Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan didalam
bahan yang diaduk. Tujuan dari pada operasi pengadukan terutama adalah
terjadinya pencampuran. Pencampuran adalah suatu operasi yang bertujuan untuk
mengurangi ketidaksamaan komposisi, suhu, atau sifat yang lain yang terdapat
dalam suatu bahan atau bisa juga pencampuran adalah penggabungan dua atau
lebih bahan yang berbeda fase, seperti fluida atau padatan halus dan hal ini
bertujuan untuk mengacak yang satu terhadap yang lain sehingga terjadi
distribusi. Pencampuran dapat menimbulkan gerak didalam bahan itu yang
menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang lainnya,
sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara operasi pencampuran.
Permasalahan dalam percobaan ini adalah menentukan pola aliran dengan
menggunakan variasi jenis pengaduk yaitu : paddle, impeller dan turbin dengan
menggunakan sekat (baffle) dan tidak menggunakan sekat (baffle) serta
menghitung kebutuhan daya yang diperlukan untuk suatu operasi pencampuran
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mampu menjelaskan pola-pola aliran yang terjadi dalam tangki
berpengaduk
2. Menjelaskan pengaruh pengunaan sekat dan tanpa sekat pada pola aliran
yang ditimbulkan
3. Menghitung kebutuhan daya yang diperlukan untuk suatu operasi
pencampuran
4. Menentukan karakteristik daya pengaduk

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengadukan


Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan didalam
bahan yang diaduk. Tujuan dari pada operasi pengadukan terutama adalah
terjadinya pencampuran. Pencampuran adalah suatu operasi yang bertujuan untuk
mengurangi ketidaksamaan komposisi, suhu, atau sifat yang lain yang terdapat
dalam suatu bahan atau bisa juga pencampuran adalah penggabungan dua atau
lebih bahan yang berbeda fase, seperti fluida atau padatan halus dan hal ini
bertujuan untuk mengacak yang satu terhadap yang lain sehingga terjadi
distribusi. Pencampuran dapat menimbulkan gerak didalam bahan itu yang
menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang lainnya,
sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara operasi pencampuran.
Istilah pencampuran digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana
derajat homogenitas bahan yang “bercampur” itu sangat berbeda. Umpamanya,
satu kasus, dimana dua macam gas digabungkan dalam satu tempat hingga
seluruhnya bercampur dengan baik, dan kasus lain pasir, kerikil, dan semen
diaduk didalam drum putar selama beberapa waktu. Dalam kedua kasus itu bahan-
bahan itu pada akhirnya bercampur, namun jelas pula bahwa homogenitasnya
berbeda. Cuplikan campuran gas itu betapa pun kecilnya cuplikan itu semuanya
mempunyai komposisi yang sama. Sedang cuplikan campuran beton, dipihak lain
akan sangat berlainan komposisinya satu sama lain.
Pengadukan zat cair digunakan untuk berbagai maksud bergantung dari
tujuan langkah pengolahan itu sendiri. Tujuan pengadukan Menurut Wallas
(1988) antara lain :
1. Untuk membuat suspensi partikel zat padat
2. Untuk meramu zat cair yang mampu bercampur (miscible), umpamanya
metil alkohol dan air.
3. Untuk menyebarkan (dispersi) gas di dalam zat cair dalam bentuk
gelembung-gelembung kecil

2
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair
yang lain, sehingga dapat membentuk emulsi atau suspensi butiran halus
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor zat cair dengan kumparan atau
mentol kalor.

Kadang-kadang pengaduk (agitator) digunakan beberapa tujuan sekaligus


seperti dalam hidrogenasi katalitik dari pada zat cair. Dalam bejana hidrogenasi
gas hidrogen di dispersi melalui zat cair dimana terdapat partikel-partikel katalis
padat dalam suatu keadaan suspensi, sementara kalor reaksi diangkut keluar
melalui kumparan atau mantel.

2.2 Pengertian Tangki pengaduk


Tangki pengaduk (tangki reaksi) adalah bejana pengaduk tertutup yang
berbentuk silinder, bagian alas dan tutupnya cembung. Tangki pengaduk terutama
digunakan untuk reaksi-reaksi kimia pada tekanan diatas tekanan atmosfer dan
pada tekanan vakum, namun tangki ini juga sering digunakan untuk proses yang
lain misalnya untuk pencampuran, pelarutan, penguapan ekstraksi dan kristalisasi.
Untuk pertukaran panas, tangki biasanya dilengkapi dengan mantel ganda
yang di las atau di sambung dengan flens atau dilengkapi dengan kumparan yang
berbentuk belahan pipa yang dilas. Untuk mencegah kerugian panas yang tidak
dikehendaki tangki dapat diisolasi (Totterson, 1991).
Hal penting dari tangki pengaduk, antara lain :
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain bawahnya
cekung.
2. Ukuran : diameter dan tangki tinggi.
3. Kelengkapannya, seperti :
a. Ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam tangki.
b. Jacket pendingin/pemanas yang berfungsi sebagai pengendali suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk pengukuran suhu
e. Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainnya pada tangki pengaduk.

3
Reaktan diumpankan ke dalam suatu tangki berpengaduk bersama dengan
bahan baku, kemudian akan dilakukan pengadukan dengan perangkat pengaduk
dan menghasilkan produk. Pada reaktor ini pengaduk dirancang sesuai dengan
bahan yang akan diaduk, sehingga campuran teraduk dengan sempurna dan
diharapkan reaksi berlangsung secara optimal. Biasanya untuk mendapatkan
konversi yang besar maka reaktor disusun secara seri dan dilengkapi dengan
pemanas. Reaktor berpengaduk sebenarnya sama dengan rekator batch namun
yang membedakannya adalah pada reaktor ini dilengkapi dengan pengaduk. Alat
tangki pengaduk ditampilkan pada Gambar 2.1 :

Gambar 2.1 Alat Tangki Berpengaduk

2.3 Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk menggerakkan bahan di dalam bejana
pengaduk. Biasanya yang berlangsung adalah gerakan turbulen (misalnya untuk
melaksanakan reaksi kimia, proses pertukaran panas, proses pelarutan). Alat
pengaduk terdiri atas sumbu pengaduk dan strip pengaduk yang dirangkai menjadi
satu kesatuan atau dapat dipisah-pisah menjadi 2-3 bagian pengaduk yang dapat
dipisah-pisahkan juga dapat dibongkar pasang didalam satu unit tangki pengaduk.
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi
dari pengaduk dalam fluida. Gerak dari pengaduk ini memotong fluida tersebut
dan dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak ke seluruh sistem fluida itu.
Oleh karena itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu
operasi fase cair dengan tangki berpengaduk. Pencampuran baik dapat diperoleh
apabila diperhatikan bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakannya karena

4
akan mempengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya yang diperlukan.
Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu
mungkin terbuka saja ke udara atau dapat pula tertutup. Ukuran dan proporsi
tangki itu bermacam-macam, bergantung pada masalah pengadukan itu sendiri .
Di dalam tangki itu dipasang impeller pada ujung poros menggantung,
artinya poros itu ditumpuh dari atas. Poros itu digerakkan oleh motor, yang
terkadang dihubungkan langsung dengan poros itu, namun biasanya dihubungkan
melalui peti roda gigi untuk menurunkan kecepatannya. Tangki itu biasanya
diperlengkapi pula dengan lubang masuk dan lubang keluar, kumparan kalor,
mantel, dan sumur untuk menempatkan termometer atau peranti pengukuran suhu
lainnya. Impeller itu akan membangkitkan pola aliran dalam yang menyebabkan
zat cair bersirkulasi di dalam bejana untuk akhirnya kembali ke impeller
Alat pengaduk dapat dibuat dari berbagai bahan yang sesuai dengan
bejana pengaduknya, misalnya dari baja, baja tahan karat, baja berlapis email, baja
berlapis karet. Suatu alat pengaduk diusahakan menghasilkan pengadukan yang
sebaik mungkin dengan pemakaian daya yang sekecil mungkin. Ini berarti seluruh
isi bejana pengaduk sedapat mungkin digerakkan secara merata, biasanya secara
turbulen. Kebutuhan daya dan baik buruknya hasil pengadukan tergantung antara
lain pada faktor-faktor Menurut Wahid (2015) berikut :
1. Jenis alat pengaduk : Bentuk, ukuran, perbandingan diameter daun pengaduk
terhadap diameter bejana pengaduk, frekuensi putaran,
posisi dalam bejana pengaduk.
2. Jenis bejana pengaduk : Bentuk, ukuran, perlengkapan di dalamnya, derajat
keisian (degree of fullness).
3. Jenis dan jumlah bahan : Viskositas, jenis campuran (larutan sejati, suspensi
kasar, suspensi halus, dan sebagainya), kerapatan,
perbedaan kerapatan dalam campuran, besar dan
bentuk partikel padat yang diaduk.

5
Terdapat dua macam impeller pengaduk yaitu jenis pertama
membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeller, dan yang kedua
membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial. Impeller jenis pertama
disebut impeller aliran aksial (axial flow impeller), sedang yang kedua adalah
impeler aliran radial (radial flow impeller ).
Dari segi bentuknya, ada tiga jenis impeler : propeller (baling-baling),
dayung (paddle), dan turbin. Masing-masing jenis terdiri lagi atas berbagai variasi
dan sub jenis. Propeller merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi
untuk zat cair berviskositas rendah. Propeller besar berputar pada 400 sampai 800
rpm. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalui zat cair menurut arah
tertentu sampai di belokkan oleh lantai atau dinding bejana.
Menurut Marsis (2008) aliran yang dihasilkan pengaduk dapat dibagi
menjadi 3 golongan:
1. Pengaduk aliran aksial Pengaduk ini akan menimbulkan arus atau aliran yang
sejajar dengan sumbu poros pengaduk.
2. Pengaduk aliran radial Pengaduk ini akan menimbulkan aliran yang
mempunyai arah tangensial dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk.
Komponen aliran tangensial akan menyebabkan timbulnya vorteks dan
terjadinya suatu pusaran tetapi dapat dihilangkan dengan pemasangan baffle
atau cruciform baffle.
3. Pengaduk aliran campuran Pengaduk ini merupakan gabungan dari dua jenis
pengaduk diatas. Untuk tugas-tugas sederhana, agitator yang terdiri dari satu
dayung datar yang berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang
cukup efektif. Kadang-kadang daun-daunnya di buat miring, tetapi biasanya
vertikal saja. Dayung ini berputar di tengah bejana dengan kecepatan rendah
sampai sedang dan mendorong zat cair secara radial dan tangensial, hampir
tanpa adanya gerakan vertikal pada impeler, kecuali bila daunnya agak miring.

6
Menurut Marsis (2008) bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi empat
golongan yaitu:

1. Propeller
Jenis impeller ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi
dengan arah aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang
memiliki viskositas rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk
tangki. Kapasitas sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban
head. Dalam perancangan propeller, luas sudu biasa dinyatakan dalam
perbandingan luas area yang terbentuk dengan luas daerah disk. Pengaduk
propeller terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran meninggalkan
pengaduk secara kontinu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai
dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki. Impeller jenis ini dapat
dioperasikan pada seluruh range kecepatan. Propeller berputar pada 400
sampai 800 rpm.
Tipe impeller ini berbentuk kipas yang menghasilkan aliran aksial.
Propeller mempunyai tingkat efisiensi yang baik bila digunakan pada fluida
yang berviskositas rendah, kurang dari 2000 cP. Hal ini efektif digunakan
dalam bejana besar. Biasanya alat pengaduk propeller dibuat dalam dua
bagian dan berputar dengan cepat. Pengaduk propeller digunakan untuk
mengaduk bahan dengan viskositas rendah. Ada beberapa jenis pengaduk
yang biasa digunakan. Salah satunya adalah propeller berdaun tiga. Untuk
lebih jelasnya mengenai bentukbentuk dari pengaduk jenis propeller dapat
dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-
baling kapal (c)

7
2. Paddle
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudut,
horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada
aliran fluida laminar, transisi atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk paddle
menimbulkan aliran arah radial dan tangensial dan hampir tanpa gerak vertikal
sama sekali, kecuali digunakan baffle. Arus yang bergerak ke arah horizontal
setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah.
Tipe impeller ini akan mendorong zat cair secara radial dan tangensial. Arus
yang terjadi bergerak keluar ke arah dinding, lalu membelok ke atas atau ke
bawah. Paddle merupakan impeller yang paling efektif. Hal ini dapat dilihat dari
pola aliran yang ditimbulkan akibat gerakan paddle ke seluruh bagian sehingga
molekul yang akan dilarutkan bergerak acak dan homogenitas yang tinggi
dihasilkan. Hal ini menyebabkan paddle mempunyai efisiensi yang tinggi.
Impeller ini digunakan untuk fluida yang berviskositas 100.000 sampai 1.000.000
cP. Berbagai jenis pengaduk dayung biasanya digunakan pada kesepatan rendah
diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung datar berdaun dua atau empat biasa
digunakan dalam sebuah proses pengadukan. Panjang total dari pengadukan
dayung biasanya 60 - 80% dari diameter tangki dan lebar dari 12 daunnya 1/6 -
1/10 dari panjangnya. Untuk lebih jelasnya mengenai bentuk dari pengaduk jenis
paddle dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pengaduk Paddle

8
3. Turbin
Istilah turbin ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbin
merupakan pengaduk dengan sudut tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk
jenis ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis
propeller. Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial dan tangensial. Di
sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat
antar fluida. Salah satu jenis pengaduk turbin adalah pitched blade. Pengaduk
jenis ini memiliki sudut konstan. Turbin biasanya efektif untuk fluida
berviskositas sedang yaitu 2000 sampai 50.000 cP. Arus yang ditimbulkan
bersifat radial dan tangensial. Komponen tangensialnya menimbulkan vortex dan
arus putar yang harus diehntikan dengan menggunakan baffle. 13 Arus yang
ditimbulkan oleh gerakan impeller ini menyebabkan terbentuknya vortex yang
sangat tidak diinginkan dalam proses mixing. Untuk mencegah terjadinya vortex
ketika fluida diaduk dalam tangki silinder dengan impeller yang berada pada
pusatnya maka digunakan baffle yang dipasang pada dinding vessel. Baffle yang
digunakan biasanya memiliki jarak yang sama. Baffle biasanya tidak menempel
pada dinding vessel sehingga secara kebetulan akan terdapat celah antara baffle
dengan dinding vessel. Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki
banyak daun pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan
tinggi untuk cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari
sebuah turbin biasanya antara 30 - 50% dari diamter tangki. Turbin biasanya
memiliki empat atau enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar
memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang
baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah pengaduk dan akan menuju ke bagian
daun pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas. Untuk lebih
jelasnya mengenai bentuk dari pengaduk jenis turbin dapat dilihat pada Gambar
2.4 di bawah ini.

9
Gambar 2.4 Pengaduk Turbin

4. Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang tinggi dan
beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon (bentuk seperti
pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti balingballing
helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan bergerak dalam
sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke bagian atas
pengaduk. Untuk lebih jelasnya mengenai bentuk dari pengaduk jenis Helical-
Ribbon dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral

Pencampuran didalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi


dari pengaduk didalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan
dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak ke seluruh system fluida tersebut.
Oleh sebab itu pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu
operasi pencampuran fase cair dengan tangki pengaduk. Pencampuran yang baik
akan diperoleh bila diperhatiakn bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan,

10
karena akan dipengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya diperlukan.
Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu
mungkin terbuka saja ke udara atau dapat pula tertutup.

2.4 Pemilihan Pengaduk


Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada
setiap jenis pengaduk Menurut Gustiayu (2012) adalah :
a. Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah Pa.s
(3000 cP).
b. Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s
(100.000 cp).
c. Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa
digunakan untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP)
d. Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas 1000
Pa.s dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk viskositas lebih
dari 2,5 - 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak diperlukan karena hanya
terjadi pusaran kecil.

. Gambar 2.6 (a) Impeller, (b) Propeller, (c) Paddle dan (d) Helical ribbon.

Jika kecepatan putar pengaduk tinggi dan sumbu impeller berada di pusat
tangki pada tangki tidak bersekat maka akan menyebabkan terjadinya vortex.
Fenomena vortex ini sangat tidak diinginkan dalam suatu proses pengadukan
karena dapat mengakibatkan pencampuran menjadi tidak sempurna (McCabe,
1985). Selain itu, vortex juga dapat menyebabkan campuran tumpah dari tangki.

11
Bentuk pola alir dan terjadinya vortex pada suatu operasi pengadukan ditampilkan
pada Gambar 2.7 :

(a) (b) (c) (d)


Gambar 2.7 Pola alir pengadukan : (a) Axial atau radial pada tangki tidak
bersekat. (b) Posisioff-center untuk menghindari terjadinya
vortex. (c) Axial pada tangki bersekat. (d) Radial pada tangki
bersekat (Walas, 1988).

Pada umumnya proses pengadukan dan pencampuran dilakukan dengan


menempatkan pengaduk pada pusat diameter tangki (center). Posisi ini memiliki
pola aliran yang khas. Pada tangki tidak bersekat dengan pengaduk yang berputar
di tengah, energi sentrifugal yang bekerja pada fluida meningkatkan ketinggian
fluida pada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran. Pola
ini biasa disebut dengan pusaran (vortex) dengan pusat pada sumbu pengaduk.
Pusaran ini akan menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan kecepatan
putaran yang juga meningkatkan turbulensi dari fluida yang diaduk. Pada sebuah
proses dispersi gas-cair, terbentuknya pusaran tidak diinginkan. Hal ini
disebabkan pusaran tersebut bisa menghasilkan dispersi udara yang menghambat
dispersi gas ke cairan dan sebaliknya.
Jenis aliran dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeler, karakteristik fluida dan ukuran serta perbandingan (propersi tangki),
sekat (baffel) dan agitator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki
mempunyai tiga komponen kecepatan dan pola aliran keseluruhan di dalam tangki

12
itu, juga tergantung dari variasi ketiga komponen tersebut, dari satu lokasi
kelokasi yang lainnya. Ketiga dari komponen tersebut antara lain :
1. Komponen radial yang bekerja pada arah yang tegak lurus terhadap poros
impeller.
2. Komponen logitudinal yang bekerja pada arah pararel dengan poros.
3. Komponen tagensial atau ratosional yang bekerja pada arah singgung terhadap
lintasan lingkar pada sekeliling poros.
Keadaan dimana poros itu vertical, komponen radial tagensial berada
pada suatu bidang yang horizontal dan komponen logitidinalnya vertical.
Komponen radial dan longitudinal sangat aktif dalam memberikan aliran yang
diperlukan untuk melakukan pencampuran. Bila poros itu vertical pada pusat
tangki, komponen tagensial mengikuti satu arah lintasan berbentuk lingkaran
disekeliling poros dan akan menimbulkan voerteks pada permukaan zat cair. Ada
tiga cara untuk mencegah pusaran dan vorteks :
1. Pengaduk dipasang off center atau miring
2. Pada dinding tangki dipasang sekat vertical
3. Permukaan diffuser ring pada pengaduk jenis turbin.

2.5 Sekat (Baffle) dalam Tangki


Sekat (Baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada dinding
tangki. Tujuan utama menggunakan sekat dalam tangki adalah memecah
terjadinya pusaran saat terjadinya pengadukan dan pencampuran. Oleh karena itu,
posisi sumbu pengaduk pada tangki bersekat berada di tengah. Namun, pada
umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang berakibat
pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan. Sekat pada tangki juga
membentuk distribusi konsentrasi yang lebih baik di dalam tangki, karena pola
aliran yang terjadi terpecah menjadi empat bagian. Penggunaan ukuran sekat yang
lebih besar mampu menghasilkan pencampuran yang lebih baik. Sekat (Baffle)
pada tangki ditampilkan pada Gambar 2.8 :

13
Gambar 2.8 Sekat (Baffle) pada tangki.

Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada Gambar 2.8 bisa
menghasilkan pola perputaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang
digunakan sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki (Brodley, 1998).

2.6 Bilangan Tak Bedimensi


Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah
satu pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam
kapasitas tertentu ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter
tangki sama dengan ketinggian fluida. Rancangan ini ditujukan untuk
mengoptimalkan kemampuan pengaduk untuk menggerakkan dan membuat
pola aliran fluida yang melingkupi seluruh bagian fluida dalam tangki.

Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder.


Sehingga salh satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan
mencari nilai dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang
diinginkan dalam pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki
ditentukan dengan persamaan (2). Tangki dengan diamter yang lebih kecil
dibandingkan ketinggiannya memiliki kecendrungan menambah jumlah pengaduk
yang digunakan.

14
2.6.1 Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tidak berdimensi yang
menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos. Persamaan untuk
menghitung bilangan Reynolds seperti ditunjukkan pada persamaan (1) sebagai
berikut :
  N  Da2
N Re 

...................................................(4)
Dimana:
NRe = bilangan Reynolds
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
μ = viskositas fluida (kg/m.s)

Bilangan Reynolds mengklasifikasikan karakteristik sirkulasi dalam proses


pengadukan didalam tangki menjadi 3 Menurut Mc.Cabe (1985) , yaitu:
1. Laminar
Rezim laminar dalam pengadukan mempunyai bilangan Reynolds yang
nilainya kurang dari 10.
2. Transisi
Rezim transisi memiliki bilangan Reynolds mulai dari 10 hingga 10.000
bergantung pada pengaduk yang digunakan.
3. Turbulen
Rezim turbulen pada tangki memiliki bilangan Reynold slebih dari 10.000.
Pada sistem tanpa sekat daerah turbulen ditandai dengan terjadinya vortex
di sekitar pengaduk.

2.6.2 Bilangan Power


Bilangan tak berdimensi lainnya adalah bilangan daya. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung bilangan daya seperti yang ditamipilkan oleh
persamaan (2) sebagai berikut :
p
NPo  .................................(5)
  N 3  Da5

15
Dimana:
NPo = bilangan daya
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
P = daya (watt)

Pada sistem bersekat, bilangan daya sangat bergantung pada bilangan


Reynolds. Namun pada saat bilangan Reynolds mencapai nilai besar dari 104
(aliran turbulen). Bilangan daya akan konstan dan tidak lagi bergantung pada
bilangan Reynolds.
Bilangan Reynolds dan bilangan daya diperlukan untuk membuat kurva
karakteristik pengadukan. Skala yang dipakai pada kurva ini adalah skala
logaritmik. Kurva karakteristik pengadukan merupakan suatu kurva yang
menyatakan hubungan antara bilangan daya dan bilangan Reynolds. Bilangan
daya berada pada sumbu y dan bilangan Reynolds berada pada sumbu x.

2.7 Kurva Karakteristik


Kurva karakteristik merupakan hubungan antara bilangan daya terhadap
bilangan Reynolds. Pada kurva karakteristik dapat ditentukan besarnya daya yang
diperlukan pada bilangan Reynolds tertentu. Hal ini sangat membantu, sebab sulit
untuk menentukan jumlah daya yang diperlukan impeller pada pengadukan skala
industri (Geankoplis,1993). Contoh bentuk kurva karakteristik untuk tangki
bersekat berpengaduk jenis six-blade turbin dapat dilihat pada Gambar 2.9

16
Gambar 2.9 Hubungan daya turbin untuk tangki bersekat (Geankoplis, 1993).

Dari Gambar 2.9 tampak digunakan pengaduk jenis turbin dengan


perbandingan W (lebar) dengan D (diameter) yang berbeda, yaitu 1/5 dan 1/8.
Selain itu, bentuk blade pada masing-masing turbin juga berbeda. Hal itu
mempengaruhi bilangan daya yang diperlukan untuk pengadukan.

2.8 CMC (Carboxyl Methyl Cellulose)


Struktur CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) merupakan rantai polimer
yang terdiri dari unit molekul sellulosa. Setiap unit anhidroglukosa memiliki tiga
gugus hidroksil dan beberapa atom Hidrogen dari gugus hidroksil tersebut
disubstitusi oleh carboxymethyl. Struktur molekul Carboxyl Methyl Cellulose
dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Struktur CMC (Carboxyl Methyl Cellulose)

17
Gugus hidroksil yang tergantikan dikenal dengan derajat penggantian
(degree of substitution) disingkat DS. Jumlah gugus hidroksil yang tergantikan
atau nilai DS mempengaruhi sifat kekentalan dan sifat kelarutan CMC dalam air.
CMC yang sering digunakan adalah yang memiliki nilai DS sebesar 0,7
atau sekitar 7 gugus Carboxymethyl per 10 unit anhidroglukosa karena memiliki
sifat sebagai zat pengental cukup baik (aqualonCMC.Herculesincorporated).
CMC merupakan molekul polimer berantai panjang dan karakteristiknya
bergantung pada panjang rantai atau derajad polimerisasi (DP). Nilai DS dan nilai
DP ditentukan oleh berat molekul polimer, dengan bertambah besar berat molekul
CMC maka sifatnya sebagai zat pengental semakin meningkat.
Keberadaan CMC dalam larutan cenderung membentuk ikatan silang
dalam molekul polimer yang menyebabkan molekul pelarut akan terjebak
didalamnya sehingga terjadi immobilisasai molekul pelarut yang dapat
membentuk struktur molekul yang kaku dan tahan terhadap tekanan. Makin tinggi
kadar CMC, pembentukan ikatan silang makin besar dan immobilisasi molekul
pelarut juga makin tinggi sehingga menyebabkan kecenderungan viskositas
meningkat (Wallas, 1988).

18
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Fluida : Air
2. Potongan-potongan kertas biru
3. CMC (Carboxyl Metyhl Cellulose) : 0,38%

3.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Satu unit tangki berpengaduk
C = 11 cm
D = 28 cm
h = 30 cm
2. Impeller :
a. Propeller
D = 0,083m
3 daun
b. paddle
D = 0,16 m
2 daun
c. Turbin = 0,138 m
3. Sekat = 5 sekat
4. Piknometer
5. viskometer
6. Jangka Sorong, mistar

19
Motor
Penggerak

LIQUID MIXING APPARATUS

Pengatur Kecepatan
Motor Penggerak
0
o

Dynamometer

Impeller

Buffle (sekat)

Gantungan Impeller

Tangki

Gambar 3.1. Rangkaian Alat Percobaan Tangki Berpengaduk

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Penentuan Pola Aliran Fliuda
Prosedur penentuan pola aliran pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Tangki diisi dengan air hingga ketinggian 30 cm dari dasar tangki.
2. Pengaduk dipasang pada posisi yang tersedia pada batang poros
tangki pengaduk.
3. Motor pengaduk dihidupkan.
4. Kecepatan putar motor diatur dengan penambahan kecepatan yang
tidak terlalu besar (sekitar 25 rpm).
5. Gerakan fluida (air) di dalam tangki diamati, sampai terlihat
pusaran air yang membentuk vorteks pada permukaan air.
6. Sejumlah potongan kertas ditambahkan (dimasukkan) ke dalam
tangki.
7. Pola aliran yang terbentuk diamati dan digambar.

20
3.3.2 Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
Prosedur penentuan karakteristik daya pengaduk pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Tangki diisi dengan fluida air hingga ketinggian 30 cm dari dasar
tangki.
2. Pengaduk propeller dipasang pada posisi yang tersedia.
3. Klem penyetel neraca pegas dikendorkan sehingga memungkinkan
dynamometer dapat bebas bergerak.
4. Posisi kedudukan dinamometer diatur pada posisi netral. Jika
dianggap perlu, bar setting dapat dipakai untuk mengatur tegangan
pegas.
5. Panjang tali (pada pegas) diatur sehingga posisi
indicator/penunjuk garis dengan tanda (garis putih) dan selubung
pegas pada posisi netral.
6. Laju putaran motor diatur, dengan memutar pengatur kecepatan
motor pada panel kendali, dengan kenaikan yang tetap.
7. Perubahan gaya dicatat setiap kenaikan putaran.
8. Reynold Number dan bilangan power dihitung menggunakan
rumus yang sudah ditentukan
9. Prosedur yang sama diulang untuk jenis pengaduk turbin dan
paddle

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Percobaan 1 : Penentuan pola aliran
Bentuk aliran yang dihasilkan berbeda-beda, tergantung pada jenis
pengaduk yang digunakan serta dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penggunaan
sekat pada tangki berpengaduk dapat dilihat pada Gambar 4.1
Sketsa Pola Aliran
Jenis Impeller
Tanpa sekat Bersekat

a. Turbin

b. Paddle

c. Propeler

Gambar 4.1 Jenis Pola Aliran Berdasarkan Jenis Impeler

22
4.1.2 Percobaan 2 : Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
1. Paddle
a. Pengamatan Paddle dengan sekat (air)
Tabel 4.2 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle dengan Sekat
Laju Laju Torque Power Reynold
putaran Putaran ɷ Gaya T(Nm- Daya, W number, number
(rpm) (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 19,27349
50 5,233 0 0 0 0 38,54698
75 7,85 0 0 0 0 57,82047
100 10,466 0 0 0 0 77,09396
125 13,083 0 0 0 0 96,36744
150 15,7 0 0 0 0 115,6409
175 18,316 0 0 0 0 134,9144
200 20,933 0,2 0,022 0,460533 1,19698E-05 154,1879
225 23,55 0,3 0,033 0,77715 1,41864E-05 173,4614
250 26,166 0,3 0,033 0,8635 1,1491E-05 192,7349
275 28,783 0,4 0,044 1,266467 1,26622E-05 212,0084
300 31,4 0,4 0,044 1,3816 1,06398E-05 231,2819

b. Pengamatan paddle tanpa sekat


Tabel 4.3. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle tanpa Sekat
Laju Torque Daya, Power Reynold
putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- W number, number
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,6166 0 0 0 0 74,73544
50 5,233 0 0 0 0 149,4709
75 7,85 0 0 0 0 224,2063
100 10,466 0 0 0 0 298,9418
125 13,083 0 0 0 0 373,6772
150 15,7 0 0 0 0 448,4127
175 18,316 0 0 0 0 523,1481
200 20,933 0 0 0 0 597,8835
225 23,55 0,6 0,066 1,5543 2,91388E-05 672,619
250 26,166 0,6 0,066 1,727 2,36025E-05 747,3544
275 28,783 0,6 0,066 1,8997 1,95062E-05 822,0899
300 31,4 0,6 0,066 2,0724 1,63906E-05 896,8253

23
c. Pengamatan paddle dengan sekat pada larutan CMC
Tabel 4.4 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle dengan Sekat

Laju Torque Power Reynold


putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- Daya, W number, number
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616666667 0 0 0 0 19,27349
50 5,233333333 0 0 0 0 38,54698
75 7,85 0 0 0 0 57,82047
100 10,46666667 0 0 0 0 77,09396
125 13,08333333 0 0 0 0 96,36744
150 15,7 0,5 0,055 0,8635 5,3199E-05 115,6409
175 18,31666667 0,6 0,066 1,2089 4,6902E-05 134,9144
200 20,93333333 0,65 0,0715 1,496733 3,89018E-05 154,1879
225 23,55 0,65 0,0715 1,683825 3,07372E-05 173,4614
250 26,16666667 0,65 0,0715 1,870917 2,48971E-05 192,7349
275 28,78333333 0,7 0,077 2,216317 2,21589E-05 212,0084
300 31,4 0,7 0,077 2,4178 1,86197E-05 231,2819

d. Pengamatan paddle tanpa sekat pada larutan CMC


Tabel 4.5 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle Tanpa Sekat
Laju Torque Power
putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- Daya, W number, Reynold
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) number (Nre)
25 2,616666667 0 0 0 0 19,27349
50 5,233333333 0 0 0 0 38,54698
75 7,85 0 0 0 0 57,82047
100 10,46666667 0 0 0 0 77,09396
125 13,08333333 0 0 0 0 96,36744
150 15,7 0 0 0 0 115,6409
175 18,31666667 0 0 0 0 134,9144
200 20,93333333 0,2 0,022 0,460533 1,19698E-05 154,1879
225 23,55 0,3 0,033 0,77715 1,41864E-05 173,4614
250 26,16666667 0,3 0,033 0,8635 1,1491E-05 192,7349
275 28,78333333 0,4 0,044 1,266467 1,26622E-05 212,0084
300 31,4 0,4 0,044 1,3816 1,06398E-05 231,2819

24
2. Propeller
a. Pengamatan Propeller dengan sekat (air)
Tabel 4.6. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Propeller dengan Sekat
Laju Torque Power
putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- Daya, W number, Reynold
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) number (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 20,11142
50 5,233 0 0 0 0 40,22285
75 7,85 0 0 0 0 60,33427
100 10,466 0 0 0 0 80,4457
125 13,083 0 0 0 0 100,5571
150 15,7 0 0 0 0 120,6685
175 18,316 0 0 0 0 140,78
200 20,933 0 0 0 0 160,8914
225 23,55 0 0 0 0 181,0028
250 26,166 0 0 0 0 201,1142
275 28,783 0 0 0 0 221,2257
300 31,4 0 0 0 0 241,3371

b. Pengamatan propeller tanpa sekat


Tabel 4.7 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Propeller tanpa Sekat
Laju Torque Power
putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- Daya, W number, Reynold
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) number (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 20,11142
50 5,23 0 0 0 0 40,22285
75 7,85 0 0 0 0 60,33427
100 10,466 0 0 0 0 80,4457
125 13,083 0 0 0 0 100,5571
150 15,7 0 0 0 0 120,6685
175 18,316 0 0 0 0 140,78
200 20,933 0 0 0 0 160,8914
225 23,55 0 0 0 0 181,0028
250 26,166 0 0 0 0 201,1142
275 28,783 0 0 0 0 221,2257
300 31,4 0 0 0 0 241,3371

25
c. Pengamatan propeller dengan sekat pada larutan CMC
Tabel 4.8 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Propeller dengan Sekat
Laju Torque Daya, Power
putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- W number, Reynold number
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 5,186526
50 5,233 0 0 0 0 10,37305
75 7,85 0 0 0 0 15,55958
100 10,466 0 0 0 0 20,7461
125 13,083 0 0 0 0 25,93263
150 15,7 0 0 0 0 31,11916
175 18,316 0 0 0 0 36,30568
200 20,933 0,2 0 0 0 41,49221
225 23,55 0,25 0 0 0 46,67873
250 26,166 0,25 0 0 0 51,86526
275 28,783 0,3 0 0 0 57,05179
300 31,4 0,3 0 0 0 62,23831

d. Pengamatan propeller tanpa sekat pada larutan CMC

Tabel 4.9 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Propeller tanpa Sekat
Laju Torque Daya, Power
putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- W number, Reynold number
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 5,186526
50 5,233 0 0 0 0 10,37305
75 7,85 0 0 0 0 15,55958
100 10,466 0 0 0 0 20,7461
125 13,083 0 0 0 0 25,93263
150 15,7 0 0 0 0 31,11916
175 18,316 0 0 0 0 36,30568
200 20,933 0,2 0 0 0 41,49221
225 23,55 0,25 0 0 0 46,67873
250 26,166 0,25 0 0 0 51,86526
275 28,783 0,3 0 0 0 57,05179
300 31,4 0,3 0 0 0 62,23831

26
3. Turbin
a. Pengamatan turbin dengan sekat (air)
Tabel 4.10 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk turbin dengan Sekat
Laju Laju Torque Daya,
putaran Putaran ɷ Gaya T(Nm- W Power number, Reynold number
(rpm) (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 55,59616
50 5,233 0 0 0 0 111,1923
75 7,85 0 0 0 0 166,7885
100 10,466 0 0 0 0 222,3847
125 13,083 0 0 0 0 277,9808
150 15,7 0 0 0 0 333,577
175 18,316 0 0 0 0 389,1731
200 20,933 0,6 0,066 1,3816 5,74778E-05 444,7693
225 23,55 0,6 0,066 1,5543 4,54145E-05 500,3655
250 26,166 0,6 0,066 1,727 3,67858E-05 555,9616
275 28,783 0,6 0,066 1,8997 3,04015E-05 611,5578
300 31,4 0,65 0,0715 2,2451 2,76745E-05 667,154

b. Pengamatan turbin tanpa sekat


Tabel 4.11 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk turbin tanpa Sekat
Laju Laju Torque Daya,
putaran Putaran ɷ Gaya T(Nm- W Power number, Reynold number
(rpm) (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 55,59616
50 5,233 0 0 0 0 111,1923
75 7,85 0 0 0 0 166,7885
100 10,466 0 0 0 0 222,3847
125 13,083 0 0 0 0 277,9808
150 15,7 0 0 0 0 333,577
175 18,316 0 0 0 0 389,1731
200 20,933 0 0 0 0 444,7693
225 23,55 0 0 0 0 500,3655
250 26,166 0 0 0 0 555,9616
275 28,783 0 0 0 0 611,5578
300 31,4 0 0 0 0 667,154

27
c. Pengamatan turbin dengan sekat pada larutan CMC
Tabel 4.12 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk turbin dengan Sekat
Laju Laju Torque
putaran Putaran ɷ Gaya T(Nm- Daya, W Power number, Reynold number
(rpm) (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 15,20539
50 5,233 0 0 0 0 30,41078
75 7,85 0 0 0 0 45,61617
100 10,466 0 0 0 0 60,82155
125 13,083 0 0 0 0 76,02694
150 15,7 0 0 0 0 91,23233
175 18,316 0 0 0 0 106,4377
200 20,933 0 0 0 0 121,6431
225 23,55 0,6 0,066 1,5543 4,42206E-05 136,8485
250 26,1666 0,65 0,0715 1,870917 3,88036E-05 152,0539
275 28,783 0,7 0,077 2,216317 3,45359E-05 167,2593
300 31,4 0,7 0,077 2,4178 2,90198E-05 182,4647

d. Pengamatan turbin tanpa sekat pada larutan CMC


Tabel 13. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk turbin tanpa Sekat
Laju Laju Torque
putaran Putaran ɷ Gaya T(Nm- Daya, W Power number, Reynold number
(rpm) (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 15,20539
50 5,233 0 0 0 0 30,41078
75 7,85 0 0 0 0 45,61617
100 10,466 0 0 0 0 60,82155
125 13,083 0 0 0 0 76,02694
150 15,7 0 0 0 0 91,23233
175 18,316 0 0 0 0 106,4377
200 20,933 0 0 0 0 121,6431
225 23,55 0 0 0 0 136,8485
250 26,166 0,5 0,055 1,439167 2,98489E-05 152,0539
275 28,783 0,5 0,055 1,583083 2,46685E-05 167,2593
300 31,4 0,6 0,066 2,0724 2,48741E-05 182,4647

28
4.2 Penentuan Pola Aliran
Praktikum ini menggunakan tangki berpengaduk berbentuk silinder tegak
dangan tinggi fluida 0,3 m yang diukur dari dasar tangki hingga bagian paling atas
dari tangki dan diameter tangki adalah 0,28 m diukur dari bagian dalam lingkar
tangki sisi yang satu ke sisi lainnya. Fluida yang digunakan pada praktikum ini
adalah air. Pengaduk yang digunakan pada praktikum ini adalah pengaduk tipe
paddle, propeller dan turbin. Posisi pengaduk dipasang tepat pada center tangki.
Pada Gambar 4.1c dapat dilihat bahwa pola aliran yang terbentuk saat
menggunakan pengaduk propeller adalah pola aliran aksial. Pola aliran yang
sejajar dengan sumbu pengaduk yang digunakan. Pola aliran di mulai dari bagian
dasar, kemudian bergerak tepat di bagian bawah pengaduk, selanjutnya ke
berbagai sisi dan ke bagian atas. Pola aliran yang terlihat adalah tenang meskipun
terkadang terjadi pola acak. sedangkan tanpa sekat membentuk pola aksial
walaupun agak acak dan membentuk vorteks.
Pada Gambar 4.1b dapat dilihat bahwa pola sirkulasi aliran yang biasa
terbentuk pada pengaduk turbin adalah pola sirkulasi tangensial atau dapat
dikatakan pola sirkulasi aliran yang mengelilingi seluruh bagian fluida, Gerakan
dimulai dari bagian dasar lalu menyebar ke berbagai sisi dan selanjutnya bergerak
ke arah atas dengan pola sirkulasi radial dan aksial. Pola sirkulasi aliran yang
terbentuk dapat dikatakan gabungan antara pola sirkulasi aliran radial dan pola
sirkulasi aliran aksial, sehingga pola sirkulasi aliran yang terbentuk terlihat
menyebar ke segala arah.
Sedangkan pada pengaduk jenis paddle, baik tanpa sekat maupun bersekat
pada Gambar 4.1b dapat dilihat bahwa pola airan yang berbentuk adalah aliran
radial. Pada tangki tanpa sekat selalu menghasilkan vortex karena sekat berfungsi
memecah terjadinya pusaran. Ini sesuai dengan teori bahwa jenis impeller paddle
dan turbin menghasilkan pola radial sedangkan pada propeller pola yang
terbentuk adalah aksial.

29
4.3 Hubungan antara Laju Putaran (rad/s) dengan Gaya (N) yang
Dibutuhkan pada Tangki
Hubungan antara laju putaran pengaduk (rad/s) dan gaya (N) untuk tipe
pengaduk paddle dalam tangki tanpa sekat dan menggunakan sekat untuk fluida
air dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut :
0.8

0.7

0.6

0.5
Gaya (N)

0.4
paddle tanpa sekat
0.3 paddle dengan sekat
0.2

0.1

0
25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300
Laju putaran (rpm)

Gambar 4.2 Kurva hubungan laju putaran (rad/s) dengan gaya (N) pada
pengaduk paddle menggunakan sekat dan tanpa sekat

Dari Gambar diatas dapat diketahui bahwa kenaikan gaya pada pengaduk
paddle tanpa menggunakan sekat mengalami kenaikan gaya (F) pada laju putaran
200 rpm yaitu 0,6 N sampai dengan 300 rpm dengan gaya (F) yang paling tinggi
pada laju alir yaitu 0,6 N sedangakan pada pengaduk paddle menggunakan sekat
mengalami kenaikan gaya (N) pada laju putaran 150 rpm dengan nilai gaya 0,6
sampai dengan kecepatan 300 rpm dengan nilai gaya (N) adalah 0,7 N
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa antara kecepatan pengaduk dan
gaya dari tipe pengaduk jenis paddle pada tangki bersekat terjadi fluktuasi.
Semakin tinggi nilai kecepatan pengaduk, maka semakin tinggi pula nilai gaya
dari masing-masing pengaduk. Karena secara teori semakin tinggi nilai kecepatan
pengaduk, maka semakin tinggi pula nilai gaya dari masing-masing pengaduk
(Geankoplis,1993). Secara umum, untuk mendapatkan kecepatan pengaduk yang
besar, dapat dilakukan dengan memperbesar kecepatan putar dari masing-masing

30
pengaduk. Hal ini disebabkan oleh pola aliran pengaduk paddle radial atau
menyebar ke seluruh bagian fluida yang menyebabkan dibutuhkannya gaya yang
lebih besar di banding dengan pengaduk jenis lainnya.
Pada proses pengadukan dengan sekat, secara keseluruhan gaya yang
bekerja pada pengaduk lebih besar di bandingkan dengan gaya yang bekerja pada
proses pengadukan tanpa sekat. Hal ini desebabkan aliran fluida yang timbul
akibat pengadukan tertahan oleh sekat ketika akan membentuk suatu sirkulasi
mengelilingi tangki dan alirannya kembali menabrak pengaduk yang sedang
berputar. Ini membuat gaya yang bekerja pada pengaduk menjadi lebih besar
untuk mendorong fluida agar bersirkulasi mengelilingi tangki. Sekat pada tangki
memberikan peran yang baik dalam menghasilkan gaya pada putaran impeller.
Hal ini terbukti dimana gaya dihasilkan pada paddle muncul lebih cepat ketika
tangki dilengkapi dengan sekat. Sekat akan membentuk distribusi konsentrasi
aliran yang merata sehingga aliran mampu menyentuh banyak sisi dari tangki
dengan baik.

4.4 Hubungan antara Laju Putaran (rpm) dan Daya (watt) Pada Tangki
Hubungan antara laju putaran pengaduk dan daya untuk tipe pengaduk paddle
dalam tangki dengan sekat dan tanpa menggunakan sekat untuk fluida air dapat
dilihat pada Gambar 4.3 berikut :

31
3

2.5

2
Daya (watt)

1.5
paddle tanpa sekat
1 paddle dengan sekat

0.5

0
25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300

Laju putaran (Rpm)

Gambar 4.3 Kurva hubungan laju putaran (rad/s) dengan Daya (watt) pada
pengaduk paddle tanpa sekat dan menggunakan sekat

Daya (watt) pada proses pengadukan dengan sekat secara keseluruhan


memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan daya (watt) pada proses
pengadukan tanpa sekat. Hal ini desebabkan karena dipengaruhi oleh besarnya
daya yang bekerja pada masing-masing pengaduk baik pada proses pengadukan
dengan sekat ataupun proses pengadukan tanpa sekat (Geankoplis, 1993). Daya
yang dibutuhkan pada proses pengadukan dengan sekat lebih besar dibandingkan
dengan daya yang dibutuhkan pada proses pengadukan tanpa sekat. Sirkulasi
aliran adalah hal yang mempengaruhinya, dimana ketika menggunakan sekat
sirkulasi aliran tertahan oleh sekat dan kembali menabrak sirkulasi aliran yang ada
dibelakangnya. Akibatnya pengaduk membutuhkan daya yang lebih besar untuk
mendorong fluida mengelilingi tangki. Nilai daya yang paling tinggi berada pada
pengaduk paddle sebesar 2,4178 watt.

4.5 Hubungan antara Bilangan Reynolds(NRe) dengan Bilangan Power (NPo)


pada Tangki
Hubungan antara bilangan Reynolds dengan Bilangan power untuk tipe
pengaduk paddle dalam tangki tanpa sekat dan menggunakan sekar untuk fluida
air dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut :

32
0.00006

0.00005
Power number NPo)
0.00004

0.00003
paddle tanpa sekat
0.00002
paddle dengan sekat
0.00001

Reynolds number (NRe)

Gambar 4.4 Kurva hubungan bilangan Reynolds (NRe) dengan Bilangan Power

Nilai hubungan bilangan Reynolds (NRe) dengan bilangan Daya (NPo) pada
pengadukan dengan sekat menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pengadukan tanpa sekat. Hal ini disebabkan bilangan Daya (NPo)
dipengaruhi oleh besarnya daya yang bekerja pada masing-masing pengaduk baik
pada proses pengadukan dengan sekat ataupun proses pengadukan tanpa sekat.
Daya yang dibutuhkan pada proses pengadukan dengan sekat lebih besar
dibandingkan dengan daya yang dibutuhkan pada proses pengadukan tanpa sekat.
Sirkulasi aliran adalah hal yang mempengaruhinya, dimana ketika menggunakan
sekat sirkulasi aliran tertahan oleh sekat dan kembali menabrak sirkulasi aliran
yang ada dibelakangnya (Geankoplis, 1993).
Akibatnya pengaduk membutuhkan daya yang lebih besar untuk
mendorong fluida mengelilingi tangki. Bilangan Reynolds pada proses
pengadukan dengan sekat juga menunjukkan angka yang lebih besar
dibandingkan dengan pengadukan tanpa sekat. Kecepatan pengadukan adalah hal
yang mempengaruhi nilai tersebut, dimana kecepatan pengadukan pada proses
dengan sekat lebih besar di bandingkan dengan proses pengadukan tanpa sekat.
Bilangan Power (NPo) teringgi yaitu 4,816 x 10−5 pada saat bilangan Reynolds
menunjukkan angka 531,148 terjadi pada pengaduk paddle dengan sekat.

33
4.6 Efek Viskositas
Pada efek viskositas berikut ini kita membandingkan hubungan antara laju
putaran pengaduk dengan daya untuk tipe pengaduk turbin dalam tangki dengan
sekat untuk fluida jenis air dan larutan CMC dapat dilihat pada Gambar 4.5

2.5

2
Daya (watt)

1.5
turbin + air biasa
1 turbin + CMC

0.5

0
25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300
Laju putar (rad/s)

Gambar 4.5 Kurva hubungan laju putaran (rad/s) dengan Daya (watt) pada fluida
larutan CMC dan air

Berdasarkan gambar 4.7 dapat dilihat bahwa daya yang dibutuhkan pada
bahan air lebih kecil dari pada bahan CMC. Hal tersebut sesuai dengan teori. Pada
teori dikatakan ketika densitas suatu larutan semakin besar maka daya yang
diperlukan akan semakin besar. Densitas air ialah 997,08 kg/m3 sedangkan
densitas CMC adalah 1024 kg/m3, pada densitas CMC yang lebih besar dari pada
densitas air maka daya yang dibutuhkan CMC lebih besar dari pada daya air.
Daya yang paling tinggi terdapat pada pengaduk turbin + CMC dengan kecepatan
300 rad/s yaitu 2,4178 watt.

34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Pola aliran yang dibentuk oleh paddle baik tanpa sekat maupun bersekat
berbentuk aliran radial. Pola aliran yang dibentuk oleh impeler jenis
turbin baik yang bersekat maupun tidak bersekat yaitu radial tangensial.
Sedangkan pada pengaduk jenis propeler tanpa sekat membentuk pola
aksial.
2. Semakin tinggi laju putar (rad/s) maka gaya (F) yang dihasilkan pun
semakin besar. Nilai gaya (F) yang paling besar terdapat pada pengaduk
paddle bersekat yaitu 0,7 N dan yang paling kecil ada pada pengaduk
propeller yaitu 0 N.
3. Bilangan power (NPo) berbanding terbalik dengan bilangan Reynold.
Bilangan power paling besar ada pada pengaduk paddle bersekat yaitu
4,816 x 10−5 dan bilangan power (NPo) yang paling rendah pada
pengaduk propeller yaitu 0.
4. Besarnya data (watt) pada pengaduk turbin menggunakan CMC lebih
tinggi di banding dengan pengaduk turbin menggunakan air saja.

2.6 SARAN
Pada praktikum ini diharapkan kepada praktikan untuk berhati-hati dalam
melakukan bongkar pasang impeller dan sekat, karena tangki di letakkan di
tempat yang cukup tinggi.

35
DAFTAR PUSTAKA

Brodkey, R.S. and H.C. Hersey.1998. Transport Phenomena - A Unifield


Approach.McGraw-Hill Book Co. Inc. : Singapore

Geankoplis, C.J. 1993.Transport Process and Unit Operation, 3rd edition.Prentice


Hall Inc. : Englewood Cliffs, New Jersey.

Gustiayu, B. (2012). “Simulasi Pola Aliran Dalam Tangki Berpengaduk


Menggunakan Side-Entering Impeller Untuk Suspensi Padat-Cair:. Jurnal
Teknik POMITS. 1 (1), 1-4.

Marsis, W. 2008. Analisis Reaktor Alir Tangki Pengaduk Pada Kapasitas


20𝑚3 Dengan Temperature 152 Celcius. SKRIPSI Universitas
Muhammadiyah Jakarta: Jakarta

Mc Cabe, W.L., J.C Smith and P. Harriot. 1985.Unit Operation of Chemical


Engineering, 5th edition, McGraw-Hill Book Co. Inc. : New York.

Tatterson, and Gary, B., 1991, Fluid Mixing and Gas Dispersion in Agitated
Tanks, McGraw-Hill Book Co. : New York. Chapter 1,2, and 4.

Tim Penyusun, 2010, Petunjuk Praktikum Proses dan Operasi Teknik I. Depok :
Universitas Indonesia

Wahid, A. (2015). “Pengendalian Reaktor Alir Tangki Berpengaduk


Menggunakan Representative Model Predictive Control”. Jurnal Teknik
Kimia. 9 ( 3), 227-234.

Wallas, Stanley. 1988.Chemical Process Equipment, Selection and Desain.


Butterworth-Heinneman: USA

36
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN

Data
1. Densitas air (ρ) = 997,08 kg/m3
2. Viskositas air (μ) = 0,893 kg/ms
3. Ketinggian air dalam bak = 0,3 m
4. Diameter bak = 0,28 m
5. π = 3,14
6. Torque arm (r) = 0,11 m
7. Diameter propeller = 0,083 m
8. Diameter turbin = 0,138 m
9. Diameter paddle = 0,16 m
10. Diameter turbin = 0,138 m
11. Viakositas air = 0,893 cP
12. Waktu air = 0,7 detik
13. Viskositas CMC = 3,559 cP

Perhitungan
1. Pengadukan tanpa sekat
 Propeller
Untuk laju putaran 25 rpm
a. Laju putaran = 25 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
25 rpm = 25( ) = 2,616 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

b. Gaya, F (N) = 0 N
c. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2

37
d. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 2,616 = 0 watt
𝑃
e. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 997,08 𝑥 0,0833 𝑥 2,6163 = 0

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
f. Reynold number, Re = µ

2,616 𝑥 0,00,832 𝑥 997,08


Re = = 12,34394
0,8937

Untuk laju putaran 300 rpm


a. Laju putaran = 300 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
300 rpm = 300 ( ) = 31,4 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

b. Gaya, F (N) = 0 N
c. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
d. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 31,4 = 0 watt
𝑃
e. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 997,08 𝑥 0,0833 𝑥 31,43 = 0

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
f. Reynold number, Re = µ

31,4 𝑥 0,0832 𝑥 997,08


Re = = 62,238
0,8937

 Paddle
Untuk laju putaran 225 rpm
g. Laju putaran = 225 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60

38
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
225 rpm = 225( ) = 23,55 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

h. Gaya, F (N) = 0,6 N


i. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0,6 x 0,11 = 0,66 Nm-2
j. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0,66 x 23,55 = 1,5543 watt
𝑃
k. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
1,5543
Po = 997,08 𝑥 0,163 𝑥 23,553 = 2,91388 𝑥 10−5

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
l. Reynold number, Re = µ

23,55 𝑥 0,162 𝑥 997,08


Re = = 672,619
0,8937

Untuk laju putaran 300 rpm


g. Laju putaran = 300 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
300 rpm = 300 ( ) = 31,4 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

h. Gaya, F (N) = 0,6 N


i. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0,6 x 0,11 = 0,066 Nm-2
j. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0,066 x 31,4 = 2,0724 watt
𝑃
k. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
2,0724
Po = 997,08 𝑥 0,163 𝑥 31,43 = 1,63906 10−5

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
l. Reynold number, Re = µ

31,4 𝑥 0,162 𝑥 997,08


Re = = 896,8253
0,8937

39
Untuk perhitungan pengadukan propeller dengan laju yang berikutnya, dapat
dihitung dengan rumus seperti yang di atas.
 Turbin
Untuk laju putaran 25 rpm
a. Laju putaran = 25 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2𝑥3.14
25 ( ) = 2,616 𝑟𝑎𝑑/𝑠
60

b. Gaya, F (N) = 0 N
c. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
d. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 2,616 = 0 watt
𝑃
e. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 997,08 𝑥 0,1383 𝑥 2,6163 = 0

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
f. Reynold number, Re = µ

2,616 0,1382 𝑥 997,08


Re = = 55,5916
0,8937

Untuk laju putaran 300 rpm


a. Laju putaran = 300 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
300 rpm = 300 ( ) = 31,4 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

b. Gaya, F (N) = 0 N

40
c. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
d. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 31,4 = 0 watt
𝑃
e. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = =0
997,08 𝑥 0,1383 𝑥 31,43

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
f. Reynold number, Re = µ

31,4𝑥 0,1382 𝑥 997,08


Re = = 667,154
0,8937

Untuk perhitungan pengadukan turbin dengan laju yang berikutnya, dapat


dihitung dengan rumus seperti yang di atas.

Perhitungan pengukuran sifat fisis fluida


a. Densitas fluida
Massa pikno kosong = 15,41 gr
Massa pikno + larutan CMC = 25,78 gr
Massa larutan CMC:
(massa pikno + larutan CMC) – (massa pikno kosong)
= 26,72 gr – 16,48 gr
= 1,024 gr

Volume larutan CMC dalam tabung = 10 ml

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐶𝑀𝐶


Maka ρ CMC = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐶𝑀𝐶
(26,72−16,48)𝑔𝑟
= 10 𝑚𝑙
= 1,024 gr/ml
= 1024 kg/ m3

b. Viskositas fluida = 0,893 Cp

Viskositas CMC =
η1 t1 x ρ1
=
η2 t 2 x ρ2
η2= η1 x t2 x ρ2
t1 x ρ1

41
𝜂 0,893 𝑐𝑃 𝑥 2,67 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 1,024 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
2=
0.7 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 0,98 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙

2,4414 𝑐𝑃
𝜂2 =
0,686
𝜂2 = 3,559 𝑐𝑃

2. Pengadukan + CMC tanpa sekat


 Propeller
Untuk laju putaran 25 rpm
m. Laju putaran = 25 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
25 rpm = 25( ) = 2,616 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

n. Gaya, F (N) = 0 N
o. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
p. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 2,616 = 0 watt
𝑃
q. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 1024 𝑥 0,0833 𝑥 2,6163 = 0

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
r. Reynold number, Re = µ

2,616 𝑥 0,0832 𝑥 1024


Re = = 5,186526
3,559

42
Untuk laju putaran 300 rpm
m. Laju putaran = 300 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
300 rpm = 300 ( ) = 31,4 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

n. Gaya, F (N) = 0 N
o. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
p. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 31,4 = 0 watt
𝑃
q. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 1024 𝑥 0,0833 𝑥 31,43 = 0

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
r. Reynold number, Re = µ

31,4 𝑥 0,0832 𝑥 1024


Re = = 62,23831
3,559

 Paddle
Untuk laju putaran 200 rpm
s. Laju putaran = 200 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
200 rpm = 200( ) = 0,933 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

t. Gaya, F (N) = 0,2 N


u. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0,2 x 0,11 = 0,022 Nm-2
v. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0,022 x 20,933= 0,60533 watt

43
𝑃
w. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0,60533
Po = 1024 𝑥 0,163 𝑥 20,9333 = 1,19698𝑥 10−5

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
x. Reynold number, Re = µ

20,933 𝑥 0,162 𝑥 1024


Re = = 231,2819
3,559

Untuk laju putaran 300 rpm


s. Laju putaran = 300 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
300 rpm = 300 ( ) = 31,4 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

t. Gaya, F (N) = 0,4 N


u. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0,4 x 0,11 = 0,044 Nm-2
v. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0,044 x 31,4 = 1,3816 watt
𝑃
w. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
1,3816
Po = 1024 𝑥 0,163 𝑥 31,43 = 1,06398 𝑥 10−5

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
x. Reynold number, Re = µ

31,4 𝑥 0,162 𝑥 1024


Re = = 231,2819
3,559

Untuk perhitungan pengadukan propeller dengan laju yang berikutnya, dapat


dihitung dengan rumus seperti yang di atas.
 Turbin
Untuk laju putaran 250 rpm
g. Laju putaran = 250 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)

44
Laju putaran = rpm x 2π/60
2𝑥3.14
250 ( ) = 26,166 𝑟𝑎𝑑/𝑠
60

h. Gaya, F (N) = 0,5 N


i. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0,5 x 0,11 = 0,055 Nm-2
j. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0,055 x 26,166 = 1,4391 watt
𝑃
k. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
1,4391
Po = 1024 𝑥 0,1383 𝑥 26,1663 = 2,98489 𝑥 10−5

𝑁𝐷𝑖2 𝜌
l. Reynold number, Re = µ

26,166 0,1382 𝑥 1024


Re = = 152,0539
3,559

Untuk laju putaran 300 rpm


g. Laju putaran = 300 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
300 rpm = 300 ( ) = 31,4 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60

h. Gaya, F (N) = 0,6 N


i. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0,6 x 0,11 = 0,066 Nm-2
j. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0,066 x 31,4 = 1,439167 watt
𝑃
k. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
1,439167
Po = 1024 𝑥 0,1383 𝑥 31,43 = 2,49741 𝑥 10−5

45
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
l. Reynold number, Re = µ

31,4𝑥 0,1382 𝑥 1024


Re = = 182,4647
3,559

46

Anda mungkin juga menyukai