Anda di halaman 1dari 8

Rona Lingkungan Awal Komponen Biologi Pembangunan dan

Pengembangan Jalan di Alfasera

A. Deskripsi Lokasi dan Metode Studi


Seluruh rencana pembangunan dan pengembangan jalan berada di Alfasera distrik
Muting kabupaten Merauke. Rencana lokasi pembangunan dan pengembangan
merupakan jalan rakyat yang akan di kembangkan menjadi jalan raya, sehingga vegetasi
pada lokasi ini sebagian sudah terbuka. Untuk komponen biologi, masih terdapat
komponen vegetasi, maupun biota di sekitar lokasi rencana pembangunan dan
pengembangan jalan.
Berdasarkan deskripsi dan pertimbangan nilai ekologis yang disampaikan di atas maka
studi ini dilakukan meliputi aspek vegetasi, biota darat, dan biota perairan.
Sesuai dengan uraian di atas maka parameter yang diamati dari masing-masing
obyek studi meliputi komposisi jenis, keanekaragaman, dan kuantitas. Pengumpulan data
untuk komponen biologi teresterial (Flora dan Fauna) dilakukan dengan pengamatan
langsung dan penggunaan data sekunder yang relefan. Sedangkan untuk komponen
biologi perairan dan mikroorganisme planktonik pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan eigman grab untuk benthos dan plankton-net berukuran 20 mikron untuk
menyaring air sebanyak 100 liter. Sampel air yang sudah disaring kemudian dimasukan
dalam botol sampel dan diawetkan dengan larutan formalin 4% kurang lebih 5 tetes.
Observasi plankton dilakukan melalui fraksi stempel pipette yaitu 0,1 ml yang
ditempatkan di atas cawan counting plate dan kemudian diamati di bawah mikroskop
stereoskopik. Determinasi kualitatif plankton dibuat sampai tingkatan genus. Hasil
cacahan plankton dinyatakan dalam ind/l atau sel/l.

B. Hasil Studi
a) Vegetasi
Jenis-jenis vegetasi yang ditemukan di kawasan sekitar lokasi tapak proyek umumnya
merupakan jenis-jenis vegetasi hutan hujan dataran rendah Papua bagian selatan yang
ditandai dengan tegakan-tegakan tumbuhan dari sedang sampai tinggi, misalnya dari
jenis Melaleuca cajuputih (Myrtaceae) dan Acacia sp. (Fabaceae). Berikut jenis-jenis
tumbuhan yang terdapat di lokasi hutan pelestarian alam.
Tabel… Jenis-jenis Tubuhan yang terdapat di lokasi pembangunan dan
pengembangan jalan Alfasera Distrik Muting
No Nama latin Family Nama Lokal
1 Acacia crassicarpa Fabaceae Akasia
2 Acacia decurens Fabaceae Akasia
3 Acacia leptocarpa Fabaceae Akasia
4 Acacia mangium Fabaceae Akasia
5 Adenanthera microsperma Fabaceae
6 Alphitonia incana Ramnaceae
7 Alstonia cf. Botrytis Apocynaceae Kayu susu
8 Alstonia actinophylla Apocynaceae Kayu susu
9 Antidesma sp. Phyllanthaceae
10 Anthocephalus cadamba Rubiaceae Jabon
11 Bambusa sp. Poaceae Bambu
12 Barringtonia aculatangula Lecythidaceae
13 Calophyllum soulattri Clusiaceae Bitangor
14 Ceiba sp. Malvaceae Kapuk
15 Dysoxylum mole Meliaceae
16 Dillenia alata Dialleniaceae
17 Eucalyptus plita Myrtaceae
18 Ficus elastica Moraceae Karet
19 Ficus septica Moraceea
20 Ficus sp Moraceea
21 Harpulia leptococca Sapindaceae
22 Hibiscus tiliaceus Malvaceae Waru
23 Imperata cylindrica Poaceae Alang-alang
24 Inocarpus fagiferus Fabaceae
25 Jagera pseudorhus Sapindaceae
26 Litsea sp Lauraceae
27 Mangifera laurina Anacardiaceae Mangga
28 Macaranga tanarius Euphorbiaceae
29 Melaleuca cajuputih Myrtaceae Kayu puti
30 Melaleuca leucadendron Myrtaceae
31 Planchomia sp Lecythidaceae
32 Syzygium cauliflora Myrtaceae
33 Trema aspera Cannabaceae
34 Voacanga papuana Apocynaceae
Sumber: Tim UKL-UPL Jalan Merauke, 2019
Jenis-jenis tumbuhan di atas umumnya ditemukan dalam strata tegakan berupa
pancang, tiang, dan beberapa pohon. Selain itu tumbuhan alami yang juga di
temukan dalam strata semai adalah Imperata cylindrica, Macaranga tanarius,
Melaleuca, dan Acacia. Pada lokasi ini, vegetasi yang dominan adalah Acacia dan
Meleleleuca.

b) Fauna
Keberadaan satwa liar (fauna) sangat bergantung pada tipe vegetasi yang menyusun
suatu hutan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lokasi studi, jenis-
jenis satwa liar yang teramati langsung maupun berdasarkan identifikasi suara
umumnya burung, reptil (kadal) dan ampibi (katak). Burung yang teramati langsung
adalah pilemon (Pilemon burceroides), raja udang (Alcedo sp.), dan burung
penghisap madu (Nectarinia sp.). Kadal yang teramati langsung adalah beberapa
jenis dari genus Emoia, sedangkan katak hanya terdiri atas 1 spesies yaitu katak
serasah Papua (Platymathis papuensis). Selain data amatan, menurut informasi dari
warga yang sempat ditemui di lokasi studi menyatakan bahwa, di wilayah ini juga
sering terlihat beberapa jenis burung seperti nuri (Lorius lory), jenis mamalia yang
terdapat di sini adalah Kuskus (Phalanger sp.), Tikus tanah (Isoodon sp.), beberapa
jenis ular dan biawak (Varanus sp.). Selain data ini, diperkirakan masih terdapat
jenis-jenis satwa yang belum terdokumentasi dalam studi ini terutama mamalia dan
jenis-jenis burung pemakan buah (frugivora) serta jenis-jenis ular sebagaimana
diinformasikan oleh masyarakat.

c) Biota Perairan

1) Plankton
Plankton merupakan organisme akuatik yang berukuran sangat kecil, dan tidak
bisa dilihat oleh kasat mata, tidak memilik daya gerak walaupun ada daya geraknya
sangat terbatas sehingga pergerakanya dipengaruhi oleh daya gerak arus. Plankton
dibedakan menjadi dua yaitu fitoplankton yang merupakan plankton nabati dan
zooplankton yang merupakan plankton hewani. Dalam susunan rantai makanan
disuatu periaran, plankton memegang peranan sangat penting, dimana fitoplankton
berada pada tropik I, dan merupakan organisme autotrof yang dapat menghasilkan
bahan makanan sendiri melalui proses fotosintesi, sedangkan zooplankton berada
pada tropik ke II, dan merupakan organisme heterotrof yang tidak mehasilkan bahan
makan sendiri dan memanfaatkan fitoplankton sebagai bahan makananya. Plankton
juga sering dijadikan sebagai indikator kualitas perairan yang diamati berdasarkan
indeks Diversity (kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan
indeks saprobitas).
Berdasarkan hasil analisis kelimpahan plankton (fitoplankton dan zooplankton)
di lokasi studi, ditemukan indeks kelimpahan fitoplankton 4.016.016 sel/m2, dan
zooplankton 22.044 ind/m2. Tingginya kelimpahan fitoplankton dikarenakan proses
pertumbuhan fitoplankton jauh lebih cepat dibandingkan dengan zooplankton.
Sachlan (1982) menyatakan bahwa pertumbuhan fitoplankton 10 kali lipat lebih
cepat dibandingkan dengan zooplankton, selain memiliki pertumbuhan yang sangat
cepat namun fitoplankton memiliki siklus hidup yang sangat pendek dibandingkan
dengan zooplankton. Faktor lain yang mendukung ialah komposisi nitrat dan fosfat
pada perairan sungai disekitar lokasi sungai yang masi kondusif sehingga dapat
mendukung pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton dengan baik di perairan.
Berdasarkan hasil analisis indeks keanekaragaman plankton diketahui bahwa
sebaran plankton pada wilayah studi tergolong rendah-sedang. Hal ini dapat dilihat
dari nilai indeks kenakeragaman fitoplankton sebsar 0,73, sedangkan zooplankton
memiliki indeks keragaman sebesar 1,34. Menurut Stirn (1981) dalam Pirzan dan
Masak (2008), jika indeks keanekaragaman dibawah 1 menunjukkan komunitas
tidak stabil, sedangkan bila nilai indek keanekaragaman berkisar antara 1-3
menunjukkan stabilitas komunitas berada pada tingkat moderat (sedang) dan bila
nilai indek keanekaragaman lebih dari 3 menunjukkan stabilitas komunitas pada
tingkat yang stabil (prima). Hal ini menunjukan bahwa keanekaragaman fitoplankton
pada kondisi komunitas tidak stabil atau rendah, sedangkan zooplankton berada
pada tingkatan komunitas moderat atau sedang.
Nilai indeks keseragaman dihitung guna mengetahui seberapa besar kesamaan
penyebaran jumlah individu pada tingkat komunitas (Odum, 1993) baik pada setiap
lokasi maupun musim. Indeks keseragaman yang mendekati 1 menunjukkan
keseragaman antar spesies tergolong merata, sedangkan bila mendekati 0
menunjukkan keseragaman antar spesies tergolong rendah Odum (1993).
Berdasarkan hasil analisis keseragaman plankton pada wilayah studi ditemukan
jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan dominansi dalam
komunitas plankton. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai indeks keanekaragaman
plankton (fitoplankton dan Zooplankton) berkisar antara 0,24-0,33. Indeks
keseragaman ini menunjukkan tingkat keseragaman jumlah tiap jenis tersebar
merata dan tidak terdapat kecenderungan dominasi dalam komunitas zooplankton
(Wilhm dan Doris, 1968). Hasil analisis indeks Diversity plankton pada lokasi
rencana pembangunan dan pengembangan jalan di Merauke terdapat pada Tabel
.......

Tabel..... Indeks Diversity Plankton di Sungai ......... Pada Lokasi Pembangunan


dan Pengembangan Jalan Alfasera Distrik Muting, Merauke

PHYTOPLANKTON ZOOPLANKTON
Kind of Organism Kind of Organism
NO RESULT NO RESULT
(Genera) (Genera)
BACILLARIOPHYCEAE CILIATA
1 Bacillaria sp. 30.060 1 Spirostomum sp. 2.004
2 Diatoma sp. 90.180 MALACOSTRACA
3 Fragilaria sp. 16.032 1 Nauplius 11.022
4 Gyrosigma sp. PLECOPTERA
5 Navicula sp. 20.040 1 Larva 1.002
6 Nitzschia sp. 39.078 RHIZOPODA
7 Pinnularia sp. 1.002 1 Difflugia sp. 6.012
8 Pleurosigma sp. 6.012 ROTIFERA
9 Surirella sp. 12.024 1 Asplacnhna sp. 1.002
10 Synedra sp. 23.046 2 Polyarthra sp. 1.002
11 Tabellaria sp. Abundanace 22.044
CHLOROPHYCEAE Taxa (S) 6
1 Closterium sp. 39.078 Diversity (H') 1,34
2 Merismopedia sp. 24.048 Equitability (E) 0,74
3 Micrasterias sp. 5.010 Sumber: Hasil LAB, (2019)
4 Pediastrum sp. 57.114 Keterangan: H’ = Keanekaragaman, E’ =
5 Spirogyra sp. 16.032 Keseragaman, Sel/m= Kelimpahan
6 Tetmemorus sp. 3.006 (sel/m2)
7 Zygnema sp. 93.186
CYANOPHYCEAE
1 Anabaena sp. 41.082
2 Aphanizomenon sp. 18.036
3 Oscillatoria sp. 3.478.944
4 Spirulina sp.
EUGLENOPHYCEAE
1 Euglena sp.
2 Phacus sp. 3.006
Abundanace 4.016.016
Taxa (S) 20
Diversity (H') 0,73
Equitability (E) 0,24
Dominance (D) 0,75

2). Benthos
Makrozoobenthoos merupakan invertebrata yang dapat dilihat dengan mata
telanjang dan hidup pada, di dalam dan disekitar bebatuan di dasar perairan. selain
itu makrozoobentos juga dapat didefinisikan sebagai hewan invertebrata, hidup
didalam atau pada sedimen atau subsrat lain, berukuran besar dan tertahan pada
ayakan berukuran 0.595 mm, yang biasanya berupa siput, kepiting, tiram air tawar,
kerang, dan termasuk larva serangga.
Oddum (1993), menjelaskan bahwa komponen biotik dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi fisik, kimia dan biologi suatu perairan. Salah satu biota
yang dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu
perairan adalah makrozoobenthoos. Makrozoobenthoos digunakan sebagai indikator
suatu perairan karena habitat hidupnya relatif tetap. Perubahan kualitas air,
ketersediaan serasah dan subsrat hidupnya sangat mempengaruhi kelimpahan dan
keanekaragaman makrozoobenthoos. Kelimpahan dan keanekaragaman sangat
bergantung pada toleransi dan tingkat sensitifnya terhadap kondisi lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis makrozoobenthoos yang di peroleh di wilayah studi
pada ekosistem perairan lokasi rencana pembangunan dan pengembangan jalan di
Merauke, diperoleh total kelimpahan makrozoobenthoos sebesar 255 ind/m2. Indeks
kelimpahan makrozoobenthoos yang ditemukan dilokasi studi tergolong rendah yang
artinya kondis perairan sudah kurang baik dan kurang mendukung organisme di
dalamnya. Kondisi ini bisa diakibatkan oleh pengikisan dasar/substrak sungai oleh
air sungai yang deras, sehingga kondisi bentos pada lokasi ini sangat rendah.
Sedangkan hasil analsis indeks keanekaragaman benthos di lokasi rencana
pembangunan dan pengembangan jalan di Merauke sebesar 0,62, berdasarkan nilai
indeks yang ditemukan mengidikasikan bahwa kenekaragaman makrozoobentos
pada di lokasi rencana pembangunan dan pengembangan jalan di Merauke
tergolong dalam kategori tidak stabil atau tergolong dalam kategori rendah. Menurut
Stirn (1981) dalam Pirzan dan Masak (2008), jika indeks keanekaragaman dibawah
1 menunjukkan komunitas tidak stabil, sedangkan bila nilai indek keanekaragaman
berkisar antara 1-3 menunjukkan stabilitas komunitas berada pada tingkat moderat
(sedang) dan bila nilai indek keanekaragaman lebih dari 3 menunjukkan stabilitas
komunitas pada tingkat yang stabil (prima).
Sedangkan berdasarkan hasil analisis indeks keseragaman makrozoobentos
pada lokasi rencana pembangunan dan pengembangan jalan di Merauke ditemukan
rata-rata nilai indeks keseragaman yaitu 0,62. Indeks keseragaman ini menunjukan
tingkat keseragaman jumlah tiap jenis sama dan tidak terdapat kecenderungan
dominansi dalam komunitas makrozoobenthoos. Indeks keseragaman yang
mendekati 1 menunjukkan keseragaman antar spesies tergolong merata, sedangkan
bila mendekati 0 menunjukkan keseragaman antar spesies tergolong rendah Oddum
(1993). Hasil analisis indeks Diversity Benthoos pada lokasih sampel di Wilayah
Studi terdapat pada Tabel .......

Tabel..... Indeks Diversity Benthoos di Sungai......... pada Lokasi rencana


pembangunan dan pengembangan jalan Alfasera Distrik Muting,
Merauke.
NO Kind of Organism (Genera) RESULT
BENTHOS
NEMATODA
1 Leptolaimus sp. 0
EPHEMEROPTERA
1 Epemeorus sp. 215
2 Ephemerella sp. 0
3 Stenonema sp. 0
HIRUDINEA
1 Placobdella sp. 40
Abundanace 255
Taxa (S) 2
Diversity (H') 0,62
NO Kind of Organism (Genera) RESULT
Equitability (E) 0,62
Dominance (D) 0,73
Sumber: Hasil LAB (2019)
Keterangan: H’ = Keanekaragaman, E’ = Keseragaman, Sel/m= Kelimpahan
(sel/m2)

3. Nekton
Hasil wawancara dan pengamatan langsung dilapangan, diketahui jumlah jenis
tangkapan masyarakat lokal yaitu 4 spesies Tabel .......

Tabel..........Jenis-jenis Ikan yang Terdapat di Sungai.......


NO Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Sembilan Paraplotosus sp
2 Sumpit Banded archerfish
3 Gabus Channa sp.
4 Mujair Oreochoromis sp.
Sumber: Hasil Wawancara, 2019

Daftar Pustaka
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi: Terjemahan dari Fundamentals of Ecology. Alih
Bahasa Samingan, T. Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
697 hlm. (diterjemahkan oleh T. Samingan).
Pirzan, A.M. dan P.R.P. Masak. 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton Dengan
Kualitas Air di Pulau Bauluang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Biodiversitas Vol. 9 Nomer 3: 217-221.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary, and Ocean Pollution. Second Edition. Van
Nostrand Reinhold. New York. Sladecek, U. 1979. Continental System For The
Assessment of River Quality. p 3- – 3-27. In James, A. dan L. Evison. Botanical
Indicator of Water Quality. John Wiley and Sons Ltd. Chicester. New York.
Brisbane. Toronto

Anda mungkin juga menyukai