkondisi Low maka P0011 berkondisi OFF dan timer T095 juga dalam kondisi
OFF, begitu P0000 berubah kondisi dari Low ke High maka rung satu berkondisi High sehingga
P0011 ON bersamaan itu pula T095 mulai bekerja dan begitu 1scan berikutnya dilakukan yaitu
rung kedua maka akan mereset kondisi P0011 dengan demikian akan terjadi satu pulsa pada
P0011 yang diawali saat input berubah kondisi dari Low ke High.
Pada beberapa PLC instruksi one sudah disediakan sehingga kita tidak perlu lagi membangun
sebuah rangkaian seperti pada gambar diatas, berikut merupakan contoh aplikasi instruksi
DIFU/DIFD:
HO 24
HO 25
Jadi PLC pertama kali akan mendeteksi kondisi P0001 melalui instruksi LOAD, bila kondisi
P0001 1 maka step 1 akan diteruskan lompat ke step 10 dan dilanjutkan pada step-step
berikutnya, sedangkan kalau kondisi P0001 ternyata 0 maka instruksi pada step 2 dan
seterusnya akan dilaksanakan.
Metoda Retentive HO 26
1. Metoda retentive
Seringkali sebuah PLC harus digunakan pada sebuah sistem yang bekerja terus menerus,
dimana proses serta pengeluaran hasil proses selalu tergantung pada setiap perubahan
input PLC. Sekarang apa yang terjadi bilamana aliran listrik mati sedang program dalam
sistem mengharuskan untuk meneruskan pada langkah berikutnya, misal timer yang sudah
mengukur waktu 30 detik sebelum listrik padam harus dilanjutkan mulai dari harga tersebut
begitu listrik hidup kembali, sebuah counter yang sudah menghitung 25 harus dilanjutkan
kembali begitu listrik hidup sampai batas hitungan akhir yang telah ditentukan.
Untuk keperluan itu setiap PLC dilengkapi dengan sistem penyimpanan (memory), dimana
data yang tersimpan tidak akan hilang walaupun listrik padam oleh karena itu proses akan
dilanjutkan jadi bukan dari awal seperti saat PLC dijalankan pertama kali.
Sedang alamat yang dapat digunakan untuk setiap PLC sangat berbeda-beda, sebagai
contoh berikut merupakan ladder diagram yang diaplikasikan pada PLC NHP-microlink 14.
Dari ladder diatas terliah suatu sistem rangkaian dimana timer T095 dan T096 akan
dijalankan melalui perubahan P0000 dari OFF ke ON kemudian relay P0011 akan
dipertahankan ON karena disuplai oleh kontak P0011 itu sendiri, selama P0001 pada
kondisi ON maka T095 dan T96 akan bekerja. Misalkan hitungan kedua timer ini mencapai
46 yaitu pada timer 095 dan timer 096 berisi data 46, jika tiba-tiba listrik padam maka
begitu listrik nyala kembali yang trjadi adalah timer 095 dimulai dari 00046 dan T096 mulai
dari 00000.
HO27
Kalau kita lihat kejadian ini ternyata pada timer 095 tetap menyimpan data walaupun
kondisi listrik padam dan pada timer 096 saat listrik padam data yang ada hilang sama
sekali dan begitu listrik hidup data dimulai dari 00000 lagi.
Hal yang sama juga dapat diaplikasikan pada counter, retentive relay, link relay, data
register dan step controller, sebagai contoh pada NHP PLC untuk metoda retentive
diterapkan alamat sebagai berikut:
Berikut ladder diagram aplikasi untuk counter, dimana C006 merupakan counter biasa dan
C096 merupakan retentive counter.
MASTER-SLAVE PLC HO 28
Metoda transmisi data, metoda ini biasanya menggunakan half duflex atau asinkron
Kecepatan transmisi, umumnya dapat diatur kecepatannya antara 300 – 19.200 bps
Jumlah PLC yang dapat saling dihubungkan sebagai contoh PLC NHP dapat
dihubungkang melalui RS 485 sebanyak 32 stasiun yang masing-masing PLC
terhubung diberikan inisialisasi alamat 00 hex. Sampai 1F hex., dengan cara ini
maka kita dapat mengirimkan data atau saling berkomunikasi antara PLC melalui
inisalisasi alamt yang telah ditentukan dan bila diinginkan sebuah master PLC bisa
sekaligus memberikan data pada waktu yang bersamaan kepada semua slave
terhubung.
Organisasi karakter merupakan setup pengiriman dan penerimaan jumlah bit dalam
sebuah karakter ada PLC yang menerapkan 7 bit, 8 bit, parity check dan stop bit,
sebagai contoh setup yang harus dilakukan untuk PLC NHP adalah 8 bit karakter,
none parity check dan 1 bit untuk stop bit.
Error check berfungsi sebagai komparasi error untuk retransmit data atau menguji
BCC routine BCC.
Instruksi untuk saling komunikasi dapat dituliskan dalam STL atau ladder diagram, sedang
instruksi ini adalah sebagai berikut:
DIN merupakan instruksi input atau untuk menerima data
DINP
DOUT merupakan instruksi untuk mengeluarkan data
DOUTP
Sedangkan gambar berikut aplikasi instruksi dalam ladder diagram
S1 start address
S2 Jumlah terima word
S1 start address
S2 Jumlah kirim word
HO 29
Rung kedua dari ladder terlihat PLC master yang berinisial alamat 1F hex. mengirimkan
data ke salah satu PLC slave, data akan dikirim dan disimpan berupa data frame pada K0 –
K5. Sedangkan data diterima diawali oleh Low byte dan diakhiri oleh High byte yang diawali
dari K0.
HO 30
Gambar 38. Frame data untuk Baca/Tulis koneksi 2 PLC dan error
Catatan:
untuk nomor stasiun pada slave PLC:
** : Jumlah data word
*** : Ini sama seperti pada instruksi transmisi dari master PLC
untuk * Instruksi:
r(72 hex.), R(52 hex.) : Word Read
w(77 hex.), W(57 hex.) : Word Write
Kode error dan penjelasan setiap error dalam komunikasi data master-slave PLC dapat
dilihat pada table berikut:
HO 31
Indonesia Australia Partnership for Skills Development Page 47
Batam Institutional Development Project
441791805.doc
Bab 4 Strategi Pengyampaian Lembar Informasi
Terdapat 2 macam alamat yaitu untuk word dan untuk bit, setiap alamat merupakan area
memori yang dinyatakan dalam bilangan desimal untuk word dan hexa untuk bit, berikut
contoh untuk PLC dari NHP:
Word P (Relay) P0000 – P0005
M (Auxiliary relay) M0000 – M0031
L (Link relay) L0000 – L0015
K (Retentive relay) K0000 – K0015
F (Special relay) F0000 – F0015
T (Timer) T0000 – T0127
C (Counter) C0001 – C0127
D (Data register) D0000 – D0255
S (Step controller) S0000 – S0031
Bit P (Relay) P0000 – P005F
M (Auxiliary relay) M0000 – M031F
HO 32
RS-485
+ - + -
PLC Master PLC Slave
(1F hexa.) (00 hexa.)
HO 33
Kedua instruksi pada prinsip dan fungsinya sama dan dari ladder terlihat bahwa selama
M00 pada kondisi ON maka master PLC siap menerima data dari slave, setiap data yang
dikirimkan oleh slave PLC akan diterima oleh master PLC dan disimpan pada register D000
sampai D008. Disini master akan selalu memiliki inisialisasi alamat 1F hexa, dan dari
instruksi yang dituliskan DIN merupakan instruksi yang mengatakan bahwa fungsinya
adalah menerima data dari slave sedangkan D000 merupakan alamat register pertama
yang akan diisi data dari slave serta 09 menyatakan jumlah data yang dikirimkan. Dengan
demikian data yang diterima dari slave sejumlah 9 data dan akan disimpan pada register
beralamat D000 sampai D008.
HO 34
Kedua instruksi pada prinsip dan fungsinya sama dan dari ladder terlihat bahwa selama
M00 pada kondisi ON maka master PLC mulai mengirimkan data ke slave, setiap data
disimpan pada register D000 sampai D008 master PLC yang dikirimkan dan diterima oleh
slave PLC. Disini master akan selalu memiliki inisialisasi alamat 1F hexa, dan dari instruksi
yang dituliskan DOUT merupakan instruksi yang mengatakan bahwa fungsinya adalah
mengirimkan data dari master sedangkan D000 merupakan alamat register pertama
dimana data akan dikirimkan ke slave PLC serta 09 menyatakan jumlah data yang
dikirimkan. Dengan demikian data yang diterima oleh slave sejumlah 9 data dan diambil
dari register beralamat D000 sampai D008.
Contoh berikut merupakan ladder diagram komunikasi dua PLC dengan memanfaatkan
status flag F11A, F11C dan F11E.
c. Instruksi SEND
Instruksi lain untuk komunikasi Master/Slave PLC dapat dilakukan dengan menggunakan
instruksi sebagai berikut:
Pengiriman data dari master ke slave melalui jalur komunikasi RS-485 menggunakan
instruksi SEND dapat dilakukan pada PLC NHP-ML300 versi 1.3 keatas, instruksi ini
dilengkapi dengan nomor stasiun (ST) yang isinya (M, P, K, L, F, T, C, D, #D, data numerik),
alamat awal memory area (S) dimana data akan dikirimkan dari master (M, P, K, L, F, T, C,
D, #D), alamat awal memory area (D) dimana data akan dikirimkan pada slave (M, P, K, L,
T, C, D), dan jumlah word (n) yang akan dikirimkan (M, P, K, L, F, T, C, D, #D, data
numerik). Secara ladder diagram digambarkan sebagai berikut:
HO 35
Pada ladder diagram terdapat NC kontak M0000, instruksi SEND, nomor stasiun yaitu
menunjuk slave nomoir h0000, alamat awal pada master digunakan memory area D0000
dan alamat akhir D0004, alamat awal pada slave digunakan memory area M0000 alamat
akhir M0004 dan jumlah word yang dikirim sejumlah 5 word. Sedangkan status error untuk
instruksi ini menggunakan memory area F110, yaitu untuk mengetahui apakah terjadi
kesalahan atau tidak pada saat proses pengiriman data dari master ke slave.
d. Instruksi RECV
Penerimaan data dari slave ke master melalui jalur komunikasi RS-485 menggunakan
instruksi RECV dapat dilakukan pada PLC NHP-ML300 versi 1.3 keatas sperti halnya pada
instruksi SEND, instruksi ini dilengkapi dengan nomor stasiun (ST) yang isinya (M, P, K, L,
F, T, C, D, #D, data numerik), alamat awal memory area (S) dimana data akan disimpan
pada master (M, P, K, L, F, T, C, D, #D), alamat awal memory area (D) dimana data akan
diambil dari slave (M, P, K, L, T, C, D), dan jumlah word (n) yang akan dikirimkan (M, P, K,
L, F, T, C, D, #D, data numerik). Secara ladder diagram digambarkan sebagai berikut:
HO 37
Contents Specifications
AC DC
Humidity 10 ~ 90% RH
HO 38
Contents Specification
141 instructions
HO 39
Contents Specification
HO 40
Peta memory atau sering disebut dengan Memory Map merupakan dokumen penting dalam
menentukan penggunaan memory berdasarkan alamat serta kapasitas yang dapat
digunakan, Memory pada PLC diberi notasi huruf abjat dan bilangan yang menunjukan jenis
memory dan alamatnya, berikut merupakan peta memory yang dimiliki oleh PLC NHP-
ML14:
I/O 24 Points
AuxiliaryRelay
72 Points
AuxiliaryRelay
512 Points
Rentetive Relay
256 Points
Special Relay
256 Points
Link Relay
256 Points
100 ms Timer
Output
96 Points
10 ms Timer
Output
32 Points
Counter
Output
127 Points
HO 41
e. Spesifikasi I/O:
Untuk mengetahui spesifikasi input dan output sebuah PLC dibutuhkan informasi dari
pembuat PLC tegangan input maupun output yang boleh dioperasikan padanya, responese
time dan batasan arus listrik yang boleh disambungkan padanya. Berikut contoh spesifikasi
I/O sebuah PLC:
Type DC Relay
In using relay output, the life time of the PLC depends on the external load.
Therefore, when the PLC is applied to a heavy load, we recommend that the
user connect an external relay or SSR to the PLC to save the reliability and
maintenance.
HO 42
Untuk memonitoring, setting dan modifikasi data waktu dapat dilakukan melalui program
konsol atau melalui software pada komputer, beberapa PLC menerapkan sistem untuk
mengubah Real Time Clock (RTC). Seperti pada PLC NHP-ML 14 dilengkapi fasilitas ini
yaitu mengubah isi data pada D249-D252 ketika M310 diset ON maka F03A diset ON, jika
nilai diluar jangkauan (over range) setelah transfer dari D249-D252 ke L12-L15 maka M310
harus diset OFF. Apabila tidak L12-L15 akan berisi tetap dan nilai yang ditransfer akan tetap
dipegang dalam D249-D252. Berikut dokumentasi yang diberikan oleh PLC tersebut:
HO 43
2. Watchdog Timer
Watchdog Timer merupakan tool yang dapat digunakan untuk diaplikasikan pada beberapa
sistem pengendali, dimana fungsinya sebagai pelayanan bilamana terjadi permasalahan
keamanan pada sistem. Bilamana waktu scan tertutup sekitar 300 mili detik, maka instruksi
WDT diperlukan untuk mengaktifkan watchdog timer sebagai tanda timing out atau sering
disebut dengan creating error. Tertutupnya selama waktu 300 mili detik kemungkinan terjadi
sesuatu bilamana operasi instruksi For-Next sedang dilaksanakan. Oleh karena itu sangat
dianjurkan untuk menggunakan instruksi WDT dalam sebuah routine For – Next atau bias juga
diletakan pada tengah-tengah program aplikasi. WDT dilaksanakan selama waktu enable input
dalam kondisi ON, sedangkan WDTP dilaksanakan hanya pada saat transisi dari OFF ke ON
pada enable input.
Ladder diagram berikut memberikan gambaran pada kita bahwa WDT akan aktif atau akan
dilaksanakan bilamana terjadi kesalahan pada sistem program, dimana kesalahan atau error
yang muncul pada sistem program akan dicatat oleh F memory relay dalam contoh berikut
diambil dari kesalahan yang tercatat pada F010.
HO 44
Gambar 48. Aktifkan WDT dari error yang tercatat pada F010
Beberapa PLC dilengkapi pula dengan instruksi untuk membuat semua output berkondisi OFF,
sehingga dapat dimanfaat untuk menghindari adanya tabrakan pada semua system
pengendali. Jadi dengan menerapkan instruksi WDT maupun instrukai OUTOFF dapat
digunkan untuk menghentikan sistem operasi dari sebuah program, hanya kelebihan dari
instruksi OUTOFF semua output terhenti total. Berikut menunjukan contoh penerapan instruksi
OUTOFF dimana bila terjadi kesalahan dan tercatat pada F030 atau F031, maka semua output
akan berkondisi OFF.
Gambar 49. Aplikasi instruksi OUTOFF melalui kesalahan pada F030 atau F031
Untuk keperluan ini kita diharuskan untuk menentukan kesalahan apa yang harus kita ambil
sebagai kunci untuk mengaktifkan instruksi WDT atau instruksi OUTOFF, setiap PLC dilengkapi
dengan system error oleh karena itu perlu untuk selalu memiliki daftar kesalahan dari PLC
yang digunakan. Berikut merupakan daftar kesalahan yang dimiliki oleh PLC-NHP ml-14:
HO 45
F011H Communication Error flag F101 User Clock #1 for duty instruction
F012 ON during first Scan only F102 User Clock #2 for duty instruction
F013 OFF during first Scan only F103 User Clock #3 for duty instruction
F014 One Scan duty cycle F104 User Clock #4 for duty instruction
contact
F020 Comms Error [H byte = St F105 User Clock #5 for duty instruction
number]
F021 Comms Error [H byte = St F106 User Clock #6 for duty instruction
number]
F022 Comms Error [H byte = St F107 User Clock #7 for duty instruction
number]
HO 46
Melalui relay kontak F pada PLC jenis ini memungkinkan kita mengendalikan sistem bila terjadi
suatu kesalahan, misal yang terjadi pada gambar 49 diatas dimana F030 dan F031 digunakan
sebagai kendali error pada sistem. Disamping itu dalam dokumentasi sistem PLC harus
dilengkapi dengan daftar kode error, dengan demikian kita akan dapat melacak dimana dan
apa yang terjadi pada sistem sperti ditampilkan pada tabel berikut:
13 STOP 24V Power Supply failure Check external short circuit or load,
contact distributor.
HO 47
Tugas
Pada setiap tugas pada Learning assessment packed ini, setiap peserta diarahkan untuk
memahami pengetahuan sesuai dengan kriterian unjuk kerja dalam unit kompetensi dan pada
sesi praktek diarahkan untuk menguji setiap rangkaian dalam tugas secara laboratorium.
Tugas 1
Timer
Menjelaskan fungsi dan kegunaan serta dimana diaplikasikan timer.
a. ON-Delay Timer
Membuat ladder diagram dan menjelaskan cara kerja rangkaian aplikasi dari On-Delay
Timer.
Membuat digram pulsa dari rangkaian tersebut.
b. Off-Delay Timer
Membuat ladder diagram dan menjelaskan cara kerja rangkaian aplikasi dari Off-Delay
Timer.
Membuat digram pulsa dari rangkaian tersebut.
c. ON-OFF Delay Timer
Membuat ladder diagram dan menjelaskan cara kerja rangkaian On-OFF Delay Timer.
Membuat digram pulsa dari rangkaian tersebut.
d. Accumulating timer
Membuat ladder diagram dan menjelaskan cara kerja aplikasi Accumulating timer.
e. Self Reseting Timer
Membuat ladder diagram dan menjelaskan cara kerja dari aplikasi self reseting timer.
Membuat gambar pulsa dari self reseting timer tersebut.
Tugas 2
Reversible Counters
Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja reversible counter..
Membuat ladder diagram dan menjelaskan cara kerja rangkaian penghitung turun.
Buat ladder diagram dan jelaskan cara kerja penundaan pulsa yang dibangun dari counter.
Tugas 3
Timer Kaskada
Membuat ladder diagram dan menjelaskan cara kerja rangkaian pembangkit generator
pulsa menggunakan rangkaian kaskada dari dua timer.
Membuat digram pulsa dari rangkaian tersebut.
Tugas 4
Counter Kaskada
Membuat ladder diagram dan menjelaskan cara kerja rangkaian pembangkit generator
pulsa menggunakan rangkaian kaskada dari dua counter.
Membuat digram pulsa dari rangkaian tersebut.
Tugas 5
Tugas 6
Menjelaskan apa yang dimaksudkan dengan register LIFO (Last In First Out) dan
FIFO (First In First Out).
Menjelaskan proses pengisian data dan pengeluaran data pada register tersebut.
Tugas 7
Tugas 8
Tugas 9
Instruksi Jump
Membuat ladder diagram dan menjelaskan cara kerja rangkaian pembangkit generator
pulsa menggunakan rangkaian kaskada dari dua counter.
Tugas 10
Metoda Retentive
Membuat ladder diagram dan menjelaskan penerapan metoda retentive menggunakan
timer/counter.
Tugas 11
Tugas 12
ENQ No. Stasiun Instruksi Alamat jumlah data Data EOT BCC
Tugas 13
Tugas 14
Melengkapi penjelasan setiap error dalam komunikasi data master-slave PLC pada table
berikut:
Tugas 15
Menggunakan lembar dokumen PLC dan melengkapi alamat dari word dan bit berikut ini:
Word P (Relay) …………………………………
M (Auxiliary relay) …………………………………
L (Link relay) …………………………………
K (Retentive relay) …………………………………
F (Special relay) …………………………………
T (Timer) …………………………………
C (Counter) …………………………………
D (Data register) …………………………………
S (Step controller) …………………………………
Bit P (Relay) …………………………………
M (Auxiliary relay) …………………………………
L (Link relay) …………………………………
K (Retentive relay) …………………………………
F (Special relay) …………………………………
Tugas 16
Tugas 17
Tugas 18
Contents Specifications
AC DC
Humidity 10 ~ 90% RH
Tugas 19
Contents Specification
Tugas 20
Membuat program untuk melaksanakan fungsi robot dengan ketentuan sebagai berikut:
Program sekuensial dapat dibagi menjadi dua model sekuensial yaitu sekuensial manual dan
sekuensial otomatis. Sebagai contoh berikut merupakan rangkaian gerak dari sebuah mesin
yang memindahkan barang dari posisi A ke posisi B, sehingga terjadi sekuensial gerak yaitu
dari posisi awal robot bergerak turun kemudian clamp untuk mencekam barang pada posisi A,
gerak naik kembali sampai posisi gerak datar dan diteruskan gerak maju sampai posisi diatas
B dan gerak turun pada posisi B, unclamp sehingga barang diletakan pada posisi B,
selanjutnya gerak naik sampai pada posisi gerak datar diteruskan dengan gerak mundur
sampai posisi awal.
Dari uraian diatas posisi sensor dapat diletakan seperti pada gambar berikut:
Berdasarkan posisi sensor maka home position adalah terletak pada posisi A atas, bila tidak
berada pada posisi ini maka perlu inisialisasi, dan selanjutnya tombol start dijalankan untuk
melaksanakan sekuensial berikutnya.
Inisialisasi:
Pada saat inisialisasi posisi robot harus pada posisi A atas (home position), untuk ini robot
dikendalikan agar berada pada home position.
Tugas 21
Tugas:
a. Buat ladder diagram rangkaian star delta berdasarkan rangkaian kontaktor listrik
berikut.
b. Buat program pada komputer dan uji di PLC.
c. Jelaskan bagaimana sistem kerja rangkaian.
Jawaban tugas:
0 LOAD P0001
1 OR P0010
2 AND NOT P0002
3 AND NOT P0000
4 OUT P0010 Main contactor K1
5 LOAD P0010
6 AND NOT T0095
7 AND P0010
8 AND NOT P0012
9 OUT P0011 Star Contactor K2
10 LOAD P0010
11 TON T095 00050 Timer K4 star Operation
14 LOAD P0010
Indonesia Australia Partnership for Skills Development Page 77
Batam Institutional Development Project
441791805.doc
Bab 4 Strategi Pengyampaian Tugas
15 AND T0095
16 AND NOT P0011
17 TON T096 00050 Switch over time K5
20 LOAD P0010
21 AND T0096
22 AND NOT P0011
23 OUT P0013 Delta contactor
24 LOAD NOT P0010 Process OFF
25 OUT P0013 Indicator light H1
26 LOAD P0011 Star Operation mode
27 OUT P0014 Indicator light H2
28 LOAD P0012 Delta Operation mode
29 OUT P0015 Indicator light H3
30 END
Sesi Praktek
Dalam setiap tugas berisi kegiatan membuat ladder diagram untuk itu pada sesi praktek
diperlukan pembuktian dengan menggunakan Trainer PLC yang sesuai dan uji permasalahan
dalam tugas diatas secara praktek.
Transparansi
1. Timer
Sebuah instruksi yang menunggu dalam waktu tertentu untuk
melakukan sesuatu.
a. ON-Delay Timer
Ladder Diagram:
Diagram sinyal:
ON-Delay 10s
(Lanjutan)
b. Off-Delay Timer
Ladder diagram:
Diagram sinyal:
OFF-Delay 10s
(Lanjutan)
Diagram waktu:
(Lanjutan)
OFF-Delay 7s 5s
d. Accumulating timer
(Lanjutan)
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah:
(Lanjutan)
2. Reversible Counters
99 99 99
98 98 98
2 2 2
1 1 1
0 0 0
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Counter sebagai penunda pulsa:
(Lanjutan)
3. Timer Kaskada
TMR1
Waktu 5s 5s 5s 5s 5s 5s
TMR2
Waktu 5s 5s 5s 5s 5s
Output 0500
OFF
(Lanjutan)
(Lanjutan)
5. Aplikasi Counter/Timer Sebagai Pulsa Stretcher
Counter:
(Lanjutan)
Timer:
Register OHT 14
1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1
b. 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 1 1
0 1 0 1 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
c. 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0
1 0 1 0 0 1 0 1
0 1 0 1 0 0 1 1
0 0 1 1 0 0 0 0
b. LIFO Register
Contoh proses dalam LIFO untuk 1 byate (8 bit):
Stack sebelum input
Input data pertama
pertama
0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
Stack setelah input
Input data pertama
pertama
1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
Stack setelah input data kedua Output Data kedua
1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 Stack setelah input data kedua
0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0
Stack setelah output data
0 0 0 0 0 0 0 0
kedua
0 0 0 0 0 0 0 0
Kaskada Register
(Master Control)
MC dan MCR
merupakan pasangan instruksi satu blok instruksi, bila MC ON
instruksi dalam blok dilaksanakan dan diakhiri pada MCR.
(Lanjutan)
Contents Specifications
AC DC
Contents Specification
Program Control Cyclic Execution of Compiled Program
Method
I/O Processing I/O is updated after each scan
Method
Instruction Basic 35 instructions
Instr. Applic
Instr
141 instructions
Memory Capacity 2K step (2048 step)
Execution Time 1.2 us/step
Memory P 1/0 Relay (P000-P019) 24 Points input
Device Range P000-P00D
output P010-P019
Others (P00E,P00F,P01A-P05F) are used as
Auxiliary relay.
M Auxiliary Relay (M000-M31F): 32 Reg. 512
Points M3l0: RTC data enable (Version 1.3 only)
K Retentive Relay (K000-K15F) 16 Reg. 256
Points
F Special Relay(F000-F15F) 16 Reg. 256 Points
F070-F077 are used as HSC output area.
F14 Elapsed value of High Speed Counter.
Fl5 Pre-set value of High Speed Counter
L Link Relay (L000-L15F): 16 Reg. 256 Points
LI 2-LI 5 (7byte) are used as the data area of
Real Time Clock pre-set value.
PLC (Lanjutan)
Contents Specification
T 100 ms T000-T095 : 96 Setting Value
Points
=>0-65535
10 ms T096-Tl27 : 32
Points
C Counte C001-C127 127
r Points
S Step Controller (S00-S3 1): 32 x 100 steps
D Data Registers (D000-D255) 256x16 bit
D253-D255 are used as data area of scan time.
Internal High 1 Point, 8Kpps. 24VDC, Range 0 - 65535
Speed Counter
Other Functions RS485 Communication(max.32 Stations).
RS232, RTC
PLC (Lanjutan)
I/O 24 Points
AuxiliaryRelay
72 Points
AuxiliaryRelay
512 Points
Rentetive Relay
256 Points
Special Relay
256 Points
Link Relay
256 Points
100 ms Timer
Output
96 Points
10 ms Timer
Output
32 Points
Counter
Output
127 Points
e. Spesifikasi I/O:
Type DC Relay
PLC (Lanjutan)
PLC (Lanjutan)
2. Watchdog Timer
Watchdog Timer merupakan tool yang dapat digunakan untuk
diaplikasikan pada beberapa sistem pengendali, dimana
fungsinya sebagai pelayanan bilamana terjadi permasalahan
keamanan pada sistem. Bilamana waktu scan tertutup sekitar
300 mili detik, maka instruksi WDT diperlukan untuk
mengaktifkan watchdog timer sebagai tanda timing out atau
sering disebut dengan creating error. Tertutupnya selama waktu
300 mili detik kemungkinan terjadi sesuatu bilamana operasi
instruksi For-Next sedang dilaksanakan.
Aktifkan WDT dari error yang tercatat pada F010
PLC (Lanjutan)
PLC (Lanjutan)
Kualifikasi Penilai
Dalam kondisi Iingkungan kerja, yaitu seorang peniIai industri yang diakui dapat
menentukan apakah seorang pekerja mampu melakukan tugas yang terdapat dalam unit
kompetensi ini. Jika anda diakui untuk menilai unit ini kemungkinan anda dapat memilih
metode yang ditawarkan dalam pedoman ini, atau mengembangkan metode anda sendiri
untuk melakukan penilaian. Para penilai harus memperhatikan petunjuk bukti dalam standar
kompetensi sebelum memutuskan metode penilaian yang akan dipakai.
1. Peserta diminta menjelaskan metode untuk memperpanjang nilai timer dan counter
dengan menjelaskan fungsi rangkaian, menggambarkan ladder diagram dan
mengujinya pada sebuah PLC yang meliputi:
derived timers (off delay, self resetting, constant duty cycle)
reversible counters
cascading timers
cascading counters
combining timers and counters
2. Peserta diminta menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memprogram dan menguji
penggunaan instruksi diskrit lanjut dengan menjelaskan fungsi rangkaian,
menggambarkan ladder diagram dan mengujinya pada sebuah PLC yang meliputi:
jump instructions
master control instructions
Peserta diminta menjelaskan karakteristik, cara penyambungan I/O, peta memory dengan
menggunakan dokumentasi dan mengidentifikasi indikator status untuk kesalahan dasar
pada software dan hardware yang berpedoman pada dokumen PLC.
Setiap sesi praktek dinilai secara individual dan setiap peserta diharuskan melakukan
keseluruhan, atau bagian komponen sampai dicapainya ketrampilan dan pengetahuan
yang disyaratkan oleh standar kompetensi.
Dalam pelaksanaan penilaian praktek hal berikut disyaratkan untuk digunakan sebagai
pertimbangan:
Penggunaan dan operasi secara benar alat penguji;
Kemampuan merangkai hubungan secara benar
Akurasi pembacaan data yang disyaratkan;
Meneyelesaikan semua tugas-tugas;
Interpretasi yang benar terhadap hasil ;
Dalam kerja kelompok yakinkan bahwa semua anggota ambil bagian
Kerapian dan penataan laporan yang baik.
Pertanyaan oral dapat digunakan untuk menilai individu untuk menilai beberapa poin
utama.
01. Menulis dan menguji 1. Peserta diminta menjelaskan metode untuk memperpanjang nilai timer
instruksi diskrit lebih dan counter dengan menjelaskan fungsi rangkaian, menggambarkan
lanjut yang terdapat di ladder diagram dan mengujinya pada sebuah PLC yang meliputi:
PLC. derived timers (off delay, self resetting, constant duty cycle)
reversible counters
cascading timers
cascading counters
combining timers and counters
2. Peserta diminta menjelaskan dan mendemonstrasikan cara
memprogram dan menguji penggunaan instruksi diskrit lanjut dengan
menjelaskan fungsi rangkaian, menggambarkan ladder diagram dan
mengujinya pada sebuah PLC yang meliputi:
jump instructions
master control instructions
bit shift registers
one shot
3. Peserta diminta menjelaskan metode pembuatan
timers/counters/elemen tertentu dalam keadaan retentive pada saat
daya listrik mati dengan menjelaskan fungsi rangkaian,
menggambarkan ladder diagram dan mengujinya pada sebuah PLC
Lembar Penilaian
Tanda tangan
Peserta sudah deberitahu tentang hasil Tanda tangan Penilai:
penilaian dan alasan-alasan mengambil
keputusan
Tanggal:
Tanggal: