Anda di halaman 1dari 73

HEMATOPOIESIS

Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan
sel darah dari sel induk atau asal atau stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan
diferensiasi sel yang terjadi secara serentak.

Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel
hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses
pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk
memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.

Hematopoiesis mulai terjadi di sumsung tulang dengan sel induk pluripotensial. Sel ini
secara kontinu memperbarui dirinya dan berdiferensiasi sepanjang hidup. Tempat terjadinya
hematopoiesis pada manusia :

1. Embrio dan Fetus


a. Stadium Mesoblastik, Minggu ke 3-6 sataud 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel mesenchym di
yolk sac. Minggu ke 6 kehamilan produksi menurun diganti organ-organ lain.
b. Stadium Hepatik, Minggu ke 6 sataud 5-10 bulan kehamilan : Menurun dalam waktu
relatif singkat. Terjadi di Limpa, hati, kelenjar limfe
c. Stadium Mieloid, Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir, pembentukan di sumsum
tulang : Eritrosit, leukosit, megakariosit.
2. Bayi sampai dengan dewasa
Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang, normal tidak diproduksi di hepar dan limpa,
keadaan abnormal dibantu organ lain.
a. Hematopoiesis Meduler (N)
Lahir sampai dengan 20 tahun : sel sel darah → sumsum tulang. Lebih dari 20 tahun:
corpus tulang panjang berangsur – angsur diganti oleh jaringan lemak karena produksi
menurun.
b. Hematopoiesis Ekstrameduler (AbN)
Dapat terjadi pada keadaan tertentu, misal: Eritroblastosis foetalis, An.Peniciosa,
Thallasemia, An.Sickle sel, Spherositosis herediter, Leukemia. Organ – organ
Ekstrameduler : Limpa, hati, kelenjar adrenal, tulang rawan, ginjal, dll (Erslev AJ, 2001)
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum
tulang.Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)

1
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah, termasuk
eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast.
Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell. Sel induk pluripotent
mempunyai sifat :
 Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah habis
meskipun terus membelah;
 Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
 Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan fungsi-
fungsi tertentu.
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi menjadi :
 Pluripotent (totipotent)stem cell: sel induk yangmempunyai yang mempunyai
kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.
 Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk berdiferensiasi
melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk yang termasuk golongan ini
ialah sel induk myeloid dan sel induk limfoid.
 Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya beberapa
jenis sel. Misalnya CFU-GM (colony forming unit-granulocytelmonocyte)yang dapat
berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.
 Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu jenis sel
saja. Contoh CFU-E (colony forming unit-erythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit,
CFU-G (colony forming unit-granulocyte)hanya mampu berkembang menjadi
granulosit.
1. Lingkungan mikro (microenvirontment)sumsum tulang
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel
induk tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
a. Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b. Sel-sel stroma :
o Sel endotel
o Sel lemak
o Fibroblast
o Makrofag
o Sel reticulum
c. Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan
proteoglikan.

2
Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk :

 Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh


peredaran darah mikro dalam sumsum tulang.
 Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama
ditentukan oleh adanya adhesion molecule.
 Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis :hematopoietic growth
factor, cytokine, dan lain-lain.
2. Bahan-bahan pembentuk darah
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :
 Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti
sel.
 Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
 Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
 Asam amino.
 Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain
3. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas
pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke
darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan
tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan ataupun kekurangan
(defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam
mekanisme regulasi ini adalah :
 Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor):
I. Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
II. Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
III. Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
IV. Thrombopoietin
V. Burst promoting activity (BPA)
VI. Stem cell factor (kit ligand)
 Sitokon (Cytokine)seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8,
IL-9, IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah
sendiri, seperti limfosit, monosit, ataumakrofag, serta sebagian oleh sel-
sel penunjang, seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang

3
merangsang pertumbuhan sel induk (stimulatory cytokine),sebagian lagi
menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan
kedua jenis sitokin ini sangat menentukan proses hemopoesis normal.
 Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin: merupakan hormon
yang dibentuk diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
 Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk
hemopoesis, seperti :
a. Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
b. Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
c. Glukokortikoid.
d. Growth hormon
e. Hormone tiroid.

Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism :


suatu mekanisme umpan balik yang dapat merangsang
hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen darah (positive
loop)atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen
darah tertentu(negative loop).

4
KOMPONEN DARAH

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan
kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan terhadap virus atau bakteri. Istilah
medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata haemo atau hemato yang berasal
dari bahasa yunani haima yang berarti darah (Perutz, 1978).
Darah memiliki 8 % dari berat badan manusia yang mana volume darah pada wanita
5 liter dan pada pria 5,5 liter. Darah memiliki komponen yaitu elemen seluler dan plasma ,
yang mana elemen seluler terdiri dari : eritrosit (99 %) ; leukosit; dan trombosit.

A. Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan yang berwarna kuning bening yang memiliki unsur
pokoknya sama dengan sitoplasma. Komponen ini terbesar dalam darah, sekitar 58 % untuk
wanita dan 55 % untuk laki-laki . Hampir 90 % bagian plasma adalah air . Plasma itu sendiri
memiliki fungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran
dari sel ketempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh
terhadap penyakit. Komponen yang ada dalam plasma yaitu :
1. Air ( 90 % ) : yang berfungsi medium transport, dan membawa panas
2. Elektrolit : sebagai eksitabilitas membran , distribusi osmotik cairan ECF dan ICF
dan sebagai penyangga perubahan PH
3. Nutrients, wastes, gas, dan hormon : tidak ada fungsinya dalam darah , hanya
diangkut
4. Protein Plasma ( 6-8 % ) : Fungsinya mempertahankan tekanan osmotik dan
sebagai penyangga
- Albumin : Albumin Berukuran paling kecil dibanding protein plasma lainnya,
disintesis dalam hati, mengatur tekanan osmotik koloid darah (koloid : zat yang

5
berdiameter 1 nm -100nm kristaloid : zat yang berdiameter kurang dari 1 nm),
tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) ditentukan berdasarkan konsentrasi
koloid dalam larutan
- Globulin : Mencakup 30% protein plasma yang terdiri dari :Alfa globulin dan beta
globulin disintesis di hati sebagai molekul pembawa lipid, faktor pembekuan dan
hormon serta subtrat penting lainnya ; dan gamma globulin
(immunoglobin)atauantibodi ,diproduksi jaringan limfoid , terdapat 5 jenis
immunoglobin , berfungsi dalam immunitas (kekebalan)
- Fibrinogen : Mencakup 4% protein plasma, Disintesis di hati, komponen penting
pembekuan darah

B. Eritrosit
Sel ini berbentuk diskus bikonkaf( dua sisi ) seperti donat tanpa lubang ditengah.
Dengan permukaan sel darah merah yang seperti itu dapt memungkinkan untuk proses
disfusi cepat dan karbon dioksida, sementara ukuran yang kecil dan relatif fleksibel
dapat memungkinkan SDM untuk menyelinap masuk kedalam pembuluh kapiler tanpa
menyebabkan kerusakan. Dalam sampel darah , presentasi darah yang diambil adalah
SDM disebut hematokrit, yang memiliki presentase 42 % dari perempuan dan 45 %
untuk laki-laki. Pada manusia sel ini berada dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari.
Jumlah normal pada laki-laki 5,4 juta atau µl dan pada perempuan 4, 8 juta atau µl.
Setiap eritroit memiliki diameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm. Setiap sel eritrosit
mengandung 300 juta molekul Hb.
Fungsi dari sel darah merah adalah oksigenansi jaringan dengan transport
hemoglobin; pembuangan karbon dioksida melalui reaksi dengan karbonik anhidrase ;
dan hemoglobin sebagai bufer untuk memelihara keseimbangan asam basa.

Perkembangan normal eritrosit tergantung pada banyak macam faktor, termasuk


adanya substansi asal ( terutama globin, hem , dan besi ). Faktor-faktor lain seperti B12.
Perkembangan eritrosit dimulai dengan penyusutan ukuran ( makin tua makin
kecil)perubahan sitoplasma ( dari basofilik makin acidofilik ),perubahan inti nukleoli
makin hilang, ukuran sel makin kecil,kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap.
Tahapan perkembangan eritrosit yaitu :
1. Proeritroblas

6
Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari eritrosit, yang mana sel ini
adalah sel yang terbesar, dengan diameter 15-20 µm. Setelah mengalami sejumlah
pembelahan mitosis sel ini menjadi basofilik eritroblas
2. Basofilik eritoblas
Basofilik eritoblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan diameter rata-ratanya 10
µm. Intinya memiliki heterokromotin padat dalam jala-jala kasr, dan anak intinya
biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya jarang nampak.
3. Polikromatik eritroblas
Polikromatik eritroblas adalah basofilik eritroblas yang membelah berkali-kali secara
mitotris dan menghasilkan Hb di dalam sitoplasma yang basofil dari eritroblas. Inti
polikromatik eritroblas mempunyai jala kromatin lebih padat dari basofilik eritroblas
dan selnya lebih kecil.
4. Ortokromatik Eritroblas ( Normoblas )
Polikromotik eritroblas membelah beberapa kali secara mitosis. Normoblas lebih kecil
dari pada polikromatik eritroblas da mengandung inti yang lebih kecil yang terwarnai
basofil padat . Intinya secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi aktivitas mitosis .
Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pingiran tipis sitoplasma. Inti
yang sudah dikeluarkan dimakan oleh makrofag-makrofag yang ada didalam stroma
tulang.
5. Retikulosit
Retikulosit adalah sel-sel muda yang kehilangan inti selnya , dan mengadung sisa-sisa
asam ribonukleat didalam sitoplasma, serta masih dapat mensintesis Hb.
Retikulosit dianggap kehilanagn retikular sebelum meninggalkan sumsum tulang ,
karena jumlah retikulosit dalam darh perifer normal kurang dari satu persen dari jumlah
eritrosit. Dalam keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi retikulosit
terdapat PADA SUMSUM TULANG. Retikulosit terdapat pada sumsumtulang maupun
darah tepi . Didalam sumsumtulang memerlukan waktu kurang lebih 2-3 hari untuk
menjadi matang, sesudah itu dilepas kedalam darah. ( Bell dan Rodak , 2002)
6. Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis.

7
Pada sistem eritropoesis dikenal juga istilah eritropoiesis inefektif , yang dimaksud
eritropoiesis inefektif adalah suatu proses penghancuran sel induk eritroisit yang
prematur di sumsum tulang.

Regulasi produksi sel darah merah yaitu :


1. Oksigenasi jaringan
Penurunan O2 dalam jaringan dapat menyebabkan peningkatkan produksi SDM. Misalnya
anemia oksigen : perdarahan , dan x-ray pada sutul ; kelainan sirkulasi yang menurunkan
aliran darah : gagal jantung da penyakit paru.
2. Erythropoietin
Erythropoietin adalah hormon yang diproduksi oleh ginjal yang mana terjadi di sel juxta
glomerular dan dinding arteriola affrent. Pada kasus hypoxia eritropoietin dapat
meningkat, dan juga penurunan aliran darah pada ginjal atau tumor pada ginjal dapat
meningkatkan ertropoietin.Bila ginjal rusak dapat menyebabkan anemia. Eritropoietin
dapat merangsang proeritroblast sampai kebutuhan O2 terpenuhi.
atau

Sel darah merah yang rusak difagosit oleh makrofag dalam limfa, hati dan sumsum
tulang akan terurai menjadi :
1. Globin : bagian protein yang akan menjadi asam amino dan akan diperbaharui dalam
proses sintesis seluler

8
2. Hem : bagian yang mengandung zat besi diubah menjadi biliverdin (pigmen hijau)
kemudian menjadi bilirubin pigmen kuning) yang dilepas ke dalam plasma. bilirubin
diserap oleh hati dan disekresikan ke cairan empedu.
3. Fe ( Zat besi)
Globin dan Fe dikirim ke Sumsum tulang belakang untuk dibuat darah baru

Hemoglobin adalah protein dengan berat molekul 64.450 yang terdiri dari 4 subunit,
dimana tiap unit berisi heme, yang berkonjungasi dengan polipeptida. Heme disintesis dari
acetic acid dimana pyrolecompound berikatan dengan protopofirin ( protoporfirin IX + Fe
Hem ). Hemoglobin yang mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin yang berwarna
merah terang. Jika oksigen dilepas menjadi deoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi yang
berwarna merah gelap atau merah kebiruan. Hemoglobin berikatan dengan karbondioksida
membentuk karbominoglobin. Hemoglobin hanya digunakan sekitar 20% untuk pengangkutan
CO2, 80% lagi CO2, terlarut dalam plasma dalam bentuk ion bikarbonat.

Abnormal dari struktur eritrosit yaitu :

1. Anisositosis adalah SDM dalam ukuran yang bervariasi


2. Polikilostosis adalah SDM bentuknya bervariasi ( makrositer jika 0 > 9 µm , mikrositer jika 0
< 9 µm )
3. Cobot ring atau Howell Joll body adalah fragmen intinya lebih dari 1%
4. Crenated adalah bentuknya mengkerut karena suasana hipertonis.

C. Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang memiliki nukleus dan tidak berwarna dalam
keadaan segar. Bentuknya bulat dalam darah , tetapi berupa sel ameboid pleiomorfik dalam
jaringan. Leukosit memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berasal dari undifferenciated stem cells
2. Granulocyt dan monocyt diproduksi di sumsum tulang
3. Lymphocyt diproduksi di organ lymphoid (lymphnode & tonsil), sedikit di sumsum
tulang
4. Jumlah dalam keadaan normal 6.000 - 10.000ataumm3, dalam keadaan infeksi akan
mengalami peningkatan jumlah total

9
5. Fungsi melindungi tubuh dari benda asing seperti virus dan bakteri - sebagian besar
aktifitas leukosit berada di jaringan tubuh bukan dalam aliran darah
6. Mempunyai kemampuan diapedesis dapat menembus pori-pori kapiler masuk ke
jaringan
7. Gerak amuboid dapat bergerak seperti gerak amuba, mampu bergerak tiga kali lebih
panjang dibanding tubuhnya dalam satu menit
8. Kemotaksis pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit
bergerak mendekati (kemotaksis positif) atau menjauhi (kemotaksis negatif)
9. Phagosit semua leukosit adalah fagositik, tapi kemampuan ini lebih berkembang pada
neutrofil dan monosit
10. Rentang kehidupan - setelah di produksi pada sumsum tulang leukosit bertahan
kurang lebih satu hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan.
11. Leukosit akan tetap berada di jaringan dengan rentang yang berbeda-beda bergantung
kepada leukositnya
Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah, dibedakan berdasarkan ukuran betuk
nukleus dan ada atau tidaknya granula sitoplasma.
a. Mononuclear Agranulosit : leukosit yang tidak memiliki granula, sitoplasma , inti tidak
berlobi , misalnya monosit 5,3 % dan limfosit 30 %.
b. Polymorphonuclear Granulosit ( PMN ) : leukosit yang memiliki granula, sitoplasma,
dan inti sel berlobi-lobi atau bersegmentasi ( netrofil 62,0 %, basofil 2,3 %, dan
eosinofil 0,4% ). PMN ini tumbuh dan matang didalam sumsum tulang

1. Monosit
- Monosit merupakan sel darah terbesar, nukleus berbentuk seperti telur atau ginjal
dikelilingi sitoplasma berwarna kebiruan atau abu-abu pucat. Monosit itu sendiri memiliki
lifespan sangat pendek dalam sirkulasi dan apabila di jaringan dapat besar menjadi
makrofag jaringan ( ± 1 bulan ). Fungsi dari monosit adalah sangat aktif dalam fagosit,

10
siap bermigrasi ke jaringan. Jika telah meninggalkan pembuluh darah maka sel akan
berubah menjadi histiosit jaringan atau makrofag . Monosit dapat memfagosit sampai
100 bacteri , memfagosit partikel yang lebih besar , Neutrophyl dan macrophage
mempunyai lysosome yg berisi enzym proteolytic untuk mencerna bacteri dan protein
asing . Lisosome punya lipase untuk mencerna membran lipid tebal dari bacteri tertentu.
Pus adalah capuran dari jaringan mati, bacteri mati, neutrophyl & macrophage mati dan
cairan jaringan
2. Limfosit
Struktur dari limfosit berupa sel bulat kecil berdiameter 7-12µm dengan nukleus berlekuk
yang berwarna gelap dan sedikit sitoplasma biru terang. Tidak ada granul spesifik, tetapi
mungkin memiliki sedikit granul azurofil. Dibawah mikroskopik elektron terlihat kompleks
golgi kecil sekali, sepasang sentriol, dan ada satu atau dua mitokontria. RE dapat
dikatakan tidak ada tetapi banyak ribosom bebas dalam plasma. Lifespan limfosit dari
lymph node ke jaringan lymphe bisa hidup beberapa jam sedangkan apbila di luar
jaringan biasa bisa hidup 100- 300 hari sampai 1 tahun. Limfosit dibagi dua yaitu limfosit B
( berperan dalam imunitas humoral, berdeferensiasi menjadi sel plasma kemudian
menghasilkan imunoglobulin )dan limfosit T ( berperan dalam immunitas seluler )
3. Neutrofil
Struktur dari neutrofil yaitu memiliki granula kecil berwarna merah muda, nukleus 3 - 4
lobus masing-masing lobus dihubungkan oleh benang kromatin halus, bersifat fagositik
dan sangat aktif, hingga dapat mencapai jaringan terinfeksi untung menyerang virus dan
bakteri. Neutrofil dapat mengfagositosit 5-20 bakteri , dengan caranya membentuk
pseudopodia.
4. Eosinofil
Struktur dari eosinofil yaitu memiliki granula besar dan kasar, berwarna orange
kemerahan, nukleus berlobus dua . Eosinofil memiliki fungsi :
a. Fagositik lemah, jumlah meningkat saat terjadi alergi atau infeksi oleh parasit,
berkurang saat stress berkepanjangan.
b. Detoksikasi histamin yang dihasilkan sel mast dan jaringan yang luka saat inflamasi
berlangsung
c. Mengandung peroksidase dan fosfatase yaitu enzim yang menguraikan protein. Enzim
ini mungkin terlibat dalam detok- sifikasi bakteri.
5. Basofil

11
Struktur dari basofil yaitu bentuk granula besar dan tidak beraturan dengan warna
keunguan sampai hitam, nukleus berbentu huruf S. Fungsi dari Basofil adalah
menghasilkan histamin untuk memicu aliran darah ke sekitar luka dan menghasilkan
heparin yaitu zat antikoagulan untuk mencegah gumpalan darah di pembuluh

D. Trombosit
Struktur trombosit merupakan fragmen sel tanpa nukleus, yang berasal dari megakariosit
multinukleus dalam sumsum tulang. berbentuk cakram dan bicovex, berukuran hampir
setengah dari ukuran eritrosit, mengandung berbagai jenis granula, masa hidup : 5 - 10 hari
dari proses, Jumlah normal : 200 ribu - 400 ribu butirataumikroliter. Fungsi trombosit adalah
hemostatis (penghentian pendarahan) dan perbaikan pembuluh yang robek. Mekanisme
Pembekuan darah yaitu :
1. Vasokontriksi
Jika pembuluh darah terpotong trombosit pada sisi yang rusak melepas serotonin dan
tromboksan A2 (prostaglandin) dan otot polos pada pembuluh darah berkontriksi untuk
mengurangi darah yang keluaratauhilang.
2. Plug trombosit
Trombosit membengkak dan menjadi lengket dan menempel pada serabut kolagen
dinding pembuluh darah yang rusak membentuk plug trombosit. Kemudian trombosit
melepas ADP untuk mengaktivasi trombosit lain sehingga membentuk agregasi
trombosit untuk memperkuat plug. Jika luka yang terjadi hanya sedikit makan plug
trombosit dapat mengentikan pendarahan, jika lukanya besar maka plug trombosit
dapat mengurangi perdarahan sampai proses pembekuan terbentuk.
3. Pembentukan bekuan darah.

12
HEMOSTASIS

Hemostasis merupakan suatu urutan respon yang dapat menghentikan perdarahan .


Ketika pembuluh darah mengalami ruptur , maka hemostasis bekerja dengan cepat untuk
menghentikan perdarahan tersebut melalui beberapa mekanisme seperti spasme vascular,
pembentukan sumbatan platelet dan koagulasi .
Adapun fungsi dari proses hemostasis yaitu :
a. Mencegah keluarnya darah dari pembuluh darah yang utuh. Hal in tergantung dari integritas
pembuluh darah dan fungsi trombosit yang normal.
b. Menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terluka .
Hemostasis yaitu pencegahan hilangnya darah , bila pembuluh darah mengalami cedera
atau pecah dengan cara spasme , pembentukan platelet plug, koagulasi, dan pembentukan
jaringan fibrous.
1. Spasme pumbuluh darah
Pembuluh darah sangat besar peranannya dalam sistem hemostasis. Dinding
pembuluh darah terdiri dari tiga lapisan morfologis: intima, media, dan adventitia. Intima
terdiri dari selapis sel endotel non trombogenik yang berhubungan langsung dengan
pembuluh darah dan membran elastik interna. Media dibentuk oleh sel otot polos yang
ketebalannya tergantung dari jenis arteri dan vena serta ukuran pembuluh darah. Adventitia
terdiri dari suatu membran elastik eksterna dan jaringan penyambung yang menyokong
pembuluh darah tersebut. Gangguan pembuluh darah yang terjadi seringkali berupa
terkelupasnya sel endotel yang diikuti dengan pemaparan kolagen subendotel dan membran
basalis. Gangguan ini terjadi akibat asidosis, endotoksin sirkulasi, dan komplek
antigenatauantibodi sirkulas.
Spasme pembuluh darah terjadi karena akibat dari adanya trauma pada pembuluh
darah maka respon yang pertama kali adalah respon dari vaskuler atau kapiler yaitu
terjadinya kontraksi dari kapiler disertai dengan extra-vasasi dari pembuluh darah, akibat
dari extra vasasi ini akan memberikan tekanan pada kapiler tersebut (adanya timbunan
darah disekitar kapiler). Akibat dari pembuluh darah yang pecah juga dapat berakibat rasa
nyeri karena refleks saraf oleh pembuluh darah yang rusak, spasme miogenik setempat oleh
karena kerusakan dinding pembuluh darah, juga faktor humoral setempat dari jaringan yang
kena trauma dan trombus dapat menyebabkan vasokonstriktor tromboxan A2. Semakin

13
parah kerusakan dari pembuluh darah dapat menyebabkan spasme yang hebat sehingga
aliran darah menurun
2. Pembentukan platelet plug atau trombus
Setelah pembuluh darah mulai berkonstriksi, secara bersamaan trombosit di sekitar area
yang cedera tersebut akan segera melekat menutupi lubang pada pembuluh darah yang
robek. Hal ini bisa terjadi karena di membran trombosit terdapat senyawa glikoprotein yang
hanya akan melekat pada pembuluh yang mengalami cedera. Setelah itu trombosit akan
menempel pada dinding epitel pembuluh darah yang cedera kemudian menjadi lengket pada
protein yang berasal dari plasma yang bocor kemudian akan menuju pada bocor jaringan
yang cedera. Setelah itu trombosit akan menjadi ireguler dan bengkak. Tonjolan-tonjolan
akan mencuat keluar permukaannya dan akhirnya protein kontraktil di membran akan
berkontraksi dengan kuat sehingga granula-granula yang mengandung faktor pembekuan
aktif akan lepas, diantaranya ADP dan tromboksan A2 , setelah itu ADP dan tromboksan A2
mengaktifkan tromboksan-tromboksan yang lain sehingga akan saling melekat, kemudian
tromboksan dan benang-benang fibrin akan membentuk sumbatan yang rapat.
3. Koagulasi
Setelah terjadi sumbatan trombosit dalam waktu 15 sampai 30 menit bila perdarahannya
hebat, atau 1 sampai 2 menit bila perdarahannya kecil, zat-zat aktivator dari pembuluh darah
yang rusak dan trombosit tadi akan menyebabkan pembekuan darah setempat. Prosesnya
sangat kompleks, yaitu saling mengaktifkan satu sama lain hingga sampai terbentuknya
benang fibrin untuk menutup luka.
Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi menjadi
material semisolid yang dinamakan bekuan darah. Ada Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan pembekuan darah seperti :
- F.I = FIBRINOGEN, merupakan prekursor fibrin (protein terpolimerasi)
- F.II = PROTROMBIN, merupakan prekursor enzim proteolitik trombin dan mungkin
akselerator lain pada konversi protrombin.
- F.III = TROMBOPLASTIN JARINGAN, aktifator lipoprotein jaringan pada protrombin
- F. IV = ION CA, diperlukan untuk aktivasi protombin dan pembentukan Fibrin
- F.V. = PROAKSELERIN, merupakan akselerator plasma globin : suatu factor plasma yang
mempercepat konversi protrombin menjadi thrombin.
- F.VI. = BENTUK AKTIP F.V.
- F.VII = PROKONVERTIN, akselator konversi protombin serum : suatu faktor serum yang
mempercepat konversi protombin

14
- F.VIII = ANTI HEMOFILIK FAKTOR (AHG), suatu faktor plasma yang berkaitan dengan factor
III trombosit dan factor Christmas (IX), mengaktivasi protmrombin
- F.IX = CHRISTMAS FAKTOR, faktor serum yang berkaitan dengan faktor-faktor trombosit
III dan VIIIAHG, mengaktifasi protombin.
- F.X = STUART PROWER FAKTOR, suatu faktor plasma dan serum , akselerator konversi
protombin
- F.XI = PLASMA TROMBOPLASTIN ANTECEDENT, akselator pembentukan thrombin.
- F.XII = HAGEMEN FAKTOR, suatu faktor plasma, mengaktifasi faktor XI
- F.XIII = FIBRINASE FAKTOR, mengaktifasi bekuan fibrin yang lebih kuat.

4. Pembentukan jaringan fibrous


Pembentukan jaringan ikat atau fibrous , dapat terjadi karena 2 proses, yaitu :
d. Bekuan diinvasi oleh fibroblast yang kemudian membentuk jaringan ikat pada seluruh
bekuan
e. Penghancuran bekuan oleh aktivasi zat khusus dalam bekuan

Pembentukan aktivator protrombin


Pembentukan aktivator protrombin berasal dari dua mekanisme kompleks yang
melibatkan berbagai faktor pembekuan, yaitu jalur ekstrinsik dan jalur instrinsik.
a. Jalur ekstrinsik
Ketika dinding vaskuler mengalami cedera, ia akan melepaskan berbagai faktor
jaringan atau tromboplastin jaringan atau faktor III teraktivasi. Faktor ini terdiri dari
kompleks fosfolipid dan lipoprotein yang terutama berfungsi sebagai enzim
proteolitik.Kemudian faktor jaringan mengaktifkan faktor VII menjadi faktor VII teraktivasi
(VIIa). Bersama-sama, faktor jaringan dan faktor VII teraktivasi serta dengan bantuan ion
Kalsium (Ca2+atau faktor IV) akan merubah faktor X menjadi faktor X teraktivasi (Xa).
Kemudian, faktor Xa itu akan berikatan dengan fosfolipid pada faktor jaringan tadi (atau
dengan fosfolipid tambahan yang dilepas trombosit), dan mereka bergabung dengan faktor
V untuk membentuk aktivator protrombin.

15
b. Jalur instrinsik
Untuk jalur instrinsik, dimulai ketika pembuluh darah mengalami trauma atau
pembuluh darah itu berkontak dengan jaringan yang mengalami trauma. Hal ini akan
menyebabkan faktor XII inaktif berubah menjadi aktif, atau faktor XII teraktivasi (XIIa). Selain
itu, trombosit yang hancur juga akan melepaskan fosfolipid yang mengandung lipoprotein
yang disebut faktor 3 trombosit. Faktor XIIa akan mengaktifkan faktor XI menjadi faktor XI
teraktivasi (XIa) dengan bantuan senyawa bernama kininogen HMW. Faktor XIa ini dengan
bantuan Ca2+ akan mengaktifkan faktor IX menjadi faktor IX teraktivasi (IXa).Kemudian
faktor IXa ini akan bekerja sama dengan faktor VIII teraktivasi , faktor 3 trombosit tadi serta
dengan Ca2+, untuk mengubah faktor X menjadi faktor X teraktivasi (Xa). Sama dengan jalur
ekstrinsik, faktor Xa ini akan bergabung dengan fosfolipid dan faktor V untuk membentuk
aktivator protrombin.

16
Pembentukan Benang-Benang Fibrin

Setelah protombin terbentuk. Protombin akan mangaktifkan trombin, yang mana dengan
bantuan Ca2+. Kemudian trombin akan menyebabkan polimerisasi dari molekul-molekul
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam waktu 10 – 15 detik. Prosesnya, trombin ini akan
melepas 4 molekul peptida kecil dari setiap molekul fibrinogen, sehingga membentuk satu fibrin
monomer, selanjutnya fibrin monomer ini secara otomatis mampu berpolimerisasi dengan
sesamanya membentuk benang fibrin. Selama beberapa detik, akan muncul banyak benang-
benang fibrin yang panjang. Tetapi benang-benang ini memiliki ikatannya yang lemah, karena
cuma berikatan secara ikatan hidrogen. Oleh karena itu trombin akan mengaktivasi suatu zat yang
disebut faktor stabilisasi fibrin. Faktor stabilisasi fibrin inilah yang nantinya akan memperkuat
ikatan benang-benang fibrin tadi menjadi lebih kuat, dengan cara menimbulkan ikatan kovalen
pada benang-benang tersebut.

Aktifator Plasminogen Jaringan


Pada jaringan dan endotel pembuluh darah yang teluka, akan dilepaskan suatu aktivator
aktivator plasminogen jaringan (t-PA). t-PA ini akan mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin.
Plasmin ini adalah zat anti-koagulan dalam darah. Plasmin bekerja dengan cara mencerna
benang-benang fibrin dan protein koagulan lain seperti fibrinogen, faktor V, faktor VIII,
protrombin dan faktor XII. Kemudian t-PA akan membersihkan bekuan sehingga proses
pembentukan benang-benang fibrin akan terhenti. Setelah terbentuk benang-benang fibrin
secara sempurna, dan darah juga membentuk bekuan. Bekuan tersebut akan diinvasi oleh
fibroblas yang kemudian membentuk jaringan ikat atau dapat juga dihancurkan.

Keadaan yang dapat menimbulkan perdarahan hebat yaitu :


1. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K
Defisiensi vitamin K bisanya disebabkan oleh penyakit hati yang mana hati mengsekresikan
empedu kemudian terjadi gangguan absorbsi lemah ( pada GIT ) sehingga terjadi defisiensi
vitamin K sehingga dapat menghambat faktor pembekuan yaitu protrombin , faktor
VII,IX,dan X (didalam hati ) kemudian tejadi pendarahan. Untuk penatalaksanaan dapat
diberikan vitamin K intravena atau tablet
2. Hemofilia
Hemofilia adalah peyakit yang kecenderungan perdarahan. Penyakit sering dijumpai pada
pria. 85 % hemofilia terjadi oleh karena defisiensi faktor VIII ( Hemofilia A atau hemofilia
klasik ) dan 15 % karena defisiensi faktor IX . Kedua faktor tersebut diturunkan secara resesif

17
melalui charier (X). Terapi yang digunakan adalah menginjeksikan faktor VIII yang diambil
dari hasil rekayasa gen.
3. Trombositopeni
Trombositopeni adalah jumlah trombosit di sirkulasi sangat sedikit sehingga dapat
menyebabkan bintik-bintik perdarahan diseluruh jaringan tubuh yang kemudian menjadi
bercak-bercak kecil ungu dikulit ( trombositopeni purpura). Trombositopenia idiopatik
bisanya terjadi karena terdapat antibody spesifik yang mana dapat menghancurkan
trombosit itu sendiri , bisanya akibat dari efek autoimun terhadap trombosit sendiri.

18
GOLONGAN DARAH

Golongan darah adalah ciri kusus darah dari suatu individu yang mana setiap orang
disebabkan oleh karena adanya antigen (Ag ) aglutinogen pada dinding eritrosit dan adanya
antibody spesifik (Ab) aglutinin didalam plasmanya. Dua jenis penggolongan darah yang paling
penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus.
1. Pengolongan Darah ABO
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif
dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.

19
Genotypes Blood types Agglutinogens Agglutinins

OO O - Anti A and Anti B

OA or AA A A Anti B

OB or BB B B Anti A

AB AB A and B -

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan.
Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan
keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai
di dunia.

Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi


atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi
yang berbeda-beda.

Populasi O A B AB

Suku pribumi Amerika Selatan 100% – – –

Orang Vietnam 45.0% 21.4% 29.1% 4.5%

Suku Aborigin di Australia 44.4% 55.6% – –

Orang Jerman 42.8% 41.9% 11.0% 4.2%

Suku Bengalis 22.0% 24.0% 38.2% 15.7%

Suku Saami 18.2% 54.6% 4.8% 12.4%

20
2. Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor
Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki
faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di
permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor
Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis
penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+
adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih
dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya
donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh(-) dapat menyebabkan produksi antibodi
terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada
perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi
janin pada saat kehamilan.
Ayah rhesus (+) ibu rhesus (-)

Bayi pertama Rhesus (+)

eritrosit bayi masuk kedalam sirkulasi ibu terbentuk zat anti rhesus

Bayi kedua dst rhesus (+)

Ikterus atau eritroblastosis fetalis atauHDN


Kematian Janinan dalam Kandungan

Penatalaksanaan untuk eritroblastosis fetalis yaitu mengganti darah neonatus dengan Rh


(-) dengan infus selama periode dari 1,5 jam atau lebih. Sementara itu darah neonatus Rh (+)
dihapus (selama beberapa minggu pertama kehidupan).

21
ALTERATIONS IN CELL FUNCTION AND GROWTH

1. Karakteristik sel
a. Sel sangat kompleks dan terorganisir
Kompleksitas sel sangat nyata tetapi sulit dijelaskan. Kompleksitas sel dapat dianalogikan
dengan keteraturan dan konsistensi sel, dapat dilihat dari organel-organel sel yang
mempunyai struktur sendiri-sendiri dan adanya interaksi antara bagian sel ataupun
antara organel yang berperan untuk memelihara ataupun operasional sistem sel.
Terorganisir merupakan karakteristik sel, dapat dilihat pada proses sintesis protein,
proses pembenukan energi kimia, pembentukan membran sel. Pada proses tersebut
terdapat kerjasama antar organel sel dan semua proses sangat terorgansir
b. Mempunyai program genetik
Organisme dibangun berdasarkan informasi yang dikode dalam gen-gen. Gen bukanlah
sekedar tempat menyimpan informasi tetapi juga mengandung blueprint (cetakan) untuk
membentuk struktur sel, mengatur aktivitas sel dan sebagainya.
c. Membentuk sel dan menggunakan energi
d. Sel mampu menghasilkan berbagai macam reaksi kimia
Reaksi kimia yang terjadi di dalam sel sering disebut metabolisme. Metabolisme adalah
suatu proses pengubahan molekul- molekul kompleks menjadi molekul-molekul kecil
atau sebaliknya.
e. Sel mampu melakukan aktivitas mekanik
Sel adalah tempat aktivitas mekanik, dimana bahan atau molekul diangkut dari satu
tempat ketempat lain, baik di dalam sel atau antara sel.
f. Sel mampu merespon stimuli
Sel mempunyai reseptor hormon ,reseptor tubuh, reseptor matriks ekstraselular atau
reseptor lain sehingga dapat menangkap adanya stimulus .
g. Sel mampu mengatur diri misalnya siklus sel
h. Sel mampu membelah diri
Individu-individu baru dihasilkan melalui proses reproduksi. Sel dihasilkan melalui proses
pembelahan sel dimana satu sel induk akan menghasilkan dua sel anak. Dari proses ini
sifat-sifat yang dimliki induk akan diwariskan ke keturunannya.

2. Komponen Sel

22
a. Nukleus
Nukleus merupakan tempat pengaturan sel. Dalam nukleus ini terdapat materi genetik
sel, asam deoksiribunokleat ( DNA) yang memiliki dua fungsi penting yaitu;
 DNA memberikan kode atau instruksi untuk mengarahkan berbagai sintesis
protein struktural, dan enzimatik spesifik di dalam sel.
 Dna berfungsi sebagai cetak biru genetik selama replika sel untuk memastikan
bahwa sel berhasil menghasilkan anak yang sama persis seperti induknya
sehingga dapat terus dihasilkan sel yang identik dalam tubuh.

Dalam nukleus juga terdapat gen. Gen ini yang menentukan karakteristik protein sel,
termasuk enzim enzim sitoplasma yang mengatur aktivitas sitoplasma. Gen awalnya
berproduksi kemudian selnya dipecah dalam proses khusus yang disebut mitosis untuk
membentuk 2 sel anak yang masing masing mendapatkan satu dari dua sel gen. Dalam
nukleoplasmanya terdapat kromatin yang diidentifikasikan sebagai kromosom.

b. Nukleoli
Nukleoli merupakan bagian sel yang tidak mempunyai membran pembatas. Nukleoli juga
merupakan suatu struktur yang mengandung sejumlah besar RNA dan protein seperti
dalam ribosom. Nukleoli membesar bila sel aktif mensintesa protein.
c. Sitoplasma
Sitolasma merupakan bagian interior sel yang tidak ditempati oleh nukleus. Bagian ini
mengandung sejumlah struktur tersendiri yang sangat terorganisasi dan terbungkus
membran organel yang tersebar dalam massa kompleks mirip gel yang disebut sitosol.
Substansi substansi yang yang turut membentuksel secara keseluruhan disebut
protoplasma. Terdiri dari lima bahan dasar; air, elektrolit , protein, lipid dan lemak serta
karbohidrat.
a. Air
Medium cair semua protoplasma adalah air dengan konsentrasi antara 70
– 85 %. Bayank zat – zat kimia sel terlarut dalam air, sedangkan lainnya
tersuspensi dalam bentuk partikel – partikel kecil. Sifat air yang cair
memungkinkan zat terlarut dan tersuspensi berdifusi atau mengalir keberbagai
bagian sel.
b. Elektrolit
Elektrolit yang paling penting dalam sel adalah aklium, magnesium,
fosfat, sulfat, bikarbonat dan jumlah kecil yaitu natrium, klorida dan kalsium.

23
Elektrolit – elektrolit terlarut dalam air merupakan zat kimia anorganik bagi reaksi
seluler. Entitas juga penting untuk kerja beberapa mekanisme pengawasan sel.
Misalnya, elektrolit Na+ dan K- berperanan pada membran sel memungkinkan
transmisi implus elektrokimia dalam saraf dan serabut otot. Elektrolit intrasel
menentukan aktivitas berbagai reaksi – reaksi yang dikatalisis secara enzimatik
untuk metabolisme sel.
c. Protein
Selain air, zat yang paling banyak dalam kebanyakan sel adalah protein,
yang dalam keadaan normal merupakan 10 – 20 % massa sel. Protein dapat dibagi
dalam dua jenis, protein structural dan enzim. Protein struktural bersama – sama
membentuk struktur sel, misalnya terdapat dalam membran sel, membran inti,
membrane sekitar struktur intra sel seperti relitikum endoplasma dan
mitokondria. Sebagian besar protein structural adalah fibrosa, yaitu masing-
masing molekul protein berpolimerasi membentuk benang-benang fibrosa yang
panjang. Benang-benang ini selanjutnya memberikan daya regangan pada
struktur sel.
Sebaliknya enzim, merupakan protein yang bentuk keseluruhannya
berbeda, yaitu terdiri atas molekul protein tunggal atau kumpulan beberapa
molekul dalam bentuk globular. Berbeda dengan protein fibrosa, protein ini
sering kali larut dalam cairan sel. Enzim-enzim berhubungan langsung dengan
berbagai zat di dalam sel dan mengkatalisis reaksi-reaksi kimia. Misalnya
pemecahan glukosa menjadi bagian-bagian komponennya dan
menggabungkannya dengan oksigen untuk membentuk karbon dioksida dalam
air. Pada saat yang sama enzim menghasilkan energy untuk fungsi sel. Selain
kedua jenis protein tersebut, terdapat pula protein khusus dalam inti dan
sitoplasma yaitu nucleoprotein.
d. Lipid
Lipid merupakan berbagai zat yang larut dalam pelarut lemak. Lipid yang
paling banyak terdapat dalam jaringan binatang adalah trigliserida atau lemak
netral. Selain itu juga terdapat fosfolipid dan kolesterol.
Sel biasanya mengandung 2-3% lipid yang terbesar di seluruh sel.
Konsentrasi lipid tertinggi terdapat pada membrane sel, membrane sel, dan
membrane yang membatasi organel-organel intrasitoplasma, seperti reticulum

24
endoplasma dan mitokondria. Sifat lipid yang tidak larut atau hanya sebagian
yang larut dalam air membuat membrane kedap terhadap banyak zat yang larut.
e. Karbohidrat
Pada umunya, karbohidrat mempunyai fungsi structural yang kecil dalam
sel, tetapi fungsinya memegang peranan penting dalam nutrisi sel. Sebagian
besar sel hewan tidak dapat menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar,
biasanya hanya berkisar % dari massa total. Tetapi, karbohidrat dalam bentuk
glukosa, selalu terdapat disekitar cairan ekstra sel sehingga ia dengan mudah
tersedia bagi sel. Dalam jumlah kecil karbohidrat yang disimpan dalam sel hampir
seluruhnya terdapat dalam bentuk glikogen, yang merupakan polimer glukosa
yang tidak larut.

Bagian sitoplasma yang tepat dibawah membrane sel sering mengalami


gelatinasi menjadi setengah padat yang dinamakan korteks atau ektoplasma.
Sedangkan sitoplasma yang terdapat antara korteks dan membrane inti
berbentuk encer dan dinamakan endoplasma. Partikel-partikel besar yang
terbesar dalam sitoplasma adalah butir-butir lemak netral, granula glikogen,
ribosom, granula sekresi dan dua organel yang penting, mitokondria dan lisosom.
Sedangkan organel penting lainnya yang melekat pada membrane inti sel adalah
reticulum endoplasma dan kompleks golgi.

1. Ribosom
Ribosom berbentuk granular dan mengandung ARN, berfungsi
dalam sintesis protein dalam sel. ARN disintesis gen dari kromosom
kemudian disimpan dalam anak inti sebelum dikeluarkan ke sitoplasma
dalam bentuk ribosom granula. Bila ribosom melekat pada bagian luar
retikulum endoplasma, maka disebut reticulum endoplasma granular.
2. Mitokondria
Mitokondria menyaring energy dari nutrian dan oksigen yang
selanjutnya digunakan untuk melakukan fungsi sel. Jumlah mitokondria
pada setiap sel berbeda-beda, tergantung pada jumlah energi yang
diperlukan oleh setiap sel. Ukuran dan bentuknyapun berbeda-beda, ada
yang berbentuk globular dan ada pula yang berbentuk filament.
Mitokondria terdiri atas dari dua lapisan unit membrane yaitu:
membrane luar dan membrane dalam. Membran dalam banyak

25
membentuk lapisan yang didalamnya melekat enim-enzim oksidatif sel.
Rongga dalam mitokondria juga banyak mengandung enzim-enzim
terlarut yang penting untuk menyaring energy dari nutrian. Enzim-enzim
ini bekerja bersama-sama dengan enzim oksidatif untuk oksidasi nutrient
membentuk karbondioksida dan air. Energy yang dilepas digunakan untuk
sintesis zat-zat berenergi tinggi yang dinamakan adenosine trifosfat
(ATP). ATP kemudian kemdian ditransfor keluar mitokondria, dan
berdifusi keseluruh sel untuk melepaskan energinya bila mana diperlukan
untuk melakukan fungsi sel.
Mitokondria dapat mengadakan repliksi sendiri , berarti satu
mitokondria mungkin dapat membentuk mitokondria ke dua. , ketiga dan
seterusnya, bilamana dibutuhkan dalam sel untuk menambah jumlah
ATP. Sebagaimana pada inti mitokondria juga mengandung asam
dioksiribonukleat tetapi berbeda dengan yang terdapat pada inti.
3. Lisosom

Lisosom menghasilkan sistem pencernaan intrasel yang


memungkinkan sel mencerna, dan membuang zat-zat atau struktur yang
tidak diinginkan, khususnya struktur yang rusak atau asing, seperti
bakteri. Lisosom berisi enzim-enzim hidrolik, yang berfungsi memecahkan
senyawa organik menjadi dua bagian atau lebih dengan mengikatkan
hydrogen (H) dari molekul air dengan bagian senyawa organic tersebut
dan dengan mengikatkan bagian hidroxil (OH) molekul air dengan bagian
lain dri senyawa tersebut. Misalnya, protein dihidrolisis menjadi asam-
asam amino, dan glikogen dihidrolisis membentuk glukosa. Proses ini
disebut hidrolisis adalah sebagai berikut :R” – R’ + H2O R” OH +
R’H

Lisosom bekerja dengan cara melekat pada vesikel vinositik atau


fagositik, kemudian melepaskan hidrolasenya kedalam vesikel sehingga
terbentuk esikel vigestis, yang bertugas menghidrolisis protein, glikogen,
asam nukleat, mukopolisakarida, dan zat-zat lain dalam vesikel. Hasil-
hasil pencernaan ini berupa molekul-molekul kecil asam amino, glukosa,
fosfat, dan sebagainya yang kemudian dapat berdifusi melalui membrane
vesikel kedalam sitoplasma. Badan residual yang tersisa dalam vesikel

26
digestif dieksresi atau mengalami pelarutan dalam sitoplasma. Jadi
lisosom dapat dianamakan organ digestif sel.
Retikulum indoplasma tampak seperti jala-jala yang disusun oleh
struktur tubular dan vesicular. Ruang di dalam tubulus dan vesicular terisi
oleh matrix endoplasmic, suatu medium cair yang berbeda dengan cairan
diluar reticulum endoplasma. Ruang reticulum endoplasma dihubungkan
dengan antara membran inti.ruang ini juga berhubungan dengan ruang
dalam kompleks golgi. Dalam beberapa hal reticulum endoplasma
langsung berhubungan dengan bagian luar sel melalui celah yang sempit.
Zat-zat yang dibentuk pada berbagai bagian sel masuk ke dalam ruang
system vesicular ini dan kemudia diteruskan ke bagian-bagian sel lainnya.
Dari struktur tersebut, jelaslah bahwa reticulum endoplasma terutama
berfungsi dalam sintesis zat dan teransfor zat-zat tersebut ke luar selatau
untuk ke bagian dalam sel.
Kompleks golgi mungkin merupakan bagian khusus reticulum
endoplasma karena mempunyai membrane yang sama seperti membrane
reticulum endoplasma agranular dan biasanya terdiri atas emapat atau
lebih lapisan vesikula yang tipis. Fungsi kompleks golgi diduga merupakan
gudang sementara dan kondensasi zat-zat sekresi serta menyiapkan zat-
zat ini untuk akhirnya disekresi. Kompleks golgi jug mensintesis
karbohidrat dan menggabungkannya dengan protein membentuk
gikoprotein. Salah satu hasil sintesinya yang terpenting adalah
mukoplosakarida karena merupakan unur utama dari (1) mucus, (2) Zat
dasar ruang interstitial, (3) zat dasar tulang rawan dan tulang. Selain itu,
kompleks golgi juga berperan dalam pembentukan lisosom.
d. Membran Sel
Pada dasarnya semua struktur fisika sel dibatasi oleh membrane yang terutama
terdiri atas lipid dan protein. Semua membrane, baik membrane sel, inti, reticulum
endoplasma, mitokondria, lisosom, maupun kompeks golgi mempunyai struktur yang
sama, yakni terdiri atas lipid, lapisan protein dan lapisan tipis mukplolisakarida,. Protein
dan mukopolisakarida yang terdapat pada permukaan membrane membuatnya hidrofilix,
yakni air dengan mudah melekat pada membrane. Adanya lapisan mukoplolisakarida
pada permukaan luar membrane menyebabkan tegangan permukaan luar berbeda
dengan permukaan dalam, sehingga reaktivitas kimia permukaan dalam sel berbeda

27
dengan permukaan luarnya. Sedangkan lipid yang terletak ditengah membrane
menyebabkan membrane tidak dapat ditembus oleh zat-zat yang tidak larut dalam lipid.
Membran sel dilengkapi pori-pori agar zat yang tidak larut dalam lipid seperti air
dan urea dapat melewati membran sel. Pori-pori pada membrane disebabkan oleh
adanya molekul protein besar yang merusak struktur lipid membrane dan membentuk
jalan dari satu sisi membrane ke sisi lainnya. Karenanya, membrane sel tidak hanya semi
perrmiabel terhadap substansi yang mengelilinginya, tetapi juga kadang bersifat
permeabel atau impermeabel.
3. Siklus Hidup Sel
Siklus Sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah DNA
kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan dua sel anakan
yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik).
Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan yang dialami sel untuk
tetap bertahan hidup. Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan meregulasi waktu
pembelahan dan mengatur perkembangan sel dengan mengatur jumlah ekspresi atau translasi
gen pada masing-masing sel yang menentukan diferensiasinya. Fase pada siklus sel yaitu sebagai
berikut :
a. Fase S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA
b. Fase M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik pembelahan biner atau
pembentukan tunas)
c. Fase G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel.
- Fase G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam keadaan diam
atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan. Kondisi ini sangat
bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar atau dalam sel. Umum terjadi
dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman) dan mati.
- Fase G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara sitokinesis dan
sintesis.
- Fase G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis.
Fase tersebut berlangsung dengan urutan G0 > G1 > S > G2 > M kembali ke G0.
Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase.
- Pembelahan Mitosis
Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik
tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis
terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase.

28
- Profase.
Pada awal profase, sentrosom dengan sentriolnya mengalami replikasi dan dihasilkan
dua sentrosom. Masing-masing sentrosom hasil pembelahan bermigrasi ke sisi
berlawanan dari inti. Pada saat bersamaan, mikrotubul muncul diantara dua
sentrosom dan membentuk benang-benang spindle, yang membentuk seperti bola
sepak. Pada sel hewan, mikrotubul lainnya menyebar yang kemudian membentuk
aster. Pada saat bersamaan, kromosom teramati dengan jelas, yaitu terdiri dua
kromatid identik yang terbentuk pada interfase. Dua kromatid identik tersebut
bergabung pada sentromernya. Benang-benang spindel terlihat memanjang dari
sentromer .
- Metafase. Masing-masing sentromer mempunyai dua kinetokor dan masing-masing
kinetokor dihubungkan ke satu sentrosom oleh serabut kinetokor. Sementara itu,
kromatid bersaudara begerak ke bagian tengah inti membentuk keping metafase
(metaphasic plate) .
- Anafase. Masing-masing kromatid memisahkan diri dari sentromer dan masing-
masing kromosom membentuk sentromer. Masing-masing kromosom ditarik oleh
benang kinetokor ke kutubnya masing-masing .
- Telofase. Awal dari tahap telofase ini ketika kromosom sampai ke kutubnya masing-
masing. Kromosom tampak tidak beraturan dan jika diwarnai, terpulas kuat dengan
pewarna histologi. Tahap berikutnya terlihat benang-benang spindle hilang dan
kromosom tidak terlihat (membentuk kromatin; difuse). Keadaan seperti ini
merupakan karakteristik dari interfase. Pada akhirnya membran inti tidak terlihat
diantara dua anak inti.
Sitokinesis. Selama fase akhir pembelahan mitosis, muncul lekukan membran sel
dan lekukan makin dalam yang akhirnya membagi sel tetua menjadi dua sel anak.
Sitokinesis terjadi karena dibantu oleh protein aktin dan myosin.

29
4. Karakteristik dan Jenis Jaringan
a. Jaringan Saraf
Pada tubuh makhluk hidup terdapa dua kelompok kerja sistem saraf, yakni sistem saraf
pusat dan sistem saraf otonom. Kedua sistem tersebut pada dasarnya tidak bekerja
secara terpisah,tetapi saling melengkapi.
- Sistem saraf pusatJaringan saraf yang menjalin seluruh tubuh berpusat dalam otak
maupun sumsum tulang belakang. Otak memiliki tiga fungsi utama yaitu,1) menerima
input dan menginterpretasikan informasi dari semua organ-organ sensor baik internal
maujpun eksternal, 2) menghasilkan output berupa parintah untuk koordinasi semua
bagian badan sebagai impuls saraf atau hormon, 3) integrasi antara kedua aspek fungsi
otak
Dari otak, serabut saraf berpencar menjadi 12 pasang saraf yang dinamakan saraf
tengkorak, melayani kepala, mata, dan beberapa organ dalam. Dari sumsum tulang
belakang beberapa saraf bercabang dan bercabang membentuk batang-batang
sarafmenuju alat-alat gerak. Masing-masing saraf membawa impuls isyarat elektokimiawi
yang dicetuskan oleh suatu rangsang.
- Sistem saraf otonom
Susunan saraf otonom terdiri atas saraf simpatis dan para simpatis. Saraf otonom
mengontrol fungsi vegetatif badan, antara lain: 1) mengatur kegiatan jantung dan
pembuluh darah, 2) mengatur kerja urat daging licin, dan, 3) mengatur kerja kelenjar-
kelenjar.
- Bentuk umum sistem kerja saraf
Satuan dasar sistem saraf adalah neuron. Neuron mempunyai satu ciri struktur yang
menyebabkan kelihatan lain dari semua tipe sel tubuh lainnya. Bila digolongkan menurut
fungsinya,neuron dapat dibagi menjadi tiga kelompok, 1) neuron sensoris yang membawa
isyarat dari organ sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang, 2) neuron motorik
membawa petunjuk dari otak dan sumsum tulang belakang ke alat gerak, jantung, usus

30
dan organ tubuh yang lain, 3) interneuron yang menggerakkan isyarat bolak balik lewat
lintasan antara otak, sumsum tumlang belakang dan lain-lain.
- Mekanisme kerja saraf
I. fungsi sinap neuron : hubungan antara satu neuron dengan neuron berikutnya
disebut sinaps, dalam sinaps terdapat bongkol yang mempunyai dua struktur
internal yang penting untuk fungsi perangsangan atau penghambatan vesikel
sinaptik dan mitokondria.
II. pengiriman dan pengolahan sinyal : pada hakikatnya, sekali dimulai impuls saraf
pada ujung serabut saraf maka impuls ini akan diteruskan oleh serangkaian
sentuhan elektrik, apabila satu impuls terjadi, misalnya oleh reseptor cahaya pada
mata, selaput sel berubah sebentar untuk membiarkan mengalirnya ion kalium
bermuatan keluar dari sel dan masuknya ion natrium bermuatan ke dalam sel.
Gerak bolak balik ini menimbulkan potensial elektrik yang kecil membentuk
impuls saraf. Bila jumlah potensial yang terkumpul pada ujung saraf sudah cukup
banyak, sel berikutnya menembak . setelah itu impuls ini lewat, selaput sel
kembali berfungsi sebagai pembatas sampai impuls lain timbul. Karena sistem
saraf yang rumit dan sibuk dapat menyerap energi dengan laju yang sangat besar
sehingga memerlukan bahan bakar (oksigen dan glukosa) yang lebih banyak

- Neurotransmitter
Neuron-neuron otonom pada mamalia biasanya mengandung lebih dari satu
neurotransmitter,seringkali,satu atau lebih neuropeptida bergabung satu sama lain atau
bergabung dengan transmitter acetylcholine yang klasik ataupun transmitter adrenaline.
Pada ikan hanya sedikit kasus-kasus gabungan seperti itu. Transmitter
perangsangpadaberbagaisinapsneuronsarafpusatadalahasetilkolin,norepinerin,dopamn,s
erotonim, L-glutamat,dan L-asparat sedangkan transmitter penghambat yangpenting
adalah asam gamma aminobutirat (GABA), glisin, taurin,dan alanin.
b. Jaringan Endokrin
Sistem endokrin pada ikan tidak jauh berbeda dengan sistem endokrin vertebrata pada
umumnya. Organ endokrin melepaskan suatu zat kimia yang disebut hormon dengan organ
target tertentu dibawa oleh darah,dan berperan mempengaruhi fungsi tubuh .karena itu
hormon bisa juga disebut pesuruh kimia.Hubungan di antara sistem endokrin banyak dan
kompleks, tetapi biasanya mengikuti dua prinsip,yakni : 1) berdasarkan responnya dibagi

31
menjadi dua kelenjar yang dihasilkan oleh kelanjar kedua seringkali menghambat produksi
hormon pituitari proses ini disebut penghambat feedback. Yang menyebabkan terjadinya
keseimbangan respon.
c. Jaringan Epitel
Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh. Berdasarkan bentuk dan
susunannya jaringan epitel dibagi menjadi
Epitel Pipih
- Epitel pipih selapis
Contoh:pada pembuluh darah, alveolus, pembuluh limfe, glomerulus ginjal.
- Epitel banyak lapis
Contoh: pada kulit, rongga mulut, vagina
Epitel Kubus
Epitel kubus selapis
Contoh:pada kelenjar tiroid, permukaan ovarium.
- Epitel kubus banyak lapis
Contoh:pada saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit.

Epitel Silindris

- Epitel silindris selapis

Contoh:pada lambung, jonjot usus, kantung empedu, saluran pernafasan bagian atas.

- Epitel silindris banyak lapis

Contoh: pada saluran kelenjar ludah, uretra.

- Epitel silindris banyak lapis semuatauepitel silindris bersilia

Contoh:pada trakea, rongga hidung.

Epitel Transisional
Merupakan bentuk epitel banyak lapis yang sel-selnya tidak dapat digolongkan berdasarkan
bentuknya. Bila jaringannya menggelembung bentuknya berubah. Contoh: pada kandung
kemih.
d. Jaringan otot

32
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh.
Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot
dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat
memanjang dan memendek. Jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3 macam:
- Jaringan Otot Polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila
diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis.
Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah
pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat
pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.
- Jaringan Otot Lurik
Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat
pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf
sadar.Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis
gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu
nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang.
Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai
dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk
menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras.
- Jaringan Otot JantungatauMiokardium
Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Strukturnya
menyerupai otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi
terhadap rangsang lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar
jantung

5. Adaptasi Sel
a. Atropi adalah pengerutan ukuran sel dengan hilangnya substansi sel. Hal ini bisa
disebabkan karena berkurangnya beban kerja, hilangnya persarafan, berkurangnya suplai
darah, nutrisi yang tidak adekuat dan penuaan.Harus ditegaskan walaupun menurun
fungsinya,sel atrofi tidak mati.
b. Hipertrofi adalah penambahan ukuran sel dan menyebabkan penambahan ukuran organ,
dapat fisiologik ataupun patologik. Penyebabnya antara lain peningkatan kebutuhan
fungsional ataupun rangsangan hormonal spesifik.

33
c. Hiperplasia adalah meningkatnya jumlah sel dalam organ atau jaringan, bisa patologik
maupun fisiologik, yang disebabkan karena hormonal dan kompensatorik.
d. DysplasiaMerupakan suatu proses adaptasi yaitu terjadi perubahan sifat sel sehingga
bervariasi dalam ukuran,bentuk dan susunannya. Contoh : Kanker
e. Metaplasia adalah perubahan reversibel; pada perubahan tersebut satu jenis sel dewasa
digantikan oleh jenis sel dewasa lain.( Robbins,Kumar,Cotrans.2003.Buku ajar
patologi.edisi 7 )

6. Injury dan kematian


Jejas atau kerusakan sel terjadi ketika sel dalam keadaan “stress”, sehingga sel tersebut
tidak dapat bertahan lama untuk beradaptasi atau sel terkena agen perusakatau damaging
agents. Biasanya, sel dikatakan rusak apabila terjadi perubahan fungsi dan morfologi. Mekanisme
kerusakan sel yaitu: reversible cell injury dan irreversible injury and cell death. Reversible cell
injury adalah suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan morfologi semula jika
rangsangan perusak ditiadakan. Irreversible injury and cell death adalah suatu keadaan saat
kerusakan berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan
semula dan sel itu akan mati. Ada dua tipe kematian sel, yaitu nekrosis dan apoptosis. Nekrosis
dan apoptosis dapat dibedakan dari segi morfologi, mekanisme, dan fisiologi.
Ketika kerusakan pada membran sel sudah besar, dan sel membengkakatauswelling,
enzim lisosom memasuki sitoplasma dan mencerna sel, ini yang disebut nekrosis. Apoptosis
terjadi saat sel mengalami pengecilanatau shringkage dan membentuk badan apoptosis yang
berfungsi sebagai pagositosis. Nekrosis merupakan titik kulminasi dari kerusakan sel sel,
sedangkan apoptosis berguna untuk mengeliminasi atau menghilangkan sel-sel yang tidak
diinginkan. Apoptosis akan muncul setelah beberapa bentuk kerusakan sel, khususnya kerusakan
DNA.
Penyebab kerusakan sel dapat disebabkan oleh hipoksia (kekurangan oksigen) yang
mengurangi respirasi aerobik. Jika sel tidak dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut, maka sel
akan mati. Adaptasi tubuh tersebut misalnya otot-otot kaki mengalami pengecilan atau artropi
untuk menyeimbangkan kebutuhan metabolis dan kecukupan oksigen. Selain itu, kerusakan sel
dapat disebabkan agen fisik. Agen fisik menimbulkan traumaatau syok, temperatur yang ekstrim,
perubahan yang tiba-tiba pada tekanan atmosfer, kejutan listrik, dan radiasi. Kemudian,
kerusakan sel karena agen kimia dan obat-obatan. Misalkan saja racun yang dalam hitungan jam
bahkan menit dapat merusak dan mematikan sel. Agen kimia lain dapat berupa polusi udara,
insektisida. Zat-zat yang sebenarya tidak membahayakan tubuh, dapat juga bertindak sebagai

34
perusak, ketika mereka berada dalam kondisi hipertonis (kondisi di mana konsentrasi zat terlarut
sangat besar). Agen infeksi atau penginfeksi juga bertanggung jawab dalam kerusakan sel. Agen-
agen ini meliputi virus, bakteri, jamur, dan parasit. Ternyata, imunitas yang bertanggung jawab
dalam melawan agen infeksi dapat merusak sel. Ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh bereaksi
secara berlebihan terhadap protein asing. Ketidakteraturan genetikatau mutasi gen
memunculkan kerusakan sel. Contohnya pengurangan waktu hidup sel darah merah karena
penggantian basa sitosin yang menyebabkan sickle cell anemia dan sindrom Down karena
ketidaknormalan kromosom (trisomi kromosom nomor 21). Yang terakhir sebagai penyebab
kerusakan sell adalah ketidakseimbangan nutrisi. Kekurangan protein dapat menyebabkan
busung lapar (kwasihorkor). Akan tetapi, kelebihan nutrisi juga berperan dalam kerusakan sel.
Kelebihan lemak dalam tubuh dapat menyebabkan atherosklerosis.
Respon selular pada kerusakan sel bergantung pada tipe kerusakan, lama waktunya,
dan tingkat keparahannya. Konsekuensi dari kerusakan sel bergantung pada tipe, keadaan, dan
adaptasi sel yang rusak tersebut. Ketidakmampuan sel untuk beradaptasi, sehingga menghadapi
keadaan ”stress” dalam waktu yang lama menyebabkan sel tidak dapat kembali ke morfologi dan
fungsi yang semula, dan akhirnya kematian sel tidak dapat terelakkan. Kerusakan sel itu adalah
hasil dari ketidaknormalan fungsi dan biokimia sel dalam satu atau lebih komponen sel yang
esensial.
Ketika kita membicarakan kerusakan sel, ada suatu organel sel yang memainkan
peranan penting. Organel tersebut adalah mitokondria. Mitokondria adalah organel sel yang
bertugas sebagai dapur sel atau penghasil energi sel. Mitokondria dapat rusak jika konsentrasi
Ca2+ tinggi. Mitokondria yang rusak dapat menyebabkan mitokondria kehilangan potensial dan
PH-nya. Sehingga terjadi kesalahan fosforilisasi oksidatif, yang selanjutnya menimbulkan nekrosis.
Mitokondria juga mengandung bebarapa protein yang mampu mengaktivasi jalur apoptosis, yaitu
sitokrom c (berperan dalam transpor elektron).
Sel yang rusak memberikan berbagai macam respon. Seperti yang sudah dibahas di
atas, responnya bisa datang dari lisosom. Lisosom mengandung berbagai macam enzim hidrolitik,
termasuk asam fospat, glukoronidase, sukfatase, ribunuklease, dan kolagenase. Enzim ini
disintesis di retikulum endoplasma kasar dan dibawa ke aparatus golgi dalam bentuk vesikel.
Lisosom berperan sebagai heteropagi dan autopagi. Heteropagi dapat berupa endositosis
(memasukkan material ke dalam sel). Autopagi berperan saat kerusakan sel terjadi. Sel yang rusak
dan tidak dapat beradaptasi dalam waktu yang lama menyebabkan sel itu mati. Sel yang mati dan
tidak berguna akan diuraikan oleh tubuh, agar tidak berbahaya dan mengganggu homestasis. Di
sinilah peran lisosom. Lisosom akan mencerna sel secara keseluruhan.

35
7. Mekanisme Injury sel

a. Respons selular terhadap stimulus yang berbahaya bergantung pada tipe cedera, durasi,
dan keparahannya. Toksin berdosis rendah atau iskemia berdurasi singkat
bisamenimbulkan jejas sel yg reversibel, sedangkan toksin berdosislebih tinggi atau
iskemia dalam waktu yg lebih lama akan menyebabkan jejas sel yg irreversibel dan
kematian sel
b. Akibat suatu stimulus yang berbahaya bergantung pada tipe, status, kemampuan
adaptasi, dan susunan genetik sel yang mengalami jejas.
c. Empat sistem intraselular yang paling mudah terkena adalah 1) keutuhan membran sel, 2)
pembentukan adenosin trifosfat (ATP) paling besar melalui respirasi aerobik mitokondria,
3) sintesis protein, dan 4) keutuhan perlengkapan genetik.
d. Komponen struktural dan biokimiawi suatu sel terhubung secara utuh tanpa memandang
lokus awal jejas, efek mutipel sekunder yang terjadi sangat cepat.
e. Fungsi sel hilang jauh sebelum terjadi kematian sel, dan perubahan morfologi jejas sel.

Injurious Stimulus dapat menimbulkan :

a. Penurunan jumlah ATP (Adenosin Tri Phosphat) menurun sehingga organela yang
bergantung pada pasokan energi dari ATP terganggu.
b. Kerusakan membran dapat mengganggu mitokondria (organel penghasil ATP), merusak
lisosom (yang memiliki enzim perncerna, sehingga enzim tsb bocor ke dalam sitoplasma
dan melumatkan seluruh sel), merusak protein penyusun membran plasma (seisi sel
mengalami kebocoran).
c. Peningkatan jumlah ion Ca (Kalsium) dalam sitoplasma yang akan mengganggu kinerja sel
terutama DNA.
d. Peningkatan bentuk-bentuk OH reaktif, seperti ion Hidroksida (OH-) dan H2O2.
Salah satu efek jejas ireversibel adalah perubahan morfologi yang akhirnya menimbulkan
kematian sel. Kematian sel ada dua macam, yakni nekrosis dan apoptosis. Meskipun
sama-sama kematian sel, tapi keduanya berbeda secara morfologi, mekanisme, dan
perannya.

36
8. Neoplasia
Neoplasia adalah pertumbuhan baru. Menurut Willis (onkolog Inggris): massa jaringan
yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak terkoordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh
terus meskipun stimulus yang menimbulkannya telah hilang tidak mempunyai tujuan,
merugikan penderitanya dan tumbuh otonom. Dasar pertumbuhan neoplasma adalah
hilangnya kontrol pertumbuhan normal. Sifat neoplasma :
a. Parasit
b. Autonomi
c. Clonal: seluruh populasi sel dalam tumor berasal dari sel tunggal (single cell) yang telah
mengalami perubahan genetik.
Neoplasma dalam medis sering disebut juga sebagai tumor. Tumor adalah semua
tonjolan abnormal pada tubuh. Pada awalnya istilah tumor ini diterapkan pada
pembengkakan (swelling) akibat inflammasi. Faktor-faktor tertentu telah memberikan
implikasi dalam proses karsinogenik, yaitu:
a. Virus
Misalnya: Herpes simplex virus (HPV) tipe 16,18 Ca servix uteri, Hepatitis B virus , Ca
Hepatoseluler, Limfotropik sel-T manusia (HTLV-1) , Leukimia limfositik, Limfoma, Human
Immunodeficiency virus , Sarkoma Kaposi
b. Agen fisik
Misalnya : Pajanan sinar matahari, Radiasi, Iritasi kronisatauinflamasi dan Penggunaan
tembakau
c. Agen kimia
Misalnya :
Tembakau merupakan karsinogen kimia poten yang menyebabkan sedikitnya 35% kematian
akibat kanker pada paru-paru, kepala, leher, mesofagus, pankreas, serviks dan kandung
kemih. Tembakau bekerja sinergis dengan substansi lain seperti alkohol, asbestos, uranium
dan virus. Kondisi ini seringkali menyebabkan insidensi Ca cavum oris meningkat.
Agen kimia lain seperti zat warna amino aromatik dan anillin, arsenik, jelaga, tar, asbestos,
benzen, pinang dan kapur sirih, kadmium, senyawa kromium, nikel, seng, debu kayu,
senyawa berilium dan polivinil klorida. Agen-agen kimia ini dalam dosis yang berlebihan
membahayakan tubuh karena akan merusak struktur DNA terutama pada bagian-bagian
tubuh yang jauh dari pajanan zat kimia seperti hepar, paru, dan ginjal karena organ-organ ini
berperan untuk melakukan detoksifikasi zat-zat kimiawi.
d. Faktor genetik dan keturunan

37
Kerusakan DNA pada sel yang pola kromosomnya abnormal dapat membentuk sel-sel mutan.
Pola kromosom yang abnormal dan kanker berhubungan dengan kromosom ekstra, jumlah
kromosom yang terlalu sedikit dan adanya translokasi kromosom. Contoh: limfoma burkitt,
leukimia mielogenus, meningioma, retinoblastoma, tumor wilm.
Faktor predisposisi kanker :
- Predisposisi keturunan, pada masa anak-anak dan dewasa dan pada berbapai tempat dalam
satu organ atau sepasang organ.
- Predisposisi herediter pada saudara dekatatausedarah dengan tipe kanker yang sama.
Contoh lain jenis kanker yang berkaitan dengan faktor genetik: retinoblastoma, ca mammae,
nefroblastoma, ca prostat, feokromositoma, ca paru, nefrofibromatosis, ca gaster, leukimia,
ca kolorektal.
e. Faktor makanan
40-60% kejadian kanker berhubungan dengan lingkungan. Substansi makanan dapat proaktif
atau protektif, dan karsinogenik atau ko-karsinogenik. Resiko kanker meningkat jika terdapat
ingesti karsinogenik atau kokarsinogenik dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus,
juga dapat terjadi jika makanan yang dikonsumsi tidak mengandung substansi proaktif,
misalnya lemak, alkohol, asinan terutama daging, nitratataunitrit dan makanan yang
berkalori tinggi.
Contoh makanan yang mengurangi resiko kanker adalah sayuran kruriferus (kol, brokoli,
kembang kol dan toge), makanan tinggi serat, karotenoid (wortel, tomat, bayam, aprikot,
sayur hijau), vitamin E, vitamin C, dan selenium.

f. Agen humoral
Gangguan dalam keseimbangan hormon disebabkan:
a. Endogenus atau pembentukan hormon tubuh snediri
b. Eksogenus atau adanya pemberian hormon tambahn masuk kedalam tubuh

Klasifikasi dan Tata Nama


Semua tumor baik tumor jinak maupun ganas mempunyai dua komponen dasar ialah
parenkim dan stroma. Parenkim ialah sel tumor yang proliferatif,yang menunjukkan sifat
pertumbuhan dan fungsi bervariasi menyerupai fungsi sel asalnya. Sebagai contoh produksi
kolagen ,musin,atau keratin. Stroma merupakan pendukung parenkim tumor ,terdiri atas jaringan

38
ikat dan pembuluh darah. Penyajian makanan pada sel tumor melalui pembuluh darah dengan
cara difusi.
Klasifikasi neoplasma yang digunakan biasanya berdasarkan :
a. Klasifikasi Atas Dasar Sifat Biologik Tumor
Atas dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas tumor yang bersifat jinak ( tumor
jinak ) dan tumor yang bersifat ganas (tumor ganas) dan tumor yang terletak antara jinak
dan ganas disebut “ Intermediate” .
- Tumor Jinak ( Benigna )
Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul. Tidak tumbuh infiltratif,
tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anak sebar pada tempat yang
jauh. Tumor jinak pada umumnya disembuhkan dengan sempurna kecuali yang
mensekresi hormone atau yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya
disumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplesia atau pada saraf otak yang
menekan jaringan otak.
- Tumor ganas ( maligna )
Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif. Dan merusak jaringan sekitarnya.
Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limpe atau aliran darah dan
sering menimbulkan kematian.
- Intermediate
Diantara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat segolongan kecil tumor yang
mempunyai sifat invasive local tetapi kemampuan metastasisnya kecil.Tumor demikian
disebut tumor agresif local tumor ganas berderajat rendah. Sebagai contoh ialah
karsinoma sel basal kulit.
Klasifikasi atas dasar asal sel atau jaringan ( histogenesis )
b. Tumor diklasifikasikan dan diberi nama atas dasar asal sel tumor yaitu :
- Neoplasma berasal sel totipoten
Sel totipoten ialah sel yang dapat berdeferensiasi kedalam tiap jenis sel tubuh.Sebagai
contoh ialah zigot yang berkembang menjadi janin. Paling sering sel totipoten dijumpai
pada gonad yaitu sel germinal. Tumor sel germinal dapat berbentuk sebagai sel tidak
berdifensiasi, contohnya : Seminoma atau diseger minoma.Yang berdiferensiasi minimal
contohnya : karsinoma embrional, yang berdiferensiasi kejenis jaringan termasuk
trofobias misalnya chorio carcinoma. Dan yolk sac carcinoma. Yang berdiferensiasi
somatic adalah teratoma.
- Tumor sel embrional pluripoten

39
Sel embrional pluripoten dapat berdiferensiasi kedalam berbagai jenis sel-sel dan sebagai
tumor akan membentuk berbagai jenis struktur alat tubuh. Tumor sel embrional
pluripoten biasanya disebut embiroma atau biastoma, misalnya retinobiastoma,
hepatoblastoma, embryonal rhbdomyosarcomaatau
- Tumor sel yang berdiferensiasi
Jenis sel dewasa yang berdiferensiasi, terdapat dalam bentuk sel alat-lat tubuh pada
kehidupan pot natal. Kebanyakan tumor pada manusia terbentuk dari sel berdiferensiasi.
Tata nama tumor ini merupakan gabungan berbagai faktor yaitu perbedaan antara jinak
dan ganas, asal sel epnel dan mesenkim lokasi dan gambaran deskriptif lain.
 Tumor epitel
Tumor jinak epitel disebut adenoma jika terbentuk dari epitel kelenjar misalnya adenoma
tiroid, adenoma kolon. Jika berasal dari epitel permukaan dan mempunyai arsitektur
popiler disebut papiloma. Papiloma dapat timbul dari eitel skuamosa (papiloma
skuamosa), epitel permukaan duktus kelenjar ( papiloma interaduktual pada payudara )
atau sel transisional ( papiloma sel transisional ).
Tumor ganas epitel disebut karsinoma. Kata ini berasal dari kota yunani yang berarti
kepiting. Jika berasal dari sel skuamosa disebut karsinoma sel skuamosa. Bila berasal dari
sel transisional disebut karsinoma sel transisional. Tumor ganas epitel yang berasal dari
epitel belenjar disebut adenokarsinoma.

 Tumor jaringan mesenkin


Tumor jinak mesenkin sering ditemukan meskipun biasanya kecil dan tidak begitu
penting. Dan diberi nama asal jaringan (nama latin) dengan akhiran “oma”. Misalnya
tumor jinak jaringan ikat (latin fiber) disebut “Fibroma”. Tumor jinak jaringan lemak (latin
adipose) disebut lipoma.
Tumor ganas jaringan mesenkin yang ditemukan kurang dari 1 persendiberi nama asal
jaringan (dalam bahasa latin atau yunani ) dengan akhiran “sarcoma” sebagai contoh
tumor ganas jaringan ikat tersebut Fibrosarkoma dan berasal dari jaringan lemak diberi
nama Liposarkoma.

 Tumor campur (mixed Tumor)


Neoplasma yang terdiri dari lebih dari 1 jenis sel disebut tumor campur (mixed tumor).
Sebagai contoh tumor campur kelenjar liur (adenoma pleomorfik kelenjar liur) yang
terdiri atas epitel kelenjar, jaringan tulang rawan dan matriks berdegenerasi musin.

40
Contoh lain ialah fibroadenoma mammae terdiri atas epitel yang membatasi lumen, atau
celah dan jaringan ikat reneging matriks.

 Hamartoma dan koristoma


Hamartoma ialah lesi yang menterupai tumor. Pertumbuhannya ada koordinasi dengan
jaringan individu yang bersangkutan. Tidak tumbuh otonom seperti
neoplasma.Hamartoma selalu jinak dan biasanya terdiri atas 2 atau lebih tipe sel matur
yang pada keadaan normal terdapat pada alat tubuh dimana terdapat lesi hamartoma.

 Kista
Kista ialah ruangan berisi cairan dibatasi oleh epitel. Kista belum tentu tumor atau
neoplasma tetapi sering menimbulkan efek local seperti yang ditimbulkan oleh tumor
atau neoplasma. Beberapa yang sering kita jumpai ialah kista :
Congenital ( ialah kista bronchial dan kista ductus tiroglosusus)
Neoplastik ( chystadenoma , cystadenocarcinoma ovarium )
Parasitic ( kista hidatid oleh echinococcus granulosus )
Implantasi ( kista epidermoid pada kulit setelah operasi )

9. Konsep differensiasi
Sifat dari sel ganas dan jinak, yaitu :
a. Diferensiasi dan Anaplasia
Istilah diferensiasi dipergunakan untuk sel parenkim tumor.Diferensiasi yaitu
derajat kemiripan sel tumor ( parenkim tumor ). Jaringan asalnya yang terlihat pada
gambaran morfologik dan fungsi sel tumor. Proliferasi neoplastik menyebabkan
penyimpangan bentuk. Susunan dan sel tumor. Hal ini menyebabkan set tumor tidak
mirip sel dewasa normal jaringan asalnya. Tumor yang berdiferensiasi baik terdiri atas
sel-sel yang menyerupai sel dewasa normal jaringan asalnya,sedangkan tumor
berdiferensi buruk atau tidak berdiferensiasi menunjukan gambaran sel primitive dan
tidak memiliki sifat sel dewasa normal jaringan asalnya. Semua tumor jinak umumnya
berdiferensiasi baik. Sebagai contoh tumor jinak otot polos yaitu leiomioma uteri. Sel
tumornya menyerupai sel otot polos. Demikian pula lipoma yaitu tumor jinak berasal
dari jaringan lemak ,sel tumornya terdiri atas sel lemak matur,menyerupai sel jaringan
lemak normal. Tumor ganas berkisar dari yang berdiferensiasi baik sampai kepada yang
tidak berdiferensiasi . Tumor ganas yang terdiri dari sel-sel yang tidak berdiferensiasi

41
disebut anaplastik. Anaplastik berasal tanpa bentuk atau kemunduran ,yaitu
kemunduran dari tingkat diferensiasi tinggi ke tingkat diferensiasi rendah. Anaplasia
ditentukan oleh sejumlah perubahan gambaran morfologik dan perubahan sifat, pada
anaplasia terkandung 2 jenis kelainan organisasi yaitu kelainan organisasi sitologik dan
kelainan organisasi posisi.
Anaplasia sitologik menunjukkan pleomorfi yaitu beraneka ragam bentuk dan
ukuran inti sel tumor. Sel tumor berukuran besar dan kecil dengan bentuk yang
bermacam-macam . mengandung banyak DNA sehingga tampak lebih gelap
(hiperkromatik ).Anaplasia posisionalmenunjukkan adanya gangguan hubungan antara
sel tumor yang satu dengan yang lain . terlihat dari perubahan struktur dan hubungan
antara sel tumor yang abnormal.

b. Derajat Pertumbuhan
Tumor jinak biasanya tumbuh lambat sedangkan tumor ganas cepat . tetapi
derajat kecepatan tumbuh tumor jinak tidak tetap,kadang – kadang tumor jinak tumbuh
lebih cepat daripada tumor ganas.karena tergantung pada hormone yang mempengaruhi
dan adanya penyediaan darah yang memadai.
Pada dasarnya derajat pertumbuhan tumor berkaitan dengan tingkat diferensiasi
sehingga kebanyakan tumor ganas tumbuh lebih cepat daripada tumor jinak.
Derajat pertumbuhan tumor ganas tergantung pada 3 hal,yaitu :
- Derajat pembelahan sel tumor
- Derajat kehancuran sel tumor
- Sifat elemen non-neoplastik pada tumor
Pada pemeriksaan mikroskopis jumlah mitosis dan gambaran aktivitas
metabolisme inti yaitu inti yang besar,kromatin kasar dan anak inti besar berkaitan
dengan kecepatan tumbuh tumor.
Tumor ganas yang tumbuh cepat sering memperlihatkan pusat-pusat daerah
nekrosis atau iskemik. Ini disebabkan oleh kegagalan penyajian daerah dari host kepada
sel – sel tumor ekspansif yang memerlukan oksigen.
c. Invasi Lokal
Hampir semua tumor jinak tumbuh sebagai massa sel yang kohesif dan ekspansif
pada tempat asalnya dan tidak mempunyai kemampuan mengilfiltrasi ,invasi atau
penyebaran ketempat yang jauh seperti pada tumor ganas.

42
Oleh karena tumbuh dan menekan perlahan – lahan maka biasanya dibatasi
jaringan ikat yang tertekan disebut kapsul atau simpai,yang memisahkan jaringan tumor
dari jaringan sehat sekitarnya. Simpai sebagian besar timbul dari stroma jaringan sehat
diluar tumor, karena sel parenkim atropi akibat tekanan ekspansi tumor. Oleh karena
ada simpai maka tumor jinak terbatas tegas, mudah digerakkan pada operasi. Tetapi
tidak semua tumor jinak berkapsul,ada tumor jinak yang tidak berkapsul misalnya
hemangioma.
Tumor ganas tumbuh progresif,invasive,dan merusak jaringan sekitarnya. Pada
umumnya terbatas tidak tegas dari jaringan sekitarnya. Namun demikian ekspansi
lambat dari tumor ganas dan terdorong ke daerah jaringan sehat sekitarnya. Pada
pemeriksaan histologik,masa yang tidak berkapsul menunjukkan cabang – cabang invasi
seperti kaki kepiting mencengkeram jaringan sehat sekitarnya.
Kebanyakan tumor ganas invasive dan dapat menembus dinding dan alat tubuh
berlumen seperti usus,dinding pembuluh darah,limfe atau ruang perineural.
Pertumbuhan invasive demikian menyebabkan reseksi pengeluaran tumor sangat sulit.
Pada karsinoma in situ misalnya di serviks uteri ,sel tumor menunjukkan tanda
ganas tetapi tidak menembus membrane basal. Dengan berjalannya waktu sel tumor
tersebut akan menembus membrane basal.

d. Metastasis atau Penyebaran


Metastasis adalah penanaman tumor yang tidak berhubungan dengan tumor
primer. Tumor ganas menimbulkan metastasis sedangkan tumor jinak tidak. Infasi sel
kanker memungkinkan sel kanker menembus pembuluh darah, pembuluh limfe dan
rongga tubuh,kemudian terjadi penyebaran. Dengan beberapa perkecualian semua
tumor ganas dapat bermetastasis. Kekecualian tersebut adalah Glioma ( tumor ganas sel
glia ) dan karsinoma sel basal , keduanya sangat infasif, tetapi jarang bermetastasis.
Umumnya tumor yang lebih anaplastik,lebih cepat timbul dan padanya
kemungkinan terjadinya metastasis lebih besar. Namun banyak kekecualian. Tumor kecil
berdiferensiasi baik, tumbuh lambat, kadand- kadang metastasisnya luas. Sebaliknya
tumor tumbuh cepat ,tetap terlokalisir untuk waktu bertahun- tahun.

10. Karakteristik neoplasma ganas dan jinak


a. Neoplasma jinak (yang bukan kanker)

43
Neoplasma jinak adalah peristiwa lokal semata. Proliferasi sel-sel yang
merupakan neoplasma cenderung sangat kohesif, sehingga waktu massa sel
neuplastik itu tumbuh, terjadi perluasan massa secara sentrifugal dengan batas-batas
sangat nyata. Karena sel-sel yang berproliferasi tidak saling meninggalkan, maka tepi
neoplasma kurang lebih cenderung bergerak keluar dengan lancar ambil mendesak
jaringan yang berdekatan. Dengan demikian, neoplasma jinak mempunyai kapsul
jaringan penyambung padat yang memisahkan neoplasma dari sekelilingnya.
Neoplasma jinak tidak menyebar ke tempat yang jauh. Laju pertumbuhan neoplasma
jinak sering agak lamban, dan beberapa neoplasma tampaknya tidak berubah dan
kurang lebih tetap pada ukuran yang stabil selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun.
b. Neoplasma Ganas
Banyak sifat neoplasma ganas yang berlawanan dengan sifat-sifat neoplasma
jinak. Neoplasma ganas umumnya tumbuh lebih cepat dan hampir selalu tumbuh
secara progresip, jika tidak dibuang. Sel neoplasma ganas tidak sekohesif sel jinak.
Akibatnya pola penyebaran neoplasma ganas seringkali sangat tidak teratur.
neoplasma ganas cenderung tidak berkapsul dan biasanya mereka tidak mudah
dipisahkan dari sekitarnya seperti dengan neoplasma jinak. Kenyataanya neoplasma
ganas menyerbu masuk ke sekitar mereka bukan mendesak mereka ke samping.
Sel-sel neoplasma ganas yang berproliferasi mampu untuk melepaskan diri dari
tumor induk dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain. Jika sel-sel
kanker imbolik semacam itu tersangkut, mereka mampu keluar dari pembuluh,
melanjutkan proliferasi mereka, dan membentuk tumor sekunder. Sebenarnya satu
fokus kanker primer dapat menimbulkan banyak fragmen imbolik yang selanjutnya
dapat membentuk lusinan atau bhkan ratusan noduli sekunder di tempat yang sangat
jauh dari fokus primer. Proses terputusnya penyebaran neoplasma ganas
disebut metastasis, dan anak fokus atau daerah pertumbuhan sekunder disebut
daerah metastasis. Jadi, dua sifat bahaya dari neoplasma ganas yang
membedakannnya dari neoplasma dan nonkanker adalah kemampuannya menginfasi
jaringan normal dan kemampuannya membentuk metastasis. Neoplasma jinak tidak
memiliki satupun kemampuan ini.
Metastasis dapat terjadi melalui berbagai cara.invasi pembuluh menimbulkan
metastasis hematogen dalam pola yang dapat diramalkan sebelumnya.artinya,
misalnya sel kanker berasal dari tempat primer dalam dinding saluran cerna

44
memasuki aliran vena saluran cerna, mereka sangat mungkin tersangkut dalam hati,
karena darah vena porta harus mengalir melalui organ tersebut sebelum kembali ke
jantung. Sebaliknya sel yang secara hematogen berasal dari neoplasma ganas dalam
tungkai akan mengalir vena cava ke jantung kanan dan kemudian ke paru-paru,
dimana dapat tumbuh fokus sekunder. Dengan cara yang sama, sel-sel ganas dapat
menginfasi pembuluh limfe dan menyebar ke pusat bersama aliran limfe. Pada
keadaan ini, metastasis dapat diharapkan timbul pada kelenjar limfe regional yang
menyaring limfe yang memancar dari organ tertentu. Jadi, metastasis limfogen dari
kanker primer kelenjar mamae dapat didahului pada kelenjar limfa aksila, dan
metastasis limfogen kanker primer dalam ronggamulut dapat dicari pada kelenjar
limfe servikal. Besamaan dengan tumbuhnya kanker, sel-sel ganas dapat menembus
kapiler dan kelenjar limfe regional dan menyebar secara luas. Lokasi metastasis yang
tepat tergantung pada kesesuaian antara kebutuhan metabolik sel-sel kanker embolik
dengan lingkungan yang diberikan oleh jaringan tertentu.
Sebetulnya metastasis dapat menetap pada organ manapun dalam tubuh. Selain
terjadinya metastasis melalui pembuluh darah dadan pembuluh limfe, sel kanker
dapat bermetastasis langsung melalui rongga tubuh dan mengadakan implantasi
pada permukaanyang jauh dari rongga tersebut. Dengan cara ini maka neoplasma
ganas yang melakukan invasi ke seluruh tebal dinding dari organ abdomendapat
memberi benih pada seluruh rongga peritonium, secara harafiah menimbulkan
ratusan metastasis secara langsung. Dengan cara yang serupa, jika sel ganas terambil
oleh alat pembedahan selama tindakan pembedahan, maka sel ganas terimplastasi
pada tempat insisi, akhirnya tumbuh menjadi fokus metastasis.
Mungkin sekali, sebagian besar sel kanker yang memasuki sirkulasi darah atau
limfe atau berbagai rongga tubuh gagal untuk dapat membentuk metastasis yang
tumbuh progreif. Hal ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa pertumbuhan
sel seperti ini dihambat oleh berbagai pertahanan tubuh (misalnya imonologik) dan
juga oleh karena di tempat yang baru itu syarat untuk tumbuh tidak didapati,
sehingga tidak cocok bagi sel metastasis tersebut. Dengan dasar dugaan ini maka
banyak sel-sel kanker memiliki pola karakteristik metastasis yang menjadi penting
dalam diagnosis dan pengobatan.

45
46
Farmakologi

1. Farmakologi gangguan hematologi


a. Anemia defisiensi Fe
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kekosongan cadangan zat besi
tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya
pembentukan Hb berkurang.
Pada pasien dengan anemia defisiensi Fe dapat diberikan terapi besi yang mana zat besi
membentuk inti dari cincin heme Fe-porfirin yang bersama-sama dengan rantai globin
membentuk hemoglobin.
- Besi Oral
Garam Besi Kandungan Besi
Ferro Sulfat 20%
Ferro Glukonat 12%
Ferro Fumarat 33%
Besi Karbonat 100%
Kompleks Besi Polisakarida 100%

 Indikasi : pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi besi


 Absorpsi : Garam ferro 3x lebih cepat diabsorpsi daripada Ferri. Makanan
menurunkan absorpsi sampai 50%, namun intoleransi gastrik mengharuskan
pemberian bersama makanan.
 Dosis : 200 mg per hari dalam 2 – 3 dosis terbagi
 Kontraindikasi : hemokromatosis, anemia hemolitik, hipersensitivitas
 Peringatan : penggunaan pada kondisi kehamilan (kategori A)
 Efek samping : noda pada gigi, nyeri abdominal, konstipasi, diare, mual, warna
feses gelap
 Interaksi obat :
o Antasid : menurunkan absorpsi besi
o Asam askorbat : meningkatkan absorpsi besi
o Garam kalsium : menurunkan absorpsi besi
o Kloramfenikol : meningkatkan konsentrasi plasma besi
o Antagonis histamin H2 : menurunkan absorpsi besi
o PPI : menurunkan absorpsi besi

47
o Kaptopril : besi dapat menginaktivasi kaptopril
o Fluoroquinolon : membentuk kompleks dengan besi  menurunkan absorpsi
fluoroquinolon
o L-dopa : membentuk khelat dengan besi  menurunkan absorpsi L-dopa
o MMF : besi menurunkan absorpsi MMF
o Tetrasiklin : membentuk kompleks dengan besi  absorpsi besi dan tetrasiklin
turun

- Besi Parenteral
Na – Besi Karbonat Besi Dekstran Besi Sukrosa
62,5 mg besi atau 5
Kandungan Besi 50 mg besi atau mL 20 mg besi atau mL
mL
Anemia defisiensi Anemia defisiensi
Anemia defisiensi
besi pada pasien besi pada pasien
besi pada pasien
yang menjalani yang menjalani
yang tidak
Indikasi hemodialisis kronis hemodialisis kronis
memungkinkan
dan menerima dan menerima
diberikan terapi
terapi suplemen terapi suplemen
oral
dan eritropoietin epoietin alfa
Hipersensitivitas. Hipersensitivitas.
Infeksi ginjal akut. Kelebihan besi.
Kontraindikasi Hipersensitivitas.
Anemia non Anemia non
defisiensi besi. defisiensi besi.
Black box warning. Black box warning.
Reaksi
Peringatan Reaksi Reaksi
hipersensitivitas
hipersensitivitas. hipersensitivitas.
Rute Parenteral Intravena Intramuskular Intravena
Pengobatan 8 X 125 mg 10 X 100 mg 10 X 100 mg
Rasa sakit, noda
Kram, mual, coklat pada tempat
Kram kaki,
Efek Samping muntah, flushing, injeksi, flushing,
hipotensi.
hipotensi, pruritus. hipotensi, demam,
anafilaksis.
Inkompatibilitas Kloramfenikol Menurunkan
Interaksi Obat
dengan benzil meningkatkan absorpsi besi oral

48
alkohol. konsentrasi besi bila diberikan
plasma. bersamaan.

b. Anemia Defisiensi Asam Folat


Terapi yang digunakan adalah pemberian asam folat
Mekanisme : folat berperan dalam sintesis nukleoprotein dan pemeliharaan eritropoiesis
normal.
 Indikasi :
 Anemia megaloblastik yang disebabkan defisiensi asam folat
 Peningkatan kebutuhan asam folat pada kondisi kehamilan
 Profilaksis defisiensi asam folat pada pemakaian antagonis asam folat
 Absorpsi : Asam folat dari makanan harus mengalami hidrolisis, reduksi, dan metilasi
pada saluran pencernaan agar dapat diabsorpsi. Perubahan asam folat menjadi bentuk
aktifnya, tetrahidrofolat, membutuhkan vitamin B12 (sianokobalamin).
 Dosis : folat oral 1 mg setiap hari selama 4 bulan
Kontraindikasi : pengobatan anemia pernisiosa dimana vitamin B12 tidak efektif
 Efek Samping : perubahan pola tidur, sulit berkonsentrasi, iritabilita, anoreksia, mual,
distensi abdominal, flatulensi.
 Interaksi Obat :
o Asam aminosalisilat : menurunkan konsentrasi plasma folat
o Inhibitor dihidrofolat reduktase : menyebabkan defisiensi folat
o Sulfalazin : menyebabkan defisiensi folat
o Fenitoin : menurunkan konsentrasi plasma folat

c. Defisiensi vit B12


Terapi : vitamin B12 (sianokobalamin)
 Mekanisme : merupakan kofaktor yang mengaktivasi koenzim asam folat
 Indikasi :
 Anemia pernisiosa
 Peningkatan kebutuhan vitamin B12 pada kondisi kehamilan, pendarahan, anemia
hemolisis, tirotoksikosis, dan penyakit hati dan ginjal
 Absorpsi : absorpsi tergantung pada faktor intrinsik dan kalsium yang cukup.

49
 Dosis : Kobalamin oral 2 mg per hari selama 1 – 2 minggu, dilanjutkan 1 mg per hari.
Sianokobalamin parenteral 1 mg per hari selama seminggu, dilanjutkan seminggu sekali
selama sebulan, dilanjutkan kobalamin oral per hari.
 Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap kobalt atau B12
 Efek Samping :
o edema pulmonari
o gagal jantung kongestif
o trombosis vaskular perifer
o syok anafilaktik
o atropi saraf optik
 Interaksi Obat :
o Asam aminosalisilat : menurunkan efek sianokobalamin
o Kloramfenikol : menurunkan efek hematologi sianokobalamin pada pasien anemia
pernisiosa
o Kolkisin : menyebabkan malabsorpsi sianokobalamin
o Alkohol : menyebabkan malabsorpsi sianokobalamin

d. Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah karena kegagalan sumsum tulng dalam memproduksi RBC
walaupun substansi untuk eritropoesis tersedia. Obat untuk merangsang fungsi sumsum
tulang sebagai berikut :
- Anabolik steroid : dapat diberikan oksimetolon dan stanazol dengan dosis 2-3
mgataukgBBatauhari . Efek samping berupa virilisasi dan gangguan hati
- Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah
- Transplatasi sumsum

e. Anemia renal
 Terapi : Epoetin Alfa
 Mekanisme : menstimulus eritropoiesis
 Indikasi :
 Anemia yang berkaitan dengan gagal ginjal kronis.
 Anemia yang disebabkan terapi Zidovudin.
 Anemia pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
 Anemia pada pasien yang mengalami dialisis.

50
 Dosis : Epoetin intravena 50 – 100 unitataukg, seminggu 3 kali. Dosis dapat dinaikkan
menjadi 150 unitataukg, seminggu 3 kali apabila Hb tidak meningkat setelah 6 – 8
minggu. Pada pasien AIDS, dosis epoetin adalah 300 unitataukg, seminggu 3 kali.
 Kontraindikasi : hipertensi tak terkendalikan
 Perhatian :
o Tekanan darah tinggi tidak terkendali
o Penyakit iskemik vaskular
o Trombositosis
o Riwayat konvulsi
o Gagal hati kronis
o Kehamilan dan menyusui
o Peningkatan dosis heparin mungkin diperlukan
 Efek Samping :
o Kenaikan tekanan darah
o Peningkatan jumlah trombosis (bergantung dosis)
o Gejala mirip influenza, dapat dikurangi dengan injeksi perlahan selama 5 menit
o Peningkatan kadar plasma kreatinin, urea, dan fosfat
o Konvulsi
o Anafilaksis
 Interaksi Obat : inhibitor ACE meningkatkan resiko hiperkalemia

f. Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan diperlukan
untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk
mencegah bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi.
Antikoagulan oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara
profilaktik untuk mengurangi insidens tromboemboli terutama pada vena. Pada trombus
yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan
mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.
Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok : heparin, antikoagulan oral, dan
antikoagulan pengikat kalsium.
- HEPARIN

51
Heparin endogen merupakan suatu mukopolisakarida yang mengandung sulfat. Zat ini
disintesis di dalam sel mast dan terutama banyak terdapat di paru. Peranan fisiologik
heparin belum diketahui seluruhnya, akan teapi pelepasannya ke dalam darah yang
tiba-tiba pada syok anafilaksis menunjukkan bahwa heparin mungkin berperan dalam
reaksi imunologik.
 Mekanisme kerja
Heparin mengikat antitrombin III membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar
dari antitrombin III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan darah aktif,
terutama trombin dan faktor Xa. Sediaan heparin dengan berat molekul rendah
(<6000) beraktifitas anti-Xa kuat dan sifat antitrombin sedangkan sediaan heparin
dengan berat molekul yang tinggi (>25000) beraktifitas antitrombin kuat dan
aktifitas anti-Xa yang sedang.
Dosis kecil heparin dengan AT-III menginaktifasi faktor Xa dan mencegah
pembekuan dengan mencegah perubahan protombin menjadi trombin. Heparin
juga menginaktifasi faktof XIIIa dan mencegah terbentuknya bekuan fibrin yang
stabil. Terhadap lemak darah,heparin bersifat liprotropik yaitu memperlancar
transfer lemak darah kedalam depot lemak.
Pengaruh heparin terhadap hasil pemeriksaan darah. Bila ditambahkan pada darah,
heparin tidak mengubah hasil pemeriksaan rutin kimia darah, tetapi heparin
mengubah bentuk eritrosit dan leukosit. Hasil leukosit darah yang dicampur heparin
in vitro harus dilakukan dalam 2 jam, sebab setelah 2 jam leukosit dapat
menghilang. Sampel darah yang diambil melalui kanula IV, yang sebelumnya secara
intermiten dilalui larutan garam berheparin, mengandung kadar asam lemak bebas
yang meningkat.
 Efek lain.
Heparin dilaporkan menekan kecepatan sekresi aldosteron, meningkatkan kadar
tiroksin bebas dalam plasma,menghambat aktifaktor fibrinolitik, menghambat
penyembuhan luka, menekan imunitas selular, menekan reaksi hospes terhadap
graft.
 Monitoring pengobatan.
Agar obat efektif mencegah pembekuan dan tidak menimbulkan perdarahan maka
diperlukan penentuan dosis yang tepat,pemeriksaan darah dan berulang dan tes
laboratorium yang dapat dipercaya hasilnya. Berbagai tes yang dianjurkan untuk
memonitor pengobatan dengan heparin ialah waktu pembekuan darah (whole

52
blood clotting time ), partial thromboplastin time (PTT) atau activated partial
tromboplasin time (APTT). Tes APTT ialah yang paling banyak dilakukan. Trobosis
umumnya dapat dicegah bila APTT 11atau2-2kali nilai normal (nilai APTT 60-80
detik bila nilai normal 40detik.
 Dosis
Ditentukan berdasarkan pebekuan. Untuk DIC ada yang menganjurkan dimulai
dengan 50 unit per kg pada dewasa dan 25 unit ataukg pada anak tiap 6 jam atau
diberikan secara infus. Untuk anak, dimulai dari 50 untiataukgBB dan selanjutnya
100 unit ataukgBB tiap 4 jam. Pada infus IV pada orang dewasa heparin
20000atau40000 unit dilarutkan dalam 1 liter larutan glukosa 5% atau NaCl 0,9%
dan diberikan dalam 24 jam. Untuk mempercepat timbulnya efek dianjurkan
menamahkan 5000 unit langsung kedalam pipa infus sebelumnya. Kecepatan infus
didasarkan nilai APTT. Untuk anak dimulai dengan 50 unit ataukg diikuti dengan
100unitataukg tiap 4 jam.
Heparin juga dapat dierikan secara SK dalam. Pada orang ddewasa untuk tujuan
profilaksis tromboemboli pada tindakn operasi diberikan 5000 unit 2 jam sebelum
operasi dan selanjutnya tiap 12 jam sampai pasien keluar dari rumah sakit . dosis
penuh biasanya 10000-12000 unit tiap 8 jam atau 14000atau20000 unit tiap 12
jam.Pemakaian heparin IM tidak dianjurkan lagi karena sering terjadi perdarahan
dan hematom yang disertai rasa sakit pada tempat suntikan.
 Efek samping dan intoksikasi
Bahaya utama pemberian heparin secara IV atau SK ialah perdarahan, tetapi jarang
menimbulkan efek samping. Terjadinya perdarahan dapat dikurangi dengan :
o Mengawasiataumengatur dosis obat
o Menghindari penggunaan bersmaan dengan obat yang mengandung aspirin
o Seleksi pasien
o Memperhatikan kontraindikasi pemberian heparin.
 Kontraindikasi
Heparin dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami perdarahan. Heparin
tidak boleh diberikan selama atau setelah operasi mata, otak atau medula spinal,
dan pasien yang mengalami pungsi lumbal atau anestesi blok. Heparin juga
dikontraindikasikan pada pasien yang mendapat dosis besar etanol, peminum
alkohol, dan pasien hipersensitivitas terhadap heparin.
 INDIKASI

53
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral
dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek cepat. Obat ini juga digunakan
untuk profilaksis tromboemboli vena selama operasi dan untuk mempertahankan
sirkulasi ekstrakorporal selama operasi jantung terbuka. Heparin juga diindikasikan
untuk wanita hamil yang memerlukan antikoagulan.
- ANTIKOAGULAN ORAL
Dalam golongan ini dikenal derivat 4 hidroksi kumarin dan derivat indan 1,3 dion.
Pebedaan utama antara kedua derivat tersebut terletak pada dosis,mula kerja,masa
kerja,dan efek sampingnya,sedangkan mekanisme kerjannya sama.
 Mekanisme kerja
Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin K ialah kofaktor yang
berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX, X, yaitu dalam
mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam Gama karboksiglutamat.
Untuk berfungsi vitamin K mengalami siklus oksidasi dan reduksi dihati.
Antikoagulan oral mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi factor-
faktor pembekuan darah terganggu atau tidak terganggu.Faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas. Respons terhadap antikoagulan oral dapat dipengaruhi
oleh banyak factor misalnya supan vitamin K, banyaknya lemak yang terdapat
dalam makanan atau interaksi dengan obat lain.
 Interaksi obat
Meskipun banyak obat mempengaruhi kerja antikoagulan oral pada hewan coba,
ternyata yang jelas mempengaruhi efek antikoagulan oral pada manusia jauh lebih
sedikit. Obat yang mengurangi respon terhadap antikoagulan oral. Barbiturat
menginduksi enzim mikrosom dihati sehingga mengurangi masa paruh kumarin.
Dipercepatnya metabolisme anti koagulan oral obat tersebut menyebabkan dosis
warfarin perlu ditingkatkan 2-4 kali lipat bertahap dalam waktu beberapa minggu
unntuk mengembalikan efektifitas.
 Efek samping
Efek tosik yang paling sering akibat pemakaian antikoagulan oral ialah perdarahan
dengan frekuensi kejadian 2-4%. Perdarahan palng sering terjadi di selput
lendir,kulit,saluran cerna dan saluran kemih. Hematuria sering terjadi karna
gangguan fungsi ginjal,dapat disertai kolik dan hematom intrarenal. Gejala
perdarahan yang mungkin timbul ialah ekimosis,epistaksis,perdarahan

54
gusi,hemoptisis,perdarahan serebral,perdarahan paru,uterus dan hati. Biasanya
berasal dari tukak peptikatau neoplasma.
 Kontraindikasi
Antikoagulan oral dikontraindikasikan pada penyakit-penyakit dengan
kecendrungan perdarahan,diskrasia darah,tukak saluran
cerna,diverticulitis,colitis,endokarditis bacterial subakut,keguguran yang
mengancam,operasi otak dan medulla spenalis,anestesi lumbal ,defisiensi vitamin K
serta penyakit hati dan ginjal yang berat. Pemberian antikoagulan oral pada wanita
hamil dapat menyebabkan perdrahan pada neonates;juga dilapporkan pada
terjadinya embrio pati misalnya kondroplasia pungtata pada janin.
 Indikasi
Seperti halnya heparin, antikoagulanoral berguna untuk pencegahan dan
pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan
dalam jangka panjang. A ntikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan
kecendrungan timbulnya tromboemboli, antara lain infark miokard, peyakit jantung
reumatik,serangan iskemia selintas (transien ischemic attact,TIA),thrombosis
vena,emboli paru dan DIC.
 Dosis
Natrium warfarin :oral,IV,Masa protombin harus ditentukan sbelum mulai terapi
dan selanjutnya tiap hari sampai respon stabil. Setelah taraf mantap tercapai masa
protombolin harus tetap diperiksa dengan interval tertentu secara teratur. Dosis
dewasa biasanya 10-15 mgatauhari untuk 2-4 hari,dilanjutkan dengan 2-
15mgatauhari yang didasarkan pada hasil pemeriksaan masa protombin.Dikumarol:
oral,dosis dewasa 200-300 mg pada hari pertama,selanjutnya pada hari
pertama,selanjutnya 25-100 mgatauhari tergantung pada pemeriksaan waktu pada
protombin. Penyesuain dosis mungkin prlu sering dilakukan selama 7-14 hari
pertama dan masa protombin harus ditentukan tiap hari selama masa tersebut
Dosis penunjang 25-150mgatauhari.
Anisendion: oral, dosis dewasa 300mg pada hari pertama,200mg pada hari kedua
dan 100mg pada hari ketiga. Dosis penunjang baasanya 25-250mgatauhari.

- Antikoagulan pengikat ion kalsium


Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat.
Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak toksik. Tetap idosis

55
yang terlalu tinggi, umpamanya paa transfusi darah sampai ± 1.400 ml dapat
menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan
untuk antikoagulan in vitro, sebab terlalu toksik untuk penggunaan in vivo. Natrium
edetat mengikat kalsium menjadi uraian kalsium menjadi suatu kompleks dan bersifat
sebag`i antikoagulan.
g. Antitrombosit
Antitrombosit adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga
menyebabkan terhambatnya pembentukan thrombus yang terutama sering ditemukan
pada system arteri. Aspirin,sulfinpirazon,dipiridamol dan dekstran merupakan obat yang
termasuk golongan ini. Selain itu beberapa obat yang lainnya misalnya epoprostenol
(prostasiklin,PGI2) dan tiklopidin.
- Aspirin
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2(TXA2) didalam trombosit dan
prostasiklin(PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat secara ireversibel enzim siklo-
oksigenase (akan tetapi siklo-oksigenasedapat dibentuk kembali oleh sel endotel).
Sebagai akibatnya terjadi pengurangan agregasi trombosit. Aspirin dosis kecil (20-40 mg)
hanya dapat menekan pementukan TXA2 tetapi dosis yang terbukti efektif (325mg-
1gatauhari)tidak selektif.Efek samping aspirin misalnya rasa tidak enak perut, mual, dan
perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari tidak lebih dari
325mg. Sebagai antitrobosit dosis yang paling banyak di anjurkan adalah325mgatauhari.
- Dipiridamol
Dipiridamol menghambat ambilan dan metabolisme adenosine oleh eritrosit dan sel
endotel pembuluh darah,dengan demikian meningkatkan kadarnya dalam plasma.
Dipiridamol juga memperbesar efekantiagregasi prostasiklin. Dipiridamol juga sering
digunakan bersama heparin pada penderita dengan katup jantung buatan.
Efek samping yang paling sering yaitusakit kepala biasanya jarang menimbulkan masalah
dengan dosis yang digunakan sebagai antitrombosit. Efek samping lain ialah pusing,sinkop
dan gangguan saluran cerna.
- Gulfinpirazon
Obat ini seperti apirin diperkirakan menghambat bersaing sintesis prostaglandin yang
lebih lemah.
Efek samping yang paling sering ialah gangguan saluran cerna. Efek samping lain ruam
kulit dan kadang-kadang diskrasia darah nefritis intersisial akut,klonik ginjal,dan gagal
ginjal akut dapat terjadi.

56
- Dekstran
Dekstran menghambat perlengketan (adhesiveness) trombosit dan mencegah bendungan
pada pembuluh darah dengan mempengaruhi aliran darah.
- Natrium epoprostenol (prostasiklin, pgi2)
Prostasiklin merupakan metabolit asam arakidonat dan dibentuk oleh endotel pembuluh
darah.
Obat ini menghambat agregasi trombosit dan melebarkan pembuluh darah. Efek samping
obat ini sakit kepala,nausea,muntah,gelisah,cemas,hipotensi,reflex takikardia.
h. Trombolitik
Trombolitik melarutkan thrombus yang sudah terbentuk. Indikasi golongan obat ini ialah
untuk infark miokard akuttrombosis vena dalam dan emboli paru,troboemboli
arteri,melarutkan bekuan darah pada katup jantung buatan dan kateter intravena.
Trombolitik hanya bermanfaat bila umur thrombus kurang dari 7 hari. Indikasi utama obat
ini ialah untuk emboli paru massif dan akut yang dapat mengancam jiwa.Obat-obat yang
termasuk golongan trombolitik ialah streptokinase,urokinas,activator plasminogen.
 Monitoring terapi
Sebelum pengobatan dimulai heparin harus dihentikan dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan laboratorium yaitu waktu thrombin,protombin time,activad partial throm
boplastin time,hemaokrit,kadar fibrinogen dan hitung trombosit,untuk menentukan
ada atau tidaknya pardarahan.
 Efek samping
Trombolitik dapat manyebabkan perdarahan. Streptokinase yang merupakan protein
asing dapat menyebabkan reaksi alergi seperti pluritus,urtikaria,flushing,kadang-
kadang angiodema,bronkospasme.
- Streptokinase
Streptokinase berguna untuk pengobatan fase dini emboli paru akut dan infark
miokard akut. Strepsokinase mengaktivasi plasminogen dengan cara tidak langsung
yaitu dengan bergabung terlebih dahulu dengan plasminogen untuk membentuk
kompleks aktivaktor.selanjutnya kompleks activator tersebut mengkatalisis perubahan
plasminogen bebas menjadiplasmin.
 Dosis
IV: dosis dewasa untuk infark miokrad akut dianjurkan dosis total1,5 juta IU secara
infuse selama 1 jam. Untuk thrombosis vena akut,emboli paru,thrombosis arteri

57
akut atau emboli dapat diberian loading dose 250.000IU secara infuse selama 30
menit diikuti dengan 10.000IUataujam.
- Urokinase
Urokinase diisolasi dari urine manusia,urokinse langsung mengaktifkan plasminogen.
Urokinase juga dapat digunakan tromboemboli pada arteri dan vena.
 Dosis
Dosis yang dianjurkan loading dose 1000-4500 IUataukg secara IV dilanjutkan
dengan infuse IV 4400 IUataukg perjam.Asam aminokaproat merupakan penawar
spesifik untuk keracunan urokinase. Dosis dimulai dengan 5g (oralatauIV),dengan
dosis 1,25g tiap jam sampai teratasi. Dosiis tidak boleh melebihi 30g dalam 24 jam.
Penyuntikan IV dapat menyebabkan hipotensi,bradikardi dan aritmia.
i. Hemotastik
Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.obat-obat
ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Perdarahan
dapat disebabkan oleh defisiensi satu factor pembekuan darah yang bersifat heriditer
,misalnya defisiensi factor anti hemofilik.defisiensi satu factor ,pembekuan darah dapat di
atasi dengan pemberian factor yang kurang yang berubah konsentrat darah
manusia,misalnya factor anti hemofilik,cryprecipitated antihemofilik factor,kompleks factor
IX (komponen tromboplastin plasma).perdarahan dapat pula dihentikan dengan
memberikan obat yang dapat meningkatkan pembentukan factor-faktor pembekuan
darah,misalnya vitamin K,atau yang menghambat mekanisme fibrinolitik seperti asam
aminokaproat.
- Hemostatik lokal
o Hemostatik serap
Hemostatik serap (absorbable hemostatics)menghentikan perdarahan dengan
pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang
mempermudah pembekuan bila diletakkan langsung pada permukaan yang
berdarah.hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal
dari pembuluh darah kecil saja,misalnya kapiler,dan tidak efektif untuk menghentikan
perdarahan arteri atau vena tekanan intravaskularnya cukup besar.termasuk
kelompok ini antara lain spons gelatin,oksisel (selulosa oksida)dan busa fibrin
insane(human fibrin foam).spons gelatin dan oksisel dapat digtnakan sebagai penutup
luka yang akhirnya diabsorsi.untuk absorbs yang sempurna dari ke dua zat ini
diperlukan waktu sampai 6 jam.selulosa oksida dapat mempengaruhi regenasi tulang

58
dan dapat mengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada
patah tulang.
o Astringen
Yang termasuk kelompok ini antara lain feriklorida,nitras argenti,asam tanat.kelompok
ini di gunakan menghentikan perdarahan kapiler.
o Koagulan
Obat kelompok ini pada penggunaan local menimbulkan hemostasis dengan dua cara,
yaitu dengan mempercepat perubahan protombin menjadi thrombin dan secara
langsung mengumpalkan fibrinogen.Aktifaktor protombin. Ekstrak yang mengandung
aktifaktor protombin dapat dibuat antara lain dari jaringan otak yang diolah secara
kering dengan asetat .salah satu contoh adalah Russell’s viper venom yang sangat
efektif sebagai hemostatik local dan dapat digunakan umpamanya untuk alveolus gigi
yang berdarah pada pasien hemofilia ;untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan
segar 0.1%.Trombin. Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk
penggunaan local.
o Vasokontriktor
Epinevrin dan noreprinefrin berefek vasokontriksi, dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.vasopresin yang dihasilkan oleh
hipofisis, pernah digunakan untuk mengatasi perdarahan pasca bedah persalinan.
- Hemostatik sistemik
Dengan mengunakan transfusi darah,sering kali perdarahan dapat dihentikan
segera.perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi factor pembekuan darah tertentu
dapat diatasi dengan mengganti ataumemberikan factor pembekuan yang kurang.

2. Farmako untuk keganasan


a. Defenisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang
bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak
obat yang digunakan dalam Kemoterapi. Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-
sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara
pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat
membunuh sel kanker.
Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi,
merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa

59
macam kanker darah. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan
menggunakan obat sitostatikayaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-
sel kanker.
b. Tujuan Dan Manfaat Dari Pemberian Kemoterapi
Tujuan pemberian kemoterapi
- Pengobatan.
- Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
- Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
- Mengurangi komplikasi akibat metastase.
c. Manfaat Kemoterapi
Manfaat Kemoterapi antara lain adalah sebagai berikut:
- Pengobatan
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis
Kemoterapi atau beberapa jenis Kemoterapi.
- Kontrol
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker agar
tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.
- Mengurangi Gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti meringankan
rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran Kanker pada
daerah yang diserang.
Jenis Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi Kanker
I. Golongan Alkilator
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu :
1. Siklofosfamid
Sediaan : Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan
1,2 gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per
oral.
Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non
Hodgkin, Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium, paru,
Cerviks, Testis, Jaringan Lunak atau tumor Wilm.
Mekanisme kerja : Siklofosfamid merupakan pro drug yang dalam tubuh
mengalami konversi oleh enzim sitokrom P-450 menjadi 4-

60
hidroksisiklofosfamid dan aldofosfamid yang merupakan obat aktif.
Aldofosfamid selanjutnya mengalami perubahan non enzimatik menjadi
fosforamid dan akrolein. Efek siklofosfamid dipengaruhi oleh penghambat
atau perangsang enzim metabolismenya. Sebaliknya, siklofosfamid sendiri
merupakan perangsang enzim mikrosom, sehingga dapat mempengaruhi
aktivitas obat lain.
2. Klorambusil
Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia limfositik
kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin diberikan 1-3 mg/m2/hari sebgai
dosis tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin diperlukan dosis 0,2 mg/kg
berat badan, sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1 mg/kg berat badan).
Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non
Hodgkin, Makroglonbulinemia primer.
Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar nitrogen yang
kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini berguna untuk
pengobatan paliatif leukemia limfositik kronik dn penyakin hodgkin (stadium
III dan IV), limfoma non-hodgkin, mieloma multipel makroglobulinemia
primer (Waldenstrom), dan dalam kombinasi dengan metotreksat atau
daktinomisin pada karsinoma testis dan ovarium.
3. Prokarbazin
Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang
dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama minggu
pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu
berikutnya, kemudian dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung
leukosit dibawah 4000/m2 atau respons maksimal dicapai. Dosis harus
dikurangi pada pasien dengan gangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.
Indikasi : Limfoma Hodgkin.
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja belum diketahui, diduga berdasarkan
alkilasis asam nukleat. Prokarbazin bersifat non spesifik terhadap siklus sel.
Indikasi primernya ialah untuk pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB dan
IV, terutama dalam kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin dan prednison
(regimen MOPP).
4. Karboplatin
Sediaan : Serbuk injeksi 50 mg, 150 mg, 450 mg.

61
Indikasi : Kanker ovarium lanjut.
Mekanisme kerja : Mekanisme pasti masih belum diketahui dengan jelas,
namun diperkirakan sama dengan agen alkilasi. Obat ini membunuh sel pada
semua tingkat siklus, menghambat biosintesis DNA dan mengikat DNA
melalui ikatan silang antar untai. Titik ikat utama adalah N7 guanin, namun
juga terjadi interaksi kovalen dengan adenin dan sitosin.

II. Golongan Antimetabolit


Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu :
- 5-fluorourasil (5-FU)
Sediaan : Obat ini tersedia sebagai larutan 50 mg/mL dalam ampul 10 mL
untuk IV.
Indikasi : Kanker payudara, kolon, esofagus, leher dan kepala, Leukimia
limfositik dan mielositik akut, Limfoma non-Hodgkin.
Target enzim untuk 5-FU ini adalah timidilat sintetase. Perbedaan respon ini
berkaitan erat dengan adanya polimorfisme gen yang bertanggungjawab
terhadap ekspresi enzim timidilat sintetase (TS). Enzim ini sangat penting
dalam sintesis DNA yaitu merubah deoksiuridilat menjadi deoksitimidilat.
Diketahui bahwa sekuen promoter dari gen timidilat sintetase bervariasi pada
setiap individu. Ekspresi yang rendah dari mRNA TS berhubungan dengan
meningkatnya kemungkinan sembuh dari penderita kanker yang diobati
dengan 5-FU.
- Gemsitabin
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk larutan infus 1-1,2 g/m2.
Indikasi : Kanker paru, pankreas dan ovarium.
Mekanisme kerja : Sebelum menjadi bahan aktif, gemsitabin mengalami
fosforilasi oleh enzim deoksisitidin kinase dan kemudian oleh nukleosida
kinase menjadi nukleotida di- dan trifosfat yang dapat menghambat sintesis
DNA. Gemsitabin difosfat dapat menghambat ribonukleotida reduktase
sehingga menurunkan kadar deoksiribonukleotida trifosfat yang penting
untuk sintesis DNA.
- 6-Merkaptopurin
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.

62
Indikasi : Leukimia limfositik akut dan kronik, leukemia mieloblastik akut dan
kronik, kariokarsinoma.
Mekanisme kerja : Merkaptopurin dimetabolisme oleh hipoxantin-guanin
fosforibosil transferase (HGPRT) menjadi bentuk nukleotida (asam-6-
tioinosinat) yang menghambat enzim interkonversi nukleotida purin.
Sejumlah asam tioguanilat dan 6-metilmerkaptopurin ribotida (MMPR) juga
dibentuk dari 6-merkaptopurin. Metabolit ini juga membantu kerja
merkaptopurin. Metabolisme asam nukleat purin menghambat proliferasi sel
limfoid pada stimulasi antigenik.
- Methotrexat
Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml, vial
50 mg/5ml.
Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher
dan kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi
sintesis DNA. Metotreksat berikatan dengan dihidrofolat reduktase,
menghambat pembentukan reduksi folat dan timidilat sintetase,
menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam timidilat. Metotreksat bersifat
spesifik untuk fase S pada siklus sel. Mekanisme kerja metotreksat dalam
artritis tidak diketahui, tapi mungkin mempengaruhi fungsi imun. Dalam
psoriasis, metotreksat diduga mempunyai kerja mempercepat proliferasi sel
epitel kulit.
- Sitarabin
Sediaan : Vial 100 mg/ml, dan Vial 1 g/10 ml.
Indikasi : Termasuk zat paling aktif untuk leukemia, juga untuk limphoma,
leukemia meningeal, dan limphoma meningeal. Sedikit digunakan untuk
tumor solid.
Mekanisme kerja : Inhibisi DNA sintesis. Sitosin memasuki sel melalui proses
carrier dan harus mengalami perubahan menjadi senyawa aktifnya : arasitidin
trifosfat. Sitosin adalah analog purin dan bergabung ke dalam DNA, sehingga
cara kerja utamanya adalah inhibisi DNA polimerase yang mengakibatkan
penurunan sintesis dan perbaikan DNA. Tingkat toksisitasnya mempunyai
korelasi linear dengan masuknya sitosin ke dalam DNA, bergabungnya DNA
dengan sitosin berpengaruh terhadap aktivitas obat dan toksisitasnya.

63
III. Golongan Produk Alamiah
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Produk Alamiah yaitu :
- Vinkristin (VCR)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial berisi larutan 1, 2, dan 5 mL yang mengandung 1
mg/mL zat aktif untuk penggunaan IV.
Indikasi : Leukimia limfositik akut, neuroblastoma, tumor Wilms, Rabdomiosarkoma,
limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
Mekanisme kerja : Berikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula,
menahan sel pada fase metafase dengan mengganggu spindel mitotik, spesifik untuk
fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein
dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
- Vinblastin (VLB)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial 10 mg/10 ml.
Indikasi : Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, kariokarsinoma dan tumor payudara.
Mekanisme kerja : Vinblastin berikatan pada tubulin dan menghambat formasi
mikrotubula, kemudian menahan sel pada fase metafase dengan cara mengganggu
spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam
nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
- Paklitaksel
Sediaan : Anzatax (vial), Ebetaxel (vial), Paxus kalbe farma (vial)
Indikasi : Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan kepala.
Mekanisme kerja : Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan cara berikatan
dengan mikrotubulus yang menyebabkan polimerisasi tubulin. Efek ini menyebabkan
terhentinya proses mitosis dan pembelahan sel kanker.
- Etoposid
Sediaan : Tersedia dalam bentuk kapsul dan larutan injeksi.
Indikasi : Kanker testis, paru, payudara, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, leukimia
mielositik akut, sarkoma kaposi.
Mekanisme kerja : Etoposid bekerja untuk menunda transit sel melalui fase S dan
menahan sel pada fase S lambat atau fase G2 awal. Obat mungkin menginhibisi
transport mitokrondia pada level NADH dehidrogenase atau menginhibisi uptake
nukleosida ke sel Hella. Etoposid merupakan inhibitor topoisomerase II dan
menyebabkan rusaknya strand DNA.

64
- Irinotekan, Topotekan
Indikasi : Karsinoma ovarium, karsinoma paru sel kecil, karsinoma kolon.
Mekanisme kerja : Irinotekan merupakan bahan alami yang berasal dari tanaman
Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat topoisomerase I, enzim yang
bertanggung jawab dalam proses pemotongan dan penyambungan kembali rantai
tunggal DNA. Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan DNA.
- Daktinomisin ( AktinimisinD)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk Injeksi, bubuk untuk rekonstitusi : 0,5 mg
(mengandung manitol 20 mg).
Indikasi : Kariokarsinoma, tumor Wilms, testis, rabdomiosarkoma, sarkoma Kaposi.
Mekanisme kerja : Terikat pada posisi guanin pada DNA, mengalami interkalasi antara
pasang basa guanin dan sitosin sehingga menginhibisi sintesis DNA dan RNA serta
protein.
- Antrasiklin : Daunorubisin, Doksorubisin, Mitramisin
Sediaan : Daunorubisin tersedia dalam bentuk 20 mg daunorubisin hidroklorida
dengan mannitol 100 mg. 2 mg/mL (50 mg) daunorubisin dengan 10 : 5 : 1 rasio molar
distearofosfatidilkolin : kolesterol : daunorubisin. Doksorubisin tersedia dalam bentuk
vial 10 mg dan 50 mg.
Indikasi : Leukimia limfositik dan mielositik akut sarkoma jaringan lunak, sarkoma
ostiogenik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, leukemia akut, karsinoma payudara,
genitourinaria, tiroid, paru, lambung, neuroblastoma dan sarkoma lain pada anak-
anak.
Mekanisme kerja : Interkalasi dengan DNA, mempengaruhi transkripsi dan replikasi
secara langsung. Selain itu, obat ini juga mampu membentuk kompleks tripartit
dengan topoisomerase II dan DNA. (Topoisomerase II adalah enzim dependen ATP
yang terikat pada DNA dan memisahkan untai DNA dimulai dari 3′ fosfat,
menyebabkan DNA terpisah dan kemudian menggabungkannya lagi, fungsi penting
dalam replikasi DNA dan repair). Formasi kompleks tripartit dengan antrasiklin dan
etoposid menghambat pengikatan kembali untai DNA rusak, mengakibatkan
apoptosis. Efek ini memungkinkan sel rusak karena obat ini, sementara adanya
overekspresi repair DNA terkait transkripsi menunjukkan resistensi. Antrasiklin juga
membentuk radikal bebas dalam larutan pada jaringan normal dan maligna.
Intermediat semikuinon yang dihasilkan dapat bereaksi dengan oksigen membentuk
radikal anion superoksida yang membentuk radikal hidroksil dan hidrogen peroksida

65
yang menyerang dan mengoksidasi basa DNA (~kardiotoksisitas). Produksi ini dipicu
interaksi antrasiklin dengan besi. Antrasiklin berik atan dengan membran sel
mempengaruhi fluiditasdan transpor ion.
Inhibisi sintesis DNA dan RNA dengan interkalasi antara basa DNA oleh inhibisi
topoisomerase II dan obstruksi sterik. Doksurubisin menginterkalasi pada titik lokal
″uncoiling″ dari ikatan heliks ganda. Meskipun mekanisme aksi yang pasti belum
diketahui, mekanismenya diduga melalui ikatan langsung DNA (interkalasi) dan
inhibisi pembentukan DNA (topoisomerase II) yang selanjutnya memblokade sintesis
DNA dan RNA dan fragmentasi DNA. Doksorubisin merupakan logam khelat yang
kuat, komplek logam doksorubisin dapat mengikat DNA dan sel membran dan
menghasilkan radikal bebas yang akan merusak DNA dan membran sel dengan cepat.
- Bleomisin
Sediaan : Bleomisin sulfat terdapat dalam vial berisi 15 unit untuk pemberian IV, IM,
atau kadang-kadang SK atau intraarterial.
Indikasi : Kanker paru, lambung dan anus karsinoma testis dan serviks, limfoma
Hodgkin dan non-Hodgkin.
Mekanisme kerja : Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya
terjadi pemutusan untai tunggal dan ganda.
- L-asparaginase
 Sediaan : Obat ini tersedian dalam bentuk serbuk untuk Injeksi.
 Indikasi : Leukemia limfositik akut.
 Mekanisme kerja : Asparaginase menghambat sintesis protein melalui hidrolisis
asparaginase menjadi asam aspartat dan amonia. Sel leukimia, terutama limfoblast,
memerlukan asparaginase eksogen, sel normal dapat memproduksi asparaginase.
Asparaginase adalah daur spesifik untuk fase G1.
Golongan Hormon dan Antagonis
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Hormon dan Antagonis yaitu :
a. Prednison
- Sediaan : Obat tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan kaptab 5 mg.
- Indikasi : Leukemia limfositik akut dan kronik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, tumor
payudara.
- Mekanisme kerja : Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.
b. Medroksiprogesteron asetat
- Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, 100 mg.

66
- Indikasi : Tumor endometrium.
- Mekanisme kerja : Mencegah sekresi gonadotropin pituitari yang akan menghambat
maturasi follicular yang menyebabkan penebalan endometrial.
c. Etinil estradiol
- Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,02 mg, 0,03 mg, 0,05 mg dan 0,5 mg.
- Indikasi : Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan dengan menopause
(Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif mengatasi gejala kecemasan atau depresi yang
mungkin terjadi selama atau sebelum menopause, oleh sebab itu tidak boleh diberikan
untuk indikasi tersebut). Hipogonadism pada wanita. Terapi paliatif karsinoma prostat yang
tak dapat dioperasi, pada tahap lanjut terapi paliatif kanker payudara yang tak dapat
dioperasi, hanya dilakukan dengan pertimbangan khusus : misalnya pada wanita yang
sudah lebih 5 tahun postmenopause dengan penyakit yang makin parah dan resisten
terhadap radiasi.
d. Tamoksifen
~ Sediaan : Tamoksifen tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 20 mg.
~ Indikasi : Tumor payudara.
~ Mekanisme kerja : Berikatan secara kompetitif dengan reseptor estrogen pada tumor
atau target lain, membentuk kompleks nuklear yang menurunkan sintesis DNA dan
menghambat efek estrogen, agen nonstreroidal dengan sifat antiestrogenik yang
berkompetisi dengan estrogen untuk berikatan di bagian aktif pada payudara dan jaringan
lain, sel terakumulasi pada fase Go dan G1. Sehingga tamoksifen lebih sifat sitostatik
daripada sitosidal.
e. Testosteron propionate
~ Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, injeksi, topikal, mucoadhesive, pellet,
dan transdermal.
~ Indikasi : Tumor payudara.
~ Mekanisme kerja : Androgen endogen bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organ seks pria dan mempertahankan karakteristik seks sekunder pada pria
yang mengalami defisiensi androgen.

Macam – Macam Obat Kemoterapi


Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :

67
1. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obst golongan
ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa
melakukan replikasi.
2. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat
menghambat sintesis DNA.
3. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada gangguan
pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis protein,
sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.

Mekanisme Kerja Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi Kanker


Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama
terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut
berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya
semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah , hal ini disebut Kemoresisten.
Pada inti sel, pada waktu sel membelah (mitosis). Makin cepat sel bermitosis, makin
sensitive terhadap kemoterapi. CELL CYCLE PHASE SPECIFIC, yaitu obat yang bekerja pada sel yang
berkembang aktif, jadi harus diberikan secara kontinyu. CELL CYCLE PHASE NON SPECIFIC, yaitu
obat yang bekerja pada sel yang berkembang maupun yang istirahat, jadi dapat diberikan secara
single bolus.

Indikasi Dan Kontraindikasi Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi


Indikasi
Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi :
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan kemoterapi
perlu pertimbangan sbb :
1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status penampilan <= 2
2. Jumlah lekosit >=3000/ml
3. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).

68
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas 70 tahun.
Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status penampilan ini mengambil
indikator kemampuan pasien, dimana penyait kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi
penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang menentukan pilihan
terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya.

Kontra Indikasi Kemoterapi


Kontra indkasi absolut:
· pada stadium terminal
· Kehamilan trimester pertama
· Kondisi septikemia dan koma.
Kontra indikasi relatif :
· Bayi <>8g/dl, leukosit > 3000/mm

Bentuk Sediaan Dan Dosis Dari Obat Kemoterapi


Ø Bentuk Sediaan
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga
tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul).
· Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari. Keuntungan
kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah.
· Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter, rumah sakit, klinik,
bahkan di rumah.
· Dalam bentuk infus. Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh paramedis yang
terlatih).
Ø Dosis
Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB dihitung dengan table
berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila tubuh pasien makin kurus selama pemberian
kemoterapi seri I dan II maka untuk pemberian seri selanjutnya harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB
= 56 kg, TB = 150 cm, LPT = 1,5m2. Dosis obat X : 50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat
obat 50 x 1,5 mg = 75 mg.

Efek Samping Kemoterapi

69
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian,
maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda
walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai
pengaruh bermakna.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum
tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah,
diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang
beberapa lama setelah pemberian sitostatika dan berlangsung tidak melebihi 24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi sumsum
tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi
sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari
ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar
laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar
leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke
empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal
pada minggu keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat
mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus
gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada kebotakan. efek
samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot jantung, sterilitas,
fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf,
gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian besar
penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya iireversibel, kelainan hati
terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang
dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil
dan lebih mudah diatasi.
Tergantung jenisnya, Kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali, tiga
minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa seri penderita harus menjalani Kemoterapi, juga
tergantung pada jenis kanker penderita. Yang paling ditakuti dari kemoterapi adalah efek
sampingnya. Ada orang yang sama sekali tidak merasakan adanya efek samping Kemoterapi. Ada
yang mengalami efek samping ringan. Tetapi ada juga yang sangat menderita karenanya. Ada-
tidak atau berat-ringannya efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal, antara lain

70
jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh Anda, kondisi psikis Anda, dan sebagainya. Efek samping
Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel
kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat.
Karena itu efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah
dengan cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa
waktu setelah pengobatan.

F Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:


1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung
menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga akhir pengobatan.
2. Mual dan Muntah
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada beberapa
orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti
mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah pengobatan Kemoterapi. Mual muntah dapat
berlangsung singkat ataupun lama.
3. Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai dehidrasi
berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare: kurangi makanan berserat,
sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Bila susah BAB:
perbanyak makanan berserat, olahraga ringan bila memungkinkan.
4. Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi
dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah
beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.
5. Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki
serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.
6. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah trombosit
mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.
7. Anemia

71
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb
(hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah seorang
menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.
8. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda! Reaksi tiap orang pada tiap siklus juga
berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan kemoterapi, biasanya dokter
memberikan juga obat-obat untuk menekan efek sampingnya seminimal mungkin. Lagi pula
semua efek samping itu bersifat sementara. Begitu kemoterapi dihentikan, kondisi Anda akan
pulih seperti semula.
Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek samping
kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh Anda. Anda bisa menggunakannya,
tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu dengan dokter Anda juga.
Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang semakin
diterima kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa memberikan kemoterapi herbal
yang bebas efek samping. Kalau Anda bermaksud menggunakannya, pastikan yang menangani
Anda di klinik tersebut adalah seorang dokter medis. Paling tidak Anda harus berkonsultasi
dengan dokter yang merawat Anda, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk
memantau hasilnya.
Cara mengatasi efek samping Kemoterapi
· Pemberian anti mual dan muntah
· Saat merasa mual duduk ditempat yang segar
· Makan makanan tinggi kadar protein dan karbohidrat (sereal, bakso, puding, susu, roti
panggang, sup, yoghurt, keju, susu kental, kurma, kacang, dll)
· Lakukan perawatan mulut dengan menggosok gigi sebelum tidur dan setelah makan. Bila tidak
dapat menggosok gigi karena gusi berdarah, gunakan pembersih mulut
· Berikan pelembab bibir sesuai kebutuhan
· Hindari rokok, makanan pedas dan air es.
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian penderita
kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase, tindakan kemoterapi
hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara
waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap sedangkan kejadian akhir hanyalah Tuhan
yang menentukan.

72
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqien,Arif.2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System


Kardiovaskuler Dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, Suzana.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart. Jakarta : EKG
Setiabudy,Rahajuningsi,SH.1992 Jakarta:Hemostasis dan trombosit.Balai Penerbit FKUI.
Kresno,Boedina,siti.1998 Jakarta:Pengantar hematology dan ilmunohematologi.Balai Penerbit
FKUI.
Widman,K Frances.1989.Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan Laboratorium.Jakarta:Penerbit
Buku kedokteran EGC
Adam, Syamsunir., 1995, DASAR – DASAR PATOLOGI – seri keperawatan, EGC, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
Dorland, 2001, KAMUS KEDOKTERAN, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Gibson, J.M., 1996, MIKROBIOLOGI DAN PATOLOGI MODERN – untuk perawat , EGC, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta
Robbins, Stanley L.; Kumar, Vinay., 1995, BUKU AJAR PATOLOGI I, edisi 4, EGC, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
Chrestella, Jessy. 2009. Neoplasma. Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU:
Medan

Campbell, N. A.; J. B. Reece and L. G. Mitchell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Penerbit Erlangga,
Jakarta. : 438 p.
Harper, H. A. ; V. W. Rodwell and P. A. Mayes. 1977. Biokimia Edisi Ketujuhbelas. Penerbit Buku
Kedokteran E. G. C. Jakarta : 743 p.
Jusup, M. 1989, Genetika I. Struktur dan ekspresi Gen. Institut Pertanian Bogor.
Sugiono. 2004. Asam Nukleat dan Sintesis Protein. Bahan kuliah, Fakultas Biologi UNSOED.
Purwokerto

73

Anda mungkin juga menyukai