Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH GINEKOLOGI

INFERTILITAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Dwi Diana Oktari 5. Thalita Vindy


2. Dora 6. Three Melenchi
3. Esi Mothi 7. Tiza Indah Asnita
4. Febri Yulianti

Dosen Pembimbing : dr. Violita, SpOg

PRODI DIV KEBIDANAN TINGKAT 1


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
2018

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan nikmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Ginekologi, yang berjudul :
“Infertilitas” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bersumber dari semua data yang kami peroleh baik dari
media cetak, media elektronik, serta bimbingan dari dosen mata kuliah. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada dr. Violita, SpOg selaku dosen mata kuliah
Ginekologi, rekan-rekan prodi DIV Kebidanan tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Bengkulu
yang kami banggakan, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Dalam hal ini kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak dalam
menyusun makalah ini sehingga dapat menjadi makalah yang baik dan bermanfaat bagi
kita semua, terutaman mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Bengkulu, Maret 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………..........................................................................................ii

Daftar Isi……………….......................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan masalah…............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infertilitas....................................................................................3
2.2 Tanda-Tanda Infeksi.....................................................................................
2.3 Pemeriksaan Infertilitas................................................................................7
2.4 Penatalaksanaan Infertilitas........................................................................14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai
anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau infertilitas.
Sebagian besar pasangan suami istri berpikir bahwa mereka akan mudah memperoleh
anak. Sebetulnya 1 diantara 10 pasang akan mengalami hambatan untuk mempunyai anak.
Infertilitas bagi pasangan suami istri yang mendambakan anak menimbulkan
kesedihan, kemarahan dan kekecewaan dalam keluarga. Ilmu kedokteran masa kini baru
berhasil menolong 50 % pasangan suami istri untuk dapat memperoleh anak. Ini berarti
separuhnya terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak ( adopsi), poligini
atau bercerai.
Seringkali wanita yang dipersalahkan bila suatu pasangan suami istri sukar
memperoleh keturunan. Sekitar 40 % kasus infertilitas disebabkan oleh kemandulan
wanita, 30 % disebabkan oleh kemandulan pria dan 30% oleh keduanya. Kadang-kadang
dalam pasangan suami istri, pria tidak bisa menerima kenyataan bahwa masalah berasal
dari kedua belah pihak, sehingga akan menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Hal ini
disebabkan karena menganggap infertilitas sebagai suatu hal yang memalukan di
masyarakat, dimana seorang pria diharapkan dapat meneruskan keturunannya sebagai ciri
kejantanan.
Untuk itulah diperlukan suatu penanganan infertilitas yang menyeluruh dari tenaga
kesehatan meliputi pasangan suami istri, keluarga dan lingkungannya, sehingga infertilitas
tidak lagi menjadi suatu masalah yang dapat mengganggu kebahagian keluarga pasangan
suami istri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi infertilias ?
2. Bagaimana tanda-tanda infeksi infertilitas ?
3. Apa saja pemeriksaan infertilitas ?
4. Bagaimana cara penatalaksanaan infertilitas ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi infertilias ?
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai tanda-tanda infeksi infertilitas ?
3. Untuk memahami pemeriksaan infertilitas ?
4. Untuk memahami cara penatalaksanaan infertilitas ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infertilitas

Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan


setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497).

Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan


menghasilkan keturunan (Elizbeth, 639).

Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis
apapun (Djuwantono,2008, hal: 1).

Infertilitas yang didefinisikan sebagai kegagalan untuk hamil setelah satu tahun
mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi,
dianggap sebagai masalah di hampir semua budaya dan masyarakat (Lewis, 2007).

Infertilitas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu primer dan sekunder. Infertilitas primer
terjadi ketika keadaan istri belum pernah hamil sama sekali, sedangkan infertilitas
sekunder terjadi pada istri yang pernah hamil (Easley, 2013).

Pasangan yang mengalami infertilitas sekitar 15% disebabkan oleh subfertilitas


atau kemandulan (yang memiliki ketidakmampuan bawaan untuk hamil) di salah satu
pasangan atau keduanya (Easley, 2013).

3
Pada kasus infertilitas, perempuan memiliki peran sebesar 40%-50% kasus
sedangkan laki-laki sebesar 30% dan penyebab lain sekitar 20% -30% dari pasangan
(Easley, 2013).

2.2 Tanda-Tanda Infeksi

Gejala utama infertilitas adalah tidak dapat hamil. Gejala infertilitas lainnya
biasanya tergantung pada penyebab infertilitas. Beberapa penyakit tertentu dapat membuat
anda sulit hamil, akan tetapi pada beberapa kasus, penyebab infertilitas tidak diketahui.

A. Gejala Infertilitas Pada Wanita


Pada wanita, perubahan siklus menstruasi dan ovulasi (suatu proses pelepasan sel
telur dari indung telur) dapat merupakan suatu gejala penyakit penyebab infertilitas.
Gejala infertilitas yang sering ditemukan pada wanita adalah :
a. Menstruasi abnormal, di mana volume darah yang keluar lebih banyak atau lebih
sedikit daripada biasanya
b. Menstruasi tidak teratur, di mana rentang waktu di antara menstruasi tidak sama
setiap bulannya
c. Tidak mendapat menstruasi, di mana anda sama sekali tidak pernah mendapat
menstruasi atau pernah mendapat menstruasi tetapi kemudian menstruasi berhenti
d. Nyeri saat menstruasi, seperti nyeri pinggang, nyeri perut, dan kram perut
e. Perubahan pada kulit, misalnya jerawat
f. Perubahan gairah seksual
g. Pertumbuhan rambut halus pada bibir, dada, dan dagu
h. Penipisan atau kerontokan rambut
i. Peningkatan berat badan
j. Keluarnya cairan berwarna putih susu dari puting susu, di luar masa menyusui
k. Nyeri saat berhubungan seksual

4
B. Gejala Infertilitas Pada Pria
Gejala infertilitas pada pria biasanya lebih tidak jelas daripada wanita. Gejala yang
dapat ditemukan juga tergantung pada penyebabnya. Gejala tersebut adalah:
a. Perubahan pertumbuhan rambut
b. Perubahan gairah seksual
c. Nyeri, benjolan, atau pembengkakan pada buah zakar
d. Gangguan ereksi dan ejakulasi
e. Buah zakar berukuran kecil dan keras
C. Faktor Yang Mempengaruhi Infertilitas
1. Faktor Fisik
Pada laki-laki
- Kualitas dan kuantitas sperma
- Menderita infeksi virus kelenjar getah bening bawah tulang rahang yang
mengakibatkan kerusakan pada testis.
- Sperma tidak bisa keluar dari penis karena terdapat jaringan parut bekas ulkus
pada saluran sperma yang bisa disebabkan oleh PMS.
- Mengalami gangguan dalam berhubungan seks karena : tidak bisa ereksi,ereksi
kurang lama, terlalu cepat ejakulasi
- Menderita penyakit menahun seperti diabetes, tuberculosis, dan malaria yang
dapat mengganggu kesuburan.

Pada Wanita
- Menderita jaringan parut pada saluran tuba atau dalam uterus. Jaringan parut
tersebut dapat mengganggu perjalanan sperma dan mengganggu sel telur yang
telah dibuahi menempel pada uterus. Jaringan parut dapat disebabkan :
- Infeksi PMS
- Aborsi yang tidak aman
- Pemasangan IUD nonseptik sehingga menimbulkan infeksi.
- Tindakan bedah pada vagina,uterus,tuba atau ovarium
- Tidak terjadi ovulasi. Disebabkan karena gangguan hormon reproduksi.
- Terdapat fibroid dalam uterus. Fibroid dapat mencegah konsepsi atau
menyulitkan kelestarian kehamilan.
- Penyakit menahun
- Penyakit seperti : Diabetes, TBC, Malaria.
5
2. Faktor Psikologis
- Gangguan emosial yang kronis seperti ketakutan dan merasa tidak mampu untuk
menjadi seorang ibu.
- Meningkatnya supersensitifitas karena pengaruh penambahan umur sehingga
menjadi paraniod dan menyebabkan infertilitas.
3. Faktor Lingkungan
- Polusi udara, air yang tercemar, bahan kimia yang dipakai pabrik dan pertanian.
- Merokok, minuman beralkohol dan kopi kental.
- Suhu tinggi pada testis dan penekanan yang terlalu ketat.
- Obat-obatan

Masalah Yang Timbul Akibat Infertilitas


a. Kehilangan kepercayaan diri pada pasangan suami istri karena menganggap diri
tidak mampu mempunyai keturunan.
b. Timbul konflik dalam rumahtangga disebabkan karena salah satu pasangan merasa
kecewa terhadap pasangannya yang tidak bisa membuat keturunan sampai berakhir
dengan perceraian.
c. Masih ada pandangan masyarakat bahwa terjadinya infertilitas itu yang disalahkan
adalah wanita, karena wanita baru bisa baru bisa diterima status warga masyarakat
sepenuhnya apabila telah menjadi seorang ibu.
d. Trauma dan kecewa terhadap diri sendiri karena merasa tidak sempurna sebagai
wanita.
e. Menimbulkan perasaan rendah diri dan kebuntuan dimasa-masa mendatang.
f. Mengalihkan fungsi keibuan pada interes-interes lain seperti mengutamakan pada
kegiatan erotik dan seksual.
g. Mengabdikan diri pada satu ideologi atau satu interes emosional tertentu.

6
2.3 Pemeriksaan Infertilitas
A. Syarat-syarat Pemeriksaan

Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu berarti, kalau
istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan itu tidak diperiksa.

Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut :

1. istri yang berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha mendapatkan
anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila :
a) pernah mengalami keguguran berulang
b) diketauhi mengidap kelainan endokrin
c) pernah mengalami peradangan rongga panggul atau
d) pernah mengalami bedah ginekolgi
2. istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa padaa kesempatan pertama
pasangan itu datang ke dokter.
3. Istri pasangan infertil antara 36-40 tahun hanta dapat dilakukan pemeriksaan
infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu
anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri
atau anaknya.

B. Langkah pemeriksaan
Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari
penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut.
Pemeriksaan Umum
1. Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum
dan khusus.
Anamnesa umum : Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan
seksual, tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan
seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak,
umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.

7
Anamnesa khusus :
a. Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/
haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah
keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat
reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).
b. Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit
hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu
kecil.
2. Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu dan pernafasan).
3. Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin
meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.
4. Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan roentgen
ataupun USG.

Pemeriksaan Khusus

1. Masalah air mani


Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya.

Penampungan air mani


Sperma diperiksa dan ditampung setelah pasangan tidak melakukan senggama
selama 3 hari dan diperiksa segera setelah dikeluarkan.
Karakteristik air mani
a. Koagulasi dan likuefaksi. Air mani yang diejakulasi dalam bentuk cair akan
segera menjadi “agar” atau koagulum, untuk kemudian melikuetaksi lagi dalam
5-20 menit menjadi cairan yag agak pekat untuk memungkinkan spermatozoa
bergerak dengan leluasa. Kedua proses ini diatur oleh enzim proteolitik.

8
b. Viskositas. Setelah berlikuefaksi, ejakulat akan menjadi cairan homogen yang
agak pekat, yang dapat membenang kalau dicolek dengan sebatang lidi. Daya
membenangnya dapat mencapai 3-10 cm. Makin panjang membenangnya makin
tinggi viskositasnya. Pada umumnya viskositas tinggi tidak mempengaruhi
masalah infertilitas, kecuali kalau pemeriksaantampak spermatozoa seperti
bergerak dalam lumpur, atau bergerak ditempat.
c. Rupa dan bau. Air mani yang baru diejakulasi rupanya putih-kelabu, seperti agar-
agar. Setelah berlikuefaksi menjadi cairan, terlihat jernih atau keruh, tergantung
dari konsetrasi spermatozoa yang dikandungnya. Baunya langu, seperti bunga
akasia.
d. Volume. Setelah anstiensi selama 3 hari, volum air mani berkisar antara 20-50
ml. Volume yang kurang dari 1 ml atau lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar
kadar spermatozoa rendah dan merupakan masalah infertilitas.
e. pH. Air mai yang baru diejakulasi pH-nya berkisar antara 7,3-7,7 yang jika
dibiarkan ebih lama pH-nya akan meningkat karena penguapan CO2. Apabila pH
lebih dari 8, ha itu mungkin disebabkan karena peradangan mendadak kelenjar
atau saluran genital, sedngkan pH yang kurang dari 7,2 mungkin disenankan
perangan menahun kelenjar tersebut.
f. Fruktosa. Merupakan hasil vesikula seminalis yang menunjukkan adanya hasil
vesikula seminalis yang menunjukkan adanya rangsangan androgen. Fruktosa
terdapat pada semua sir mani kecuali pada :
- Azoospermia
- Kedua duktus ejakulatorinya tertutup
- Keadaan luar biasa dari ejakulasi retrograd, dimana sebagian kecil ejakulat
yang tidak mengandung spermatozoa sempat keluar

Penilaian sperma meliputi :


a. Makroskopis : warna, volume, pH, bau.
b. Mikroskopis : jumlah, bentuk, motilitas, morpologi
1) Konsentrasi spermatozoa. Menghitung konsentrasi spermatozoa dalam air
mani sama caranya dengan menghitung sel darah. Cairan pengencernya yaitu
larutan george yang mengandung formalin 40%, sehingga spermatozoa
menjadi tidak bergerak karenanya. Untuk menghitung kadar spermatozoa
yang bergerak digunakan larutan 0,9% NaCl, yang tidak membunuh
9
spermatozoa yang bergerakdengan demikian yang dihitung hanya
spermatozoa yang tidak bergerak saja. Selisih antara penghitungan larutan
pengencer george dengan 09% NaCl menghasilkan konsentrasi spermatozoa
yang bergerak. Makin rendah konsentrasi spermatozoa semakin kecil
kemungkina untuk menghamilkannya, dan jika konsentrasinya kurang dari 10
juta/ml sungguh jarang tapi tidak mustahil kehamilan dapat terjadi.
2) Mortilitas spermatozoa. Lebih penting dibandingkan konsentrasi
spermatozoa. Setetes air mani diletakkan pada gelas obyek, kemudian ditutup
dengan gelas penutup. Presentase spermatozoa motil ditaksir setelah
memeriksa 25 LPB.
3) Morfologi sperma. Dilakukan dengan puasan sediaan-usp air mani, kemudian
menghitung jenis spermatozoanya.

2. Masalah Vagina

Masalah vagina yang menghambat penyampaian air mani adalah adanya sumata
atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan
simbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.

10
3. Masalah Servik

Infertilitas yang disebabkan faktor serviks dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis
servikalis, lendir serviks yang abormal, malposisi dari serviks atau kombinasinya.
Terdapat berbagai kelainan antomi serviks yang dapat berperan dalam infertilitas,
yaitu cacat bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan
(servitis menahun) dan insemnia yang tidak adekuat.
a. Kekentalan lendir servik. Pada stadium proliferasi lendir servik agak cair karena
pengaruh estrogen, sedangkan pada stadium sekresi lendir servik kental karena
pengaruh progesteron.
b. pH lendir servik. Lendir servik bersifat alkalis dengan pH 9
c. Enzim proteolitik. Mempengaruhi viskositas lendir serviks
d. Immunoglobulin. Dapat menimbulkan aglutinasi dari sperma.

Pemeriksaannya menggunakan:

a. Sim Huhner Test. Adalah uji pasca senggama pada pertengahan siklus haid,
dilakukan 2 jam setelah senggama untuk menilai ketahanan hidup sperma dalam
lendir servik.
Cara pemeriksaan : setelah abstinensi selama 2 hari, pasangan dianjurkan
melakukan senggama 2 jam sebelum saat yang ditentukan untuk datang ke
dokter. Dengan spekulum vagina kering, serviks ditampilkan, kemudian lendir
serviks yang tampak dibersihkan dengan kapas kering pula. Jangan
menggunakan kapas basah oleh antiseptik karena dapat mematikan spermatozoa.
Lendir serviks diambil dengan isapan semprit tuberkulin, kemudian
disemprotkan keluar pada gelas obyek lalu ditutup dengan gelas penutup.
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan lapangan pandang besar (LPB).

11
b. Kurzrock Miller Test. Adalah uji sederhana untuk mengukur kemampuan
sperma masuk kedalam lendir serviks. Caranya dengan menempatkan setetes air
mani dan setetes lendir serviks pada gelas obyek, keudian kedua bahan itu
disinggungkan satu sama lain dengan meletakkan sebuah gelas penutup
diatasnya. Spermatozoa akan tampak menyerbu lendir serviks, didahuui oleh
pembentukan phalanges air mani ke dalam lendir serviks. Pembentukan
phalanges ini bukan merupakan kegiatan spermatozoa, melainkan fenomena
fisik kalau dua cairan yang berbeda viskositas, tegangan permukaan, dan
reloginya bersinggungan satu sama lain dibawah gelas penutup.

4. Pemeriksaan Tuba

Peranan faktor tuba yaitu sekitar 20-50%, sehingga dapat dikatakan faktor tuba
paling sering ditemukan dalam masalah infertilitas. Oleh karena itu, pemeriksaan
tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan yang penting dalam pengelolaan
infertilitas.
Cara pemeriksaannya :
a. Pertubasi ( Rubin Test ). Adalah pemeriksaan patensi tuba dengan jalan
meniupkan gas CO2 melalui kanula / kateter folley yang dipasang pada kanalis
servikalis, apabila salah satu atau kedua tuba paten, maka gas akan mengalir
bebas kedalam kavum peritonei. Kalau tekanan gasnya naik dan bertahan sampai
200 mmHg, tentu ada sumbatan tuba. Kalau naiknya hanya sampai 80-100
mmHg, salah satu atau kedua tubanya pasti paten. Kehamilan yang belum
disingkirkan, peradangan alat kelamin perdarahan alat kelamin,dan kuretase
yang baru dilakukan merupakan indikasi kontra pertubasi. Saat yang terbaik
untuk pertubasi adalah setelah haid bersih dan sebelum ovulasi atau pada hari
ke-10 siklus haid.

12
b. Histerosalpingografi. Adalah pemeriksaan untuk mengetahui bentuk cavum uteri
dan bentuk dari saluran tuba apabila terdapat sumbatan, dengan menyuntikan
cairan contras yang akan melimpah ke kavum peritonei kalau tubanya paten, dan
penilaian dilakukan secara radiografik.
c. Kuldoskopi. Untuk melihat secara langsung melalui suatu alat keadaan tuba dan
ovarium.
d. Laparaskopi. Untuk melihat secara langsung keadaan genitalia interna dan
sekitarnya.

5. Masalah Ovarium

Deteksi ovulasi merupakan bagian integral dari pemeriksaan infertilitas karena


kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa adanya ovulasi. Ovulasi yang jarang tejadi
juga dapat menyebabkan infertilitas. Siklus haid yang teratur dan lama haid yang
sama biasana merupakan siklus haid yang berovulasi. Siklus haid yang tidak teratur,
dengan lama haid yang tidak sama, sangat mungkin disebabkan anovulasi. Amenore
hampir selalus disertai dengan kegagalan ovulasi
a. Perubahan lendir serviks. Ovulasi terjadi bersamaan dengan memuncaknya
pengaruh estrogen pada pertengahan siklus haid. Sesungguhnya penurunan
pengaruh estrogen setelah memncak itulah yang dipakai sebagai petunjuk
terjadinya ovulasi. Oleh karena itu, pemeriksaan lendir serviks dan usap vagina
secara serial dapat menentukan telah terjadinya dan saat terjadinya ovulasi ,
berdasarkan perunahan0perunahan sebagai berikut :
1) Bertambah besarnya pembukaan ostium eksternum serviks
2) Bertamba banyaknya jumlah, bertambah panjamgnya daya membenang,
bertambah jernihnya dan bertambah rendahnya viskositas lendir serviks
3) Bertambah tingginya daya serbu spermatozoa

13
b. Catatan suhu basal badan.
c. Sitologi vagina hormonal. Menyelidiki sel-sel yang terlepas dari selaput lendir
vagina. Pemeriksaannya yaitu :
1) Sebuah tablet nimorazol dimasukkan kedalam vagina 2 hari sebelum setiap
kali pemeriksaan
2) Pemeriksaan pada hari ke-8, 12, 18, dan 24 dari siklus haid
3) Pasien dilarang bersenggama, diperiksa dalam, atau membilas vagina dalam
24 jam sebelum pemeriksaannya
4) Deengan spekulum vagina bersih, fornises lateralis ditampilkan
5) Lendir vagina dari fornis lateralis diusap dengan spatl kayu atau plastik yang
bersih, kemudian oleskan pada sebiah gelas obyek yang baru
6) Difiksasi dengan alkohol 95%
7) Diwarni dengan pulasan harris shorr
d. Pemeriksaan hormonal. Pada fungsi ovarium yang tidak aktif, nilai FSH yang
rendah sampai normal menunjukkan kelainan pada tinkat hipotalamus atau
hipofisis, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kelainan primernya pada
ovarium
e. Biopsi endometrium.

2.3 Penatalaksanaan Infertilitas


A. Wanita
Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital. Pemberian terapi obat, seperti
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus,
peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh.
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi
dini yang adekuat

GIFT ( gemete intrafallopian transfer )

- Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
- Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
- Pengangkatan tumor atau fibroid
14
- Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
B. Pria
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.

2.4 Peran Bidan Komunitas Terhadap Tingkat Kesuburan


A. Fertilitas dengan KB
B. Infertilitas :
1. Melakukan rujukan sehingga pasangan infertil mendapat penanganan yang tepat
2. Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung masa subur,
makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau isteri
3. Mencari ketenangan psikologi

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan
setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497)
Pasangan yang mengalami infertilitas sekitar 15% disebabkan oleh subfertilitas atau
kemandulan (yang memiliki ketidakmampuan bawaan untuk hamil) di salah satu pasangan
atau keduanya (Easley, 2013)
Gejala utama infertilitas adalah tidak dapat hamil. Gejala infertilitas lainnya biasanya
tergantung pada penyebab infertilitas.
Pemeriksaan Masalah-Masalah Infertilitas, meliputi :
1. Masalah Air Mani
2. Masalah Vagina
3. Masalah Servik
4. Pemeriksaan Tuba
5. Masalah Ovarium

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah yang akan datang.
Dengan dibuatnya makalah ini semoga bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat
menambah pengetahuan kita semua untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : YAYASAN BINA PUSTAKA


SARWONO PRAWIROHARDJO.

http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/05/infertilitas-pengertian-penanganan.html
(diakses ada tanggal 02-03-2017)

17

Anda mungkin juga menyukai