PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair
yang lain, sehingga dapat membentuk emulsi atau suspensi butiran halus
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor zat cair dengan kumparan atau
mentol kalor.
3
Reaktan diumpankan ke dalam suatu tangki berpengaduk bersama dengan
bahan baku, kemudian akan dilakukan pengadukan dengan perangkat pengaduk
dan menghasilkan produk. Pada reaktor ini pengaduk dirancang sesuai dengan
bahan yang akan diaduk, sehingga campuran teraduk dengan sempurna dan
diharapkan reaksi berlangsung secara optimal. Biasanya untuk mendapatkan
konversi yang besar maka reaktor disusun secara seri dan dilengkapi dengan
pemanas. Reaktor berpengaduk sebenarnya sama dengan rekator batch namun
yang membedakannya adalah pada reaktor ini dilengkapi dengan pengaduk. Alat
tangki pengaduk ditampilkan pada Gambar 2.1 :
2.3 Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk menggerakkan bahan di dalam bejana
pengaduk. Biasanya yang berlangsung adalah gerakan turbulen (misalnya untuk
melaksanakan reaksi kimia, proses pertukaran panas, proses pelarutan). Alat
pengaduk terdiri atas sumbu pengaduk dan strip pengaduk yang dirangkai menjadi
satu kesatuan atau dapat dipisah-pisah menjadi 2-3 bagian pengaduk yang dapat
dipisah-pisahkan juga dapat dibongkar pasang didalam satu unit tangki pengaduk.
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi
dari pengaduk dalam fluida. Gerak dari pengaduk ini memotong fluida tersebut
dan dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak ke seluruh sistem fluida itu.
Oleh karena itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu
operasi fase cair dengan tangki berpengaduk. Pencampuran baik dapat diperoleh
apabila diperhatikan bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakannya karena
4
akan mempengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya yang diperlukan.
Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu
mungkin terbuka saja ke udara atau dapat pula tertutup. Ukuran dan proporsi
tangki itu bermacam-macam, bergantung pada masalah pengadukan itu sendiri .
Di dalam tangki itu dipasang impeller pada ujung poros menggantung,
artinya poros itu ditumpuh dari atas. Poros itu digerakkan oleh motor, yang
terkadang dihubungkan langsung dengan poros itu, namun biasanya dihubungkan
melalui peti roda gigi untuk menurunkan kecepatannya. Tangki itu biasanya
diperlengkapi pula dengan lubang masuk dan lubang keluar, kumparan kalor,
mantel, dan sumur untuk menempatkan termometer atau peranti pengukuran suhu
lainnya. Impeller itu akan membangkitkan pola aliran dalam yang menyebabkan
zat cair bersirkulasi di dalam bejana untuk akhirnya kembali ke impeller
Alat pengaduk dapat dibuat dari berbagai bahan yang sesuai dengan
bejana pengaduknya, misalnya dari baja, baja tahan karat, baja berlapis email, baja
berlapis karet. Suatu alat pengaduk diusahakan menghasilkan pengadukan yang
sebaik mungkin dengan pemakaian daya yang sekecil mungkin. Ini berarti seluruh
isi bejana pengaduk sedapat mungkin digerakkan secara merata, biasanya secara
turbulen. Kebutuhan daya dan baik buruknya hasil pengadukan tergantung antara
lain pada faktor-faktor Menurut Wahid (2015) berikut :
1. Jenis alat pengaduk : Bentuk, ukuran, perbandingan diameter daun pengaduk
terhadap diameter bejana pengaduk, frekuensi putaran,
posisi dalam bejana pengaduk.
2. Jenis bejana pengaduk : Bentuk, ukuran, perlengkapan di dalamnya, derajat
keisian (degree of fullness).
3. Jenis dan jumlah bahan : Viskositas, jenis campuran (larutan sejati, suspensi
kasar, suspensi halus, dan sebagainya), kerapatan,
perbedaan kerapatan dalam campuran, besar dan
bentuk partikel padat yang diaduk.
5
Terdapat dua macam impeller pengaduk yaitu jenis pertama
membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeller, dan yang kedua
membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial. Impeller jenis pertama
disebut impeller aliran aksial (axial flow impeller), sedang yang kedua adalah
impeler aliran radial (radial flow impeller ).
Dari segi bentuknya, ada tiga jenis impeler : propeller (baling-baling),
dayung (paddle), dan turbin. Masing-masing jenis terdiri lagi atas berbagai variasi
dan sub jenis. Propeller merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi
untuk zat cair berviskositas rendah. Propeller besar berputar pada 400 sampai 800
rpm. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalui zat cair menurut arah
tertentu sampai di belokkan oleh lantai atau dinding bejana.
Menurut Marsis (2008) aliran yang dihasilkan pengaduk dapat dibagi
menjadi 3 golongan:
1. Pengaduk aliran aksial Pengaduk ini akan menimbulkan arus atau aliran yang
sejajar dengan sumbu poros pengaduk.
2. Pengaduk aliran radial Pengaduk ini akan menimbulkan aliran yang
mempunyai arah tangensial dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk.
Komponen aliran tangensial akan menyebabkan timbulnya vorteks dan
terjadinya suatu pusaran tetapi dapat dihilangkan dengan pemasangan baffle
atau cruciform baffle.
3. Pengaduk aliran campuran Pengaduk ini merupakan gabungan dari dua jenis
pengaduk diatas. Untuk tugas-tugas sederhana, agitator yang terdiri dari satu
dayung datar yang berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang
cukup efektif. Kadang-kadang daun-daunnya di buat miring, tetapi biasanya
vertikal saja. Dayung ini berputar di tengah bejana dengan kecepatan rendah
sampai sedang dan mendorong zat cair secara radial dan tangensial, hampir
tanpa adanya gerakan vertikal pada impeler, kecuali bila daunnya agak miring.
6
Menurut Marsis (2008) bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi empat
golongan yaitu:
1. Propeller
Jenis impeller ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi
dengan arah aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang
memiliki viskositas rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk
tangki. Kapasitas sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban
head. Dalam perancangan propeller, luas sudu biasa dinyatakan dalam
perbandingan luas area yang terbentuk dengan luas daerah disk. Pengaduk
propeller terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran meninggalkan
pengaduk secara kontinu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai
dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki. Impeller jenis ini dapat
dioperasikan pada seluruh range kecepatan. Propeller berputar pada 400
sampai 800 rpm.
Tipe impeller ini berbentuk kipas yang menghasilkan aliran aksial.
Propeller mempunyai tingkat efisiensi yang baik bila digunakan pada fluida
yang berviskositas rendah, kurang dari 2000 cP. Hal ini efektif digunakan
dalam bejana besar. Biasanya alat pengaduk propeller dibuat dalam dua
bagian dan berputar dengan cepat. Pengaduk propeller digunakan untuk
mengaduk bahan dengan viskositas rendah. Ada beberapa jenis pengaduk
yang biasa digunakan. Salah satunya adalah propeller berdaun tiga. Untuk
lebih jelasnya mengenai bentukbentuk dari pengaduk jenis propeller dapat
dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-
baling kapal (c)
7
2. Paddle
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudut,
horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada
aliran fluida laminar, transisi atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk paddle
menimbulkan aliran arah radial dan tangensial dan hampir tanpa gerak vertikal
sama sekali, kecuali digunakan baffle. Arus yang bergerak ke arah horizontal
setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah.
Tipe impeller ini akan mendorong zat cair secara radial dan tangensial. Arus
yang terjadi bergerak keluar ke arah dinding, lalu membelok ke atas atau ke
bawah. Paddle merupakan impeller yang paling efektif. Hal ini dapat dilihat dari
pola aliran yang ditimbulkan akibat gerakan paddle ke seluruh bagian sehingga
molekul yang akan dilarutkan bergerak acak dan homogenitas yang tinggi
dihasilkan. Hal ini menyebabkan paddle mempunyai efisiensi yang tinggi.
Impeller ini digunakan untuk fluida yang berviskositas 100.000 sampai 1.000.000
cP. Berbagai jenis pengaduk dayung biasanya digunakan pada kesepatan rendah
diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung datar berdaun dua atau empat biasa
digunakan dalam sebuah proses pengadukan. Panjang total dari pengadukan
dayung biasanya 60 - 80% dari diameter tangki dan lebar dari 12 daunnya 1/6 -
1/10 dari panjangnya. Untuk lebih jelasnya mengenai bentuk dari pengaduk jenis
paddle dapat dilihat pada Gambar 2.3.
8
3. Turbin
Istilah turbin ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbin
merupakan pengaduk dengan sudut tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk
jenis ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis
propeller. Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial dan tangensial. Di
sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat
antar fluida. Salah satu jenis pengaduk turbin adalah pitched blade. Pengaduk
jenis ini memiliki sudut konstan. Turbin biasanya efektif untuk fluida
berviskositas sedang yaitu 2000 sampai 50.000 cP. Arus yang ditimbulkan
bersifat radial dan tangensial. Komponen tangensialnya menimbulkan vortex dan
arus putar yang harus diehntikan dengan menggunakan baffle. 13 Arus yang
ditimbulkan oleh gerakan impeller ini menyebabkan terbentuknya vortex yang
sangat tidak diinginkan dalam proses mixing. Untuk mencegah terjadinya vortex
ketika fluida diaduk dalam tangki silinder dengan impeller yang berada pada
pusatnya maka digunakan baffle yang dipasang pada dinding vessel. Baffle yang
digunakan biasanya memiliki jarak yang sama. Baffle biasanya tidak menempel
pada dinding vessel sehingga secara kebetulan akan terdapat celah antara baffle
dengan dinding vessel. Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki
banyak daun pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan
tinggi untuk cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari
sebuah turbin biasanya antara 30 - 50% dari diamter tangki. Turbin biasanya
memiliki empat atau enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar
memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang
baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah pengaduk dan akan menuju ke bagian
daun pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas. Untuk lebih
jelasnya mengenai bentuk dari pengaduk jenis turbin dapat dilihat pada Gambar
2.4 di bawah ini.
9
Gambar 2.4 Pengaduk Turbin
4. Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang tinggi dan
beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon (bentuk seperti
pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti balingballing
helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan bergerak dalam
sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke bagian atas
pengaduk. Untuk lebih jelasnya mengenai bentuk dari pengaduk jenis Helical-
Ribbon dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral
10
karena akan dipengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya diperlukan.
Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu
mungkin terbuka saja ke udara atau dapat pula tertutup.
. Gambar 2.6 (a) Impeller, (b) Propeller, (c) Paddle dan (d) Helical ribbon.
Jika kecepatan putar pengaduk tinggi dan sumbu impeller berada di pusat
tangki pada tangki tidak bersekat maka akan menyebabkan terjadinya vortex.
Fenomena vortex ini sangat tidak diinginkan dalam suatu proses pengadukan
karena dapat mengakibatkan pencampuran menjadi tidak sempurna (McCabe,
1985). Selain itu, vortex juga dapat menyebabkan campuran tumpah dari tangki.
11
Bentuk pola alir dan terjadinya vortex pada suatu operasi pengadukan ditampilkan
pada Gambar 2.7 :
12
itu, juga tergantung dari variasi ketiga komponen tersebut, dari satu lokasi
kelokasi yang lainnya. Ketiga dari komponen tersebut antara lain :
1. Komponen radial yang bekerja pada arah yang tegak lurus terhadap poros
impeller.
2. Komponen logitudinal yang bekerja pada arah pararel dengan poros.
3. Komponen tagensial atau ratosional yang bekerja pada arah singgung terhadap
lintasan lingkar pada sekeliling poros.
Keadaan dimana poros itu vertical, komponen radial tagensial berada
pada suatu bidang yang horizontal dan komponen logitidinalnya vertical.
Komponen radial dan longitudinal sangat aktif dalam memberikan aliran yang
diperlukan untuk melakukan pencampuran. Bila poros itu vertical pada pusat
tangki, komponen tagensial mengikuti satu arah lintasan berbentuk lingkaran
disekeliling poros dan akan menimbulkan voerteks pada permukaan zat cair. Ada
tiga cara untuk mencegah pusaran dan vorteks :
1. Pengaduk dipasang off center atau miring
2. Pada dinding tangki dipasang sekat vertical
3. Permukaan diffuser ring pada pengaduk jenis turbin.
13
Gambar 2.8 Sekat (Baffle) pada tangki.
Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada Gambar 2.8 bisa
menghasilkan pola perputaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang
digunakan sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki (Brodley, 1998).
14
2.6.1 Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tidak berdimensi yang
menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos. Persamaan untuk
menghitung bilangan Reynolds seperti ditunjukkan pada persamaan (1) sebagai
berikut :
N Da2
N Re
...................................................(4)
Dimana:
NRe = bilangan Reynolds
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
μ = viskositas fluida (kg/m.s)
15
Dimana:
NPo = bilangan daya
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
P = daya (watt)
16
Gambar 2.9 Hubungan daya turbin untuk tangki bersekat (Geankoplis, 1993).
17
Gugus hidroksil yang tergantikan dikenal dengan derajat penggantian
(degree of substitution) disingkat DS. Jumlah gugus hidroksil yang tergantikan
atau nilai DS mempengaruhi sifat kekentalan dan sifat kelarutan CMC dalam air.
CMC yang sering digunakan adalah yang memiliki nilai DS sebesar 0,7
atau sekitar 7 gugus Carboxymethyl per 10 unit anhidroglukosa karena memiliki
sifat sebagai zat pengental cukup baik (aqualonCMC.Herculesincorporated).
CMC merupakan molekul polimer berantai panjang dan karakteristiknya
bergantung pada panjang rantai atau derajad polimerisasi (DP). Nilai DS dan nilai
DP ditentukan oleh berat molekul polimer, dengan bertambah besar berat molekul
CMC maka sifatnya sebagai zat pengental semakin meningkat.
Keberadaan CMC dalam larutan cenderung membentuk ikatan silang
dalam molekul polimer yang menyebabkan molekul pelarut akan terjebak
didalamnya sehingga terjadi immobilisasai molekul pelarut yang dapat
membentuk struktur molekul yang kaku dan tahan terhadap tekanan. Makin tinggi
kadar CMC, pembentukan ikatan silang makin besar dan immobilisasi molekul
pelarut juga makin tinggi sehingga menyebabkan kecenderungan viskositas
meningkat (Wallas, 1988).
18
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Fluida : Air
2. Potongan-potongan kertas biru
3. CMC (Carboxyl Metyhl Cellulose) : 0,38%
3.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Satu unit tangki berpengaduk
C = 11 cm
D = 28 cm
h = 30 cm
2. Impeller :
a. Propeller
D = 0,083m
3 daun
b. paddle
D = 0,16 m
2 daun
c. Turbin = 0,138 m
3. Sekat = 5 sekat
4. Piknometer
5. viskometer
6. Jangka Sorong, mistar
19
Motor
Penggerak
Pengatur Kecepatan
Motor Penggerak
0
o
Dynamometer
Impeller
Buffle (sekat)
Gantungan Impeller
Tangki
20
3.3.2 Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
Prosedur penentuan karakteristik daya pengaduk pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Tangki diisi dengan fluida air hingga ketinggian 30 cm dari dasar
tangki.
2. Pengaduk propeller dipasang pada posisi yang tersedia.
3. Klem penyetel neraca pegas dikendorkan sehingga memungkinkan
dynamometer dapat bebas bergerak.
4. Posisi kedudukan dinamometer diatur pada posisi netral. Jika
dianggap perlu, bar setting dapat dipakai untuk mengatur tegangan
pegas.
5. Panjang tali (pada pegas) diatur sehingga posisi
indicator/penunjuk garis dengan tanda (garis putih) dan selubung
pegas pada posisi netral.
6. Laju putaran motor diatur, dengan memutar pengatur kecepatan
motor pada panel kendali, dengan kenaikan yang tetap.
7. Perubahan gaya dicatat setiap kenaikan putaran.
8. Reynold Number dan bilangan power dihitung menggunakan
rumus yang sudah ditentukan
9. Prosedur yang sama diulang untuk jenis pengaduk turbin dan
paddle
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Turbin
b. Paddle
c. Propeler
22
4.1.2 Percobaan 2 : Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
1. Paddle
a. Pengamatan Paddle dengan sekat (air)
Tabel 4.2 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle dengan Sekat
Laju Laju Torque Power Reynold
putaran Putaran ɷ Gaya T(Nm- Daya, W number, number
(rpm) (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 19,27349
50 5,233 0 0 0 0 38,54698
75 7,85 0 0 0 0 57,82047
100 10,466 0 0 0 0 77,09396
125 13,083 0 0 0 0 96,36744
150 15,7 0 0 0 0 115,6409
175 18,316 0 0 0 0 134,9144
200 20,933 0,2 0,022 0,460533 1,19698E-05 154,1879
225 23,55 0,3 0,033 0,77715 1,41864E-05 173,4614
250 26,166 0,3 0,033 0,8635 1,1491E-05 192,7349
275 28,783 0,4 0,044 1,266467 1,26622E-05 212,0084
300 31,4 0,4 0,044 1,3816 1,06398E-05 231,2819
23
c. Pengamatan paddle dengan sekat pada larutan CMC
Tabel 4.4 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle dengan Sekat
24
2. Propeller
a. Pengamatan Propeller dengan sekat (air)
Tabel 4.6. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Propeller dengan Sekat
Laju Torque Power
putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- Daya, W number, Reynold
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) number (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 20,11142
50 5,233 0 0 0 0 40,22285
75 7,85 0 0 0 0 60,33427
100 10,466 0 0 0 0 80,4457
125 13,083 0 0 0 0 100,5571
150 15,7 0 0 0 0 120,6685
175 18,316 0 0 0 0 140,78
200 20,933 0 0 0 0 160,8914
225 23,55 0 0 0 0 181,0028
250 26,166 0 0 0 0 201,1142
275 28,783 0 0 0 0 221,2257
300 31,4 0 0 0 0 241,3371
25
c. Pengamatan propeller dengan sekat pada larutan CMC
Tabel 4.8 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Propeller dengan Sekat
Laju Torque Daya, Power
putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- W number, Reynold number
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 5,186526
50 5,233 0 0 0 0 10,37305
75 7,85 0 0 0 0 15,55958
100 10,466 0 0 0 0 20,7461
125 13,083 0 0 0 0 25,93263
150 15,7 0 0 0 0 31,11916
175 18,316 0 0 0 0 36,30568
200 20,933 0,2 0 0 0 41,49221
225 23,55 0,25 0 0 0 46,67873
250 26,166 0,25 0 0 0 51,86526
275 28,783 0,3 0 0 0 57,05179
300 31,4 0,3 0 0 0 62,23831
Tabel 4.9 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Propeller tanpa Sekat
Laju Torque Daya, Power
putaran Laju Putaran Gaya T(Nm- W number, Reynold number
(rpm) ɷ (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 5,186526
50 5,233 0 0 0 0 10,37305
75 7,85 0 0 0 0 15,55958
100 10,466 0 0 0 0 20,7461
125 13,083 0 0 0 0 25,93263
150 15,7 0 0 0 0 31,11916
175 18,316 0 0 0 0 36,30568
200 20,933 0,2 0 0 0 41,49221
225 23,55 0,25 0 0 0 46,67873
250 26,166 0,25 0 0 0 51,86526
275 28,783 0,3 0 0 0 57,05179
300 31,4 0,3 0 0 0 62,23831
26
3. Turbin
a. Pengamatan turbin dengan sekat (air)
Tabel 4.10 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk turbin dengan Sekat
Laju Laju Torque Daya,
putaran Putaran ɷ Gaya T(Nm- W Power number, Reynold number
(rpm) (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 55,59616
50 5,233 0 0 0 0 111,1923
75 7,85 0 0 0 0 166,7885
100 10,466 0 0 0 0 222,3847
125 13,083 0 0 0 0 277,9808
150 15,7 0 0 0 0 333,577
175 18,316 0 0 0 0 389,1731
200 20,933 0,6 0,066 1,3816 5,74778E-05 444,7693
225 23,55 0,6 0,066 1,5543 4,54145E-05 500,3655
250 26,166 0,6 0,066 1,727 3,67858E-05 555,9616
275 28,783 0,6 0,066 1,8997 3,04015E-05 611,5578
300 31,4 0,65 0,0715 2,2451 2,76745E-05 667,154
27
c. Pengamatan turbin dengan sekat pada larutan CMC
Tabel 4.12 Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk turbin dengan Sekat
Laju Laju Torque
putaran Putaran ɷ Gaya T(Nm- Daya, W Power number, Reynold number
(rpm) (rad/detik) F(N) 2) (watt) (Npo) (Nre)
25 2,616 0 0 0 0 15,20539
50 5,233 0 0 0 0 30,41078
75 7,85 0 0 0 0 45,61617
100 10,466 0 0 0 0 60,82155
125 13,083 0 0 0 0 76,02694
150 15,7 0 0 0 0 91,23233
175 18,316 0 0 0 0 106,4377
200 20,933 0 0 0 0 121,6431
225 23,55 0,6 0,066 1,5543 4,42206E-05 136,8485
250 26,1666 0,65 0,0715 1,870917 3,88036E-05 152,0539
275 28,783 0,7 0,077 2,216317 3,45359E-05 167,2593
300 31,4 0,7 0,077 2,4178 2,90198E-05 182,4647
28
4.2 Penentuan Pola Aliran
Praktikum ini menggunakan tangki berpengaduk berbentuk silinder tegak
dangan tinggi fluida 0,3 m yang diukur dari dasar tangki hingga bagian paling atas
dari tangki dan diameter tangki adalah 0,28 m diukur dari bagian dalam lingkar
tangki sisi yang satu ke sisi lainnya. Fluida yang digunakan pada praktikum ini
adalah air. Pengaduk yang digunakan pada praktikum ini adalah pengaduk tipe
paddle, propeller dan turbin. Posisi pengaduk dipasang tepat pada center tangki.
Pada Gambar 4.1c dapat dilihat bahwa pola aliran yang terbentuk saat
menggunakan pengaduk propeller adalah pola aliran aksial. Pola aliran yang
sejajar dengan sumbu pengaduk yang digunakan. Pola aliran di mulai dari bagian
dasar, kemudian bergerak tepat di bagian bawah pengaduk, selanjutnya ke
berbagai sisi dan ke bagian atas. Pola aliran yang terlihat adalah tenang meskipun
terkadang terjadi pola acak. sedangkan tanpa sekat membentuk pola aksial
walaupun agak acak dan membentuk vorteks.
Pada Gambar 4.1b dapat dilihat bahwa pola sirkulasi aliran yang biasa
terbentuk pada pengaduk turbin adalah pola sirkulasi tangensial atau dapat
dikatakan pola sirkulasi aliran yang mengelilingi seluruh bagian fluida, Gerakan
dimulai dari bagian dasar lalu menyebar ke berbagai sisi dan selanjutnya bergerak
ke arah atas dengan pola sirkulasi radial dan aksial. Pola sirkulasi aliran yang
terbentuk dapat dikatakan gabungan antara pola sirkulasi aliran radial dan pola
sirkulasi aliran aksial, sehingga pola sirkulasi aliran yang terbentuk terlihat
menyebar ke segala arah.
Sedangkan pada pengaduk jenis paddle, baik tanpa sekat maupun bersekat
pada Gambar 4.1b dapat dilihat bahwa pola airan yang berbentuk adalah aliran
radial. Pada tangki tanpa sekat selalu menghasilkan vortex karena sekat berfungsi
memecah terjadinya pusaran. Ini sesuai dengan teori bahwa jenis impeller paddle
dan turbin menghasilkan pola radial sedangkan pada propeller pola yang
terbentuk adalah aksial.
29
4.3 Hubungan antara Laju Putaran (rad/s) dengan Gaya (N) yang
Dibutuhkan pada Tangki
Hubungan antara laju putaran pengaduk (rad/s) dan gaya (N) untuk tipe
pengaduk paddle dalam tangki tanpa sekat dan menggunakan sekat untuk fluida
air dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut :
0.8
0.7
0.6
0.5
Gaya (N)
0.4
paddle tanpa sekat
0.3 paddle dengan sekat
0.2
0.1
0
25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300
Laju putaran (rpm)
Gambar 4.2 Kurva hubungan laju putaran (rad/s) dengan gaya (N) pada
pengaduk paddle menggunakan sekat dan tanpa sekat
Dari Gambar diatas dapat diketahui bahwa kenaikan gaya pada pengaduk
paddle tanpa menggunakan sekat mengalami kenaikan gaya (F) pada laju putaran
200 rpm yaitu 0,6 N sampai dengan 300 rpm dengan gaya (F) yang paling tinggi
pada laju alir yaitu 0,6 N sedangakan pada pengaduk paddle menggunakan sekat
mengalami kenaikan gaya (N) pada laju putaran 150 rpm dengan nilai gaya 0,6
sampai dengan kecepatan 300 rpm dengan nilai gaya (N) adalah 0,7 N
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa antara kecepatan pengaduk dan
gaya dari tipe pengaduk jenis paddle pada tangki bersekat terjadi fluktuasi.
Semakin tinggi nilai kecepatan pengaduk, maka semakin tinggi pula nilai gaya
dari masing-masing pengaduk. Karena secara teori semakin tinggi nilai kecepatan
pengaduk, maka semakin tinggi pula nilai gaya dari masing-masing pengaduk
(Geankoplis,1993). Secara umum, untuk mendapatkan kecepatan pengaduk yang
besar, dapat dilakukan dengan memperbesar kecepatan putar dari masing-masing
30
pengaduk. Hal ini disebabkan oleh pola aliran pengaduk paddle radial atau
menyebar ke seluruh bagian fluida yang menyebabkan dibutuhkannya gaya yang
lebih besar di banding dengan pengaduk jenis lainnya.
Pada proses pengadukan dengan sekat, secara keseluruhan gaya yang
bekerja pada pengaduk lebih besar di bandingkan dengan gaya yang bekerja pada
proses pengadukan tanpa sekat. Hal ini desebabkan aliran fluida yang timbul
akibat pengadukan tertahan oleh sekat ketika akan membentuk suatu sirkulasi
mengelilingi tangki dan alirannya kembali menabrak pengaduk yang sedang
berputar. Ini membuat gaya yang bekerja pada pengaduk menjadi lebih besar
untuk mendorong fluida agar bersirkulasi mengelilingi tangki. Sekat pada tangki
memberikan peran yang baik dalam menghasilkan gaya pada putaran impeller.
Hal ini terbukti dimana gaya dihasilkan pada paddle muncul lebih cepat ketika
tangki dilengkapi dengan sekat. Sekat akan membentuk distribusi konsentrasi
aliran yang merata sehingga aliran mampu menyentuh banyak sisi dari tangki
dengan baik.
4.4 Hubungan antara Laju Putaran (rpm) dan Daya (watt) Pada Tangki
Hubungan antara laju putaran pengaduk dan daya untuk tipe pengaduk paddle
dalam tangki dengan sekat dan tanpa menggunakan sekat untuk fluida air dapat
dilihat pada Gambar 4.3 berikut :
31
3
2.5
2
Daya (watt)
1.5
paddle tanpa sekat
1 paddle dengan sekat
0.5
0
25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300
Gambar 4.3 Kurva hubungan laju putaran (rad/s) dengan Daya (watt) pada
pengaduk paddle tanpa sekat dan menggunakan sekat
32
0.00006
0.00005
Power number NPo)
0.00004
0.00003
paddle tanpa sekat
0.00002
paddle dengan sekat
0.00001
Gambar 4.4 Kurva hubungan bilangan Reynolds (NRe) dengan Bilangan Power
Nilai hubungan bilangan Reynolds (NRe) dengan bilangan Daya (NPo) pada
pengadukan dengan sekat menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pengadukan tanpa sekat. Hal ini disebabkan bilangan Daya (NPo)
dipengaruhi oleh besarnya daya yang bekerja pada masing-masing pengaduk baik
pada proses pengadukan dengan sekat ataupun proses pengadukan tanpa sekat.
Daya yang dibutuhkan pada proses pengadukan dengan sekat lebih besar
dibandingkan dengan daya yang dibutuhkan pada proses pengadukan tanpa sekat.
Sirkulasi aliran adalah hal yang mempengaruhinya, dimana ketika menggunakan
sekat sirkulasi aliran tertahan oleh sekat dan kembali menabrak sirkulasi aliran
yang ada dibelakangnya (Geankoplis, 1993).
Akibatnya pengaduk membutuhkan daya yang lebih besar untuk
mendorong fluida mengelilingi tangki. Bilangan Reynolds pada proses
pengadukan dengan sekat juga menunjukkan angka yang lebih besar
dibandingkan dengan pengadukan tanpa sekat. Kecepatan pengadukan adalah hal
yang mempengaruhi nilai tersebut, dimana kecepatan pengadukan pada proses
dengan sekat lebih besar di bandingkan dengan proses pengadukan tanpa sekat.
Bilangan Power (NPo) teringgi yaitu 4,816 x 10−5 pada saat bilangan Reynolds
menunjukkan angka 531,148 terjadi pada pengaduk paddle dengan sekat.
33
4.6 Efek Viskositas
Pada efek viskositas berikut ini kita membandingkan hubungan antara laju
putaran pengaduk dengan daya untuk tipe pengaduk turbin dalam tangki dengan
sekat untuk fluida jenis air dan larutan CMC dapat dilihat pada Gambar 4.5
2.5
2
Daya (watt)
1.5
turbin + air biasa
1 turbin + CMC
0.5
0
25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300
Laju putar (rad/s)
Gambar 4.5 Kurva hubungan laju putaran (rad/s) dengan Daya (watt) pada fluida
larutan CMC dan air
Berdasarkan gambar 4.7 dapat dilihat bahwa daya yang dibutuhkan pada
bahan air lebih kecil dari pada bahan CMC. Hal tersebut sesuai dengan teori. Pada
teori dikatakan ketika densitas suatu larutan semakin besar maka daya yang
diperlukan akan semakin besar. Densitas air ialah 997,08 kg/m3 sedangkan
densitas CMC adalah 1024 kg/m3, pada densitas CMC yang lebih besar dari pada
densitas air maka daya yang dibutuhkan CMC lebih besar dari pada daya air.
Daya yang paling tinggi terdapat pada pengaduk turbin + CMC dengan kecepatan
300 rad/s yaitu 2,4178 watt.
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Pola aliran yang dibentuk oleh paddle baik tanpa sekat maupun bersekat
berbentuk aliran radial. Pola aliran yang dibentuk oleh impeler jenis
turbin baik yang bersekat maupun tidak bersekat yaitu radial tangensial.
Sedangkan pada pengaduk jenis propeler tanpa sekat membentuk pola
aksial.
2. Semakin tinggi laju putar (rad/s) maka gaya (F) yang dihasilkan pun
semakin besar. Nilai gaya (F) yang paling besar terdapat pada pengaduk
paddle bersekat yaitu 0,7 N dan yang paling kecil ada pada pengaduk
propeller yaitu 0 N.
3. Bilangan power (NPo) berbanding terbalik dengan bilangan Reynold.
Bilangan power paling besar ada pada pengaduk paddle bersekat yaitu
4,816 x 10−5 dan bilangan power (NPo) yang paling rendah pada
pengaduk propeller yaitu 0.
4. Besarnya data (watt) pada pengaduk turbin menggunakan CMC lebih
tinggi di banding dengan pengaduk turbin menggunakan air saja.
2.6 SARAN
Pada praktikum ini diharapkan kepada praktikan untuk berhati-hati dalam
melakukan bongkar pasang impeller dan sekat, karena tangki di letakkan di
tempat yang cukup tinggi.
35
DAFTAR PUSTAKA
Tatterson, and Gary, B., 1991, Fluid Mixing and Gas Dispersion in Agitated
Tanks, McGraw-Hill Book Co. : New York. Chapter 1,2, and 4.
Tim Penyusun, 2010, Petunjuk Praktikum Proses dan Operasi Teknik I. Depok :
Universitas Indonesia
36
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
Data
1. Densitas air (ρ) = 997,08 kg/m3
2. Viskositas air (μ) = 0,893 kg/ms
3. Ketinggian air dalam bak = 0,3 m
4. Diameter bak = 0,28 m
5. π = 3,14
6. Torque arm (r) = 0,11 m
7. Diameter propeller = 0,083 m
8. Diameter turbin = 0,138 m
9. Diameter paddle = 0,16 m
10. Diameter turbin = 0,138 m
11. Viakositas air = 0,893 cP
12. Waktu air = 0,7 detik
13. Viskositas CMC = 3,559 cP
Perhitungan
1. Pengadukan tanpa sekat
Propeller
Untuk laju putaran 25 rpm
a. Laju putaran = 25 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
25 rpm = 25( ) = 2,616 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60
b. Gaya, F (N) = 0 N
c. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
37
d. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 2,616 = 0 watt
𝑃
e. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 997,08 𝑥 0,0833 𝑥 2,6163 = 0
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
f. Reynold number, Re = µ
b. Gaya, F (N) = 0 N
c. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
d. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 31,4 = 0 watt
𝑃
e. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 997,08 𝑥 0,0833 𝑥 31,43 = 0
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
f. Reynold number, Re = µ
Paddle
Untuk laju putaran 225 rpm
g. Laju putaran = 225 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
38
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
225 rpm = 225( ) = 23,55 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
l. Reynold number, Re = µ
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
l. Reynold number, Re = µ
39
Untuk perhitungan pengadukan propeller dengan laju yang berikutnya, dapat
dihitung dengan rumus seperti yang di atas.
Turbin
Untuk laju putaran 25 rpm
a. Laju putaran = 25 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2𝑥3.14
25 ( ) = 2,616 𝑟𝑎𝑑/𝑠
60
b. Gaya, F (N) = 0 N
c. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
d. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 2,616 = 0 watt
𝑃
e. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 997,08 𝑥 0,1383 𝑥 2,6163 = 0
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
f. Reynold number, Re = µ
b. Gaya, F (N) = 0 N
40
c. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
d. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 31,4 = 0 watt
𝑃
e. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = =0
997,08 𝑥 0,1383 𝑥 31,43
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
f. Reynold number, Re = µ
Viskositas CMC =
η1 t1 x ρ1
=
η2 t 2 x ρ2
η2= η1 x t2 x ρ2
t1 x ρ1
41
𝜂 0,893 𝑐𝑃 𝑥 2,67 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 1,024 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
2=
0.7 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 0,98 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
2,4414 𝑐𝑃
𝜂2 =
0,686
𝜂2 = 3,559 𝑐𝑃
n. Gaya, F (N) = 0 N
o. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
p. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 2,616 = 0 watt
𝑃
q. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 1024 𝑥 0,0833 𝑥 2,6163 = 0
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
r. Reynold number, Re = µ
42
Untuk laju putaran 300 rpm
m. Laju putaran = 300 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
300 rpm = 300 ( ) = 31,4 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60
n. Gaya, F (N) = 0 N
o. Tourque, T (Nm-2) = gaya yang tercatat pada neraca pegas x panjang
lengan tourqe (r)
T = 0 x 0,11 = 0 Nm-2
p. Daya, P (watt) = tourqe (T) x kecepatan putaran (rad/detik)
= 0 x 31,4 = 0 watt
𝑃
q. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0
Po = 1024 𝑥 0,0833 𝑥 31,43 = 0
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
r. Reynold number, Re = µ
Paddle
Untuk laju putaran 200 rpm
s. Laju putaran = 200 rpm
Laju putaran, ω (rad/detik)
Laju putaran = rpm x 2π/60
2 𝑥 3,14 𝑟𝑎𝑑
200 rpm = 200( ) = 0,933 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
60
43
𝑃
w. Power number, Po = 𝜌𝐷3 𝑁3
0,60533
Po = 1024 𝑥 0,163 𝑥 20,9333 = 1,19698𝑥 10−5
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
x. Reynold number, Re = µ
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
x. Reynold number, Re = µ
44
Laju putaran = rpm x 2π/60
2𝑥3.14
250 ( ) = 26,166 𝑟𝑎𝑑/𝑠
60
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
l. Reynold number, Re = µ
45
𝑁𝐷𝑖2 𝜌
l. Reynold number, Re = µ
46