Anda di halaman 1dari 15

Pengembangan Alat Peraga terhadap Hasil Pembelajaran Matematika Pada Kelas III Sd

berbasis Kooperatif

Elisabet Kewa
2016 13500 469

Ikbal Wahyu Dermawan


2016 13500 510

Dwi Rahma Putri


2016 13500 512

Chintya NurIndah Sari


2016 13500 516
ABSTRACK
Abstract: The counting operation box is a box that contains the calculated operations between
addition, subtraction, multiplication, and division. To increase children's interest in learning, it is
necessary to consider the presence of teaching aids that can make children understand more about
learning. Therefore, the "Counting Operation Box" can be used as a teaching aid that is able to
help children better understand count operations, especially in the third to fourth grade so that
they understand the basic concepts of more mature counting operations. The Calculate Operation
Box was developed using the ADDIE method (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation) with the material of addition, subtraction, multiplication, and division. The results of
the study show that this mathematical animation film can be well received by students and can be
an additional mathematics learning.

Abstrak: Kotak operasi hitung adalah kotak yang berisi operasi hitung diantarnya penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Untuk meningkatkan minat anak belajar, perlu di
pertimbangkan dengan adanya alat peraga yang dapat membuat anak menjadi lebih paham akan
pelajaran. Karena itu “Kotak Operasi Hitung” dapat digunakan menjadi alat peraga yang mampu
membantu anak lebih memahami operasi hitung, khususnya kelas tiga sd agar memahami konsep
dasar operasi hitung lebih matang. Kotak Operasi Hitung dikembangkan dengan metode ADDIE
(Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, Evaluasi) dengan materi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film animasi
matematika ini dapat diterima dengan baik oleh siswa dan bisa menjadi tambahan pembelajaran
matematika.

Kata kunci: Alat Peraga, Matematika


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hak bagi setiap warganegara. Dengan pendidikan dapat membawa
dampak pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh Negara. Menurut Leonard (2013: 97), “pendidikan sebagai
indikator kemajuan bangsa dipandang penting dalam proses pembangunan”. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 bab II pasal
3 yaitu:
“Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdasan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat., berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan terutama di dalam dunia pendidikan, hal ini dikarenakan matematika bersifat logis dan
dapat menjelaskan sebuah konsep secara ilmiah dan sering digunakan di berbagai cabang ilmu
pengetahuan lain sehingga banyak cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
matematika baik secara langsung maupun tidak langsung. Matematika dianggap perlu diberikan
kepada peserta didik dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Tujuannya adalah
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis,
kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Hal tersebut diperkuat oleh (Leonard, 2015: 278)
“Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang logika mengenai bentuk, susuan, besaran dan
konsep-konsep yang terbagi menjadi beberapa cabang yang dalam setiap kajiannya bersifat logis,
sistematis, dan konsisten.”
Matematika sering dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dan
membosankan. Karena dianggap sulit dan membosankan, pelajaran matematika bisa menjadi
masalah maupun kendala dalam proses belajar mengajar. Matematika menjadi sulit dan rumit
karena selalu berhubungan dengan angka, rumus, dan hitung-hitungan, sehingga tujuan belajar
tidak dapat tercapai maksimal karena siswa kurang mengerti pemahaman dasarnya. Banyak hal
yang digunakan pada pelaksanaan proses pembelajaran diantaranya dengan memilih model
pembelajaran atau pendekatan yang dianggap baik dan juga menarik bagi siswa sehingga di dalam
proses belajar siswa dapat termotivasi untuk belajar karena pelajaran yang diajarkan tidak lagi
menakutkan dan sulit sehingga diharapkan akan berdampak pada keterlaksanaan proses
pembelajaran dan prestasi belajar siswa.
Menurut Sadiman (2008: 7) Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Sedangkan menurut Briggs
(1997) dalam Rudi dan Cepi (2008: 6) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya.
Selanjutnya Asyar (2012: 8) mengemukakan bahwa “Media pembelajaran dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber secara terencana,
sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses
belajar secara efisien dan efektif”. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film,
video, slide, dan sebagainya untuk menyalurkan pesan dari sumber secara terencana, sehingga
terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif.

Informasi yang didapat saat ini, guru SDN Pancoran Mas 06 Depok lebih sering
menggunakan media pembelajaran dengan buku, papan tulis. Metode yang digunakan guru SDN
Pancoran Mas 06 Depok dengan media pembelajaran tersebut adalah metode ceramah saja tanpa
menggunakan alat peraga, karena guru menganggap metode ceramah adalah metode yang cukup
efektif dalam penyampaian materi di kelas. Karena guru menggunakan metode ceramah dengan
media pembelajaran buku dan papan tulis, akibatnya peserta didik malas membaca. Karena itulah
siswa saat ini membutuhkan alat peraga yang dapat membantu mereka dalam memahami konsep
yang sedang diajarkan oleh guru.
Tujuan pembelajaran dengan alat peraga adalah guru mampu menyampaikan materi
pelajaran dengan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu
manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran dengan alat bantu adalah memudahkan guru dan
siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran yang akan diajarkan. Penggunaan alat
peraga sangat besar manfaatnya bagi anak-anak yang memiliki kesulitan belajar terutama dalam
konsep berhitung. Alat peraga ini dapat mengkonkretkan hal-hal yang bersifat abstrak dalam
berhitung.
Suherman dkk (2003: 41) menyatakan bahwa anak-anak yang berada pada tahap operasi
konkrit umunya telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan
ini terlihat dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasi dan serasi,
mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu
berfikir reversibel.
Alat peraga merupakan sarana untuk meningkatkan pemahaman murid terhadap materi
pelajaran, contohnya seperti “Kotak Operasi Hitung”. Kotak operasi hitung membahas tentang
materi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dengan adanya kotak operasi
hitung, diharapkan siswa mampu memahami konsep operasi hitung dan dapat memberi suasana
belajar yang baru sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan menjadi aktif di kelas. Dengan
demikian pemikiran dan nalar siswa akan bisa terangsang serta perhatian dan penjelasan peserta
didik juga lebih terpusat pada kotak operasi hitung dan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Sehingga akan membuat siswa lebih mudah untuk menerima dan menyimpulkan informasi atau
materi yang diberikan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran
adalah semua peralatan fisik, bahan, atau perangkat yang dapat menyampaikan pesan, merangsang
fikiran, perasaan, perantara atau alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar agar tercipta suasana
pembelajaran yang mengasyikan, alat untuk memberi perangsang bagi siswa supaya terjadi proses
belajar, membawa rasa senang dan gembira bagi siswa, memperbarui semangat belajar mereka,
memantapkan pengetahuan pada benak siswa sehingga proses belajar mengajar dapat berhasil
dengan baik.

METODE
Tempat penelitian adalah lokasi dimana penelitian dilakukan sehingga diperoleh sejumlah
data yang dibutuhkan dari masalah yang diteliti. Penelitian ini mengambil lokasi di SDN
Pancoranmas 06. Subjek penelitian adalah peserta didik kesulitan belajar matematika kelas III SD.
Penelitian ini dilakukan pada Oktober 2018. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
dengan analisis kebutuhan yang berorientasi pada pengembangan produk. Produk yang dihasilkan
berupa media alat peraga matematika kelas III SD berbasis Kooperatif yang memuat pembelajaran
tematik pada materi matematika Sekolah Dasar tingkat rendah. Model yang digunakan dalam
pengembangan media pembelajaran dapat digunakan model desain pembelajaran ADDIE. Model
ini bertujuan agar model instruksional/pembelajaran yang tepat sasaran, efektif, dinamis dan
sangat membantu dalam pengembangan pembelajaran bagi guru.
Model analisis yang digunakan dalam analisis kebutuhan ini dengan menggunakan tahapan
pertama (analisis) pada model pengembangan ADDIE, yaitu model pengembangan yang terdiri
dari lima tahapan yang meliputi analisis (analysis), desain (design), pengembangan (development),
implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation).
Praktisi pendidikan membuat beberapa revisi dan di pertengahan 1980-an
muncullah model yang lebih interaktif dan dinamis dari aslinya. Model ini kemudian dapat
digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti strategi
dan metode pembelajaran, media dan bahan ajar. Model ADDIE dapat menjadi pedoman dalam
membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan atau pembelajaran yang efektif,
dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri dengan beberapa tahapan.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan atau observasi dan wawancara diklasifikasikan
sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian dihubungkan dengan data kuantitatif
(tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Data yang
berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif
komparatif, yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes dan analisis dokumen. Pengamatan yang
peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta secara aktif.
HASIL PENELITIAN
Pengembangan media pembelajaran ini sesuai dengan langkah-langkah prosedur penelitian
Research and Developmen model ADDIE yang terdiri dari tahap Analysis (Analisis), Design
(Desain), Development (Pengembangan), Implementation (Penerapan), dan Evaluation (Evaluasi)
yang dimodifikasi oleh peneliti. Dalam pengembangan media pembelajaran ini menggunakan
model ADDIE yang memiliki lima tahapan dan dilakukan secara sistematis. Pada tahapan ADDIE
hanya dibatasi sampai tahap pengembangan media. Berikut penjelasan tahap-tahap dalam
pengembangan media pembelajaran dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan model
ADDIE.
1. Penelitian Pendahuluan
Peneliti melakukan penelitian pendahuluan ke sekolah yang bertujuan untuk mendapatan hasil
yang objektif, relevan, sesuai dengan kebutuhan peneliti. Peneliti melakukan penelitian di sekolah
SDN Pancoran Mas 06 Depok. Berdasarkan hasil angket yang telah diisi oleh guru matematika
SDN Pancoran Mas 06 Depok, metode yang digunakan oleh guru dalam belajar mengajar adalah
diskusi, ceramah, dan penugasan. Guru sering menggunakan laptop, power point, LCD proyektor
sebagai media pembelajaran dalam metode ceramah yang digunakan di kelas. Tetapi tidak semua
materi pelajaran dapat menggunakan media tersebut karena keterbatasan waktu untuk membuat
materi menggunakan laptop. Oleh sebab itu, guru di SDN Pancoran Mas 06 Depok menggunakan
metode ceramah dengan media buku, papan tulis dan penugasan.
Metode yang digunakan guru saat ini dirasa sudah cocok dan mudah untuk diterapkan di dalam
kelas. Materi yang dapat menggunakan alat peraga seperti operasi hitung (penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian). Untuk materi seperti aljabar, KPK, FPB, dan statistika
biasanya menggunkan latihan-latihan soal.
2. Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh peserta didik, pada umunya peserta didkk kurang fokus
ketika guru sedang menjelaskan materi dengan metode ceramah. Selain itu, peserta didik juga
merasa bosan karena guru cenderung monoton dalam menjelaskan materi di kelas. Karena peserta
didik tidak fokus dan merasa bosan ketika belajar dapat mempengaruhi kreatifitasnya dan
menjadikan peserta didik yang pasif.
Dengan demikian kebutuhan yang perlu ditingkatkan adalah metode pembelajaran yang
digunakan guru dalam mengajar dikelas khususnya materi operasi hitung. Operasi hitung
merupakan mata pelajaran yang dianggap mudah tetapi masih banyak peserta didik yang masih
belum paham materi operasi hitung. Dalam matematika, operasi hitung adalah konsep dasar yang
harus dipahami dengan baik, karena operasi hitung digunakan dalam rumus matetatika. Jika
peserta didik sudah paham dengan konsep dasar matematika, guru akan lebih mudah menjelaskan
materi-materi berikutnya dan tidak membuang waktu untuk menjelaskan kembali konsep dasar
matematika.
Berdasar kebutuhan yang telah diketahui, peneliti membuat media pembelajaran dengan alat
peraga yagng diharapkan akan membantu, peserta didik dalam belajar dan guru dalam
menerangkan pelajaran khususnya materi operasi hitung (penjumalahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian). Media pembelajaran dapat digunakan di dalam kelas sebagai alat untuk
menerangkan materi khususnya operasi hitung. Karena operasi hitung adalah konsep dasar
matematika yang berada di kelas 1 sampai kelas 6, maka alat peraga atau media pembelajaran ini
dapat digunakan dari kelas 1 sampai kelas 6 sekolah dasar berdasarkan KI, KD, dan tujuan
pembelajaran yang hanya terkait dengan konsep media yang akan dibuat.
Validasi kesenjangan kinerja

Mengidentifikasi karakteristik
peserta didik

Merumuskan tujuan
instruksional

Analisis
Mengidentifikasi sumber-
sumber yang dibutuhkan

Menentukan strategi
pembelajaran yang tepat

Menyusun rencana
pengelolaan program/proyek

Analisis Kebutuhan 1 : Validasi Kesenjangan Kinerja


Pada analisis ini dilakukan dengan menggunakan instrumen angket kebutuhan media
pembelajaran dengan responden guru Sekolah Dasar. Pada analisis dengan responden guru, ada 3
responden guru SD di wilayah JABODETABEK dengan ringkasan hasil angket dapat dilihat pada
table 1.
Tabel 1. Hasil Angket Kebutuhan Media Pembelajaran
No. Butir Instrumen Hasil
1. Peran dan manfaat - Membantu dalam membahas materi
penggunaan media - Membuat murid lebih mudah memahami materi
pembelajaran. - Memberi penjelasan lebih dalam tentang materi
- Belajar menjadi lebih afektif dan aktif
- Membuat belajar matematika menjadi menarik

2. Bentuk media Audio visual, permainan, alat peraga, internet, video pembelajaran,
pembelajaran yang elektronik
bisa memotivasi
siswa
3. Pemanfaatan Pemanfaatan teknologi sangat berpengaruh karena dengan adanya
teknologi untuk teknologi, alat peraga dapat membuat pelajaran semakin mudah
mendukung proses dipahami
pembelajaran
4. Penerapan media - Membuat plajaran matematika lebih mudah dipahami dan di
pembelajaran senangi
matematika pada - Membuat siswa lebih focus dalam pembahasan materi dan melatih
alat peraga daya pikir siswa.
- Siswa ikut aktif selama penjelasan materi menggunakan alat
peraga
- Pembahasan materi tidak membosankan.

Analisis kebutuhan 2 : Mengidentifikasi karakteristik peserta didik


Analisis karakter peserta didik juga dilakukan dengan menggunakan angket dengan bentuk
essai. Respondennya terdiri dari 3 peserta didik Sekolah Dasar kelas rendah di wilayah
JABODETABEK, ada tiga kelompok variabel yang digunakan yaitu terdiri dari minat peserta
didik terhadap pelajaran matematika, pengetahuan peserta didik tentang bahasan matematika dan
bentuk media belajar yang disukai. Pada hasil minat siswa terhadap pelajaran matematika 60%
siswa menyukai tampilan alat peraga yang di sediakan, 20% siswa menyukai tampilan pada alat
peraga yang menarik. Pada hasil kegunaan tentang bahasan matematika, 20% mempelajari materi
tertentu dalam matematika menyenangkan.
MINAT SISWA

TAMPILAN KEGUNAN SIMULASI

Gambar 1. Hasil Minat Siswa Terhadap Pelajaran Matematika

Analisis Kebutuhan 3 : Merumuskan tujuan instruksional


Tujuan instruksional dari pembuatan media alat peraga ini dirumuskan dengan
menganalisis Rencana Pembelajaran Semester Workshop Matematika Dasar dan melihat
kesenjangan kinerja yang dilakukan pada analisis kebutuhan 1 maka dirumuskan tujuan
instruksional adalah mahasiswa dapat membuat media pembelajaran matematika SD berbasis
ADDIE dengan baik, benar dan menarik serta disukai 80% responden. Oleh karena itu mahasiswa
harus mempresentasikan produk yang telah dibuat kepada panelis dari mahasiswa dan dosen.
Analisis kebutuhan 4 : Mengidentifikasi Sumber – Sumber Yang Dibutuhkan
Tahapan ini merupakan tahapan inventaris kebutuhan perkakas, kayu, dan styrofoam.
Perkakas yang dipakai sebagai alat bantu pembuatan media pembelajaran. Beberapa perkakas yang
digunakan adalah palu, gergji, paku, cutter, engsel, lem, pensil, dan penggaris, lidi. Materi bahasan
dan penentuan judul dan tema cerita dengan menggunakan bahan ajar pada materi tematik
kurikulum2013 (Kurtilas) Sekolah Dasar kelas rendah, sedangkan tema dan alur cerita yang
dikembangkan mengikuti tema pada bahasan tematik kurikulum 2013 sesuai dengan yang dibahas
pada bahasan matematika. Sedangkan bahan habis pakai yang digunakan digunakan untuk
membuat karakter, membuat latar cerita. Bahan yang digunakan seperti streofoam, kertas warna,
dan alat tulis lainnya.
Analisis kebutuhan 5 : Menentukan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran kooperatif yaitu, strategi
pengajaran yang sukses di mana tim dijadikan kelompok kecil-kecil, masing-masing dengan siswa
dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab
tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga
menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua
anggota kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.
Analisis kebutuhan 6 : Menyusun Rencana Pengelolaan Program / Proyek
Penyusunan rencana pengelolaan dilakukan dengan membuat penjadwalan dengan tujuan
menjaga agar proyek dapat terselesaikan secara baik dengan menggunakan waktu yang efektif.
Rencana pengelolaan program melalui empat tahap, yaitu tahap persiapan meliputi pengenalan
alat dan bahan pembuatan alat peraga. Tahap kedua menyusun materi ajar dan membuat story
board sebagai acuan pembuatan alat peraga. Tahap ketiga adalah memproduksi alat peraga
matematika berbasis ADDIE dan tahap keempat adalah memberikan sentuhan akhir produk,
mempresentasikan hasil proyek dan penilaian produk mahasiswa.
3. Desain Matematika
Desain matematika ini dibuat dengan dengan dasar ingin membuat media pembelajaran
matematika yang bermanfaat, mendidik, menarik, dan dapat membuat peserta didik menjadi aktif.
media pembelajaran memiliki konsep untuk memudahkan proses belajar mengajar khususnya
dalam materi operasi hitung. Materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan guru dalam mengajar
materi operasi hitung dan materi dapat diambil dari sumber seperti buku paket materi kelas 1
sampai dengan kelas 6 sekolah dasar.
4. Pengembangan Media
Pada kegiatan ini, peneliti mulai mengembangkan media pembelajaran materi operasi hitung
kelas 1 sampai dengan kelas 6. Pembuatan media pembelajaran menggunakan alat dan bahan yang
diperlukan adalah sebagai berikut :

a. Alat
1) Gunting
2) Gergaji
3) Penggaris
4) Palu
5) Engsel
6) Spidol Hitam
7) Karter
b. Bahan
a) Paku (30 buah)
b) Engsel (4 buah)
c) Kayu List
d) Karton Asturo (5 lembar)
e) Triplek
f) Lidi (40 buah)
Setelah mempersiapkan alat dan baha, penilit mulai membuat media pembelajaran dengan
langkah-langkah sebagai berikut;
a. Siapkan alat dan bahan
b. Potong Triplek menjadi 3 ukuran yang berbeda
c. Paku triplek sesuai bentuk yang di inginkan
d. Cat kotak yang sudah dibuat
e. Dua potongan balok yang lain paku pada kedua ujung balok yang telah dipaku dengan
papan triplek sebagai penyangga
f. Beri skala pada papan triplek sebagai garis bilangan
g. Pasang kertas karton disisi atas untuk materi perkalian
h. Lubangi papan atas untuk dimasukkan lidi
i. Hias alat peraga
Cara penggunaan alat

1. Untuk materi penjumlahan (a+b) peragaanya, papan pembatas berangkat dari 0,


dengan menggerakan papan pembatas sejauh a. Satuan (untuk a positif bergerak
kedepan, a negatif bergerak kebelakang), dilanjutkan sejauh b satuan (untuk b positif
bergerak kedepan, b negatif bergerak kebelakang). Untuk selanjutnya hasil akhir
ditandai dengan pemberhentian papan bilangan.
2. Untuk materi pengurangan (a-b) peragaannya, papan pembatas berangkat dari 0,
dengan menggerakan papan pembatas sejauh a satuan (untuk a positif bergerak
kedepan, a negatif bergerak kebelakang), dilanjutkan sejauh b satuan (untuk b positif
bergerak kedepan, b negatif bergerak kebelakang). Untuk selanjutnya hasil akhir
ditandai dengan pemberhentian papan bilangan.
3. Untuk materi perkalian, taruh lidi sesuai soal perkalian yang diminta. Contoh 4x4,
maka taruh lidi dibagian kiri. Lalu hitung kotak yang dihasilkan

Berikut adalah tampilan medianya.

Gambar 2. Langkah-Langkah Penggunaan Perkalian


Gambar 3. Lidi Perkalian dan Pembagian

Gambar 4. Kotak Operasi Hitung


Gambar 5. Papan Penjumlahan dan perkalian
PEMBAHASAN
Penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar memiliki respon yang positif dari
guru dan peserta didik SDN Pancoran Mas 06 Depok. Sebelumnya, guru menggunakan media
pembelajaran seperti buku dan papan tulis yang membuat peserta didik meras bosan dan jenuh saat
belajar di kelas. Ketika guru menggunakan alat peraga yaitu Kotak Operasi Hitung, ternyata
peserta didik merespon dengan baik. Guru SDN Pancoran Mas 06 Depok menggunakan Kotak
Operasi hitung berbasis Cooperative Learning, yaitu dengan mengelompokan peserta didik
sebanyak 4-5 rang setiap kelompoknya. Kemudian guru memberikan kotak operasi hitung kepada
setiap kelompok dan menjelaskan cara penggunannya, setelah itu, guru membagikan soal kepada
setiap kelompok. Peserta didik menjelaskan jawaban dengan menggunakan kotak operasi hitung
di depan kelas secara bersama-sama.
Sesuai dengan contoh penerapan pembelajaran kooperatif diatas, adapun pengertian
pembelajaran kooperatif atau cooperatvie learning yaitu berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim. Solihatin (2007: 4) mengemukakakn bahwa “pada dasarnya
cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.” Jadi, pembelajaran koperatif juga dapat
diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama
anggota kelompok dan dilakukan dengan tujuan untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Dapat diartikan pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberikan siswa
alternatif sumber pembelajaran yang memberikan siswa alternatif sumber pembelajaran yang
dapat digunakan dalam kegiatan belajar serta membuat proses pembelajaran tidak lagi berpusat
pada guru. Jadi pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang digunakan untuk
menciptakan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa agar siswa dapat belajar secara
berkelompok sehingga setiap siswa dapat mengemukakan gagasannya dan saling menghargai
pendapat.
Peserta didik yang menggunakan kotak operasi hitung berbasis kooperatif ini juga merasa
sangat mudah dalam memahami materi khususnya operasi hitung. Adanya bukti konkrit
menjadikan siswa lebih fokus pada penjelasan dan pembahasan pada kotak operasi hitung. Peserta
didik jadi lebih aktif dan saling membantu antar anggota kelompok dalam menjelaskan soal
kelompok dengan alat peraga.
Selain itu kotak operasi hitung berbasis kooperatif ini juga memiliki beberapa kelebihan
dari media yang sudah pernah ada. Salah satu kelebihannya yaitu memudahkan seorang guru untuk
menanamkan konsep operasi hitung lebih mudah, mampu menjelaskan konsep dasar operasi
hitung lebih mudah dipahami dengan bukti konkrit, menjadikan peserta didik aktif dalam
kelompok, dan kotak operasi hitung dapat digunakan untuk seluruh tingkat kelas sekolah dasar.
Walaupun dirasakan banyak kelebihan, namun terdapat beberapa keterbatasan dalam
pengembangan media belajar ini. Karena keterbatasan waktu, tempat serta biaya peneliti hanya
mampu mengambil sampel dari satu sekolah saja dan belum tentu dapat mewakili seluruh populasi.
Namun bagi peneliti setidaknya hal tersebut sudah dapat mewakili solusi dari permasalahan yang
ada. Tambahkan pembahasan saat pembuat dan penerapan media (kalo menurut lu ini belom ada
di pembahasan, lu tambahin lagi ya bal. tapi kalo udah ada, ini jangan lupa di apus)
SIMPULAN
Permainan Kotak Operasi Hitung adalah salah satu terobosan baru yang dapat dijadikan
sebagai alternatif untuk menyampaikan suatu materi tertentu, agar peserta didik lebih mudah
bersosialisasi, bekerja sama, dan saling membantu kelompok satu sama lain. Dengan adanya
permainan ini, guru dapat menerangkan materi lebih jelas dan ada bukti konkrit. Besar harapan
kami, semoga media permainan ini dapat membantu proses kegiatan belajar dan mengajar di
sekolah.

PENGHARGAAN
Ucapan terima kasih peneliti ucapkan kepada Prodi Pendidikan Matematika, reka-rekan
mahasiswa serta dosen-dosen yang membimbing sampai akhirnya penelitian ini selesai.

DAFTAR PUSTAKA
Al A’raf, Aqsha ;Tahmir, Suradi ;Rahman, Abdul. 2015. Keefektifan Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika
di Kelas VIII SMP Negeri 2 Majene. Jurnal Daya Matematis 3 (1), : 1-7
Arif S. Sadiman, dkk. 2008. Media Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Eman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA Jurusan
Pendidikan Matematika UPI, 2003), h. 41.
Leonard. 2013. Kajian peran konsistensi diri terhadap belajar matematikaa. Jurna Formatif, 3(2) :
97-104
Leonard. 2015. EduResearch Raise the standard. Jakarta: Unindra Press
Rayandra Asyar. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada
Press
Rudi, S., & Cepi, R. (2008). Media Pembelajaran Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta : Bumi Askara.

Anda mungkin juga menyukai