Anda di halaman 1dari 17

BANK ASI DAN BANK SPERMA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

“Studi Kasus Hukum Keluarga Islam”

Oleh:
M. Syamsul Fuad : C51211141
Oktadita Diah Pangesti : C51211152
Azmal Fakhri Hasibuan : C51211163

Dosen:
Drs. Suwito, M.Ag.

PROGAM STUDI AHWAL ASY-SYAKHSIYAH


JURUSAN HUKUM ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, karena
pengolahannya telah berjalan secara alami dalam tubuh si ibu. Sebelum anak lahir,
makanannya telah disiapkan lebih dahulu, sehingga begitu anak itu lahir, air susu ibu
telah siap untuk dimanfaatkan. Demikian kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya.
Namun demikian ada banyak kaum ibu pada saat ini yang tidak dapat memberikan ASI
kepada anaknya dengan berbagai alasan seperti ASI-nya tidak keluar, alasan kesehatan
serta karena waktunya tersita untuk bekerja, maka muncullah gagasan untuk mendirikan
Bank ASI untuk memenuhi kebutuhan ASI balita yang ibunya tidak bisa menyusui
anaknya secara langsung.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa tujuan perkawinan, diantaranya adalah untuk
melanjutkan keturunan dan menentramkan jiwa. Namun demikian kadang-kadang
keturunan tidak diperoleh karena adakalanya si suami mandul (tidak subur), sedang
suami istri menginginkan anak, sehingga tidak tercipta suasana jiwa keluarga yang tenang
dan tenteram, karena tidak ada anak sebagai penghibur hati. Berdasarkan keadaan
tersebut ada orang yang berupaya untuk mendapatkan anak dengan jalan mengangkat
atau memungut anak, melakukan inseminasi sperma, dan adakalanya dengan jalan
menerima sperma dari donor yang telah tersimpan pada Bank Sperma. Maka dari itu,
dalam makalah ini akan dibahas seputar bank asi dan sperma beserta permasalahannya
menurut hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya bank asi?
2. Bagaimana konsep radha’ah menurut hukum Islam?
3. Bagaimana hukum mendirikan bank asi?
4. Bagaimana sejarah bank sperma?
5. Bagaimana hukum mendirikan bank sperma?
C. Tujuan Pembahasan

1
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya bank asi
2. Untuk mengetahui konsep radha’ah menurut hukum Islam
3. Untuk mengetahui hukum mendirikan bank asi
4. Untuk mengetahui sejarah bank sperma
5. Untuk mengetahui hukum mendirikan bank sperma

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Bank ASI


Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI
yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI sendiri
ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa menjadi pendonor
ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang didinginkan dalam lemari
es agar tidak tercemar oleh bakteri. Kesulitan para ibu memberikan ASI untuk anaknya
menjadi salah satu pertimbangan mengapa bank ASI perlu didirikan, terutama di saat
krisis seperti pada saat bencana yang sering membuat ibu-ibu menyusui stres dan tidak
bisa memberikan ASI pada anaknya.1
Istilah Bank ASI (Human Milk Bank) mengacu kepada sistem penyediaan ASI bagi
bayi yang prematur maupun tidak prematur yang ibunya tidak memiliki ASI cukup atau
tidak bisa menusui karena satu alasan. Bank ASI yang berjalan selama ini umumnya
menerima ASI donor, atau ASI yang dihibahkan oleh pemiliknya, yaitu ibu atau
perempuan yang kelebihan ASI. 2
Bank ASI ini awalnya berkembang di wilayah Amerika Utara, yaitu Amerika
Serikat, Meksiko, dan Kanada. Asosiasi Bank ASI telah berdiri pada tahun 1985 dengan
nama The Human Milk Bank- ing Association of North America (HMBANA). Asosiasi
tersebut dimaksudkan untuk menyediakan panduan profesional bagi pelaksanaan,
pendidikan, dan penelitian mengenai Bank ASI di Amerika Serikat, Kanada and
Meksiko. Asosasi merupakan kelompok penyedian layanan kesehatan yang berisifat
multidisipliner yang mempromosikan, menjaga, dan mendukung donor Bank ASI dan menjadi
perantara antara Bank-Bank ASI dengan lembaga pemerintah. Asosiasi tersebut memiliki
sekitar 11 anggota Bank ASI.3
Keberadaan Asosiasi Bank ASI Amerika Utara tersebut merupakan bukti bahwa bank
1
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, Cet. V, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2003),120.
2
Ahwan Fanani, Bank Air Susu Ibu dalam tinjauan Hukum Islam, Jurnal IAIN Walisongo Semarang, pdf hal 85.
3
http://www.neonatologyresearch.comwp- contentuploads201109Human-Milk-Banking diakses pada 4 Oktober
2014.
3
ASI telah berkembang pada tahun 1980-an yang kemudian mengalami perkembangan pesat
pada tahun 1990-an. HMBANA kemudian membuat prosedur penanganan donor ASI.

Prosedur yang dibuat oleh HMBANA antara lain untuk menjaga kualitas ASI dari
pendonor sampai ke tangan yang membutuhkan. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Identifikasi dan screening donor, termasuk sejarah rinci penyakit dan tes darah
2. Susu hibah dikirimkan kepada bank ASIdalam kondisi membeku
3. Susu kemudian dicairkan dan dicampurkan dengan sisi dari donor lainnya

4. Susu diseterilkan pada suhu suhu 62,5 ocelcius selama 30 menit


5. Bakteri yang bermanfaat dibiakkan untuk menjamin hasil sterelisasi
6. Analisis kandungan susu, seperti lemak, karbohidrat, dan laktos

7. Susu yang steril dibekukan pada suhu 20o celcius.


8. Susu disalurkan dengan resep dokter.
Biaya yang dikenakan sesuai dengan biaya proses dan pengiriman. Pendonor tidak
memperoleh ganti uang.4
Praktek screening dan tes darah rutin bagi pedonor juga dipraktekkan di Norwegia.
Pedonor setiap tiga bulan dites dari kemungkin- an terjangkit virus HIV, Hepatitis B dan C,
CMV, dan virus leukimia (HTLV) 1 dan 2. Bank ASI harus memiliki sistem untuk melacak arus
donor susu dari pedonor kepada penerima, namun Bank ASI merahasiakan identitas
pedonor dan penerima.
Praktek bank ASI saat ini terus mengalami perkembangan di berbagai negara.
Bank ASI yang awalnya muncul di Wina Austria pada tahun 1909 dan kemudian merambah ke
Jerman dan Boston Amerika sepuluh tahun kemudian, kini telah berkembang di ke berbagai
negara. Pada tahun 2009, tercatat bahwa bank ASI berkembang di 38 negara, dengan lebih
dari 300 bank ASI. Perkembangan bank ASI tersebut juga merambah ke negara-negara
berpenduduk muslim, meskipun praktek pemberian susu oleh perempuan bukan ibu telah
berjalan sejak lama di beberapa negara, termasuk di Kuwait. Namun pelaksanaan bank
ASI di negara berpenduduk muslim tidak lepas dari kontroversi, utamanya menyangkut
dampak dari pemberianASI terhadap hubungan antara pemberi dan penerima ASI dan istilah
bank yang digunakan untuk menyebut institusi yang mengumpulkan dan menyalurkan ASI

4
Ibid, 122
4
tersebut.5
Sejauh yang tercatat,ASI yang dikumpulkan dan disalurkan oleh bank ASI berasal dari
donor dengan akad hibah. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa bank ASI
beroperasi dengan sistem jual beli ketika kebutuhan terhadap bank ASI membesar dan
menjadi lahan bagi bisnis. Berbagai persoalan itulah menuntut jawaban dari kalangan muslim
agar praktis bank ASI tidak menimbulkan dampak moral dan hukum bagi umat Islam.

B. Radha’ah
Berdasarkan pembacaan terhadap berbagai karya hukum Islam klasik, tampak
bahwa persoalan bank ASI belum ditemukan pembahasannya. Hal itu menunjukkan bahwa
persoalan bank ASI tidak diatur secara langsung oleh nash. Persoalan-persoalan yang
terkait dengan bank ASI dapat ditemukan dalam hukum-hukum lain. Persoalan-persoalan
tersebut adalah persoalan radla’ah.
Radha'ah, radha', irdha' penyusuan/menyusui (bahasa Arab, ‫ )رضاعة‬adalah
sampainya, masuknya air susu manusia (perempuan) selain ibu kandung ke dalam perut
seorang anak yang belum berusia dua tahun, atau 24 bulan. Secara etimologis, radha'ah
adalah sebuah istilah bagi isapan susu, baik isapan susu manusia maupun susu binatang.
Penyusuan memeiliki konsekuensi hukum mahram antara anak dan perempuan yang
menyusui dan anak-anaknya di mana antara saudara sesusuan tidak boleh menikah
begitu juga dengan ibu susuannya. Seluruh madzhab sepakat tentang sahihnya hadits
yang berbunyi :
‫يحرم من الر ضا ع ما يحرم من النسب‬
Apa yang diharamkan karena susuan sama dengan apa yang diharamkan karena nasab.

Berdasarkan hadits ini, maka setiap wanita yang haram dikawini karena
hubungan nasab, haram pula dikawini karena hubungan persusuan. Yang haram karena
nasab: Ibu, anak perempuan, saudara perempuan, saudara perempuan, bibi dari aah, bibi
dari ibu, anak perempuan dari saudara laki-laki dan anak perempuan dari saudara

5
Noraida Ramli, Nor Roshidah Ibrahim, “Human Milk Banks: The Benefits and Issues in an Islamic Setting pdf 163-
167.
5
perempuan.6

Perempuan- perempuan diatas diterangkan dalam firman Allah an Nisa’ 23:


  
 
  
  
 
  
 
 
   
  
    
   
 
   
    
      
 
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281];
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-
saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-
laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan
menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah
terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah terj. Moh Talib, (Bandung: Al Ma’arif, 1990), 99
6
Karena itu menurut ayat di atas, ibu- ibu susu sama dengan ibu kandung. Dan
diharamkan bagi laki- laki yang disusui, menikahi dengan ibu susunya dan dengan semua
perempuan yang haram dikawininya dari pihak ibu kandung. Jadi yang haram dikawininya
yaitu7:
1. Ibu-susu, karena telah menyusui maka dianggap sebagai ibu
2. Ibu dari yang menyusui, sebab merupakan neneknya
3. Ibu dari bapak susunya, karena merupakan neneknya juga
4. Saudara perempuan dari ibu susunya, karena menjadi bibi
5. Saudara perempuan bapak susunya
6. Cucu perempuan ibu-susunya
7. Saudara perempuan sesusuan baik sebapak atau seibu atau sekandung.
Akan tetapi terdapat perbedaan pendapat tentang jumlah susuan yang menyebabkan
keharaman untuk dikawini, dan tentang syarat yang ada pada orang yang disusui dan yang
menyusui.
1. Imamiyah mensyaratkan bahwa air susu yang diberikan kepada anak susuan haruslah
dihasilkan dari hubungan yang sah. Jadi, kalau air susu itu mengalir bukan disebabkan oleh
nikah atau karena kehamilan akibat zina, maka air susu tersebut tidak menyebabkan
keharaman. Sementara itu, Hanafi, Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa tidak ada
perbedaan antara seorang gadis atau janda, yang sudah kawin atau belum, sepanjang dia bisa
mengalirkan air susu yang bisa diminum oleh anak yang disusuinya.8
2. Hanafi dan Maliki mengatakan bahwa sekali susuan saja dapat menyebabkan hubungan
kemahraman. Sedangkan Syafi’i berpendapat lima kali susuan. Hanbali, diperoleh dari
beberapa riwayat, yaitu lima, tiga, dan sekali susuan. Imamiyah mensaratkan bahwa
keharaman dianggap ada ketika sia anak yang disusui telah menerima air susu dari wanita
yang menyusuinya selama sehari semalam, dan tidak diselingi oleh makanan lainnya. 9
3. Para Imam madzhab sepakat bahwa laki- laki yang mempunyai payudara, lalu disusui oleh
bayi, maka tidak menjadikan muhrim. Mereka juga sepakat tentang haramnya menghirup
susu ke hidung dan menuangkannya ke dalam kerongkongan. Namun ada sebuah riwayat

7
Ibid; 100
8
Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Madzhab terj. Masykur A.B. dkk,( Jakarta:Lentera, 2013), 340
9
Ibid; 341
7
Hanbali yang mensaratkan susuan itu langsung dari puting susu. 10
4. Imamiyah, Syafi’i, Maliki dan Hanbali mengatakan bahwa usia maksimal anak yang
menyusu adalah dua tahun, sedangkan Abu Hanifah mengatakan sampai usia dua setengah
tahun.11

C. Hukum mendirikan Bank ASI


Bahwa di dalam kebolehan menjual ASI itu ada kemungkaran karena bisa
menimbulkan rusaknya pernikahan yang disebabkan kawinnya orang sesusuan dan hal
tersebut tidak dapat diketahui jika antara lelaki dan wanita meminum ASI yang dijual
bank ASI tersebut. 12
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa menjual ASI tersebut membawa
manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi bagi bayi karena kita melihat bahwa
banyak bayi yang tidak memperoleh ASI yang cukup baik karena kesibukan sang ibu
ataupun karena penyakit yang diderita ibu tersebut. Tetapi pendapat tersebut dapat ditolak
karena kemudaratan yang ditimbulkan lebih besar dari manfaatnya yaitu terjadinya
percampuran nasab. Padahal Islam menganjurkan kepada manusia untuk selalu menjaga
nasabnya. Kaidah ushul juga menyebutkan bahwa:
ِ ‫َد ْف ُع الض ََّر ِار ا َ ْو َلى ِم ْن َج ْل‬
ِ ‫ب ا ْل َمصَا ِل‬
‫ح‬

Menolak kemadharatan lebih utama dari pada menarik kemaslahatan.

Ibnu Sayuti di dalam kitab Asybah Wa Nadhaair menyebutkan bahwa di dalam


kaidah disebutkan bahwa diantara prinsip dasar Islam adalah :
‫ار الَ يُ َزا ُل ِبالض ََّر ِار‬
ُ ‫اَلض ََّر‬
Kemudaratan itu tidak dapat dihilangkan dengan kemudaratan lagi.

Hal ini jelas, karena akan menambah masalah. Berhubungan dengan pembahasan
ini yaitu, ketiadaan ASI bagi seorang bayi adalah suatu kemudaratan, maka memberi bayi
10
Muhammad Abdurrahman ad Dimasyqi, Fiqih Empat Madhab terj. Abdullah Zaki Alkaf, (Bandung: Hasyimi,
2013), 387
11
Muhammad Jawad Mughniyah, Fikih Lima Madzhab terj. Masykur A.B. dkk, 341
12
Masjfuk, Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, Cet. XI ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000),
312
8
dengan ASI yang dijual di bank ASI adalah kemudaratan pula. Maka apa yang tersisa
dari bertemunya kemudaratan kecuali kemudaratan.13
Sebagian ulama kontemporer membolehkan pendirian bank ASI ini, diantara mereka
adalah Dr. Yusuf al-Qardhawi. Mereka beralasan14 :
a. Bahwa kata kata radha'(menyusui) di dalam bahasa Arab bermakna menghisap puting
payudara dan meminum ASI-nya. Maka oleh karena itu meminum ASI bukan melalui
menghisap payudara tidak disebut menyusui, maka efek dari penyusuan model ini tidak
membawa pengaruh apa-apa di dalam hukum nasab nantinya.
b. Yang menimbulkan adanya saudara sesusu adalah sifat "keibuan", yang ditegaskan Al-
Qur'an itu tidak terbentuk semata-mata diambilkan air susunya, tetapi karena menghisap
teteknya dan selalu lekat padanya sehingga melahirkan kasih sayang si ibu dan
ketergantungan si anak. Dari keibuan ini maka muncullah persaudaraan sepersusuan.
Jadi, keibuan ini merupakan asal (pokok), sedangkan yang lain mengikutinya.
c. Alasan yang dikemukakan oleh beberapa madzhab dimana mereka memberi ketentuan
berapa kali penyusuan terhadap seseorang sehingga antara bayi dan ibu susu memilki
ikatan yang diharamkan nikah, mereka mengatakan bahwa jika si bayi hanya menyusu
kurang dari lima kali susuan maka tidaklah membawa pengaruh di dalam hubungan
darah.

D. Sejarah Bank Sperma

Negara – negara maju menawarkan konsep keluarga yang bervariasi dan hal ini
menurut mereka adalah sebuah penghargaan terhadap hak asasi manusia, maka dengan
alasan kesetaraan gender maka seorang wanita dapat memiliki anak tanpa adanya seorang
suami, berbagai sarana telah dipersiapkan, dari berhubungan seksual tanpa menikah
hingga adanya Bank Sperma, atau seorang perempuan boleh tidak menikah tanpa adanya
tekanan dari masyarakat sekitarnya, bahkan jika ada dua pasang kekasih yang memiliki

13
Ibid
14
Cholil Uman, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000), 311
9
kelamin yang sama telah menjadi hal yang dilegalkan, kerusakan ini yang mereka
tularkan kepada negara-negara yang berkembang.15
Bank Sperma didirkan oleh Dr. Robert Graham, jutawan California yang
menyediakan sperma-sperma unggul dari peraih “Nobel” di dunia sehingga anak yang
dihasilkan dari seorang wanita dapat kecerdasan di atas rata-rata, dengan demikian
seorang wanita tidak perlu menikah guna mendaptkan anak yang mempunyai kecerdasan
di atas rata-rata dan dengan bebas menggunakan jasa Bank Sperma.16
Bank Sperma didirikan untuk memenuhi keperluan orang yang menginginkan
anak, akan tetapi dengan berbagai sebab, salah satunya adalah sperma suami tidak
mungkin membuahi sel telur (ovum), dengan demikain atas kesepakan suami isteri,
dicarikan donor sperma yang terdapat di Bank Sperma sebagai jalan keluar hal tersebut17,
bank sperma kini dapat menyimpan sperma manusia dalam keadaan subur hingga 10
tahun18, akan tetapi timbul berbagai permasalahan yang mengakibatkan hukum anak
tersebut, dalam hal waris, pewalian dan lainnya.

E. Hukum Bank Sperma

Pembaharuan dalam bidang teknologi telah memecah Islam dalam tiga golongan
dalam memandang kemajuan teknologi pada saat ini, yaitu :

1. Musuh-musuh tajdid yang menghendaki yang lama harus tetap pada fungsinya. Slogan
mereka adalah “Tidak mungkin menciptakan yang lebih baik dari yang sudah ada”,
sehingga tajdid atau permbahruan adalah bid’ah dan kelompok ini disebut zahiriah yang
lebih kepada pemahaman secara harfiah.
2. Kaum radikal dan ekstrim mereka yang ingin memangkas yang lama dengan alasan
kebutuhan masyarakat saat ini dengan pembaharuan bergaya barat.

15
. Jurnal Al-Insan Edisi 1 Tahun 1, Al-Qur’an dan Serangan Orientalis , (Depok; Gema Insani, 2005), 138
16
. Jurnal Al-Insan Nomor 3 Volume 2, Wanita dan Keluarga Citra Sebuah Peradaban, (Jakarta; Lembaga Kajian dan
Pengembangan Al Isnan, 2006), 12
17
. M Ali Hasan, Masail Fiqhiayah Al-Haditsah, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 1998),164
18
. Supardan, Ilmu, Teknologi dan Etika, (Jakarta; Gunung Mulia, 1996), 23
10
3. Kelompok ketiga adalah penengah dari dua kelompok sebelumnya, menimbang dan
menyelaraskan ijtihad dan tajdid yang ada sehingga tidak ada kesalah pahaman dalam
melaksanakan hasil ijtihad tersebut19.

   


    
    
    
  
    
   
   
   
   
    
  
   
  
    
    
   
 

187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu;
mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan
memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan

19
. Yusuf Qardawi, Membangun Masyarakat Baru, (Jakarta; Gema Insani, 1997), 72/74
11
Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

  


   
  
   
     
  

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

     

38. kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya.

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa halal bagi seorang pria bergaul dengan istrinya
yang sah dan begitu juga sebaliknya, sehingga dalam hal penggunaan bank sperma guna
mendapatkan keturunan bisa diperbolehkan jika sperma tersebut dari suaminya yang sah,
sedangkan dalam hal Insiminasi buatan yang didapatkan dari bank sperma selain sperma
suaminya hukumnya adalah haram, hal ini dikarenakan sperma yang didapatkan dari hasil orang
lain sama halnya dengan zina sehingga status anak tersebut adalah anak zina dan hal ini
berdampak pada hukum kewarisan, perwalian anak tersebut.
Hukum kewarisan anak hasil insiminasi buatan yang didapatkan dari Bank Sperma,
bernasab kepada ibunya dikarenkan insiminasi buatan tersebut disamakan dengan anak hasil zina
yang menggunakan sperma orang lain dalam rahim wanita tersebut, sehingga dalam hal
perwalian anak hasil dari insiminasi juga tidak berhak mendaptkan perwalian dari ayahnya
melainkan dengan cara wali hakim, hal ini disebabkan ayah tersebut bukanlah orang tua
biologisnya, sehingga Islam memandang dalam hal menggunakan Bank Sperma bukanlah
sebagai jalan keluar mendaptkan keturunan.20

20
. M Ali Hasan, Masail Fiqhiayah Al-Haditsah, 164
12
Kemudian ada satu permasalahan lagi yang memerlukan pemecahan, yaitu sperma
seorang suami yuang disimpan pada Bank Sperma dan sesudah suaminya meninggal, isterinya
ingin mempunyai anak lagi. Jika dilihat sepintas tidak ada pelanggaran hukum, karena sperma
tersbut berasal dari suaminya, akan tetapi hal tersebut akan menimbulkan fitnah bagi wanita itu,
alangkah baiknya wanita bersetatus janda tersbut tidak menggunakannya agar terhindar dari
fitnah dan hal ini selaras dengan kaidah hukum Islam :

‫سد الذزيعة‬

Yaitu mengadakan tindakan preventif, sehingga tidak menimbulkan finah dimasyarakat.21

21
. Ibid, 165
13
BAB III

KESIMPULAN

1. Bank ASI pada awalnya berkembang di wilayah Amerika Utara, yaitu Amerika Serikat,
Meksiko, dan Kanada. Asosiasi Bank ASI telah berdiri pada tahun 1985 dengan nama The
Human Milk Bank- ing Association of North America (HMBANA). Namun sebelum
berkembang di daerah Amerika Utara, Bank ASI ini lebih dahulu muncul di wilayah Wina
Austria pada Tahun 1909 dan kemudian merambah ke Jerman dan Boston Amerika sepuluh tahun
kemudian, kini telah berkembang di ke berbagai Negara. Hingga tahun 2009 ini tercatat 38 negara telah
mengembangkan Bank ASI dengan lebih dari 300 Bank ASI.
2. Mengenai konsep Radha’ah dalam hukum Islam, para ulama sepakat bahwa setiap wanita yang
haram dikawini karena hubungan nasab, haram pula dikawini karena hubungan persusuan,
ini sesuai hadis:

‫يحرم من الر ضا ع ما يحرم من النسب‬


Apa yang diharamkan karena susuan sama dengan apa yang diharamkan karena nasab.
3. Pada hakikatnya didirikannya Bank ASI dapat menimbulkan rusaknya pernikahan yang
disebabkan kawinnya orang sesusuan dan hal tersebut tidak dapat diketahui jika antara lelaki
dan wanita meminum ASI yang dijual bank ASI tersebut. Mengenai hukumnya ulama
berbeda pendapat, berdasarkan kaidah ushul fiqh, maka Bank ASI tidak diperbolehkan,
sedang salah satu ulama kontemporer yakni Dr. Yusuf al-Qardhawi membolehkan adanya
Bank ASI.
4. Sejarah adanya Bank Sperma diawali oleh Dr. Robert Graham, jutawan California yang
menyediakan sperma-sperma unggul dari peraih “Nobel” di dunia sehingga anak yang
dihasilkan dari seorang wanita dapat kecerdasan di atas rata-rata, dengan demikian seorang
wanita tidak perlu menikah guna mendaptkan anak yang mempunyai kecerdasan di atas
rata-rata dan dengan bebas menggunakan jasa Bank Sperma. Untuk kemudian Bank Sperma
ini berkembang ke berbagai Negara berkembang.

14
5. Hukum Bank Sperma terbagi menjadi dua, yakni:
a. Boleh, jika sel sperma itu berasal dari suaminya sendiri
b. Haram, jika sel sperma tersebut bukan dari suaminya sendiri, melainkan dari sperma
orang lain, sehingga sama saja dengan zina.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahwan Fanani. Bank Air Susu Ibu dalam tinjauan Hukum Islam. Jurnal IAIN Walisongo
Semarang. pdf..
Cholil Uman. 2000. Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada).

http://www.neonatologyresearch.comwp- contentuploads201109Human-Milk-Banking

Jurnal Al-Insan Edisi 1 Tahun 1. 2005. Al-Qur’an dan Serangan Orientalis. (Depok: Gema
Insani).
Jurnal Al-Insan Nomor 3 Volume 2. 2006. Wanita dan Keluarga Citra Sebuah Peradaban.
(Jakarta: Lembaga Kajian dan Pengembangan Al Isnan.

M Ali Hasan. 1998. Masail Fiqhiayah Al-Haditsah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).
Mahjuddin. 2003. Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini,
Cet. V. (Jakarta: Kalam Mulia).
Masjfuk, Zuhdi. 2000. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, Cet. XI. (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada).
Muhammad Abdurrahman ad Dimasyqi. 2013. Fiqih Empat Madhab terj. Abdullah Zaki Alkaf.
(Bandung: Hasyimi)

Muhammad Jawad Mughniyah. 2013. Fikih Lima Madzhab terj. Masykur A.B. dkk.
(Jakarta:Lentera).
Noraida Ramli, Nor Roshidah Ibrahim, “Human Milk Banks: The Benefits and Issues in an
Islamic Setting

Sayyid Sabiq. 1990. Fikih Sunnah terj. Moh Talib. (Bandung: Al Ma’arif).

Supardan. 1996. Ilmu, Teknologi, dan Etika. (Jakarta: Gunung Mulia).


Yusuf Qardawi. 1997. Membangun Masyarakat Baru. (Jakarta: Gema Insani).

16

Anda mungkin juga menyukai