Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(TAKDIR)

MENURUT SYARIAT ISLAM

Disusun Oleh :

Nama : RUDI WANDIRO

No : 2014 – 513 – 991

TAHUN AKADEMIK 2014/2015


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya makalah
yang berjudul "perkembangan dunia bisnis". Atas dukungan moral dan materi
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :

H Zarkasi, S.Ag, MM selaku guru Pembimbing kami, yang memberikan


dorongan, masukan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

karanganyar, 29 desember 2014


DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………........................

Kata Pengantar…………………………………………………….......................

Daftar Isi………………………………………………………………………….

1. Definisi Takdir…………………………………………………………….

2. Pengertian Takdir Mubrom dan Muallaq…………………………………

3. Dalil Al-Qur’an dan hadist takdir dalam Al-Qur’an dan Hadist


…………………………………………………………………………….
4. Pendapat Ulama …………………………………………………………..
4.1. Yusuf Qardhawi……………………………………………………….
4.2. Imam Thawawi…………………………………………………………
4.3. Ibnu hajar Al-Asqalani…………………………………………………
4.4. Ibnu Taimiyah…………………………………………….....................

5. Takdir bisa dirubah atau tidak ?...................................................................

6. Jodoh itu takdir Mubrom dan Muallaq…………………………………….

Kesimpulan……………………………………………………………………….

Penutup…………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka……………………………………………………………………
TAKDIR

Takdir adalah ketentuan Allah yang ditetapkan sejak zaman azali (dahulu).
Dalam bahasa Indonesia takdir disebut nasib. Dalam bahasa Arab takdir disebut
dalam dua kata yaitu qadha dan qadar. Kedua kata ini bermakna sama (sinonim)
tapi ada juga yang memberi makna berbeda. Menurut ulama, takdir ada yang
bisa berubah ada yang tidak bisa berubah. Yang pertama disebut takdir mualaq
sedang yang terakhir disebut takdir mubrom. Adanya takdir mualaq berdasar
pada QS Ar-Ra'd :39. Sedangkan takdir mubrom berdasarkan pada QS Ali
Imron :154 dan sejumlah ayat lain. Dalam bahasa Inggris takdir disebut
predestination.

TOPIK KONSULTASI ISLAM

PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN TAKDIR: MUALLAQ DAN MUBROM

TAKDIR MUBROM

TAKDIR MUALLAQ

DALIL AL-QURAN DAN HADITS TAKDIR DALAM QUR’AN DAN


HADITS

PENDAPAT ULAMA TENTANG TAKDIR

YUSUF QARDHAWI

IMAM THAHAWI

IBNU HAJAR AL-ASQALANI

IBNU TAIMIYAH

TAKDIR BISA BERUBAH ATAU TIDAK?

JODOH ITU TAKDIR MUBROM DAN MUALLAQ

CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM

PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN TAKDIR: MUALLAQ DAN MUBROM


Takdir atau qadha dan qadar ada dua macam yaitu takdir muallaq dan takdir
mubrom.

TAKDIR MUBROM

Takdir Mubrom adalah takdir azali yang tidak bisa berubah. Takdir inilah yang
sudah tertulis di Lauh Mahfudz.

TAKDIR MUALLAQ

Takdir Muallaq adalah takdir yang berada di buku yang dipegang malaikat.
Takdir muallaq dapat berubah. Takdir ini yang dimaksud dalam QS Ar-Ra'd :30
"Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki)"

DALIL AL-QURAN DAN HADITS TAKDIR DALAM QURAN DAN


HADITS

- ََQS Yunus :61

‫صغر ِّم ْن َٰذ ِّلك‬ْ ‫اء وَل أ‬ ِّ ‫سم‬ ِّ ‫ب ع ْن ربِّك ِّم ْن ِّمثْقا ِّل ذ َّرةٍ فِّي ْاْل ْر‬
َّ ‫ض وَل فِّي ال‬ ُ ‫َما ي ْع ُز‬
‫ين‬
ٍ ِّ‫ب ُمب‬ ٍ ‫وَل أ ْكبر إِّ ََّل فِّي ِّكتا‬
Artinya: Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom)
di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih
besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh).

- QS Al-Hadid :22

ۚ ‫ب ِّم ْن ق ْب ِّل أ ْن نبْرأها‬ ِّ ‫صيب ٍة فِّي ْاْل ْر‬


ٍ ‫ض وَل فِّي أ ْنفُ ِّس ُك ْم ِّإ ََّل فِّي ِّكتا‬ ِّ ‫ما أصاب ِّم ْن ُم‬
َّ ‫ِّإ َّن َٰذ ِّلك على‬
‫َّللاِّ يسِّير‬

Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.

- QS Ash-Shaffat :96

‫َّللاُ خلق ُك ْم وما ت ْعملُون‬


َّ ‫و‬
Artinya: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu"

- QS Al-Mulk :14

ُ ‫يف ْالخ ِّب‬


• ‫ير‬ ُ ‫أَل ي ْعل ُم م ْن خلق و ُهو اللَّ ِّط‬

Artinya: Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu
lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?

- QS Ar-Ra'd 38-39

ِّ ‫َّللاُ ما يشا ُء ويُثْ ِّبتُ ۖ و ِّع ْندهُ أ ُ ُّم ْال ِّكتا‬


‫ب‬ َّ ‫ِّل ُك ِّل أج ٍل ِّكتاب َ ْم ُحو‬

Artinya: Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu). Allah menghapuskan apa
yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-
lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).

- Hadits riwayt Tirmidzi

Takdir tidak bisa ditolak kecuali dengan doa. Umur tidak bisa bertambah
kecuali dengan amal kebaikan.

- Hadits Bukhari & Muslim

Bangsiapa yang ingin dipermudah rizkinya..., maka lakukan silaturrahmi


(menyambung kekerabatan)

- Hadits riwayat Tirmidzi

Silaturahim itu disukai dalam keluarga, memperbanyak harta, dan


memperpanjang usia

- Hadits riwayat Tirmidzi

Silaturrahmi dan menjalin hubungan baik dengan tetangga itu memakmurkan


rumah dan menambah umur
PENDAPAT ULAMA TENTANG TAKDIR

Pendapat para ulama Ahlussunnah Wal Jamaah tentang takdir (qadha qadar)
dari ulama salaf (klasik) sampai ulama kontemporer.

PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG TAKDIR (QADHA &


QADAR)

Berdasarkan pada firman Allah QS Yunus :61, Al-An'am :59, Al-Hadid :22
Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa:

(a) Seluruh yang ada di alam ini tertulis dan tercatat:

Bahwa seluruh perkara yang ada di alam semesta ii tertulis dan tercatat itu
sudah dimaklumi secara agama dan tidak diragukan lagi. Walaupun kita tidak
mengetahui bagaimana bentuk penulisan dan format kitab atau bukunya. Apa
yang kita ketahui adalah bahwa Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta
ini, baik langit dan buminya, benda mati dan hidupnya, berdasarkan pada
ketentuan (takdir) azali Allah. Dan bahwa ilmu Allah mengetahui setiap sesuatu
dan detail jumlah hitungannya. Dan bahwa setiap peristiwa yang terjadi di alam
itu dapat terjadi sesuai dengan ilmu dan kehendak-Nya. Lihat, QS Yunus :61,
Al-An'am :59, Al-Hadid :22

(b) Ilmu yang menyeluruh, hitungan yang detail, dan catatan yang meliputi pada
segala sesuatu dan peristiwa sebelumnya terjadinya itu tidak menafikan adanya
ijtihad dalam berbuat dan membuat sebab.
Karena Allah sebagaimana telah membuat akibat juga telah menciptakan sebab.
Dan sebagaimana mentakdirkan hasil, Allah juga menciptakan tahapan proses
untuk mencapainya. Allah tidak mentakdirkan seorang pelajar yang lulus saja
dalam arti ia dapat mencapai hasil ini dengan cara apapun, akan tetapi Allah
mentakdirkan dia berhasil dengan beberapa tahapan proses seperti rajin belajar,
semangat, energik, sabar, tidak mudah putus asa dan faktor-faktor lain yang
menjadi sebab keberhasilannya. Semua ini ditentukan (ditakdirkan; Arab,
muqoddar) dan tertulis (maktub). Ketentuan secara tertulis ini dalam arti bahwa
melakukan sebab itu tidak menafikan takdir, tetapi justru bagian dari takdir itu
sendiri. Karena itulah ketika Nabi Muhammad ditanya tentang masalah obat dan
sebab yang menjaga dari perkara yang tidak disukai apakah beliau menolak dari
takdir Allah? Jawab Nabi: Ini bagian dari takdir Allah (hadits hasan riwayat
Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi).

Ketika wabah endemi menyebar di Syam (sekarang Suriah, Lebanon), Umar bin
Khattab dengan konsultasi dengan Sahabat memutuskan untuk tidak masuk ke
negara itu dan kembali dengan rombongan. Umar ditanya: Apakah engkau akan
lari dari takdir Allah wahai Amirul Mukminin? Umar menjawab: Iya. Kami lari
dari satu takdir Allah menuju takdir Allah (yang lain). Apa yang kamu lakukan
apabila kamu melewati dua tempat yang satu berdebu sedang yang lain kering?
Bukankah apabila kamu menghindari tempat berdebu, kamu melakukannya
dengan takdir Allah dan apabila menghindari tempat kering maka kamu
melakukannya dengan takdir Allah juga?

(c) Takdir adalah perkara gaib yang tertutup bagi kita. Kita tidak akan tahu
takdir sesuatu kecuali setelah terjadi. Adapun sebelum terjadi, maka kita
diperintahkan untuk mengikuti aturan hukum alam (sunnah kauniyah), dan
panduan syariah untuk memelihara kebaikan bagi dunia dan akhirat kita.

Perkara ghaib adalah ketentuan yang tertutup dari mata makhluk. ia tidak
tampak kecuali sedikit dan secara sporadis.
Sunnah atau aturan Allah pada alam dan syariah-Nya mewajibkan kita untuk
melakukan sebab sebagaimana hal itu dilakukan oleh seorang manusia yang
paling kuat imannya pada Allah, dan pada takdir-Nya yaitu Rasulullah. (Dalam
berperang) Nabi selalu bersikap hati-hati, menyiapkan tentara dengan baik, dan
mengirim intelijen, memakai pakaian perang, pengaman kepala, menggali parit
di sekitar Madinah, memberi ijin umat Islam yang tertindas untuk imigrasi ke
Habasyah dan Madinah termasuk Nabi sendiri. Nabi juga melakukan usaha-
usaha maksimal saat hijrah .. menyiapkan kendaraan dan pemandu yang
menemaninya, merubah jalur perjalanan agar tidak diketahui musuh,
bersembunyi di gua, makan dan minum dan menyiapkan makanan yang cukup
setahun untuk keluarganya dan tidak menunggu rejeki turun dari langit. Nabi
pernah berkata pada orang yang bertanya apakah ia harus mengikat untanya atau
melepasnya? Nabi menjawab: ikatlah dan bertawakallah (hadits hasan riwayat
Ibnu Hibban dari Amr bin Umayah al-Dhoari. Ibnu Khuzaimah dan Tabrani
meriwayatkan dengan sanad yang baik dengan kalimat: "‫ "وتوكل قيدها‬ikatlah dan
tawakal-lah. Nabi bersabda: "Larilah dari penyakit lepra seperti larimu dari
singa (hadits riwayat Bukhari). Nabi bersabda: ‫ مصح على ممرض يوردن ال‬Artinya:
Pemilik unta jangan mencampur antara unta yang sakit dengan yang sehat agar
tidak menular.

(e) Iman atau percaya pada takdir bukan berarti tidak bekerja dan berusaha dan
bersungguh-sungguh dalam melakukan apa yang kita ingin, dan menjauhi
perkara yang akan menyebabkan gagal.

Oleh karena itu tidak ada alasan atau dalih bagi pemalas dan yang suka santai
untuk bersembunyi di balik takdir atas kesalahan, kekeliruan, dan kegagalannya.
Ini bukti dari kelemahan dan lari dari tanggung jawab. Filosof Pakistan, Dr.
Muhammd Iqbal berkata: Muslim yang lemah menyalahkan takdir Allah.
Sedangkan muslim yang kuat meyakini bahwa takdir Allah itu tidak dapat
ditolak dan dikalahkan.

Manusia hendaknya tidak menjadikan takdir sebagai alasan kecuali setelah


mengerahkan segala usaha yang maksimal. Setelah itu ia boleh berkata: Inilah
takdir Allah.
Seorang laki-laki yang menang berada di depan Nabi. Yang kalah berkata:
Cukuplah Allah bagiku. Nabi marah mendengar itu dan melihat bahwa dari luar
tampak kalimat tersebut seperti beriman tapi dalamnya lemah. Nabi bersabda :
"‫العجز على يلوم هللا إن‬، ‫بالكيس عليك ولكن‬، ‫"هللا حسبي فقل أمر غلبك فإذا‬
Allah tidak suka pada kelemahan. Engkau harus berusaha. Apabila gagal, maka
katakan 'cukuplah Allah bagiku'.

(f) Buah Iman pada Takdir

Buah dari percaya pada takdir Allah adalah ketika manusia telah berusaha
maksimal dan mengerahkan segala daya upaya yang ada dan gagal maka
kegagalan itu tidak akan membuatnya putus asa. Ia akan tetap memiliki
kemauan untuk berjuang, keberanian saat bahaya, sabar saat kesulitan ekonomi,
dan ridho pada hasil rejeki yang halal saat tidak mudah dalam mendapatkan
penghasilan.

Saat sulit ia akan berkata: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa
yang telah ditetapkan Allah untuk kami (QS At-Taubah :51)

Saat berperang ia akan berkata: Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di


rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu
keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh" (QS Ali Imron :154)

Saat ditimpa musibah ia akan berkata: Allah telah mentakdirkan ini. Apa yang
Allah kehendaki, maka Ia lakukan.

Akidah takdir apabila kita mengerti pada maknanya yang benar maka akan bisa
menciptakan sebuah umat yang enerjik, pekerja keras, sabar, tahan uji dan
persisten. (Lihat, http://goo.gl/ohIrJW)
IBNU HAJAR AL-ASQALANI

Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Fathul Bari

Perkara yang sudah lalu dalam ilmu Allah tidak akan dapat berubah. Yang
boleh dan bisa berubah dan berganti adalah sesuatu yang tampak pada manusia
yakni perbuatan pelaku. Hal itu tidak jauh hubungannya dengan ilmu malaikat
hafadzah (penjaga) yang diwakilkan (diutus) pada manusia. Maka terjadilah
penghilangan (pengurangan) dan ketetapan seperti bertambah atau
berkurangnya usia seseorang.

IBNU TAIMIYAH

Ibnu Taimiyah

Allah menulis usia seseorang pada buku catatan malaikat. Apabila orang itu
melakukan silaturrahim maka bertambahlah usia yang tertulis, apabila
melakukan sesuatu yang dapat mengurangi umur, maka berkurangnya usia yang
tertulis. Inilah makna hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab di mana
ia berkata (berdoa): "Ya Allah apabila engkau menulisku sebagai orang yang
celaka maka hapuslah dan tulislah aku sebagai orang yang beruntung.
Sesungguhnya engkau dapat menghapus dan menetapkan apapun yang Engkau
kehendaki."

Allah mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi dan apa yang tidak terjadi.
Kalau sudah terjadi dan bagaimana kejadiannya. Allah tahu apa yang ditulis
atau ditentukan pada seseorang dan apa yang ditambahkan padanya setelah itu.
Sedangkan malaikat tidak tahu itu kecuali apa yang sudah diberitahu Allah.
Allah tahu semuanya sebelum dan sesudah adanya. Itulah sebabnya ulama
berkata: Penghapusan dan penetapan berada dalam buku malaikat. Adapun ilmu
Allah maka tidak berbeda. Tidak ada yang tidak diketahui Allah karena itu
maka tidak ada penghapusan dan penetapan. Adapun Lauh Madfudz: Apakah
ada penghapusan dan penetapan? Ada dua pendapat dalam soal ini.

IMAM THOHAWI

Imam Thahawi dalam Tafsir Al-Tahawi menguraikan soal takdir sebagai


berikut:

Takdir adalah setiap sesuatu yang berjalan dengan takdir atau ketetapan dan
kehendak Allah. Kehendak Allah itu lestari. Dan tidak ada kehendak bagi
manusia kecuali atas kehendak Allah. Apa yang dikehendaki Allah maka
terjadi, apa yang tidak dikehendaki tidak terjadi. Tidak ada yang bisa mencegah
pada takdir-Nya. Tidak ada yang dapat menandingi hukumnya. Dan tidak ada
yang dapat mengalahkan perintahNya.

Iman pada takdir ada empat tingkatan:

1. Iman pada ilmu Allah yang qadim (dahulu)

2. Iman pada tulisan Allah di Lauhul Mahfudz

3. Iman pada kehendak Allah yang terjadi dan kemampuan (qudrat0 Allah yang
menyeluruh.

4. Iman pada kemampuan Allah mewujudkan setiap makhluk. Dia-lah Sang


Pencipta sedang yang lainnya adalah yang dicipta (makhluk).

Memperdalam tentang takdir tidak boleh, Rasulullah telah melarang kita. Asal
dari takdir adalah rahasia Allah atas makhluknya yang tidak diketahui malaikat
dan Rasulnya.
Mendalami soal takdir ini akan merugikan, dan melewati batas. Hati-hatilah dari
hal itu agar tidak terjadi kebingungan berfikir dan was-was. Allah telah
mempersimpit ilmu tentang takdir pada makhluknya dan melarang manusia dari
mencarinya sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Anbiya' :23 "‫ال‬ ُ‫سأ َ ُل‬
ْ ُ‫ع َّما ي‬
َ
َُ ُ‫سأَل‬
ُ‫ون َُو ُه ُْم يَ ْفعَ ُل‬ ْ ُ‫ "ي‬Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan
merekalah yang akan ditanyai.

TAKDIR BISA BERUBAH ATAU TIDAK?

Dalam menafsiri QS Ar-Ra'd ayat 39 para Sahabat berbeda pendapat terutama


antara Ibnu Abbas dan Umar dan Ibnu Mas'ud. Umar dan Ibnu Mas'ud punya
pendapat yang menyejukkan di mana merke menyatakan bahwa takdir itu bisa
berubah dengan ijin dengan kehendak Allah. Ini pandangan yang selaras dengan
firman Allah dalam QS Al-Ra'd ayat 11.

Husain bin Mas'ud dalam Tafsir Al-Baghawi 4/325 mengutip kedua pendapat
tersebut:

Ibnu Abbad berkata, "Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan
menetapkan (apa yang Dia kehendaki) kecuali rizki, ajal, bahagia dan derita.
Kami meriwayatkan dari Hudzaifah bin Usaid dari Nabi: "Malaikat masuk pada
sperma setelah menetap di rahim selama 40 atau 45 malam. Lalu bertanya: Ya
Tuhan, apakah ia menderita atau bahagia? Lalu keduanya ditulis. Malaikat
bertanya lagi: Perempuan atau laki-laki? Lalu ditulis. Lalu ditulis juga amalnya,
jejaknya, ajalnya, rejekinya. Lalu buku itu ditutup, tidak ditambah dan tidak
dikurangi."

Dari Umar dan Ibnu Mas'ud keduanya berkata: Allah menghapus bahagia dan
derita. Dan menghapus rejeki dan ajal dan menetapkan apa yang Dia kehendaki.
Diriwayatkan dari Umar bahwa ia pernah bertawaf di Baitullah sambil menangi
dan berdoa: Ya Allah apabila Engkau menulisku termasuk orang yang
berbahagia maka tetapkanlah. Apabila Engkau menulis aku sebagai orang yang
menderita, maka hapuskanlah. Tetapkanlah aku sebagai orang yang beruntung
dan diampuni karena Engkau dapat menghapus apa yang Engkau kehendaki dan
menetapkan. Di sisiMu induk kitab. (Hadits yang serupa dari Ibnu Mas'ud).

Dalam sebagian Atsar (perkataan Sahabat) diriwayatkan: Seorang laki-laki sisa


umurnya 30 tahun. Lalu dia memutskan silaturrahim maka dipanjangkan
usianya menjadi tiga hari. Laki-laki lain usianya tersisa 3 hari, tapi ia rajin
bersilaturrahim maka umurnya diperpanjang menjadi 30 tahun.

JODOH ITU TAKDIR MUBROM DAN MUALLAQ

Perjodohan dan perkawinan adalah takdir mubrom dan muallaq sekaligus. Doa
tidak bisa merubah takdir mubrom, akan tetapi doa dapat merubah takdir
muallaq.

Apabila dalam buku yang dipegang malaikat seorang pria A akan menikah
dengan wanita B, maka hal itu kadang sesuai dengan takdir Allah sejak dulu
(azali) karena itu maka tidak bisa berubah selamanya. Namun terkadang hal itu
tidak sesuai dengan takdir azalinya Allah dalam kondisi seperti itu maka takdir
itu bisa berubah sampai sesuai dengan takdir azali-nya.

KESIMPULAN
Takdir adalah setiap sesuatu yang berjalan dengan takdir atau ketetapan dan
kehendak Allah

Manusia hendaknya tidak menjadikan takdir sebagai alasan kecuali setelah


mengerahkan segala usaha yang maksimal

PENUTUP

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan
dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan
lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan
kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di
hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.alkhoirot.net/2014/08/takdir-islam.html

Anda mungkin juga menyukai