Anda di halaman 1dari 220

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny.

Y
DI UPT PUSKESMAS GAJAHAN
SURAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun oleh :
Maria Felisitas
NIM B15034

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018

v
v
v
v
CURRICULUM VITAE

Nama : Maria Felisitas


Tempat/ Tanggal Lahir : Maumere, 06 Maret 1996
Agama : Katolik
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Kotabaru, Kecamatan Kotabaru, Kab. Ende
Flores, NTT

Riwayat Pendidikan
1 SDI Kotabaru 1 LULUS TAHUN 2008
2 SMP N 2 Maurole – Kotabaru LULUS TAHUN 2011
3 SMK ST. Mathilda Maumere LULUS TAHUN 2014
4 Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta ANGKATAN
2016/2017

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul͇Laporan Asuhan
Kebidanan Berkesinambungan Di UPT ͆Puskesmas Gajahan͇ Surakarta dengan
baik dan tepat waktu.

Laporan tugas akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperolah derajat Ahli Madya Kebidanan di Prodi D 3 Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Dalam penuyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan


banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih pada :

1 Ibu Rima Wahyu Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua STIKes Kusuma


Husada
2 Ibu Siti Nurjanah, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi D 3 Kebidanan
STIKes Kusuma HusadaSurakarta
3 Kepala Puskesmas yang telah memberikan ijin dan membantu dalam proses
pengambilan kasus.
4 Ibu Arista Apriani, SST.,M.Kes selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
5 Pimpinan UPT͆Puskesmas Gajahan͇ beserta pegawai yang telah
memberi ijin dan membantu dalam proses pengambilan kasus
6 Ibu Y yang telah bersedia menjadi subyek dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir ini.

vi
7 Orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki
penulis
8 Seluruh teman – teman mahasiswa Prodi D 3 Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah memberikan dukungan baik berupa motivasi
maupun kompetisi yang sehat dala penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
9 Semua pihak yang tidak apat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut andil
dalam terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Ulasan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan, halni karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.

Surakarta, Juni 2018

Penulis

vii
MOTTO

1. Kesuksesan tidak akan bertahan jika dicapai dengan jalan pintas


2. Kesuksesan harus disertai dengan kegagalan
3. Jawaban untuk keberhasilan adalah terus belajar dan tak kenal putus asa
4. Tidak ada rahasia untuk sukses. Sukses hanyalah dari hasil persiapan,
ketekunan, dan belajar dari kegagalan

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan
untuk:

1. Ayah bunda tercinta terimakasih atas doa dan restunya dan cinta kasihnya
selama ini
2. Kedua adikku tercinta yang selalu memberi support setiap langkahku
3. Teman-teman yang selalu berpartisipasi dalam pembuatan Laporan Tugas
Akhir ini
4. Almamater tercinta

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................iv
CURICULUM VITAE ......................................................................v
KATA PENGANTAR ......................................................................vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................vii
DAFTAR ISI .....................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..............................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Perumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan LaporanKasus.........................................................................5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................6
E. KeaslianPenelitian..............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kasus dan Standar Asuhan Kebidanan.......................9
B. Kerangka Pikir ................................................................................142
C. Landasan Hukum ............................................................................143
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Laporan Kasus ................................................................149
B. Lokasi Laporan Kasus .............................................................149
C. Subjek Laporan Kasus ..............................................................150
D. Waktu Laporan Kasus ..............................................................150

ix
E. Instrumen Laporan Kasus ........................................................150
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................151
G. Alat –alat Yang Dibutuhkan ...................................................152
H. Jadwal Penelitian .....................................................................154
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ...........................................................155
B. Tinjauan Kasus ...............................................................................156
C. Pembahasan ....................................................................................189
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................206
B. Saran .............................................................................................207

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 4.1riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu............................160

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016

sebanyak 602 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus

kematian ibu tahun 2015 yang sebanyak 619 kasus. Dengan demikian angka

kematian ibu Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan dari 111,16 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 menjadi 109,65 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2016. Kabupaten/kota dengan kasus kematian

ibu tertinggi adalah Brebes yaitu 52 kasus, diikuti Kota Semarang 35 kasus,

dan Tegal 33 kasus. Kabupaten/kota dengan kasus kematian ibu terendah

adalah Temanggung yaitu 3 kasus, diikuti Kota Magelang 3 kasus, dan Kota

Surakarta 5 kasus. Sebesar 63,12 persen kematian maternal terjadi pada

waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 22,92 persen, dan pada waktu

persalinan sebesar 13,95 persen. Sementara berdasarkan kelompok umur,

kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia 20-34 tahun sebesar

67,11 persen, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 29,07

persen dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 3,82 persen.Angka

Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama

kehamilan sampai dengan paska persalinan yang dipengaruhi oleh status

gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik

menjelang kehamilan, kejadian

1
2

berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan

penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan

obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial

ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan

prenatal dan obstetri yang rendah pula. Angka Kematian Bayi di Provinsi

jawa Tengah tahun 2016 sebesar 99,9per 1.000 kelahiranhidup, sama

dengan AKB tahun 2015. Kabupaten/kota dengan AKB terendah adalah

Kota Surakarta yaitu 3,36 per 1.000 kelahiranhidup, diikuti Jepara (5,46 per

1.000 kelahiranhidup), danDemak (5,86 per 1.000 kelahiranhidup).

Kabupaten/kota dengan AKB tertinggi adalah Grobogan yaitu

Kabupaten/kotadengan AKB tertinggiadalahGrobogan 17,08 per 1.000

kelahiranhidup, diikuti Rembang (15,93 per 1.000 kelahiranhidup),

danBatang (15,39 per 1.000 kelahiranhidup). AngkaKematianBayi (AKB)

merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1.000

kelahiranhidupdalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan

tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor

penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil,

tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan

sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status

kesehatan di wilayah tersebut rendah. Jumlah PUS Provinsi Jawa Tengah

tahun 2016 sebanyak 6.727.894 PUS. Dari seluruh PUS yang ada, sebesar

78,6 persen adalah peserta KB aktif mengalami peningkatan dibandingkan


3

pencapaian pada tahun 2015 yaitu 78,24 persen (Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2016).

Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan

pemeriksaan berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan

kehamilan (antenatal care), asuhan kebidanan persalinan (intranatal care),

asuhan kebidanan masa nifas (postnatal care), dan asuhan bayi baru lahir

(Varney, 2007).

Untuk menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari yang bertujuan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pemerintah mengadakan

program unggulan yaitu dengan OSOC (pendampingan satu ibu hamil oleh

satu mahasiswa dari kehamilan sampai nifas) yang meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat dengan upaya promotif dan preventif, serta

mengadakan program 5 NG “Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng”.

Dengan diadakannya program pemerintah OSOC dan 5 NG diharapkan AKI

dan AKB menurun (Dinkes Provinsi Jateng 2015).

Untuk pelayanan kesehatan yang mengupayakan AKI dan AKB

menurun Pengaturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat mendefinisikan

puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerja. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan


4

untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam

rangka terwujudnya kecamatan sehat (Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2016).

Puskesmas Gajahan Surakarta adalah salah satu puskesmas di Jawa

Tengah yang berada di wilayah Kota Surakarta yang menerima pelayanan

kesehatan untuk ibu dan bayi. Diharapkan dengan memberikan asuhan

kebidanan yang komprehensif dapat mendeteksi secara dini jika terjadi

komplikasi sehingga dapat menurunkan jumlah AKI dan AKB.

Di UPT Puskesmas Gajahan didapatkan data selama bulan Januari

2017 sampai Desember 2017 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan

kehamilan K1 berjumlah 626 orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan

kehamilan K4 berjumlah 589 orang sedangkan ibu hamil yang bersalin

berjumlah 562 orang dan terdapat 1 kasus kematian ibu dan terdapat 2 kasus

kematian bayi yang disebabkan oleh hiperglikemia, asfiksia berat.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis memilih target sasaran

di UPT Puskesmas Gajahan Surakarta dengan tujuan memberikan asuhan

yang tepat sehingga harapannya tercapai dengan baik, dan bermanfaat bagi

pasien dan penulis. Penelitian ini saya mengambil pasien Ny. Y untuk

mendampingi selama kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas dalam

laporan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ny. Y di UPT Puskesmas Gajahaan Surakarta “ dengan menggunakan

metode Varney dan SOAP.

B. Perumusan Masalah
5

“ Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Y di UPT

Puskesmas Gajahan Surakarta”

C. Tujuan Laporan Kasus

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. Y di UPT

Puskesmas Gajahan sesuai dengan pada teori menurut Varney (1997).

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu:

1) Melakukan pengkajian pada Ny. Y secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

2) Menginterpretasi data dasar pada Ny. Y secara komprehensif

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

3) Menentukan dignosa potensial pada Ny. Y secara komprehensif

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

4) Mengantisipasi tindakan segera pada Ny. Y secara

komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.

5) Merencanakan asuhan kebidanan pada Ny. Y secara

komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.
6

6) Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. Y secara

komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.

7) Melakukan evalusi pada Ny. Y secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

b. Mahasiswa mampu:

Menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan

serta alternatif pemecahan masalah (jika ada kesenjangan antara

teori dan kasus nyata dilapangan)

D. Manfaat Laporan Kasus

1. Teoritis:

Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk

menambah wawasan tentang kasus yang diambil.

2. Aplikatif:

a. Institusi:

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam

memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, dan nifas di UPT Puskesmas Gajahan Surakarta.

b. Profesi:

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam

asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin dan nifas.


7

c. Klien dan masyarakat:

Agar klien maupun masyarakat bisa melakukan deteksi yang mungkin

timbul pada masa kehamilan, persalinan maupun pada masa nifas

sehingga memungkinkan segera mencari pertolongan.

E. Keaslian Studi Kasus

1. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Annisa Desitriany dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. A G2P1A0 Gravida

39 Minggu di BPM HJ.W Desa Cilampeni Kecamatan Katapang

Kabupaten Bandung Tahun 2016” yang bertujuan untuk memberi

asuhan secara komprehensif di BPM HJ.W Desa Cilampeni Kecamatan

Katapang Kabupaten Bandung dengan metode observasi dengan

pendekatan untuk dilakukan asuhan secara komprehensif. Hasil

penelitian menunjukkan Ny. A saat hamil melakukan kunjungan rutin,

saat proses persalinan berjalan dengan normal, selama masa nifas

berjalan dengan normal hanya saja sempat terjadi bendungan ASI dan

sudah ditangani dengan baik, untuk BBL dalam keadaan normal tetapi

terdapat kesenjangan antara teori dengan praktiknya, yaitu pada

pemberian HB0.

2. Dari peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Imelda Nirwaniyang

berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. AG1P0 A0 Di

Puskesmas DTP Banjaran Tahun 2017” dengan tujuan penelitian untuk

mengetahui asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. V di Puskesmas


8

DTP Banjaran. Peneliti melakukan penelitian dengan metode

pendekatan untuk dilakukan asuhan komprehensif. Hasil penelitian

yang didapatkan hasil tindakan secara komprehensif pada masa

kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL tidak ditemukannya penyulit

serta keadaan ibu dan bayi sehat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Menurut Saifuddin (2009), kehamilan adalah sebagai fertilisasi atau

penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan

atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3

trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester

kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13

minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan

yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat

fisiologis, bukan patologis. Selain itu kehamilan dapat diartikan sebagai

pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan, keluarga dan

masyarakat. Perilaku ibu selama masa kehamilannya akan mempengaruhi

kehamilannya, perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan

mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dilahirkan (Walyani, 2015).

9
10

b. Tanda-Tanda Kehamilan Trimester III

1) Amenorea (berhentinya haid)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel

de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya

amenorea dapat diinformasikan dengan memastikan hari pertama haid

terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia

kehamilan dan tafsiran persalinan. Tetapi, amenorhea juga dapat

disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitari, perubahan

dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional

seperti ketakutan akan kehamilan.

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh ekstrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi

terutama pada pagi hari yang disebut morning sicknes. Dalam batas

tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat

menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis

gravidarum.

3) Payudara tegang

Ekstrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada

payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem

alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini

menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang


11

dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu,

serta pengeluaran kolostrum.

4) Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada

akhir triwulan gejala bisa timbul karena janin mulai masuk kerongga

panggul dan menekan kandung kemih.

5) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristatik usus (tonus otot

menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.

6) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi

akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang

melanofor dan kulit. Biasanya terjadi pada sekitar pipi, leher, dinding

perut, pada payudara, dan sekitar pantat atau paha atas.

7) Varises

Pengaruh ekstrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran

pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises

dapat terjadi disekitar genetalia eskterna, kaki, betis serta payudara.

Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.

8) Perut membesar

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hai ini terjadi pada bulan keempat

kehamilan.
12

9) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.

Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20

minggu.

10) Denyut jantung janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal

electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stethoscope laenec, DJJ

baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.

11) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)

serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas

pada usia kehamilan lebih tua (trimester tiga). Bagian janin ini dapat

dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.

12) Kerangka janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG

(Walyani, 2015).

c. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III

Perubahan fisiologis dan psikologis adalah perubahan yang umum terjadi

pada ibu hamil. Perubahan fisiologis pada ibu hamil, yaitu:

1) Mons veneris

Daerah yang menggunung di atas simfisis, yang akan ditumbuhi

rambut kemaluan (pubis) apabila wanita beranjak dewasa. Rambut ini

membentuk sudut lengkung (pada wanita).


13

2) Labia mayora (bibir besar)

Berada pada kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita

menjelang dewasa di tumbuhi rambut lanjutan dari mons veneris,

bertemunya labia mayor membentuk komisura posterior.

3) Labia minora (bibir kecil)

Bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu.

Merupakan suatu lipatan kanan dan kiri bertemu di atas preputium

klitoridis dan di bawah klitoris. Bagian belakang kedua lipatan setelah

mengelilingi orifisium vagina bersatu disebut faurchet (hanya nampak

pada wanita yang belum pernah melahirkan).

4) Klitoris (kelentit)

Identik dengan penis pria, kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe

rawit dan ditutupi fenulum, klitorodis. Glans klitoris berisi jaringan

yang dapat berereksi, sifatnya amat sensitif karena banyak memiliki

serabut saraf.

5) Vestibulum

Merupakan rongga yang setelah lateral dibatasi oleh kedua labia

minora, anterior oleh klitoris dan dorsal oleh faurchet. Pada

vestibulum juga bermuara uretra dan 2 buah kelenjar skene dan 2 buah

kelenjar bartholin, yang mana kelenjar ini akan mengeluarkan sekret

pada wanita koitus.


14

6) Hymen (selaput dara)

Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina, biasanya

berlubang membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau

fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia himenalis atau hymen

imperforata. Hymen akan robek pada koitus apalagi setelah bersalin

(hymen ini disebut karunkulae mirtiformis). Lubang-lubang pada

hymen berfungsi untuk tempat keluarnya sekret dan darah haid

7) Perineum

Terletak di antara vulva dan anus, panjang sekitar 4 cm.

8) Vulva

Bagian dari alat kandungan yang berbentuk lonjong, berukuran

panjang mulai dari klitoris, kanan kiri di atas bibir kecil, sampai ke

belakang di batasi perineum.

9) Vagina (liang Senggama)

Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim,

terletak di antara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina

panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang 9-11 cm. Dinding vagina

berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae, sedangkan

ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.

Dinding vagina terdiri dari 3 lapisan yaitu : lapisan mukosa yang

merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat. Berbatasan

dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks

lateral kanan kiri, forniks anterior dan posterior. Bagian dari serviks
15

yang menonjol ke dalam vagina disebut vesikalis inferior, arteria

hemoroidalis mediana dan arteria pudendus interna. Fungsi penting

vagina adalah sebagai saluran untuk mengalirkan darah haid dan

sekret lain dari rahim, alat untuk bersenggama dan jalan lahir pada

waktu bersalin.

10) Uterus (rahim)

Adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi

oleh peritoneum, sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa

rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga

panggul kecil diantara kandung kencing dan rektum. Bentuknya

seperti bola lampu yang gepeng atau buah alpukat yang terdiri dari

badan rahim (korpus uteri) berbentuk segitiga, leher rahim (serviks

uteri) berbentuk silinder, rongga rahim (kavum uteri). Bagian rahim

antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri, merupakan bagian

proksimal rahim. Besarnya rahim berbeda-beda, tergantung pada usia

dan pernah melahirkan atau belum. Serviks uteri terbagi 2 bagian yaitu

pars supravaginal dan pars vaginal (portio) saluran yang

menghubungkan orifisium uteri interna (OUI) dan orifisium uteri

eksterna (OUE) disebut kanalis servikalis. Bagian rahim antara

serviks dan korpus disebut isthmus atau segmen bawah rahim, bagian

ini penting dalam kehamilan dan persalinan karena akan mengalami

peregangan. Dinding rahim terdiri dari 3 lapis, yaitu lapisan serosa

(lapisan peritoneum) berada di luar, lapisan otot (lapisan miometrium)


16

terletak di tengah, dan lapisan mukosa (endometrium) di dalam

(Walyani, 2015). Sedangkan untuk perubahan psikologi yang sering

terjadi pada wanita hamil pada trimester ketiga. Trimester tiga sering

disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode

ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi, menghindari keramaian

atau seseorang yang dianggap membahayakan. Wanita mungkin

merasa cemas dengan kehidupan bayi, kehidupannya sendiri. Selain

itu peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya.

d. Tanda Bahaya dalam Kehamilan Trimester III

Menurut Saryono (2010) ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu :

1) Perdarahan pervaginam

2) Sakit kepala yang hebat

3) Pengelihatan kabur

Pengelihatan kabur yaitu masalah visual yang mengindikasikan

keadaaan yang mengancam jiwa, adanya perubahan visual

(pengelihatan) yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau ada

bayangan. Penyebabnya karena pengaruh hormonal, ketajaman

pengelihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan

adalah normal. Perubahan pengelihatan ini mungkin disertai dengan

sakit kepala yang hebat dan mungkin suatu tanda dari pre-eklamsia.

Tanda gejala yang muncul pada masalah visual yang

mengidentifikasikan keadaan yang mengancam adalah perubahan

visual yang mendadak, perubahan visual ini mungkin disertai sakit


17

kepala yang hebat dan mungkin menandakan pre-eklamsia. Untuk

penanganannya berikan konseling pada ibu mengenai tanda-tanda pre-

eklamsia dan segera merujuknya ke dokter spesialis kandungan.

Bengkak diwajah dan jari-jari tangan edema adalah penimbunan

cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan

biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta

pembengkakaan kaki, jari tangan dan muka. Edema pretibial yang

ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak

seberapa penting untuk penentuan diagnosa pre-eklamsia. Selain itu,

kenaikan berat badan ½ kg setiap minggunya dalam kehamilan masih

dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali,

maka perlu kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklamsia.

Penyebabnya adanya pertanda anemia, gagal jantung, dan pre-

eklamsia. Tanda gejala yang muncul dalam pembentukan edema

(bengkak) karena dengan menurunnya kekentalan darah pada

penderita anemia, disebabkan oleh berkurangnya kadar hemoglobin

(Hb) sebagai pengangkut oksigen dalam darah. Pada darah yang

rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih tinggi dibandingkan

dengan sel-sel darah merahnya. Hampir separuh dari ibu hamil akan

mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul

pada sore hari dan biasanyaa hilang setelah beristirahat atau dengan

meninggikan kaki lebih tinggi daripada kepala.


18

4) Keluarnya cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester III. Cairan

pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak berupa perdarahan

banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis. Penyebab

terjadinya persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum

waktunya. Penyebab terjadi keluarnya cairan pervaginam karena

ketegangan raahim berlebihan (kehamilan ganda, hidramnion),

kelainan bawaan dari selaput ketuban, dan infeksi. Tanda gejala

keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis, dan berwarna putih

keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban, jika kehamilan belum

cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan preterm dan komplikasi

infeksi intrapartum. Penanganannya dalam mempertahankan

kehamilannya sampai matang diberikan kortikosteroid untuk

kematangan paru janin.

5) Gerakan janin tidak terasa

Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia

kehamilan 16-18 minggu pada multigravida, dan 18-20 minggu pada

primigravida. Jika bayi tidur gerakan akan melemah. Bayi harus

bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam

12 jam). Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring/istirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.

Penyebabnya adalah aktivitas ibu yang berlebihan sehingga gerakan

janin tidak dirasakan, kematian janin, perut tegang akibat kontraksi


19

berlebihan ataupun kepala sudah masuk panggul pada kehamilan

aterm.

6) Nyeri abdomen yang hebat

Tanda gejala nyeri perut yang tidak berhubungan dengan persalinan

adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mengindikasikan

mengancam jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah

beristirahat, kadang-kadang dapat disertai dengan perdarahan lewat

jalan lahir. Penyebabnya bisa berarti appendictis (radang usus buntu),

kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan), aborsi (keguguran),

penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis (maag),

penyakit kantong empedu, solutio plasenta, penyakit menular seksual,

infeksi saluran kemih atau infeksi lain (Walyani, 2015).

e. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan Trimester III

Pada trimester III ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai

makhluk yang terpisah sehingga ia manjadi tidak sabar menanti kehadiran

sang bayi. Ada perasaan was-was meningat bayi dapat lahir kapan pun.

Selain itu wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan

kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal,

terkait persalinan dan kelahiran, apakah ia akan menyadari bahwa ia akan

bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar

biasa besar atau apakah organ vitalnya akan mengalami cidera akibat

tendangan bayi. Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik

yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung,


20

jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan

konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga,

peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan

menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi halangan.

Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan metode alternatif untuk

mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan

bersalah jika merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut.

Ketidaknyamanan pada trimester III meningkat, ibu merasa dirinya aneh

dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah kesinggung

serta merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa sedih akan berpisah

dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya

selama hamil, disinilah ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami,

bidan dan keluarganya (Walyani, 2015)

f. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester III

Pada kehamilan trimester III sering disebut periode menunggu dan

waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya,

menunggu tanda-tanda persalinan. Perhatian ibu berfokus pada bayinya,

gerakan janin dan membesarnya uterus mengingatkan pada bayinya.

Sehingga ibu selalu waspada untuk melindungi bayinya dari bahaya,

cedera dan akan menghindari orang/hal/benda yang dianggapnya

membahayakan bayinya. Pada trimester III biasanya ibu merasa khawatir,

takut akan kehidupan dirinya, bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan,

dan nyeri persalinan. Dukungan dari suami, keluarga, lingkungan, tenaga


21

kesehatan pada masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita

yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru

pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman

dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat

(Walyani, 2015).

g. Kebutuhan Fisiologis Ibu Hamil Trimester III

Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan

dan perhatian dari orang-orang terdekat. Dukungan dan peran serta suami

dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam

menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu

produksi ASI. Saat hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun

mental. Tugas penting seorang suami yaitu memberikan perhatian dan

membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan

setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi

kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan. Selain dukungan dan

peran suami, lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan

tempat tinggal yang kondusif sangat berpengaruh. Keluarga harus menjadi

bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua. Tenaga

kesehatan harus mampu mengenali tentang keadaan yang ada disekitar ibu

hamil atau pasca persalinan (Walyani, 2015).

h. Asuhan Antenatal

Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk


22

memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman

dan memuaskan (Mufdillah, 2009). Tujuan asuhan antenatal care yaitu :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu juga bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan, dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI ekslusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil

memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode

antenatal :

(a) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14

minggu)

(b) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-

28)
23

(c) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-

36 dan sesudah minggu ke 36) (Saifuddin dkk, 2010).

2. Teori manajemen kebidanan

Penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan menejemen

kebidanan menurut “Varney” terdiri dari 7 langkah yaitu pengkajian,

interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi tindakan segera, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Langkah I :Pengkajian

Menurut Yuliani dkk (2017), pada langkah pertama ini dikumpulkan

semua informasi yang akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui

anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian yang dilakukan wawancara

dengan pertanyaan terarah kepada klien. Tujuannya untuk mengetahui

keadaan ibu dan faktor resiko yang dimiliki. Langkah-langkah dalam

anamnesa pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

1) Subjektif

Adalah data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu kejadian. Data subjektif meliputi:

a) Biodata

(1) Nama istri/suami

Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk

memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak

terlihat kaku dan lebih, akrab (Astuti, 2012).


24

(2) Umur

Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam,

kehamilan yang beresiko atau tidak. Usia dibawah 16 tahun

dan diatas 35 tahun adalah umur-umur yang beresiko tinggi

untuk hamil. Umur yang baik untuk kehamilan maupun

persalinan adalah 19-25 tahun (Astuti, 2012).

(3) Agama

Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktik terkait

agama yang harus diobservasi. Informasi ini dapat

menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya agama bagi

kehidupan klien (Astuti, 2012).

(4) Suku/Bangsa

Ras, etnis dan keturunan harus di identifikasi dalam rangka

memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien dan

keluarga (Astuti, 2012).

(5) Pendidikan

Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan,

informasi ini membantu klinisi memahami klien sebagai

individu dan memberi gambaran kemampuan baca-tulisnya

dan tanyakan pengetahuan ibu terhadap pengetahuan

kandungan gizi dalam makanan karena dapat

mempengaruhi dalam pemilihan makanan (Astuti, 2012).


25

(6) Pekerjaan

Penting untuk mengetahui apakah klien dalam keadaan

utuh dan untuk mengkaji potensi kelahiran, prematur, dan

terhadap bahaya lingkungan kerja, yang dapat merusak

janin (Astuti, 2012).

(7) Alamat rumah

Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih

memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk

mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan

b) Alasan datang

Alasan wanita mengunjungi bidan ke BMP, puskesmas, RS,

atau tempat kesehatan yang diungkapankan dengan kata-

katanya sendiri (Yuliani dkk, 2017).

c) Keluhan utama

Menurut Yuliani dkk (2017), keluhan utama merupakan

sesuatau keluhan wanita yang berhubungan dengan sistem

tubuh, meliputi kapan mulainya, bentuknya seperti apa, faktor

pencetus, perjalanan penyakit termasuk durasi dan

kekambuhan.

d) Riwayat kehamilan sekarang

Riwayat kehamilan menurut Astuti (2012), antara lain:


26

(1) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

Tanggal hari pertama dari menstruasi terkahir klien untuk

memperkirakan kapan kira-kira bayi akan di lahirkan.

(2) HPL (Hari Perkiraan Lahir)

Perhitungan dilakukan dengan menambahkan 9 bulan dan

7 hari pada hari pertama haid terakhir (HPHT) atau dengan

mengurangi bulan dengan 3, kemudian 7 hari dan 1 tahun.

(3) Gerakan bayi mulai dirasakan

Mengidentifikasi apakah sudah ada gerakan janin dalam

umur kehamilan sekarang.

(4) Obat-obatan yang dikonsumsi

Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu

memperhatikan apakah berpengaruh terhadap tumbuh

kembang janin.

(5) Keluhan-keluhan pada kehamilan

Tanyakan pada klien apakah ada masalah pada kehamilan

trimester I, masalah-masalah tersebut misalnya hiperemesis

gravidarum, anemia, dan tanyakan pada klien masalah yang

pernah ia rasakan pada trimester II dan III pada kehamilan

sebelumnya. Hal ini untuk sebagai faktor persiapan kalau

kehamilan yang sekarang akan terjadi hal seperti itu lagi.


27

(6) ANC (Antenatal Care)

Setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali

kunjungan selama periode antenatal:

(a) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum

14 minggu)

(b) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara

minggu 14-28)

(c) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara

minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36) (Saifuddin

dkk, 2010).

Tanyakan pada klien asuhan kehamilan apa saja yang

pernah ia dapatkan selama kehamilan trimester I dan

tanyakan kepada klien asuhan apa yang pernah ia dapat

pada trimester II dan III kehamilan sebelumnya dan

tanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan,

serta tanyakan kepada klien dimana tempat ia mendapatkan

asuhan kehamilan tersebut.

(7) Penyuluhan yang pernah di dapat

Penyuluhan apa yang pernah didapat klien perlu ditanyakan

untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira telah

didapat klien dan berguna bagi kehamilannya.


28

(8) Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

TT 1 :langkah awal pembentukan kekebalan tubuh

terhadap penyakit tetanus (0,5 cc)

TT 2 :1 bulan setelah TT1 3 tahun (0,5 cc)

TT 3 :6 bulan setelah TT2 5 tahun (0,5 cc)

TT 4 :12 bulan setelah TT3 10 tahun (0,5 cc)

TT 5 :12 bulan setelah TT4 ≥ 25 tahun (0,5 cc)

Imunisasi yang dibutuhkan Ibu diberikan pada saat akan

menikah yaitu TT 4, kemudian TT 5 diberikan 12 bulan

setelah TT 4 untuk perlindungan lebih dari 25 tahun atau

seumur hidup.

e) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Pengkajian

meliputi jumlah kehamilan, persalinan, jenis kelamin,

laktasi,anak hidup dan termasuk komplikasi dalam kehamilan,

persalinan, nifas dan anak (Yuliani dkk, 2017).

f) Riwayat menstruasi

Menurut Astuti (2012), riwayat menstruasi yang perlu

ditanyakan meliputi:

(1) Menarche perlu ditanyakan karena disminorea biasanya

terjadi beberapa waktu setelah menarche, wanita Indonesia

pada umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai 16

tahun.
29

(2) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah

siklus haid teratur atau normal. Karena siklus haid setiap

wanita berbeda-beda biasanya sekitar 23 sampai lama haid

perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari

klien normal (3-7 hari), karena lama haid berbeda-beda.

(3) Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan

jumlah pembalut yang digunakan tiap harinya. Apabila

penggunaan pembalut kurang dari 2 perhari berarti jumlah

darah sedikit, 2-4 perhari berarti normal dan lebih dari 5

perharinya banyaknya normalnya yaitu 30 ml.

(4) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui

apakah ada nyeri perut bagian bawah, pegal pada pinggang

dan paha serta gejala yang menyertai disminorea seperti

pusing.

g) Riwayat kontrasepsi

Untuk mengetahui pasien pernah menggunakan jenis/metode

kontrasepsi yang digunakan sebelumnya, waktu penggunaan,

keluhan, alasan berhenti dan rencana metode kontrasepsi

pascasalin (Yuliani dkk. 2017).

h) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehan ibu

Tanyakan kepada klien penyakit apa yang pernah diderita

klien. Apabila klien pernah menderita penyakit keturunan,


30

maka ada kemungkinan janin yang ada dalam

kandungannya tersebut beresiko menderita penyakit yang

sama (Astuti, 2012).

(2) Penyakit yang sedang diderita

Tanyakan pada klien penyakit apa yang sedang ia derita

sekarang. Tanyakan bagaimana urutan kronologis dan

tanda - tanda klasifikasi dari setiap tanda penyakit tersebut

(Astuti, 2012).

(3) Riwayat penyakit menular

Tanyakan kepada klien apakah mempunyai keluarga yang

saat ini sedang menderita penyakit menular. Apabila klien

mempunyai keluarga yang sedang menderita penyakit

menular, sebaiknya bidan menyarankan kepada klien untuk

menghindari secara langsung bersentuhan fisik atau

mendekati keluarga tersebut untuk sementara waktu agar

tidak menular pada ibu hamil dan janinnya (Astuti, 2012)

(4) Riwayat penyakit keturunan

Hal ini diperlukan untuk mendiagnosa apakah klien

berkemungkinan akan menderita penyakit tersebut atau

tidak, hal ini bisa dilakukan dengan cara membuat daftar

penyakit apa saja yang pernah diderita oleh keluarga klien

yang dapat diturunkan (Astuti, 2012).


31

i) Riwayat perkawinan

Pengkajian meliputi usia ibu saat pertama kali menikah, status

perkawinan, berapa kali menikah, dan lama pernikahaan (Astuti,

2012).

j) Pola kebutuhan sehari – hari

(1) Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Oleh karena itu

bidan perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya

diketahui hambatan yang mungkin muncul jika didapatkan

data yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan istirahat.

Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ia tidur

dimalam hari dan siang hari (Yuliani dkk, 2017).

Kebutuhan sehari- hari, meliputi:

(2) Nutrisi

Tanyakan kepada klien, apa jenis makanan yang biasa

dikonsumsi, porsi makanan, frekuensi makan klien per hari

(Astuti, 2012).

(3) Eliminasi

Frekuensi, warna, bau, dan masalah buang air besar dan

buang air kecil serta bau urinnya (Astuti, 2012).

(4) Aktivitas

Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan ibu saat

sebelum kehamilan maupun saat hamil (Astuti, 2012).


32

(5) Pola istirahat dan tidur

Menggambarkan pola tidur siang dan malam pasien (Astuti,

2012).

(6) Seksualitas

Walaupun hal ini merupakan hal yang privasi pasien,

namun harus menggali dari kebiasan ini, karena terjadi

kasus beberapa keluhan dalam aktivitas seksual yang cukup

mengganggu pasien namun ia tidak tahu kemana harus

berkonsultasi. Beberapa yang dapat ditanyakan frekuensi,

dan gangguan (Yuliani dkk, 2017).

(7) Personal hygiene

Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan oleh

ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena

badan yang kotor. Mandi dianjurkan sedikitnya 2 kali

sehari, gosok gigi, keramas, dan mengganti pakaian

(Walyani, 2015).

k) Penggunaan obat – obatan atau rokok

Hal ini perlu ditanyakan secara langsung dapat mempengaruhi

pertumbuhan, perkembangan janin, dan menimbulkan kelahiran

dengan berat badan lahir rendah bahkan dapat menimbulkan

cacat bawaan atau kelainan tumbuhan atau perkembangan

mental (Astuti, 2012).


33

l) Riwayat psikososial sosial Untuk mengetahui apakah ada

pantangan makanan atau kebiasaan yang tidak boleh selama

hamil dalam adat masyarakat setempat, perasaan tentang

kehamilan ini, kehamilan ini direncanakan atau tidak, jenis

kelamin yang diharapkan, dukungan keluarga terhadap

kehamilan ini, dan keluarga lain yang tinggal serumah (Astuti,

2012).

b. Objektif

Menurut Yuliani dkk (2017), Untuk mengetahui data dalam

menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data

obyektif melalui pemeriksaan fisik, langkah-langkah dalam

pemeriksaan fisik meliputi:

a) Pemeriksaan umum

(1) Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan. Menilai keadaan umum

baik secara fisik maupun psikologis (kejiwaan) (Yuliani

dkk, 2017).

(2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien

kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai

dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai

dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).


34

Kesadaran dinilai baik jika dapat menjawab semua

pertanyaan (Yuliani dkk, 2017).

(3) Berat badan

Penimbangan berat badan ibu hamil dilakukan pada setiap

kunjungan antenatal dengan tujuan mendeteksi adanya

gangguan pertumbuhan janin. Secara umum penambahan

berat badan kurang dari 9 kg selama hamil atau < 1 kg setiap

bulannya atau < 1 kg sejak bulan keempat (Yuliani dkk,

2017).

(4) Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dilakukan pada kunjungan

antenatal yang pertama dengan tujuan penapisan factor

resiko untuk terjadinya chepalo pelvis disproportion (CPD)

dan panggul sempit sehingga sulit untuk bersalin normal.

Normalnya tinggi badan ibu ≥ 145 cm (Yuliani dkk, 2017).

(5) Pengukuran LILA

Untuk mengetahui lingkar lengan bagian atas sebagai

indicator untuk menilai status gizi ibu hamil, ukuran lingkar

lengan yang normal adalah 23,5 cm, bila kurang dari 23,5

cm maka status gizi ibu kurang (Yuliani dkk, 2017).


35

(6) Tanda-tanda vital

(a) Tekanan darah

Tekanan darah diukur setiap kali kunjungan dengan

tujuan mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan,

yaitu TD ≥ 140/90 mmHg (Astuti, 2012).

(b) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan

atau tidak. Suhu tubuh normalnya 36,50C – 37,5 0C,

jika lebih dari 37,5 0C dikatakan demam yang

memungkinkan menjadi salah satu tanda infeksi, jika

<36 0C kemungkinan terjadi hipotermi (Yuliani dkk,

2017).

(c) Nadi

Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam

menit, frekuensi nadi, normal 60 – 100 x/menit

(Astuti, 2012).

(d) Respirasi

Nilai normal pernapasan orang dewasa adalah 16-

20x/menit. Sedangkan sesak napas ditandai dengan

peningkatan frekuensi pernapasan dan kesulitan

bernapas serta lelah (Astuti, 2012).


36

b) Pemeriksaan present (head to toe)

(1) Kepala

(a) Rambut

Meliputi pemeriksaan kebersihan rambut, warna dan

mudah atau tidak (Yuliani dkk, 2017).

(b) Muka

Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma

gravidarum (Astuti, 2012).

(c) Mata

Meliputi pemeriksaan Conjungtiva, sclera dan oedema

(Astuti, 2012).

(d) Hidung

Meliputi pemeriksaan secret dan benjolan (Astuti,

2012).

(e) Telinga

Meliputi pemeriksaan tanda infeksi, serumen dan

kesimetrisan (Astuti, 2012).

(f) Mulut

Pemeriksaan meliputi: keadaan bibir, stomatitis,

epulis, karies lidah (Astuti, 2012).


37

(2) Leher

Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,

pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis

atau tumor (Astuti, 2012).

(3) Dada dan mammae

a) Pembesaran, simetris, areola, puting, kolostrum dan

tumor (Astuti, 2012).

b) Retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa dan

nyeri tekan (Astuti, 2012).

(4) Abdomen

Bagaimana bentuk, apakah ada luka bekas operasi, strie,

linea (Astuti, 2012).

(5) Ekstermitas

Untuk mengetahui oedema pada tangan dan kaki, pucat

pada kuku jari, varices dan reflek patella (Astuti, 2012).

c) Pemeriksaan khusus obstetric

(1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan

secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan

indra pengelihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai

alat untuk mengumpulkan data. Untuk menilai keadaan

ada tidaknya closma gravidarum pada muka atau wajah,

pemeriksaan selanjutnya adalah pada leher untuk menilai


38

ada tidaknya odema, pemeriksaan selanjutnya adalah pada

leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar

gondok atau kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk

menilai bentuk buah dada dan pigmentasi putting susu,

pemeriksaan perut untuk menilai apakah perut membesar

kedepan atau kesamping, keadaan pusat, pigmentasi alba,

serta ada tidaknya strie gravidarum, pemeriksaan vulva

untuk menilai kedaan perineum, ada tidaknya chadwick dan

adanya flour albus. Kemudian pemeriksaan ektremitas

untuk menilai ada tidaknya varises (Yuliani dkk, 2017).

(2) Palpasi

Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan

indra peraba. Dilakukan untuk menentukan kolostrum

sudah keluar/belum, pengukuran TFU untuk menentukan

TBJ, besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan,

menentukan letak janin dalam rahim. Pemeriksaan palpasi

pada kehamilan dapat dilakukan dengan pemeriksaan

leopold yang dapat dilakukan saat usia kehamilan 24

minggu. Pemeriksaan leopold, meliputi:

(a) Leopold I

Untuk menentukan TFU dan bagian janin yang terletak

di fundus uteri.
39

(b) Leopold II

Untuk menentukan letak punggung anak dan letak

bagian kecil pada anak.

(c) Leopold III

Untuk menentukan bagian janin yang terletak di bagian

bawah uterus (presentasi janin)

(d) Leopold IV

Untuk menentukan seberapa masuknya bagian bawah

dan seberapa masuknya bagian bawah (Yuliani dkk,

2017).

(3) Auskultasi

Menurut Yuliani dkk (2017), Meliputi pemeriksaan denyut

jantung janin (DJJ) yang dapat dilakukan menggunakan alat

doppler, denyut jantung janin dapat didengar pada usia

kehamilan 10 minggu dan paling sering dideteksi dengan

baik saat usia kehamilan 12 minggu. Normalnya DJJ yaitu

110 –60 kali/menit.

(4) Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-

mengetuk jari (sebagai alat untuk menghasilkan suara) ke

bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk mengetahui

ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh (Yuliani

dkk, 2017)
40

d) Pemeriksaan panggul

Untuk mengetahui kesan panggul normal atau tidak, berapa

ukuran distansia spinarum (normal 23-26 cm), distansia

kristarum (normal 26-29 cm), conjugate eksterna (boudeloque)

(normal 18-20 cm), dan lingkar panggul (normal 80 - 90 cm)

(Astuti, 2012).

e) Pemeriksaan anogenital menurut Yuliani dkk (2017), meliputi:

(1) Vulva vagina

Untuk mengetahui apakah varices, luka, kemerahan,

nyeri, pembesaran kelenjar bartholini, dan adanya

pengeluaran pervaginam.

(2) Perinium

Untuk mengetahui ada atau tidaknya bekas luka dan lain-

lain.

(3) Anus

Untuk mengetahui adanya hemoroid atau tidak.

f) Pemeriksaan penunjang menurut Yuliani dkk (2017), adalah:

(1) Pemeriksaan laboratorium rutin untuk semua ibu hamil

yang dilaksanakan pada kunjungan pertama, meliputi:

(a) Kadar hemoglobin

Dikatakan anemia jika kadar Hb < 11 gr/dl pada

trimester 1 dan 3), atau <10,5 g/dl (pada trimester II).


41

(b) Golongan darah dan rhesus

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak

hanya untuk mengetahui jenis golongan darah dan

rhesus, tapi juga untuk mempersiapkan calon pendonor

jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan.

(c) Rapid test

Dilakukan pada ibu yang tinggal di atau memiliki

riwayat bepergian ke daerah edemik malaria dalam 2

minggu terakhir.

(d) HbsAg untuk menegakkan diagnose hepatitis setiap ibu

hamil perlu dilakukan pemeriksaan HbsAg pada

trimester pertama kehamilannya.

(e) Tes HIV

Tes HIV dapat dilakukan mengikuti pemeriksaan

laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal

atau menjelang persalinan.

(2) Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

Menurut Yuliani dkk (2017), pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi meliputi:

(a) Urinalisasi

Pemeriksaan urinalisasi yang dilakukan pada

kehamilan terutama protein pada trimester ke dua dan


42

ketiga jika terhadap hipertensi. Protein urin pada ibu

hamil merupakan indikasi adanya preeklamsi.

(b) Kadar hemoglobin

Pemeriksaan Hb dianjurkan pada ibu hamil trimester

ketiga, sedangkan pemeriksaan pada trimester kedua

dilakukan sesuai dengan indikasi.

(c) BTA

Pemeriksaan ini untuk ibu hamil dengan riwayat

defisiensi imun, batuk > dari 2 minggu atau LILA <

23,5 cm. pemeriksaan dilakukan pada ibu yang

menderita tuberkulosis sebagai upaya pencegahan

pengaruh infeksi tuberculosis terhadap kesehatan

janin.

(d) Tes sifilis

Di rencanakan pada ibu hamil dengan factor

predisposisi pasangan seksual multiple, hubungan

seksual tidak terlindung. Pemeriksaan tersebut

dilakukan sedini mungkin pada masa kehamilan

(e) Kadar gula darah

Pemeriksaan kadar gula darah puasa/sewktu di lakukan

jika ibu memiliki faktor resiko obesitas, riwayat

diabetes, riwayat melahirkan dengan kelainan

kongenital atau bayi > 4000 gr dan riwayat preeklamsi.


43

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabeter mellitus

harus dilakukan pemeriksaan gula darah minimal satu

kali setiap trimester.

(f) Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG di rekomendasikan pada awal

kehamilan (idealnya sebelum usia kehamilan 15

minggu), untuk menentukan usia gestasi, viabilitas

janin, letak dan jumlah janin serta deteksi abnormalitas

janin yang berat serta dilakukan pada trimester ke tiga

untuk persiapan persalinan.

b. Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan pendiagnosaan suatau masalah yang

dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien.Rumusan diagnosa dan masalah

keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti

diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan (Muslihatun dkk, 2009).

1) Diagnosa kebidanan

Diagnose kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan oleh profesi

bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur (tata nama) diagnose kebidanan (Yuliani dkk, 2017).

Diagnosa: Ny.X G1P0A0 Umur 28 Tahun Hamil 5 Minggu.

Data dasar :

Data Subyektif:
44

a) Ibu mengatakan bernama Ny. X umur 28 tahun.

b) Ibu mengatakan pernah melahirkan x kali dan belum pernah

keguguran.

c) Ibu mengatakan hari petama haid terakhir tanggal 1 januari 2017

Data Obyektif:

Tanda-tanda vital:

a) Tekanan darah : antara 110/70 mmHg sampai 140/90 mmHg

b) Pengukuran suhu : suhu 36.5 0C sampai 37.5 0C

c) Nadi : nadi normal 80 sampai 100 x/menit

d) Hasil pemeriksaan Laboratorium.

2) Masalah

Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman atau keluhan

wanita yang di identifikasi bidan sesuai dengan pengarahan.

Masalah ini seringkali menyertai diagnose. Masalah tidak dapat

masuk atau diselesaikan seperti diagnose, namun sungguh

membutuhkan penanganan yang akan dituangkan dalam

perencanaan asuhan (Yuliani dkk, 2017).

3) Kebutuhan

Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu, misalnya

penyuluhan gizi pada ibu hamil (Wildan dan Hidayat, 2008).


45

c. Langkah III : Diagnosa dan Masalah Potensial

Diagnose dan masalah potensial terjadi diidentifikasi dari diagnose dan

masalah aktual. Pada langkah ini membutuhkan antisipasi dan jika

memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan harus observasi/

melakukan pemantauan terhadap klien sambil bersiap-siap jika diagnose/

masalah potensial benar-benar terjadi (Yuliani dkk, 2017).

d. Langkah IV : Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan lain sesuai

kondisi klien (Yuliani dkk, 2017).

e. Langkah V : Perencanaan

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan

manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentivikasi

atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkap (Muslihatun dkk, 2009).

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Rencana asuhan yang menyeluruh dilaksanakan dengan efisien dan

aman. Pelaksanaan tersebut dapat sepenuhnya dilakukan oleh bidan atu

sebagian lagi oleh tenaga kesehatan lain atau klien dan keluarga. Jika

bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap bertanggung jawab penuh untuk

mengarahkan pelaksanaan dan memastikan langkah-langkah tersebut

benar-benar terlaksana (Yuliani dkk, 2017).


46

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan.

Ada kemungkinan sebagian rencana lebih efektif, sebagaian yang lain

belum efektif. Manajemen asuhan kebidanan merupakan hasil pola pikir

bidan yang berkesinambungan, sehingga jika ada proses manajemen

yang kurang efektif/tidak efektif, proses manajemen dapat diulang lagi

dari awal (Yuliani dkk, 2017).

3. Dokumentasi kehamilan kunjungan II dan III

Menurut Muslihatun, dkk (2009), Pendokumentasian atau pencatatan

manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam

metode SOAP S adalah data subjektif, O adalah data Objektif, A adalah

analisis/assessment dan P adalah Planing. Merupakan catatan yang bersifat

sederhana, jelas, logis dan singkat. Model dokumentasi menggunakan SOAP

sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien (Wildan dan Hidayat,

2008). Bentuk penerapannya adalah sebagai berikut:

S :Subjektif

Data Subjektif, merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varnay langkah pertama

(Pengkajian), terutama data yang diperoleh melalui

anamnesis. Data subjektif ini berhubungn dengan masalah

dari sudut pandang pasien (Wafi dkk, 2009). Pada kasus ini

menanyakan beberapa hal sebagai berikut: keadaan ibu,


47

keluhan yang dirasakan, kebutuhan nutrisi, gerakan janin

dalam 12 jam.

O :Objektif

Data Objektif, merupakan data yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic

lainnya. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan, sebagai

berikut: Keadaan umum dan kesadaran, vital sign, leopod I-

IV, tinggi fundus uteri, denyut jantung janin berat badan,

taksiran berat janin, reflek patella, (Muslihatun dkk, 2009).

A :Assesment

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif (Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus ini asessment

ditulis, sebagai berikut: Ny... G..P..A.. umur ... tahun hamil

... minggu, janin tunggal atau ganda, letak lintang atau

memanjang, punggung kanan atau kiri, presentase kepala

atau bokong, sudah atau belum masuk panggul.

P :Planning

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang

akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data. Meskipun secara istilah, P

adalah planning/perencanaan saja, namun P dalam metode


48

SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang

telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka

mengatasi masalah pasien (Muslihatun dkk, 2009). Pada

kasus ini plan disesuaikan dengan keadaan dan masalah

yang yang sedang dihadapi ibu.

B. PERSALINAN

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran

plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Erawati, 2011).

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam

kehidupan. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran

janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala dan berlangsung selama 18

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Setyorini, 2013).

b. Tanda-Tanda Persalinan.

Menurut Mochtar (2015), tanda-tanda persalinan meliputi:

1) Lightening atau Settling atau Dropping

Kepala turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada

primigravida. Pada multipara, hal tersebut tidak begitu jelas.

2) Perut kelihatan lebih melebar fundus uteri turun


49

3) Sering buang kecil atau sulit berkemih (polakisurin) karena kandung

kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4) Perasaan nyeri diperut atau dipinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah uterus.

5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah

mungkin bercampur darah.

c. Penyebab Mulainya Persalinan.

Menurut Sumarah dkk (2009), beberapa teori yang memungkinkan

terjadinya proses persalinan:

1) Teori keregangan.

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi iskemoa otot-otot

uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat menggangu

sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.

Pada kehamilan ganda sering kali terjadi kontraksi setelah keregangan

tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

2) Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plsasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,

dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mnegalami

pentempitan dan buntu. Villi koriales mengalami peubahan-

perubahan dan produksi progesteron mengalami penurunan, akibat

otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim


50

mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron

tertentu.

3) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikelurkan oleh kalenjar hipofise past posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensivitas

otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.

Menurunnnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka

oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.

4) Teori prostaglandin

Konsentrasi Prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin

pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga

dapat menimbulkan persalinan. Prostaglandin dianggap dapat memicu

terjadinya persalinan.

5) Teori berkurangnya nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk

pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil

konsepsi akan segera dikeluarkan.

6) Teori plasenta menjadi tua

Plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron

sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan

menimbulkan kontraksi rahim (Mochtar,2015).


51

7) Penekanan bagian terendah janin

Tekanan bagian terendah janin pada servik dan segmen bawah rahim,

demijkian pula pada pleksus nervosus disekitar servik dan vagina, bila

pleksus nervosus ini tertekan akan menjadi kontraksi (Setyorini,

2013).

d. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Proses Persalinan

1) Passage (jalan lahir)

Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga

panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta

dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut

harus normal. Rongga-rongga panggul yang normal adalah pintu atas

panggul hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung,

promontorium tidak menonjol kedepan, kedua spina ischiadika tidak

menonjol kedalan, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran

conjungata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari

bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11cm, ukuran diameter

transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu

bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm. Ukuran panggul

yang sering dipakai dalam kebidanan:

a) Distansia spinarum: Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS)

Dextra dan sinistra.

b) Distansia Cristarum: jarak terjauh antara Crista Iliaka kanan/kiri


52

c) Conjungata Eksterna: jarak pinggir atas sympisis dan ujung

processus spinosus tulang lumbal ke IV.

d) Lingkar paggul: dari pinggir atas sympisis kepertengahan antara

SIAS, trochanter mayor sepihak dan kembali ke tempat-tempat

yang sama dipihak lain.

Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat

menimbulkan hambatan pada persalinan apabila panggul sempit

seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul seperti corong, ada

tumor dalam panggul. Bentuk panggul terbagi menjadi 4 yaitu:

a) Panggul gynecoid

Panggul yang paling ideal. Diameter anteroposterior sama dengan

diameter tranversa bulat. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.

b) Panggul android

Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umum nya pada

panggul pria. Panjang diameter trasnversal dekat dengan sakrum.

Pada wanita ditemukan 15%.

c) panggul anthropoid

Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang

diameter anteoposterior lebih besar daripada diameter transversa.

Jenis ini ditemukan 35% pada wanita.

d) Panggul platypoid
53

Merupakan panggul picak. Diameter transversa lebih besar

daripada diameter anteroposterior, menyempit arah muka

belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.

Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan,

untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus

lemas dan mudah meregang apabila terdapat kekakuan pada jaringan

maka otot-otot ini akan mudah ruptur.Kelainan pada jalan lahir lunak

diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer

atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik). Serviks gantung

(Ostium Uteri Eksternum terbuka lebar namun Ostium Uteri Internum

tidak terbuka), servik konglumer (Ostium Uteri Eksternum terbuka

namun Ostium Uteri Internumtidak terbuka), edema serviks (terutama

karena kesempitan panggul, sehingga serviks terhimpit diantara

kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan

tumor pada vagina.

2) Power (kekuatan)

Power atau kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari

his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power

merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh

adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. His adalah kontraksi

otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek

dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran

(involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik. Retraksi


54

adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah

adanya kontraksi. His yang normal adalah timbulnya mula-mula

perlahan tetapi teratur bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang

paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His

tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan

proses persalinan sampai anak dilahirkan. His yang normal

mempunya sifat kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk

rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar

kesemua otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot

rahim yang berkontaksi tidak kembali kepanjang semula sehingga

menjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat

involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient. Tenaga meneran

merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam

persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala 2 dan untuk

membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut

dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangan

membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul.

Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik.

Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena

hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri. Kelainan

kekuatan his dan meneran, dapat disebabkan oleh:


55

a) Kelainan kontraksi rahim:

Inersia uteriprimer dan sekunder, tetania uteri dapat

mengakibatkan partus presipitatus, asfiksia intrauterin sampai

kematian janin dalam Rahim,inkoordinasi kontraksi rahim yang

disebabkan karena karena usia terlalu tua, pimpinan persalinan

salah, induksi persalinan, rasa takut dan cemas.

b) Kelainan tenaga meneran:

Kelelahan, salah dalam pimpinan meneran pada kala 2

3) Passanger

Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger

utama, dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena

kepala janin mempunya ukuran yang paling besar 90% bayi dilahirkan

dengan letak kepala. Kelainan-kelainan yang saling menghambat dari

pihak passenger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak

seperti hydrocephalus atau anencepalus, kelaian letak seperti letak

muka ataupun letak dahi, kelainan kedudukan anak, seperti

kedudukan lintang ataupun letak sungsang (Setyorini, 2013).

4) Psyche (psikologi)

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia

tidak memahami apa yang terjadi atau pada dirinya atau yang

disampaikan kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan

mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya. Perilaku dan penampilan

wanita serta pasangannya merupakan petunjuk menghargai tentang


56

jenis dukungan yang akan diperluhkannya. Membantu wanita

berpatisipasi sejauh yang diinginkandalam melahirkan, memenuhi

wanita akan hasil akhir persalinannya, membantu wanita menghemat

tenaga, mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan

dalam mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari

orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan

yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman

dengan menciptakan suasana nyaman dalam kamar bersalin, memberi

sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi, memberi

analgesia jika diperluhkan dan yang paling penting berada disisi

pasien adalah bentuk-bentuk dukungan psikologis. Dengan kondisi

psikologis yang positif proses persalinan akan berjalan lebih mudah

(Sumarah dkk, 2008).

e. Mekanisme Persalinan.

Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan letak kepala dan pada letak

kepala ini ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, ± 23%

di kanan depan, ± 11% di kanan belakang, ± 8% di kiri belakang. Keadaan

ini mungkin disebabkan teririsnya ruangan disebelah kiri belakang oleh

kolon sigmoid dan rektum. Pada letak kepala, bila his sudah cukup kuat,

kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya

kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus ialah

bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.

Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus anterior menurut


57

Neagle ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan

dengan bidang pintu atas panggul. Keadaan asinklitismus anterior lebih

menguntungkan daripada mekanisme turunnya kepala dengan

asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih luas

di bandingkan dengan ruangan pevis di daerah anterior. Akibat sumbu

kepala janin yang tidak simetris dengan sumbu lebih mendekati

suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang

akan turun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam

rongga panggul. Dengan fleksikepala janin memasuki ruang panggul

dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboksipito-

bregmatikus (9,5) cm dan dengan sirkumferensia suboksipito-bregmatikus

(32 cm). Sampai didasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan

fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui difragma pelvis yang

berjalan dari arah atas ke ke bawah depan. Akibatnya kombinasi elastisitas

difragma pelvis dan tekanan intrauterine di sebabkan oleh his yang

berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi

dalam. Pada umumnya di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil

akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil

berada di bawah simfisis. Dalam keadaan fisiologis setelah kepala janin

sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil di bawah simfisis, makan

dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan

defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva akan membuka dan

kepala janin makin nampak. Perineum menjadi lebar dan tipis, anus
58

membuka tampak dinding rektum. Dengan kekuatan His bersamaan

dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka

dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi

yang disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar adalah gerakan kembali

setelah putaran paksi dalam terjadi, untuk meyesuaikan kedudukan kepala

dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan

miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan

bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala

telah di lahirkan bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Demikian

pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter

belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya (Prawirohardjo, 2015).

Sedangkan menurut Sumarrah, dkk 2008 mekanisme persalinan adalah

sebagai berikut

1) Engagement (masuknya kepala janin pada PAP)

Engagement pada primi gravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan,

sedangkan pada multi gravida dapat terjadi pada awal persalinan.

Engagement adalah peristiwa ketika diameter biparetal melewati pintu

atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik didalam jalan

lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan mengalami kesulitan

apabila pada saat masuk dengan suturasagitalis dalam antero

posterior. Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul dengan

sutura sagitalis melintang dijalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri

sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat
59

melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana sutura

sagitalis lebih dekat ke promontorium atau ke sympisis maka hal ini

disebut asinklitismus. Ada dua macam asinklitismus yaitu:

a) Asinklitismus posterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis

mendekati symfisis dan tulang parietal belakang lebih rendah dari

tulang parietal depan. Terjadi karena tulang parietal depan

tertahan oleh sympisis pubis sedangkan tulang parietal belakang

dapat turun dengan mudah karena adanya lengkung sakrum yang

luas.

b) Asinklitismus anterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis

mendekati promontorium dan tulang parietal depan lebih rendah

daripada tulang parietal belakang.

Perubahan awal kepala janin dari asinklitismus posterior kedalam

keadaan asinklitismus anterior memudahkan mekanisme persalinan

karena sesuai dengan keadaan panggul dengan adanya lengkung

sakrum. Enggangment dan penurunan kepala terjadi secara

simultan/bersamaan.

2) Penurunan kepala

Dimulai sebelum omset persalinan/inpartu penurunan kepala terjadi

bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung

dalam penurunan kepala janin yaitu tekanan cairan amnion, tekanan

langsung fundus pada bokong, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi

dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin.


60

3) Fleksi

Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi

kepala janin terhambat oleh servik, dinding panggul atau dasar

panggul.Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka

oksipitofrontalis berubah menjadi sub oksipitobregmatika, posisi

dagu bergeser kearah dada janin.Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun

kecil lebih jelas teraba dari pada ubun-ubun besar.

4) Rotasi Dalam.

Rotasi dalam atau putaran paksi dalam adalah pemutaran bagian

terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah

simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian terendah

janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar kedepan

sampai berada dibawah simpisis. Gerakan ini adalah upaya kepala

janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk

bidang tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi

bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi setelah kepala

melewati Hodge III (setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada

pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam 12.00. Sebab-

sebab adanya putaran paksi dalam yaitu:

a) Bagian terendah kepala janin adalah bagian belakang kepala pada

letak fleksi
61

b) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang

di sebelah depan atas yaitu hiatus genitalis antara muskulus

levator ani kiri dan kanan.

5) Ekstensi

Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiputberhimpit

langsung pada margo inferior simfisis pubis. Penyebab dikarenakan

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan

keatas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara ekstensi agar

dapat melaluinya. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul

tidak langsung terekstensi, akan tetapi terus didorong kebawah

sehingga mendesak kejaringan perineum. Pada saat itu ada dua gaya

yang mempengaruhi yaitu:

a) Gaya dorong dari fundus kearah belakang

b) Tahanan dasar panggul dan symfisis kearah depan.

Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva dan

terjadilah ekstensi. Gerakan ekstensi ini mengakibatkan

bertambahnya penegangan pada perineum dan intruitus vagina.

Ubun-ubun kecil semakin banyak terlihat dan sebagai

hypomochlion atau pusat pergerakan maka berangsur-angsur

lahirlah ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung,

mulut, dan dagu. Pada saat kepala sudah lahir seluruhnya, dagu

bayi berada diatas anus ibu.


62

6) Rotasi Luar

Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh

beberapa faktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam. Gerakan

rotasi luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kearah

punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber

iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah

satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya disebelah kiri maka

ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri, bila pada mulanya ubun-

ubun kecil berada disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar

kearah kanan.Gerakan rotasi luar ini menjadikan diameter biakromial

janin searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul,

dimana satu bahu di bagian anterior di belakang simpisis dan bahu

yang satunya di bagian posterior di belakang penineum. Sutura

sagitalis kembali melintang.

7) Ekspulsi

Setelah terjadinya putaran rotasi luar bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah

kedua bahu lahir disusul lahirnya trochanter depan dan belakang

sampai lahir janin seluruhnya (Sumarah dkk, 2008)

f. Partograf.

Partograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik

ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama untuk mengambil

keputusan klinik khususnya pada persalinan kala I.


63

1) Kegunann Partograf :

a) Mencatat hasil observasi dalam kemajuan persalinan dengan

pemeriksaanpembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam.

b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal,

dengan demikian dapat mendeteksi secara dini kemajuan

terjadinya partus lama.

2) Bagian-bagian Partograf

a) Kemajuan Persalinan:

Pembukaan Serviks, turunnya bagian terendah dan kepala janin,

kontraksi uterus

b) Kondisi janin:

Denyut jantung janin, warna dan volume air ketuban, moulase

kepala janin

c) Kondisi Ibu:

Tekanan Darah, Nadi dan Suhu badan, volume Urine, obat dan

cairan

3) Cara mencatat temuan pada partograf

Observasi dimulai sejak ibu datang, apabila ibu datang masih dalam

fase laten, maka hasil observasi ditulis dilembar observasi bukan

partograf. Karena partograf dipakai setelah ibu masuk fase aktif yang

meliputi:
64

a) Identifikasi ibu

Lengkapi bagian awal atau bagian atas lembar partograf secara

teliti pada saat mulai asuhan persalinan yang meliputi Nama,

Umur, Gravida, Para, Abortus, Nomor Rekam Medis/Nomor

Klinik, Tanggal dan Waktu mulai dirawat, Waktu pecahnya

selaput ketuban.

b) Kondisi Janin:

Denyut jantung janindinilai setiap 3 menit (lebih sering jika ada

tanda-tanda gawat janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada

patrograf pada partograf dintara garis tebal angka 180 dan 100,

nilai normal sekitar 120 sampai dengan 160. Apabila ditemukan

DJJ dibawah 120 atau diatas 160, maka penolong harus waspada.

c) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam

dengan menggunakan lambang sebagai berikut:

U: jika ketuban Utuh belum pecah

J : jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Jernih dan belum

pecah

M: jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

Mekoniun

D : jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan

Darah

K : jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Kering


65

d) Penyusupan/Moulase kepala janin

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam nilai penyusupan

kepala janin dengan menggunakan lambang sebagai berikut:

0: Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat diraba

1: Tulang-tulang kepala janin tidak saling bertemu

2: Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi masih

dapat dipisahkan.

3: Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan.

e) Kemajuan Persalinan

Dilatasi Servik pada kolom dan lajur kedua dari partograf adalah

untuk pencatatan kemajuan persalinan. Agka 0-10 yang tertera

pada tepi kolom kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Kotak

diatasnya menunjukan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Pada

pertama kali penulisan pembesaran dilatasi serviks harus ditulis

tepat pada garis waspada. Cara pencatatannya dengan

menggunakan tanda silang (X) pada garis waspada sesuai hasil

pemeriksaan dalam/VT. Hasil pemeriksaan dalam/VT

selanjutnya dituliskan sesuai dengan waktu pemeriksaan dan

dihubungkan dengan garis lurus dengan hasil sebelumnya.

Apabila dilatasi serviks melewati garis waspada, perlu


66

diperhatikanapa penyebabnya dan penolong harus menyiapkan

ibu untuk dirujuk.

f) Penurunan bagian terendah janin

Skala 0 sampai dengan 5 pada garis tepi sebelah kiri keatas, juga

menunjukan seberapah jauh penurunan kepala janin kedalam

panggul. Dibawah jalur kotak dilatasi serviks dan penurunan

kepala menunjukan waktu/jam dimulainya fase aktif, tertera

kotak- kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan fase

aktif dimulai, setiap kotak menunjuka 30 menit.

g) Kontraksi uterus

Dibawah lajur waktu pada partograf terdapat lima kotak dengan

tulisan “Kontraksi” tiap 10 menit disebelah luar kolom. Jumlah

kotak yang diisi kearah atas menunjukan frekuensi kontraksi

setiap 10 menit. Setiap 30 menit, periksa dan dokumentasikan

frekuensi kontraksi yang datang dalam 10 menit dan lamanya

kontraksi dan satuan detik

h) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tersedia lajur

kotak untuk mencatat obat-obatan dan cairan yang diberikan

i) Kondisi ibu

Bagian akhir pada lembar partograf berkaitan dengan kondisi ibu

yang meliputi: nadi, tekana darah, suhu tubuh, urine (volume,

aceton, protein) (Sumarah dkk, 2008).


67

g. Tahapan Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0

sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut

juga kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan,

janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut kala urie,

plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV dimulai dari

lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi

apakah terjadi perdarahan post partum.

1) Persalinan kala I

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala

pembukaan tidak berlangsung begitu kuat sehingga ibu/wanita masih

dapat berjalan-jalan. Klinis dapat dikatakan mulai tetrjadi partus jika

timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu

darah (bloody show). Lendir yang bersemuh darah ini berasal dari

lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau

mendatar. Sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler

yang berada disekitar kanalis servikalis tersebut pecah karena

pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses ini

berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase ,

yaitu fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3, dan

fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan

10 cm. Dalam fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu fase
68

akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4

cm, fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, dan

fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Kontraksi menjadi lebih

kuat dan lebih sering pada fase aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai

baik pada primi gravida maupun multigravida, akan tetapi pada

multigravida fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi menjadi lebih

pendek. Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada

primigravida 1 cm/jam dan pembukaan pada multigravida 2 cm/jam.

Dengan demikian waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan

multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan

membuka terlebih dahulu, sehingga servik akan mendatar dan

menipis, kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada

multigravida ostium uteri internum sudah membuka sedikit, sehingga

ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran

serviks terjdi dalam waktu yang bersamaan.

2) Kala II (kala pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lenglap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3 menit

sekali. Dalam kondisi yang normal pada kala ini kepala janin sudah
69

masuk dalam ruang panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan

pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan

rasa mengedan. Wanita merasa adanya tekanan pada rektum dan

seperti seperi akan buang air besar. Kemudian perineum akan

menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya anus. Labia mulai

membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva

pada saat ada his. Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin

tidak masuk lagi diluar his dengan kekuatan his dan mengedan

maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis

dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his istirahat

sebentar, maka his akan mulai lagiuntuk mengeluarkan anggota badan

bayi.

3) Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba

keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit

kemudoan uterus berkontraksi lagi untuk melepas plasenta dari

dindingnya.

4) Kala IV (observasi)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post

partum.tujuan asuhan persalinan ini adalah memberikan asuhan yang

memadai selama persalian dalam upaya mencapai pertolongan

persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek


70

sayang ibu dan sayang bayi. Observasi yang dilakukan pada kala IV

adalah:

a) Tingkat kesadaran penderita

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,

pernapasan

c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya perdarahan

Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi

400 sampai 500 cc (Sumarah dkk, 2008).

h. Perubahan fisiologis pada masa persalinan

Perubahan-perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama

persalinan. Hal ini bertujuan untuk mengetauhi perubahan-perubahan yang

dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk mengintrepetasikan tanda-

tanda, gejala, dan penemuan peubahan fisik.

1) Perubahan tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontaksi uterus dengan kenaikan

sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10

mmHg. Diantara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan turun

sebelum masuk persalinan dan akan naik bila terjadi kontraksi. Posisi

tidur terlentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus

terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan

sirkulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu, ibu dapat

hipotensi dan janin asfiksia. Oleh karena itu posisi tidur ibu selama
71

persalinan yang terbaik adalah menghindari posisi tidur telentang.

Untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya maka

diperlukan pengukuran tekanan darah diluar kontraksi.

2) Perubahan metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun

anaerobik akan naik selama persalinan. Kenaikan ini sebagaian besar

disebabkan karena kecemasan oleh kecemasan serta kegiatan otot

kerangka tubuh. Kegiatan metabolism yang meningkat tercermin

dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output

dan kehilangan cairan.

3) Perubahan suhu badan

Suhu badan akan semakin naik selama persalinan, suhu mencapai

tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan ini

dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 CC. Suhu badan yang naik

sedikit merupakan keadaan yang wajar, namun bila keadaan ini

berlangsung lama, kelainan suhu ini mengindikasikan adanya

dehidrasi.

4) Denyut jantung

Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan

selama periode persalinan atau sebelum masuk,persalinan. Hal ini

mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang tejadi selama

persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan


72

yang normal, meskipun normal perlu dikontraksi secara periode untuk

mengidentifikasi adanya infeksi.

5) Pernafasan

Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan dengan sebelum

persalinan, kenaikan pernafasan ini dapat disebabkan karena adanya

rasa nyeri, kekhawatiran serta penggunaan teknik pernafasan yang

tidak benar. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan

pernafasan (untuk menghindari hiperventilasi) yang ditandai adanya

perasaan pusing.

6) Perubahan renal

Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh

kardiak output yang meningkat, serta disebabkan karena fitrasi

glomelurus serta aliran plasma ke renal. Kandung kencing harus

sering dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat

penurunan bagian terendah janin dan trauma pada kandung kemih

serta menghindari retensi urine setelah melahirkan.

7) Perubahan gastrointestinal.

Kemampaun pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat

berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama

persalinan dan dapat menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh

akan menyebabkan ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu dianjurkan

makan tidak terlalu banyak atau minum berlebihan, tetapi makan dan

minum semaunya untuk mempertahankan energi dan dehidrasi.


73

8) Perubahan hematologis

Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan

kembali meningkat pra persalinan pada hari pertama setelah

persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan,

waktu koagulasi berkurang dan akan mendapat tambahan plasma

selama persalinan. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara

progesif selama kala I persalinan sebesar 5.000 s/d 15.000 WBC

sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini tidak berindiksi

adanya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali keadaan semula. Gula

darah akan turun selama persalinan dan akan turun secara menyolok

pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama, hal ini

disebabkan karena kegiatan uterus dan otot- otot kerangka tubuh.

9) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos

uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan

keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus

uteri menjalar kebawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk

mendorong janin kebawah, sedangkan uteri bagian bawah pasif hanya

mengikuti tarikan dan segmen atas rahim, akhirnya menyebabkan

serviks men jadi lembek membuka. Kerja sama antara uterus bagian

atas dan utersu bagian bawah disebut polaritas.


74

10) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

Segmen Atas Rahim (SAR) berbentuk pada uterus bagian atas dengan

sifat otot yang tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat banyak

otot serong dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai

ishmus uteri. Segmen Bawah Rahim (SBR) terbentang diuterus bagian

bawah antara ishmusdengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan

elastis, pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar tidak

memanjang. Dalam keadaan persalinan normal tidak tampak dan akan

kelihatan pada persalinan abnormal, karena kontraksi uterus yang

berlebihan, akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol diatas

simpisis yang merupakan tanda- tanda ancaman ruptur uteri.

11) Penarikan servik

Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium Uteri Internum

(OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan servik menjadi pendek

dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena

canalis servikalis membesar dan membentuk Ostium Uteri Eksterna

(OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.

12) Pembukaan ostium uteri interna dan stium uteri eksterna.

Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE

karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat

dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR

akan tetapi juga karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong

amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri intrenum terbuka


75

lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan

terjadi. Sedangkan pada multigravida ostium utei internum dan

eksternum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan

terjadi.

13) Show

Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir

yang bercampur darah, lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang

menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah

berasal dari desidua vera yang lepas.

14) Tonjolan kantung ketuban

Tonjolan kantung ketuban ini disebabkan oleh adanya regangan SBR

yang menyebabkan terlepasnya selaput karion yang menempel pada

uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi

cairan yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan

ini terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi untuk

melindungi selaput amnion agar tidak terlepas selutuhnya. Tekana

yang diarahkan ke cairan sama dengan tekanan ke uterus sehingga

akan timbul generasi floud presur. Bila selaput ketuban pecah maka

cairan tersebut akan keluar, sehingga plasenta akan tertekan dan

menyebabkan fungsi plasenta terganggu. Hal ini akan menyebabkan

fetus (janin) akan kekurangan oksigen.


76

15) Pemecahan katong ketuban

Pada akhir kala I bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan

lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat setra desakanjanin yang

menyebabkan kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses kelahiran

bayi (Sumarah dkk, 2008).

i. Pemenuhan kebutuhan dasar ibu bersalin.

1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis selama persalinan.

a) Mengatur sirkulasi udara dalam ruangan

b) Memberi makan dan minum

c) Menganjurkan istirahat diluar his

d) Menjaga kebersihan badan terutama daerah genetalia (bila

memungkinkan ibu disuruh mandi atau membersihkan daerah

kemaluan)

e) Menganjurkan ibu untuk buang air kecil atau air besar

f) Menolong persalinan sesuai standar

2) Pemenuhan kebutuhan rasa aman

a) Memberi informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang

akan dilakukan

b) Menghargai pemilihan posisi tidur

c) Menentukan pendampingan selama persalinan

d) Melakukan pantauan selama persalinan

e) Melakukan tindakan sesuai kebutuhan


77

3) Pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai

a) Menghormati pemilihan pendampingaan selama persalinan

b) Melakukan kontak fisik/ memberi sentuhan ringan

c) Melakukan massase untuk mengurangi sakit.

d) Melakukan pembicaraan dengan suara lemah lembut dan sopan

4) Pemenuhan kebutuhan harga diri

a) Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian/menjadi

pendengar yang baik

b) Memberi asuhan dengan memperhatikan privacy ibu

c) Memberi pelayanan dengan empati

d) Memberitahu bahwa setiap tindakan yang akan dilakukan

e) Memberi pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang telah

dilakukannya

5) Pemenuhan kebutuhan aktualisasi

a) Memilih tempat dan penolong persalinan sesuai dengan

keinginan

b) Menentukan pendamping persalinan

c) Melakukan bounding and attachment

d) Memberi ucapan sselamat setelah persalinan selesai (Sumarah

dkk, 2008).
78

j. Persalinan dengan Seksio Sesarea (Sectio Caesarea)

1) Defenisi

Seksio Sesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500

gram (Prawirohardjo, 2015).

Seksio Sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Seksio

sesarea juga dapat didefenisikan sebagai suatu histeretomia untuk

melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2013).

2) Istilah pada Seksio Sesarea (Sectio Caesarea) menurut Mochtar

(2013) adalah sebagai berikut:

1) Seksio sesarea primer (efektif)

Sejak semua telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan

secara Seksio Sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa,

misalnya pada panggul sempit (CV kurang dari 8 cm)

2) Seksio Sesarea sekunder

Kita mencoba menunggu kelahiran biasa (patrus percobaan). Jika

tidak ada kemajuan persalinan atau patrus percobaan gagal, baru

dilakukan seksio sesarea

3) Seksio Sesarea berulang

Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani seksio sesarea dan pada

kehamilan selanjutnya juga dilakukan seksio sesarea ulang


79

4) Seksio Sesarea histerektomi

Suatu operasi yang meliputi kelahiran janin dengan seksio sesarea

yang secara langsung diikuti histerektomi karena suatu indikasi

5) Operasi porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri

(tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan

histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

3) Jenis-jenis operasi Seksio Sesarea yaitu,

a) Abdomen (Seksio Sesarea abdominalis)

(1) Seksio Sesarea transperitonealis, dibagi menjadi 3 yaitu:

(a) Seksio Sesarea klasik atau korporal dengan insisi

memanjang pada korpus uteri

(b) Seksio Sesarea ismika atau profunda atau low cervikal

dengan insisi pada segmen bawah rahim

(c) Seksio Sesarea ekstraperitonealis, yaitu seksio sesarea

tanpa membuka peritonium parietale, dengan demikiat

tidak membuka kavum abdominis

b) Vagina (seksio sesarea vaginalis)

Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan

sebagai berikut:

(1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kronig

(2) Sayatan melintang (transversal) menurut kerr

(3) Sayatan huruf T (T-incision) (Mochtar, 2013)


80

4) Indikasi

a) Indikasi pada ibu yaitu:

(1) Panggul sempit absolut

(2) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi

(3) Stenosis serviks/vaginal

(4) Plasenta previa

(5) Disproporsi sefalopelvik

(6) Ruptura uteri membakar

b) Indikasi lain yaitu:

(1) Kelainan letak

(2) Gawat janin (Prawirohardjo, 2015)

Menurut Mochtar, 2013 ada beberapa indikasi seksio sesarea, yaitu:

a) Plasenta previa sentralis atau lateralis (posterior)

b) Panggul sempit

Holmen mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias

naturalis ialah CV = 8 cm. Panggul dengan CV (conjungata vera)

< 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin secara

normal, harus diselesaikan dengan seksio sesarea. Conjungata

vera antara 8 dan 10 cm boleh dilakukan partus percobaan, baru

setelah gagal dilakukan seksio sesarea sekunder.

c) Dispoporsi sefalopelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran

kepala dan ukuran panggul

d) Ruptur uteri mengancam


81

e) Partus lama (prolonged labor)

f) Partus tak maju (obstructed labor)

g) Pre-eklampsi dan hipertensi

h) Malpresentasi janin

(1) Letak lintang

Greenhill dan Eastman sependapat bahwa:

(a) Jika panggul terlalu sempit, seksio sesarea adalah cara

terbaik dalam semua kasus letak lintang dengan janin

hidup dan ukuran normal.

(b) Semua primigravida dengan janin letak lintang harus

ditolong dengan seksio sesarea, walaupun tidak ada

perkiraan panggul semppit

(c) Multipara dengan janin letak lintang dapat lebih dulu

dicoba ditolong dengan cara-cara lain.

(2) Letak bokong

Seksio sesarea dianjurkan pada letak bokong pada kasus:

(a) Panggul sempit

(b) Primigravida

(c) Janin besar dan berharga

(3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) jika reposisi dan

cara-cara lain tidak berhasil

(4) Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil

(5) Gemelli
82

5) Prosedur

a) Teknik seksio sesarea klasik

(1) Mula-mula dilakukan desinfektan pada dinding perut.

(2) Pada dinding perut di buat insisi medina dimulai dari atas

simfisis sepanjang ± 12 cm sampai dibawah umbilikus lapis

demi lapis sehingga kavum peritoneal terbuka.

(3) Dalam rongga perut sekitar rahim di lingkari kassa

laparotomi.

(4) Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segeman atas

rahim (SAR), kemudian diperlebar sagital dengan gunting.

Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan.

Janin dilahirkan dan mendorong fundus uteri. setelah janin

lahir seluruhnya, tali pusat di jepit dan di potong diantara

kedua penjepit.

(5) Plasenta dilahirkan secara manual, di suntikan 10 unit

oksitosin kedalam rahim secata intra mural.

(6) Luka insisi SAR dijahit kembali

(a) Lapisan I: endometrium bersama miometrium dijahit

secara jelujur dengan benang cutgut khromik

(b) Lapisan II: hanya miometrium saja yang dijahit secara

simpul (berhubung otot SAR sangat tebal) dengan

cutgut khromik
83

(c) Lapisan III: perimetrium saja, dijahit secara simpul

dengan benang biasa.

(7) Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa di

eksploirasi

(8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya

luka dinding perut di jahit.

b) Indikasi seksio sesarea klasik

(1) Bila terjadi kesulitan memisahkan kandung kencing untuk

mencapai segmen bawah rahim, misalnya perlekatan-

perlekatan akibat pembedahan Sectio Caesarea yang lalu atau

adanya tumor-tumor dibawah segmen bawah rahim

(2) Janin besar dalam letak lintang

(3) Plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan

segmen bawah rahim

c) Teknik Sectio Caesarea transperitoneal profunda

(1) Mula-mula dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan

lapangan operasi di persempit

(2) Pada dinding perut di buat insisi mediana mulai dari atas

simfisis sampai di bawah umbilikus lapis demi lapis sehingga

kavum peritonei terbuka

(3) Dalam rongga perut di sekitar rahim di lingkari dengan kassa

laparatomi
84

(4) Dibuat bladder-flap, yaitu dengan menggunting peritoneum

kandung kencing (plika vesikouterina) di depan segmen

bawah rahim (SAR) secara melintang. Plika vesikouterina ini

disisihkan secara tumpul kearah bawah dan samping

dilindungi dengan spekulum kandung kencing.

(5) Dibuat insisi segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika

vesikouterina secara tajam dengan pisau bedah ± 2 cm,

kemudian diperlebar melintang secara tumpul dengan kedua

jari telunjuk operator . Arah insisi pada segmen bawah rahim

dapat melintang (transversal) sesuai cara kerr atau membujur

(sagital) sesuai cara kroning.

(6) Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan,

janin dilahirkan dengan meluksir kepalanya. Badan janin

dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat

dijepit dan dipotong, plaenta dilahirkan secara manual. Ke

dalam otot rahim intra mural disuntikan 10 Unit oksitosin.

Luka dinding rahim dijahit:

(a) Lapisan I: dijahit jelujur pada endometrium dan

miometrium

(b) Lapisan II: dijahit jelujur hanya pada miometrium saja

(c) Lapisan III: dijahit jelujur pada plika vesikouterina

(7) Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa di

eksploirasi
85

(8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya

luka dinding perut dijahit.

d) Teknik seksio histerektomi

(1) Setelah janin dan plasenta dilahirkan dari rongga rahim,

dilakukan hemostatis pada insisi dinding rahim cukup

dengan jahitan jelujur atau simpul

(2) Untuk memudahkan histerektomi, rahim boleh dikeluarkan

dari rongga pelvis

(3) Mula-mula ligamentum rotundum dijepit dengan kunam

kocher dan cunam oschner, kemudian dipotong sedekat

mungkin dengan rahim , dan jarringan yang sudah dipotong

diligasi dengan benang cutgut khromic no. 0. Bladder-flap

yang telah dibuat pada waktu seksio sesarea transperitoneal

profunda dibebaskan lebih jauh kebawah dan lateral. Pada

ligamentum latum belakang dibuat lubang dengan jari

telunjuk ditangan kiri dibawah adneksa dari arah belakang.

Dengan cara ini ureter akan terhindar dari kemungkinan

terpotong.

(4) Melalui lubang pada ligamentum latun ini, tuba falopi,

ligamentum utero ovarika, dan pembuluh darah dalam

jaringan tersebut dijepit dengan 2 cunam Oschner lengkung

dan disisi rahim dengan cuman Kocher. Jaringan diantaranya

kemudian digunting dengan gunting mayo. Jaringan yang


86

terpotong diikat dengan jahitan transfiks untuk hemostasis

cutgut No. 0.

(5) Jaringan ligamentum latum yang sebagian besar adalah

avaskular dipotong secara tajam ke arah serviks. Setelah

pemotongan ligamentum latum sampai didaerah serviks,

kandung kencing disisihkan jauh kebawah dan samping.

(6) Pada ligamentum kardinale dan jaringan paraservikal

dilakukan penjepitan dengan cunam Oschner lengkung

secara ganda, dan pada tempat yang sama disisi rahim dijepit

dengan cunam Kocher lurus. Kemudia jaringan di antaranya

digunting dengan gunting Mayo. Tindakan ini dilakukan

dalam beberapa tahap sehingga ligamentum kardinale

terpotong seluruhnya. Puntum ligamentum kardinale dijahit

transfiks secara ganda dengan benang cutgut Khromic no.0.

(7) Demikian juga ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan

dipotong dengan cara yang sama dan diligasi secara transfiks

dengan benang cutgut Khromic no.0

(8) Setelah mencapai di atas dinding vagina-serviks, pada sisi

depan serviks dibuat irisan sagital dengan pisau, kemudian

melalui insisi tersebut dinding vagina dijepit dengan cunam

Oschner melingkari serviks dan dinding vagina dipotong

tahap demi tahap. Pemotongan dinding vagina dapat


87

dilakukan dengan gunting atau pisau. Rahim akhirnya dapat

diangkat.

(9) Puntung vagina dijepit dengan beberapa cunam Kocher

untuk hemostatis. Mula-mula puntung kedua ligamentum

dijahitkan pada ujing kiri dan kanan puntung vagina,

sehingga terjadi hemostatis pada kedua ujung puntung

vagina. Puntung vagina dijahit secara jelujur untuk

hemostatis dengan cutgut Khromic. Puntung adneksa yang

telah dipotong dapat dijahitkan digantung pada puntung

vagina , asalkan tidak terlalu kencang. Akhirnya puntung

vagina ditutup dengan retro-peritonealisasi dengan menutup

bladder flap pada sisi belakang vagina.

(10) Setelah rongga perut dibersihkan dari sisa darah, luka perut

ditutup kembali lapis demi lapis (Prawirohardjo, 2015).

6) Komplikasi

a) Infeksi puerperal (nifas)

(1) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

(2) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi , disertai

dehidrasi dan perut sedikit kembung.

(3) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Infeksi

berat sering kita jumpai pada partus terlantar sebelum timbul

infeksi nifas, telah terjadi infeksi intra-partum karena

ketuban yang telah pecah terlalu lama. Penanganan adalah


88

dengan pemberian cairan, elektrolit, dan antibiotik yang

adekuat dan tepat.

b) Perdarahan karena:

(1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

(2) Atonia uteri

(3) Perdarahan pada placental bed

c) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih

bila reperitonialisasi terlalu tinggi.

d) Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang

(Mochtar, 2013).

2. Dokumentasi asuhan persalinan

Laporan asuhan kebidanan persalinan didokumentasikan dalam bentuk SOAP

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan

data klien melalui anamnese tanda gejala subjektif yang

diperoleh dan hasil bertanya dari pasien, suami atau

keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat, menarche,

riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit

keluarga, riwayat penyakit keturunanan, riwayat

psikososial, pola hidup).


89

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik

klien, hasil lab, dan test diagnostic lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung assesment. Tanda

gejala objektif yang diperoleh dan hasil pemeriksaan

(Tanda KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan,

pemeriksaan dalam, laboratorium, dan pemeriksaan

penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi.

A : Assesment/pengkajian

Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien

terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif

maupun objektif dan sering diungkapkan secara berpisah-

pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang

dinamik

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasin, perencanaan dan

evaluasi berdasarkan Assesment SOAP. Untuk

perencanaan, implementasi, dan evaluai dimasukan dalam

“P.
90

a. Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan

datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien yang sebaik mungkin atau menjaga

mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini

termasuk kriteria tujuan tertentu dan kebutuhan pasien

yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu,

tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai

dengan instruksi dokter. Planning merupakan

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan

analisa yang ditetapkan.

b. Implementasi

Pelaksaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan

mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus

disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanankan

akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena

itu klien harus sebanyak mumgkin menjadi bagian dari

proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi

mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.

c. Evaluasi

Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat

menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan


91

alternatif sehingga mencapai tujuan (Rukiyah dkk,

2009).

C. BAYI BARU LAHIR (BBL)

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000

gram (Rochmah dkk, 2012).

b. Perubahan fisiologis bayi segera setelah lahir

1) Termoregulasi

Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka sehingga

mereka dapat mengalami stres akibat perubahan lingkungan. Pada

saat bayi meninggalkan lingkungan rahim yang hangat, bayi tersebut

masuk kedalam ruang lingkungan bersalin yang jauh lebih dingin.

Bayi baru lahir/neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara

yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis yang

bukan melalui mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil saja

tidak efisien dan bayi cukup bulan tidak mampu menghasilkan panas

dengan cara ini. Aktivitas otot dapat menghasilkan panas tetapi

manfaatnya terbatas, bahkan untuk bayi cukup bulan dengan

kekuatan otot cukup kuat untuk tetap berada dalam posisi fleksi.

Termogenesis non- menggigil mengacu pada penggunaan lemak


92

cokelat untuk energi panas. Timbunan lemak cokelat terletak pada

dan disekitar tulang belakang, klavikula, dan sternum, ginjal, serta

pembuluh darah utama. Jumlah lemak total bergantung pada usia

kehamilan dan menurun pada bayi baru lahir yang mengalami

hambatan pertumbuhan. Produksi panas melalui cadangan lemak

cokelat dimulai sejak rangsangan dingin memicu aktivitas

hipotalamus. Pesan kimiawi akan dikirimkan ke sel-sel lemak coklat.

Sel-sel ini menghasilkan energi yang akan mengubah lemak menjadi

energi panas. Luas permukan kulit bayi sebanding dengan massa

tubuhnya sehingga bayi berpotensi mengalami kehilangan panas.

Lapisan lemak bawah kulit yang tipis, yang memiliki daya isolasi

yang buruk, memungkinkan pemindahan inti panas ke lingkungan.

Pusat pengaturan panas di otak bayi mampu mendorong produksi

panas sebagai bentuk reaksi terhadap rangsangan yang diterima dari

termoreseptor. Akan tetapi, hal ini sangat bergantung pada kegiatan

metabolisme yang meningkat yang akan mengurangi kemampuan

bayi tersebut untuk mengendalikan suhu tubuh, terutama pada

kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

2) Sistem pernafasan

a) Perkembangan paru

Paru berasal dari titik tumbuh (jaringan endoderm) yang muncul

dari faring kemudian bercabang kembali membentuk struktur

percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah


93

kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkiolus

dan alveolus sepenuhnya berkembang, walaupun janin

memperlihatkan gerakan napas sepanjang trimester ke-2 dan 3.

Ketidakmatangan paru akan mengurangi peluang kelangsungan

hidup bayi baru lahir sebelum usia 24 minggu, yang disebabkan

oleh kematangan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem

kapiler paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.

b) Proses awal bernafas

Empat faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas

bayi yaitu penurunan paO2 dan kenaikan paCO2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotis, tekanan terhadap

rongga dada (toraks) sewaktu melewati jalan lahir, rangsangan

dingin didaerah muka dapat merangsang gerakan pernapasan,

refleks deflasi Hering Breur. Pernapasan pertama pada bayi

baru lahir terjadi dengan normal dalam waktu 30 detik setelah

kelahiran. Tekanan pada rongga dada bayi setelah melalui jalan

lahir pervaginam mengakibatkan cairan paru yang jumlahnya

80-100 ml, berkurang sepertiganya sehingga volume yang

hilang itu diganti dengan udara. Paru mengembang sehingga

rongga dada kembali ke bentuk semula. Pernapasan pada

neonatus terutama pernapasan difragmatik dan abdominal.

Biasanya frekuensi dan kedalaman pernafasan belum teratur.

Kompresi dan dekompresi kepala bayi selama proses kelahiran


94

diyakini merangsang pusat pernapasan. Dalam hal ini,

rangsangan taktil dianggap tidak terlalu bermakna. Akan tetapi,

rasa sakit yang disebabkan oleh ekstensi tungkai yang masih

fleksi, sendi-sendi dan tulang punggung dapat dianggap menjadi

penyebab timbulnya respons awal bayi terhadap kehidupan

diluar uterus.

c) Surfaktan dan upaya bernapas

Upaya pernafasan pertama berfungsi untuk mengeluarkan

cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru

untuk pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus

terdapat surfaktan dalam jumlah yang cukup dan aliran darah ke

paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan

dan jumlahnya akan meningkat sampai paru matang sekitar 30-

34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan

permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus

sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tanpa surfaktan,

alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan

yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan

energi memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan

glukosa. Peningkatan ini menyebakan stress pada bayi yang

sebelumnya sudah mengalami gangguan.


95

d) Pertukaran gas

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat

penting dalam mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.

Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami

vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti bahwa

tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen

yang berada dalam alveoli sehingga terjadi penurunan oksigen

yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah

paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan

menghilangkan cairan paru. Peningkatan aliran darah ke paru

akan mendorong peningkatan sirkulasi limfe dan membantu

menghilangkan cairan paru serta merangsang perubahan

sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

3) Sistem pencernaan

Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur

dibandingkan orang dewasa. Membran mukosa pada mulut

berwarna merah jambu dan basah. Gigi tertanam dalam gusi dan

sekresi ptialin sedikit. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai

menghisap dan menelan. Reflek muntah dan batuk yang matur sudah

terbentuk dengan baik pasa saat lahir. Kemampuan bayi untuk

mencerna dan menelan makanan (selain susu) masih terbatas.

Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum

sempurna sehingga mengakibatkan gumoh (muntah) pada bayi baru


96

lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari

30 ml (15-30 ml) untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas

lambung ini akan bertambah secara perlahan, seiring dengan

pertumbuhan bayi. Jumlah asam lambung pada bayi sama dengan

orang dewasa dalam beberapa hari pertama. Lama pengosongan

lambung 2,5-3 jam. Usus bayi terdiri dari sejumlah besar kalenjar

sekresi dan daerah permukaan yang besar untuk menyerap gizi

makanan. Sejumlah enzim sudah dihasilkan, walaupun masih

terdapat kekurangan amilase dan lipase yang mengakibatkan bayi

kurang mampu mencerna karbohidrat dan lemak. Pada waktu lahir,

usus bayi dalam keadaan steril hanya dalam beberapa jam. Bising

usus terdengar dalam 1 jam kelahiran. Mekonium yang ada dalam

usus besar sejak 16 minggu kehamilan dikeluarkan dalam 24 jam

pertama kehidupan dan benar-benar dibuang dalam waktu 48-72

jam.

4) Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh guna

mengantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang

baik guna mendukung kehidupan luarrahim, terjadi dua perubahan

besar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta, dan

penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.Perubahan

sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem


97

pembulih darah tubuh. Jadi perubahan tekanan tersebut langsung

berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem

pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau

meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Dua

peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah:

a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah

sistemik meningkat dan tekananatrium kanan menurun. Aliran

darah menuju atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan

penurunan volume dan tekanan pada atrium tersebut. Kedua

kejadian ini membantu darah yang miskin oksigen mengalir

keparu untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

b) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah

paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada

pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi sistem

pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi darah ke paru

mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan tekanan pada

atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan

penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional

akan menutup. Dengan pernapasan, kadar oksigen dalam darah

meningkat. Akibatnya duktus arteriosus mengalami kontriksi

dan menurup dalam waktu 8-10 jam setelah bayi lahir. Vena

umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika pada tali

pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan vibrosa berlangsung


98

selama 2-3 bulan. Total volume darah yang bersirkulasi pada

bayi lahir adalah 80 ml/kg berat badan. Akan tetapi jumlah ini

akan meningkat jika tali pusat tidak dipotong pada waktu lahir.

Kadar hemoglobin tinggi (15-20 g/dl), 70% adalah Hb janin.

Perubahan Hb janin menjadi Hb dewasa yang terjadi dirahim

selesai dalam 1-2 tahun kehidupan.

5) Metabolisme glukosa

Agar berfungsi dengan baik, otak memerlukan glukosa dalam

jumlah tertentu. Pada dasar kelahiran, begitu tali pusat di klem,

seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya

sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa dalam darah akan

turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan kadar gula

darah dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a) Melalui pemberian air susu ibu (bayi baru lahir yang sehat harus

didorong dengan menyusui ASI secepat mungkin setelah lahir).

b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)

c) Melalui pembentukan glukosa dari sumber lain, terutama lemak

(glukoneogenesis)

Bayi baru lahir tidak mampu mencerna makanan dalam jumlah yang

cukup yamg akan membuat glukosa dan glikogen. Hal ini akan

terjadi jika bayi mempunyai persediaan glokogen yang cukup.

Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen,

terutama dalam hati, selama berbulan- bulan terakhir kehidupan


99

dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermi pada saat lahir, yang

kemudian mengakibatkah hipoksia, akan menggunakan persediaan

glikogen dalam satu jam pertama kelahiran. Perhatikan bahwa

keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam

pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika emua persediaan

digunakan dalam 1 jam pertama, otak bayi akan mengalami risiko.

Bayi lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat janin merupakan

kelompok yang paling berisiko, karean simpanan energi mereka

berkurang atau digunakan sebelum lahir.

6) Sistem Ginjal

Walaupun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, muatannya

terbilang kecil hingga setelah kelahiran. Urine bayi encer, berwarna

kekuning- kuningan, dan tidak berbau. Warna cokelat dapat

disebabkan oleh lendir bebas membran mukosadan udara asam dan

akan hilang setelah bayi banyak minum. Garam asam urat dapat

menimbulkan warna merah jambu pada urine, namun hal ini tidak

penting. Tingkat filtrasi glomerulus rendah dan kemampuan

reabsorpsi tubulus terbatas. Bayi tidak dapat mengencerkan urine

dengan baik pada saat mendapat asupan cairan, dan tidak dapat

mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi atau tendah dalam darah.

Urine dibuang dengan cara mengosongkan kandung kemih secara

refleks. Urine pertama kali dibuang saat lahir dalam 24 jam, dan
100

akan semakin sering dengan banyaknya cairan yang masuk

(Rochmah dkk, 2012 ).

c. Asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam pertama

1) Penilaian awal pada bayi segera lahir.

Evaluasi bayi baru lahir dilaksanakan segera setelah bayi baru lahir

(menit pertama) dengan menilai dua indikator kesejahteraan bayi

yaitu pernapasan dan frekuensi denyut jantung bayi.

a) Pemotongan tali pusat

Pemotongan dan perkiraan tali pusat menyebabkan pemisahan

fisik terakhir antara ibu dan bayinya. Waktu pemotongan tali

pusat tergantung dari pengalamam seorang ahli kebidanan.

Untuk menghindari infeksi tali pusat yang dapat menyebablan

sepsis, meningitis, dan lain- lain, maka ditempat pemotongan,

dipangkal tali pusat, serta 2,5 cm disekitar pusat diberi obat

antiseptik. Selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan steril/

bersih dan kering.

b) Resisutasi (bila perlu)

(1) Pengisapan Lendir

Beberapa bayi baru lahir tidak segera melaukan pernapasan

secara spontan karena tidak dapat mengeluarkan lendir

sendiri. Pengisapan lendir dimulai dari mulut kemudian

dilanjutkan kehidung. Alat pengisap lendir yang digunakan

adalah suction dengan selang yang lembut.


101

(2) Posisi yang benar

Setiap bayi dengan gangguan pernapasan spontan

sebaiknya ditempatkan dalam posisi tidur telentang dengan

posisi leher sedikit ekstensi. Tindakan ini membantu

meminimalkan penyempitan trakea dan memaksimalkan

aliran udara. Apabila oksiput bayi sangat bengkak, letakan

gulungan ain setinggi 1-2 cm dibawah bahu bayi untuk

mempertahankan jalan napas agar sedikit hiperekstensi.

(3) Stimulasi taktil

Sambil melaukan evaluasi napas bayi, bidan melakukan

stimulasi taktil untuk merangsang napas bayi. Apabila bayi

apnea memberikan respon terhadap stimulasi taktil berarti

bayi berada dalam periode apnea primer.

(4) Pemberian oksigen

Apabila setelah stimulasi taktil bayi bisa bernapas dengan

teratur dan spontan namun warna kulit bayi masih

kehitaman maka dapat diberikan oksigen 100% yang

mengalir dengan bebas. Untuk memberikan aliran oksigen

dalam jumlah yang bebas dapat menggunakan selang

oksigen yang dihubungkan dengan masker wajah atau bag

anastesi yang ditempatkan didekat wajah bayi. Warna kulit

bayi yang kemerahan menghindari adanya peningkatan


102

kondisi bayi, dan pemberian oksigen dapat dikurangi secara

bertahap (Walyani dan Purwoastuti, 2016).

2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Beberapa penelitian membuktikan bahwa IMD membawa banyak

sekali keuntungan untuk ibu dan bayi.

a) Mendekatkan hubungan batin ibu dan bayi, karena pada IMD

terjadi komunikasi batin secara sangat pribadi dan sensitive

b) Bayi akan mengenal ibunya lebih dini sehingga akan

memperlancar proses laktasi.

c) Suhu tubuh bayi stabil karena hipotermi telah dikoreksi panas

tubuh ibunya.

d) Refleks oksitosin ibu akan berfungsi secara maksimal

e) Mempercepat produksi ASI, karena sudah mendapat

rangsangan isapan dari bayi lebih awal (Walyani dan

Purwoastuti, 2016).

2. Dokumentasi asuhan bayi baru lahir

Laporan asuhan kebidanan bayi baru lahir didokumentasikan dalam bentuk

SOAP

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hanya

pengumpulan data klien melalui anamnese tanda

gejala subjektif yang diperoleh dan hasil bertanya

dari pasien, suami atau keluarga (identitas umum).


103

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

dan fisik klien, hasil lab, dan test diagnostic lain

yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung assesment. Tanda gejala objektif yang

diperoleh dan hasil pemeriksaan (Tanda KU, fital

sign, fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium, dan pemeriksaan penunjang).

Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi,

dan perkusi.

A :Assesment/pengkajian

Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan

data atau informasi subjektif maupun objektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan

pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru

baik subjektif maupun objektif dan sering

diungkapkan secara berpisah- pisah, maka proses

pengkajian adalah suatu proses yang dinamik.

P :Planning

Menggambarkan pendokumentasin, perencanaan

dan evaluasi berdasarkan Assesment SOAP. Untuk

perencanaan, implementasi, dan evaluai dimasukan

dalam “P.
104

a. Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang

akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya

kondisi pasien yang sebaik mungkin atau

menjaga mempertahankan kesejahteraannya.

Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dan

kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam

batas waktu tertentu, tindakan yang diambil

harus membantu pasien mencapai kemajuan

dalam kesehatan dan harus sesuai dengan

instruksi dokter. Planning merupakan

peremcanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai

dengan analisa yang ditetapkan.

b. Implementasi

Pelaksaan rencana tindakan untuk

menghilangkan dan mengurangi masalah klien.

Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali

bila tidak dilaksanankan akan membahayakan

keselamatan klien. Oleh karena itu klien harus

sebanyak mumgkin menjadi bagian dari proses

ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi

mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.


105

c. Evaluasi

Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses

evaluasi dapat menjadi dasar untuk

mengembangkan tindakan alternatif sehingga

mencapai tujuan (Rukiyah dkk, 2009).

D. NIFAS

1. Konsep dasar

a. Pengertian

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa

yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu

berikutnya (Rahayu dkk, 2012).

b. Perubahan fisiologis masa nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus

Terjadi involusi atau/pengerutan uteus yaitu uterus kembali

kondisi semula sebelum hamil dengan berat uterus 60 gram.

Proses involusi uterus yaitu Autilisis, terdapat polimorph

phagolitik dan macrhophages didalam system vaskuler dan

sistem limphatik, efek oksitosin.

Tinggi fundus uteri pada masa post patrum:


106

(1) TFU hari ke-1 post partum 1 jari dibawah pusat.

(2) TFU hari ke-2 post partum 2-3 jari dibawah pusat.

(3) TFU hari ke 4-5 post partum pertengahan simfisis

b) Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan tempat plasena merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira- kira sebesar telapak

tangan. Dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu kedua

hanya 3-4 cm, dan ada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan bekas

luka plasenta sangat khas sekali. Pada permulaan nifas bekas

plasenta mengandung banyak pembuluh darah yang tersumbat

oleh thrombus. Biasanya luka seperti ini sembuh dengan

meninggalkan bekas parut, tetapi luka bekas plasenta tidak

meninggalkan jaringan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini

disembuhkan dengan cara yang luar biasa yaitu dengan

pertumbuhan endometrium baru pada permukaan luka.

Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-

sisa kalenjar pada dasar luka.

c) Perubahan pembuluh darah uterus

Dalam kehamilan uterus mempunya banyak pembuluh darah

yang besar, tetapi karena persalinan tidak diperluhkan lagi

peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi

pada masa nifas.


107

d) Perubahan pada servik dan SBR

Segera setelah kala II menjadi tipis, kolap, kendur, tepi luar

servik biasanya mengalami laserasi khususnya sebelah

lateral.Setelah beberapa hari servik dapat dimasuki 1 jari.

Setelah selesai involusi di istmus uteri karena hiperplasi dan

retraksi serviks akhirnya luka menjadi sembuh. Walaupun

begitu setelah involusi selesai ostium eksternum tidak kembali

seperti sebelum hamil.Setelah persalinan dinding perut longgar

karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali 6

minggu.

e) Vagina dan pintu keluar vagina

Membentuk lorong berdinding lunak dan luas, perlahan

mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran nulipara rugae

terlihat kembali pada minggu ketiga.

f) Vulva dan perineum.

Berkurangnya sirkulasi progesteron mempengaruhi otot-otot

pada panggul, perineum, vagina, dan vulva. Proses ini

membantu pemulihan kearah tonisitas/elastisitas normal dan

ligamentum otot rahim.Merupakan proses bertahap yang

berguna bila ibu melakukan mobilisasi, senam nifas dan

mencegah timbulnya konstipasi.


108

2) Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi selama persalinan. Hal ini

disebaban karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran

cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang

makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya BAB kembali teratur

dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan

pemberian caira yang cukup.

3) Perubahan sistem perkemihan

Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema

danhypermia,kadang-kadangoedemadaritrigonumdan menimbulkan

obstruksi dari uretra sehingga menjadi retensio urin.Kandung

kencing masa nifas kurang sensitif dan kapasitas bertambah

sehingga kandung kencing penuh atau setelah kencing masih tinggal

urin residual. Sisa urin ini dan trauma pada dinding saluran kencing

waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Ureter dan

pelvisrenalis yang mengalami dilatasi kembali kekeadaan sebelum

hamil mulai dari 2-8 minggu setelah partus.

4) Perubahan sistem muluskoletal.

Dinding perut biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.Kadang-

kadang pada wanita yang asthenis dari otot-otot recti abdominis

sehingga sebagian dari dinding perut garis tengah hanya terdiri dari

peritonium, kulit. Tempat ini menonjol kalau berdiri atau mengejan,


109

biasanya ini terjadi pada grande multipara, wanita yang mengandung

lebih dari 1 janin, dan polihidramnion. Tulang-tulang sendi panggul

dan ligamentum kembali dalam waktu sekitar 3 bulan.

5) Perubahan Endokrin.

Setelah plasenta lahir hormon estrogen dan progesteron menurun

sehingga akan mendorong pengeluaran hormon FSH dan LH untuk

memulai kembali silkus menstruasi. Kalenjar thyroid kembali

kebentuk normal dan rata-rata metabolik basal kembali normal.

a) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

Human Chorionik Gonadotropin (GHC) menurun dengan cepat

dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7

postpartum dan sebagai omset pemenuhan mammae pada hari

ke-3 post partum.

b) Hormon Pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak

menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH

meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3 dan

LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c) Hipotalamik Pituitary Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali

menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan


110

rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita

laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu

dan 45% setelah 12 minggu.

Diantara wanita yang tidak laktasi 40% wanita menstruasi

setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu, dan 90% setelah 24

minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama

anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus

pertama anovulasi.

6) Perubahan Tanda- Tanda Vital

a) Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan

darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada

perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat

menandakan terjadinya preeklampsia postpartum.

b) Suhu

Kembali normal setelah persalinan. Selama persalinan sedikit

meningkat (37,3º C) dan akan stabil dalam waktu 24 jam,

kecuali kalau ada infeksi.

c) Nadi

Dalam batas normal. Jika lebih 100×/menit abnormal dan

merupakan tanda infeksi atau terjadi perdarahan infeksi.

Beberapa wanita mungkin menhalami brandicardi (40-50×/


111

menit) segera setelah persalinan dan beberapa jam setelah

postpartum.

d) Pernafasan

Dalam batas normal.

7) Perubahan sistem cardiovaskuler

Segera setelah lahir, kerja jantungmengalami peningkatan 80% lebih

tinggi daripada sebelum persalinan karena autotransfusi dari

uteroplasenter. Resistensi pembuluh darah perifer meningkat karena

hilangnya proses uteroplasenter.Volume darah turun seperti keadaan

sebelum hamil dan viskositas meningkat, tonus otot halus pada

dinding pembuluh darah meningkat, Cardiac output kembali normal

dan tekanan darah kembali stabil setelah 3 minggu.

8) Perubahan hematologi.

Leukosit saat persalinan meningkat sampai15.000 dan pada hari-

hari pertama postpartum meningkat kembali bisa mencapai 25.000

atau 30.000 Hemoglobin., Hematocrit, eritrocit mengalami

penurunan pada awal post partum. Hematocrit pada hari 1-2

postpartum turun 2% lebih tinggi sehingga ibu postpartum

kehilangan darah ± 500 cc. Kembali normal bila masa puerperium

(masa nifas) berakhir.

9) Laktasi

Segera setelah kelahiran, bayi diletakan diatas payudara ibu untuk

dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) untuk merangsang


112

timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui

bayinya, misalnya ibu menderita thypus abdominalis, tuberkulosis

aktif, thyrotoxicosis, DM berat, Psiko, atau puting susu tertrik

kedalam, leprae. Faktor lain jika ada kelainan dari bayinya sendiri

misalnya pada bayi sumbing (labiognato palatoschiziz) sehingga ia

tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap. Minuman

harus diberikan melalui sonde (Rahayu dkk, 2012).

c. Kebutuhan pada masa nifas

Kebutuhan masa nifas menurut adalah sebagai berikut:

1) Nutrisi dan cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang terutama

kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat

erat kaitannya dengan produksi air susu ibu yang sangat dibutuhkan

untuk tumbuh kembang bayi. Kebutuhan kalori selama menyusui

proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih

tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata

kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah

70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperluhkan oleh ibu untuk tiap

100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira- kira 640

kal/hari untuk 6 bukan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan

kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata- rata ibu harus

mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang

dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,


113

cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagian ASI itu

sendiri yang dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas

kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari

tambahan 500 kal yang dianjurkan. Protein diperluhkan untuk

pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak atau mati. Sumber

protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati.

Protein hewani anatara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, ikan

dan susu. Protein nabati bnyak terkandung dalam tahu, tempe,

kacang-kacangan dan lain-lain. Nutrisi lain yang diperluhkan selama

laktasi adalah asupan cairan. Menyusui dianjurkan minum 2-3 liter

per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu

untuk minum setaip kali menyusui). Mineral, air, vitamin digunakan

untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur

kelancaran metabolisme didalam tubuh. Sumber zat pengatur

tersebut diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.

Pil zat besi (fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca persalinan. Minum kapul vitamin A (200.000

unit) sebanyal 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam

setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya

melalui ASI.
114

2) Ambulasi

Pada masa lampau, perawatan puerperium (masa nifas) sangat

konservatif dimana puerperium harus tidur terlentang selama 40

hari. Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk

melakukan mobilisasi dini. Perawatan mobilisasi dini mempunyai

keuntungan yaitu sebagai berikut:

a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi

puerperium.

b) Mempercepat involusi uterus.

c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin.

d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah

2 jam (ibu boleh miring kekiri dan kekanan untuk mencegah

terjadinya trombosit). Keuntungan lain dari ambulasi antara lain

sebagai berikut

e) Ibu merasa lebih kuat dan sehat

f) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

g) Kesempatan yang baik untuk mengakar ibu merawat/

memelihara anaknya

h) Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal

i) Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka

diperut
115

j) Tidak memperbesar kemungkinan prolpas atau retroflexio

3) Eliminasi

Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali

melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan

disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan

sehingga penderita takut BAK. Bila kandung kemih penuh, maka

harus diusahakan agar ibu dapat buang air kecil. Pengeluaran cairan

lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat mempengaruhi

terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2

hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit

gliserine/diberikan obat-obatan.

4) Personal hygiene

Bagian paling utama yang dibersihkan adalah:

a) Puting susu

Harus diperhatikan kebersihannya. Sebaiknya puting susu

dibersihkan dengan air hangat yang telah dimasak tiap kali

sebelum dan sesudah menyusukan bayi.

b) Partum lokia

Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas

yang tidak lain adalah sekret dari rahim terutama luka plasenta.

Pada 2 hari pertama, lokia berupa darah disebut lokia rubra.

Setelah 3-7 hari merupakan darah encer disebut lokia serosa,

dan pada hari ke-10 menjadi cairan putih atau kekuning-


116

kuningan yang disebut lokia alba. Lokia yang berbau amis dan

lokia yang berbau busuk menandakan adanya infeksi. Jika lokia

berwarna merah setela 2 minggu, ada kemungkinan

tertinggalnya sisi plasenta atau karena involusi yang kurang

sempurna yang sering disebabkan retrolexio uteri. Tanda-tanda

pengeluaran lokia yang menunjukan keadaan yang abnormal

adalah Perdarahan berkepanjangan, pengeluaran lokia tertahan,

rasa nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta yang

merupakan sumber perdarahan, terjadi infeksi intrauterine.

5) Perineum

Perineum harus dibersihkan secara rutin. Langkah-langkah

penanganan kebersihan diri adalah sebagai berikut:

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b) Anjurkan ibu bagaimana cara membersih daerah kelamin

dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk

membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan

kebelakang, baru kemudian dibersihkan daerah sekitar anus.

Anjurkan pada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai

BAB/BAK.

c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah

dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau

setrika
117

6) Istirahat

Umumnya wanita sangan lelah setelah melahirkan, agak terasa lelah

bila partus berlangsung agak lama. Kurang istirahat akan

mempengaruhi ibu dalam beberpa hal antaranya mengurangi jumlah

ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

7) Seksual

Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam 6-8

minggu. Secara fidik aman untuk melakukan hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukan 1 atau2 jari

kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

8) Keluarga berencana

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan

dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang

dan sel sperma yang mengakibtkan kehamilan. Tujuan dari

kontrasepsi adalah menghindari/ menghindari terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan atara sel telur yang matang dan sel serma

tersebut.

9) Latihan/senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah

melahirkan. Setelah keadaan ibu pulih kembali. Senam nifas

bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya


118

komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot- otot punggung

otot panggul dan otot perut. Pada saat hamil, otot perut dan sekitar

rahim, serta vagina telah teregang dan melemah. Latihan senam nifas

dilakukan untuk membantu mengencangkan otot- otot tersebut

(Dewi dan Sunarsih, 2011).

d. Tahapan masa nifas

Menurut Rahayu, dkk (2012) nifas dibagi dalam 3 periode:

1) Puerperium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan,

lamanya bisa sampai 40 hari.

2) Pueperium intermedikal

Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, lamanya 6-8 minggu.

3) Remot puerperium

e. Kunjungan

Waktu yang diperluhkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila

selama hamil atau aktu persalinannya mempunyai komplikasi lamanya

bisa sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan sampai

bertahun- tahun. Kunjungan Pada kebijakan program nasional masa

nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi,

dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut:


119

1) Kunjungan pertama (6-8 am setelah persalinan)

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2) Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusu dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan

tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari
120

3) Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan)

Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan

meraba bagian rahim.

4) Kunjungan ke-empat (6 minggu setelah persalinan).

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau

bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Dewi dan

Sunarsi, 2011).

f. Tujuan asuhan pada masa nifas

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikis berupa

perubahan organ reproduksi, terjadinya proses laktasi, terbentuknya

hubungan antara orang tua dan bayi dengan memberi dukungan. Atas

dasar tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan antara ibu dan keluarga

dalam manajemen kebidanan. Adapun tujuan asuhan masa nifas adalah

sebagai berikut:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikis

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepasa bayi dan

perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan KB.


121

2. Dokumentasi asuhan persalinan

Laporan asuhan kebidanan nifas didokumentasikan dalam bentuk SOAP

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan

data klien melalui anamnese tanda gejala subjektif yang

diperoleh dan hasil bertanya dari pasien, suami atau

keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat, menarche,

riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit

keluarga, riwayat penyakit keturunanan, riwayat

psikososial, pola hidup).

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik

klien, hasil lab, dan test diagnostic lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung assesment. Tanda

gejala objektif yang diperoleh dan hasil pemeriksaan

(Tanda KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan,

pemeriksaan dalam, laboratorium, dan pemeriksaan

penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi.

A : Assesment/pengkajian

Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang


122

dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien

terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif

maupun objektif dan sering diungkapkan secara berpisah-

pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang

dinamik.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasin, perencanaan dan

evaluasi berdasarkan Assesment SOAP. Untuk

perencanaan, implementasi, dan evaluai dimasukan dalam

“P”.

a. Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan

datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien yang sebaik mungkin atau menjaga

mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini

termasuk kriteria tujuan tertentu dan kebutuhan pasien

yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu,

tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai

dengan instruksi dokter. Planning merupakan

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan

analisa yang ditetapkan.


123

b. Implementasi

Pelaksaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan

mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus

disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanankan

akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena

itu klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari

proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi

mungkin juga harus berubah atau disesuaikan

c. Evaluasi

Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat

menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatif sehingga mencapai tujuan (Rukiyah dkk,

2009).

E. Keluarga Berencana

1. Konsep dasar

a. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan

konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel

sperma yang mengakibtkan kehamilan. Tujuan dari kontrasepsi adalah

menghindari/menghindari terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan atara sel telur yang matang dan sel serma tersebut (Dewi dan

Sunarsi, 2011)
124

Kontrasepsi (pembuahan, fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan antara

sel telur (ovum) dengan sel mani (spermatozoa) pada saluran telur

(Mochtar, 2013).

b. Macam- macam KB

1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

a) Pengertian

Metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif,

artinya hanya diberikan ASI tanpa makanan tambahan atau

minuman apapun lainnya. Metode Amenorea Laktasi dapat

dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh, lebih

efektif bila pemberian ≥ 8× sehari, belum haid, umur bayi

kurang dari 6 bulan.

b) Cara kerja

Penundaan/penekanan ovulasi

c) Keuntungan Kontrasepsi

Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca

persalinan), segera aktif, tidak menggangu senggama, tidak ada

efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis,

tidak perlu obat atau alat, tanpa biaya, mendapat kekebalan pasif

(mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI), sumber

asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang

bayi yang optimal, terhindar dari keterpaparan kontaminasi dari


125

air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai,

mengurangi perdarahan pascapersalinan, mengurangi resiko

anemia, meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi

d) Kerugian

Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

menyusui dalam 30 menit pascapersalinan, mungkin sulit

dilaksanankan karena kondisi social, efektivitas tinggi hanya

sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, tidak

melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B dan

HIV/AIDS

e) Indikasi

Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang

dari 6 bulan, belum mendapatkan haid setelah melahirkan

f) Kontraindikasi

Sudah mendapat haid setelah persalinan, tidak menyusui secara

eksklusif, bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan, bekerja dan

terpisah dari bayi lebih dari 6 jam.

2) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

a) Pengertian

Metode lendir serviks atau lebih dikenal sebagai Metode

Ovulasi adalah hal yang paling efektif. Cara yang tidak efektif

adalah misalnya sistem kalender atau pantang berkala dan

metode suhu basal yang sudah tidak dianjurkan lagi. Hal ini
126

disebablan oleh kegagalan yang cukup tinggi (> 20%) dan walau

pantang yang lebih lama.

b) Teknik pantang berkala

Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan

pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya

kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liang vagina

c) Manfaat

Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan,

tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan

kontrasepsi, tidak ada efek samping sistemik, murah atau tanpa

biaya, meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga

berencana, menambah pengetauhan tentang sistem reproduksi

pada suami dan istri, memungkinkan mengeratkan

relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi antara suami

istri/pasangan.

d) Keterbatasan

Sebagai kontraseptif sedang (9-20 kehamilan per 100

perempuan selama tahun pertama pemakaian), keefektifan

tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti

instruksi, perlu pantang selama masa subur, perlu pencatatan

setiap hari, infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai.


127

e) Indikasi

Semua perempuan semasa reproduksi baik siklus haid teratur

mau pun tidak teratur tidak haid baik karena menyusui mau pun

pra menopause, semua perempuan dengan paritas berapa pun

termasuk nulipara, perempuan kurus maupun gemuk,

perempuan yang merokok, perempuan yang tidak dapat

menggunakan metode lain

f) Kontraindikasi

Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah

kesehatannya membuat kehamilan menjaddi satu resiko tinggi,

perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah

abortus) kecuali MOB, perempuan dengan siklus haid yang

tidak teratur, kecuali MOB, perempuan yang pasangannya tidak

mau bekerja sama (berpantang) selama waktu tertentu dalam

siklus haid, perempuan yang tidak suka menyentuh daerah

genitalianya

3) Senggama terputus

a) Pengertian

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana

tradisional, dimana priamengeluarkan alat kelaminnya (penis)

dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.


128

b) Cara kerja

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga

sperma tidak masuk kedalam vagina sehingga tidak masuk

kedalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma

dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah.

c) Manfaat

Efektif bila dilaksanakan dengan benar, tidak menggangu

produksi ASI, dapat digunakan sebagai pendukung metode KB

lainnya, tidak ada efek samping, dapat digunakan setiap waktu,

tidak membutuhkan biaya, meningkatkan keterlibatan suami

dalam keluarga berencana, untuk pasangan memungkinkan

hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.

d) Keterbatasan

Efektifitas sangat bergantung pada ketersediaan pasangan untuk

melakukan senggama terputus setiap pelaksanaannya (angka

kegagalan 4-27 kehamilan 100 perempuan pertahun), efektifitas

akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi

masih melekat pada penis, memutus kenikmatan dalam

berhubungan seksual.

e) Indikasi

Suami yang ingin berpatisipasi aktif dalam keluarga berencana,

pasangan yang mmerlukan kontrasepsi dengan segera, pasangan


129

yang membutuhkan metode pendukung, pasangan yang

melakukan hubungan seksual tidak teratur.

f) Kontraindikasi

Suami dengan pengalaman ejakulasi dini, suami yang sulit

melakukan senggama terputus, suami yang tidak memiliki

kelainan fisik atau psikoligis, istriyang mempunyai pasangan

yang sukit bekerja sama, pasangan yang kurang dapat saling

berkomunikasi, pasangan yang tidak bersedia melakukan

senggama terputus.

4) Metode barrier

a) Pengertian kondom

Kondom merupakan selubung/selang karet yang dapat terbuat

dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil),

yang dipasang dipenis saat berhubungan seksual. Kondom

terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan

muaranya berpinggiran tebal, yang bila digulung berbentuk rata

atau mempunyai bentuk seperti puting susu.

b) Cara kerja

Kondom menghalangi terjadinya sperma dan sel telur dengan

cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang

pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam

saluran reproduksi perempuan, mencegah penularan

mikroorganisme dari satu pasangan kepasangan yang lain


130

c) Efektifitas

Kondom sangat relatif bila dipakai secara benar pada setiap kali

berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakain

kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten.

Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan

kondom yaitu 2-12 per 100 perempuan pertahun

d) Manfaat

Efektif bila digunakan dengan benar, tidak menggangu produksi

ASI, tidak menggangu kesehatan klien, tidak mempunyai

pengaruh sistemik, murah dan dapat dibeli secara umum, tidak

perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus, metode

kontasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya ditunda.

e) Keterbatasan

Efektifitas tidak terlalu tinggi, cara penggunaan sangat

berpengaruh keberhasilan kontrasepsi, agak mengurangi

hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung), pada

beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk

mempertahankan ereksi, harus selalu tersedia setiap kali

berhubungan seksual (Buku panduan praktis pelayanan

kontrasepsi, 2012).

5) Pil Progestine

Metode ini sangat cocok untuk digunakan oleh ibu menyusui yang

ingin memakai pil KB karena sangat efektif dalam masa laktasi. Efek
131

samping utama adalah gangguan perdarahan (perdarahan bercak

atau tidak teratur). Beberapa keuntungan kontrasepsi ini adalah

sebagai berikut:

a) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat

b) Pemakaian dalam dosis rendah

c) angat efektif bila digunakan secara benar

d) Tidak menggangu hubungan seksua

e) Tidak mempengaruhi produksi

f) Kesuburan cepat kembali

g) Nyaman dan mudah digunakan

h) Sedikit efek samping

i) Dapat dihentikan setiap saat

j) Tidak memberikan efek samping estrogen

k) Tidak mengandung estrogen

Keterbatasan yang dimiliki metode kontrasepsi ini adalah sebagai

berikut:

a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela,

spotting, amenorea)

b) Peningkatan atau penurunan berat badan

c) Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama

d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis jerawat


132

f) Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan)

tetapi resiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan

perempuan yang tidak menggunakan mini pil.

g) Efektifitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan

obat tuberkulosis atau obat epilepsy

Cara penggunaan dari metode ini adalah sebagai berikut:

a) Mulai hari 1-5 siklus haid

b) Diminum setiap hari pada saat yang sama

c) Bila anda minum pilnya terlambat lebih dari 3 jam, minumlah

pil tersebut begitu ingat, anda gunakan metode pelindung

selama 48 jam

d) Bila anda lupa 1-2 pil, minumlah segera pil yang terlupa dan

gunakan metode pelindung sampai akhir bulan

e) Bila tidak haid, mulailah paket baru sehari setelah paket terakhir

habis

6) Suntikan progestine

Metode ini sangat efektif dan aman, dapat dipakai oleh semua

perempuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih

lambat (rata-rata 4 bulan, serta cocok untuk masa laktasi karena tidak

menekan produksi ASI. Beberapa keuntungan dari metode ini adalah

sebagai berikut:

a) Sangat efektif

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang


133

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit-penyakit jantung dan gangguan pembekuan

darah

e) Tidak berpengaruh terhadap produksi ASI

f) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun

sampai premenopause

g) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik

h) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

i) Mencegah beberapa penyakit radang panggul

j) Menurunkan krisis anemia bulan sabit

Sementra itu keterbatasan yang dimiliki oleh metode ini adalah

sebagai berikut:

a) Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang

pendek/memanjang, perdarahan banyak/sedikit, perdarahan

tidak teratur/spotting dan tidak haid sama sekali.

b) Sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus

kembali pada suntikan)

c) Tidak dapat dihentikan sewaktu- waktu sebelum suntikan

berikutnya

d) Kesuburan kembali terlambat setelah penghentian pemakaian,

karena belum habisnya pelepasan oleh suntikan dari Deponya


134

e) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi

(jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.

f) Hal yang paling diperhatikan adalah selama 7 hari setelah

suntikan pertama, tidak boleh melakukan hubungan seksual.

7) Kontrasepsi Implant

Efektif selama 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadena,

Indoplant dan implan non. Kontrasepsi ini dapat dipakai oleh semua

perempuan dalam usia reproduksi. Pemasanga dan pencabutan perlu

latihan. Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut. Beberapa

keuntungan dari kontrasepsi adalah sebagai berikut:

a) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5 tahun)

b) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.

c) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

d) Bebas dari pengaruh estrogen

e) Tidak menggangu kegiatan sanggama

f) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

Beberapa keterbatasan yang dimiliki kontrasepsi ini adalah:

a) Pada kebanyakan pemakai dapat menyebabkan pola haid berupa

perdarahan bercak/spotting, hipermenorea, atau meningkatkan

jumlah darah haid, serta amenorea


135

b) Timbul keluhan-keluhan seperti nyeri kepala, nyeri dada,

perasaan mual pening/pusing, dan peningkatan/penurunan berat

badan.

c) Membutuhkan tindak pembedahan minor

8) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) memiliki beberapa jenis

yaitu CuT-380A, Nova T, dan Lippes Lopps.Beberapa keuntungan

yang diberikan oleh kontrasepsi jenis ini adalah sebagai berikut:

a) Efektivitas tinggi (0,6-0,8 kehamilan/100 dalam 1 tahun

pertama, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

b) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan

tidak perlu diganti)

c) Tidak menpengaruhi hubungan seksual dan meningkat

kenyaman seksual karena tidak perlu takut hamil

d) Tidak mempengaruhi produksi ASI

e) Dapat dipasang segera setelah melahirkan dan sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

f) Dapat digunakan sampai menopaus (1 tahun atau lebih setelah

haid terakhir).

g) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

h) Reversibel

i) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.


136

Beberapa kerugian dari pemakaian kontrasepsi ini adalah sebagai

berikut:

a) Efek samping yang umum terjadi, perubahan siklus haid

(umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3

bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahn spotting antar

menstruasi, saat haid lebih sakitt.

b) Komplikasi lain: merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari

setelah pemasangan, perforasi dinding uterus, perdarahan berat

pada waktu haid yang memungkinkan penyebab anemia

c) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering gonta- ganti pasangan (Dewi dan

Sunarsi, 2011).

9) Kontrasepsi mantap

a) Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak

ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan

vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah

seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. Vasektomi

diseebut juga sebagai metode kontrasepsi operatif lelaki, metode

permanen untuk pasangantidak ingin anak lagi. Metode ini

membuat sperma (yang disalurkan vas deferens) tidak dapat


137

mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi

dikeluarkan bersamaan dengan cairan semen. Untuk oklusi vas

deferens, diperlukan tindakan insisi kecil (minor) pada daerah

rafe skrotalis. Vasektomi termasuk metode efektif dan tidak

menimbulkan efek samping jangka panjang. Setelah masa

pengosongan sperma dari vesikula seminalis (20 kali ejakulasi

menggunkan kondom) maka kehamilan hanya terjadi pada 1 per

100 perempuan pada tahun pertama penggunaan. Pada mereka

yang tidak dapat memastikan (analisis sperma) masih adanya

sperma pada ejakulasi atau tidak patuh menggunakan kondom

hingga 20 kali ejakulasi pada ejakulat atau tidak patuh

menggunakan kondom hingga 20 kali ejakulasi maka kehamilan

terjadi pada 2-3 per 100 perempuan pada tahun pertama

penggunaan. Selama 3 tahun penggunaan terjadi sekitar 4

kehamilan per 100 perempuan, bila terjadi kehamilan

pascavasektomi kemungkinannya adalah pengguna tidak

menggunakan metode tambahan (barier) saat senggama dalam

3 bulan pertama pascavasektomi, oklusi vas deferens tidak tepat,

rekanalisasi spontan.

b) Tubektomi

Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang

tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan

tubektomi sehingga diperluhkan pemeriksaan tambahan lainnya


138

untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk

menggunakan metode ini. Tubektomi termasuk efektif dan tidak

menimbulkan efek samping jangka panjang.Kurang dari 1

kehamilan per 100 (5 per 1000) perempuan pada tahun pertama

penggunaan, pada 10 tahun penggunaan, terjadi sekitar 2

kehamilan per 100 perempuan (18-19 per 1000 perempuan),

efektivitas kontrasepsi terkait juga dengan teknik tubektomi

(penghambatan atau oklusi tuba) tetapi secara keseluruhan,

efektivitas tubektomi cukup tinggi dibandingkan metode

kontrasepsi lainnya. Metode dengan efektivitas tinggi adalah

tubektomi minilaparotomi pascapersalinan (Buku panduan

praktis pelayanan kontrasepsi, 2012).

2. Dokumentasi asuhan kehamilan

Laporan asuhan kebidanan keluarga berencana didokumentasikan dalam

bentuk SOAP

S :Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan

data klien melalui anamnese tanda gejala subjektif yang

diperoleh dan hasil bertanya dari pasien, suami atau

keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat, menarche,

riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit


139

keluarga, riwayat penyakit keturunanan, riwayat

psikososial, pola hidup).

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik

klien, hasil lab, dan test diagnostic lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung Assesment. Tanda

gejala objektif yang diperoleh dan hasil pemeriksaan

(Tanda KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan,

pemeriksaan dalam, laboratorium, dan pemeriksaan

penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi.

A : Assesment/pengkajian

Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien

terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif

maupun objektif dan sering diungkapkan secara berpisah-

pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang

dinamik.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasin, perencanaan dan

evaluasi berdasarkan Assesment SOAP. Untuk


140

perencanaan, implementasi, dan evaluai dimasukan dalam

“P.

a. Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan

datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien yang sebaik mungkin atau menjaga

mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini

termasuk kriteria tujuan tertentu dan kebutuhan pasien

yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu,

tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai

dengan instruksi dokter. Planning merupakan

peremcanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan

analisa yang ditetapkan.

b. Implementasi

Pelaksaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan

mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus

disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanankan

akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena

itu klien harus sebanyak mumgkin menjadi bagian dari

proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi

mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.


141

c. Evaluasi

Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat

menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatif sehingga mencapai tujuan (Rukiyah dkk,

2009).
142

2. Kerangka pikir

Berdasarkan tinjauan teori tentang masa hamil, nifas, dan kunjungan ulang

masa nifas maupun bayi baru lahir maka peneliti dapat menyusun kerangka

pikir:
Ibu hamil Uk.28-40 minggu

Fisiologis patologis

Penerapan asuhan kebidanan pada kehamilan fisiologis:


Rujuk
Kunjungan I (UK.28-32 mgg)
Kunjungan II (UK.33-36 mmg)
Kunjungan III (UK.37-40 mmg)

Bersalin

Fisiologis Patologis

Pemantauan kemajuan persalinan


Rujuk
kala I-IV dengan partograf

Bayi Baru Lahir


Nifas

Fisiologis Patologis Fisiologis Patologis

Penerapan Asuhan Kebidanan pada BBL- Rujuk Penerapan Asuhan Rujuk


Kebidanan pada Ibu
Neonatus Fisiologis:
Nifas Fisiologis: KB
Kunjungan I (umur 6 jam -3 hari) Kunjungan I (6 jam-3
Kujungan II (umur 4-7 hari) hari)
Kunjungan II (4-28 Kunjungan I (4-9
Kunjungan III (8-14 hari)
hari) hari PP)
Kunjungan IV (umur≥ 15 hari konseling
Kinjungan III (28-42
hari) pelayanan KB
Kunjungan II (8-
14 hari PP)
Evaluasi
143

3. Landasan Hukum

a. PermenKes RI Nomor 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggara Praktik

Bidan

1) Pasal 18

Dalam penyelengaraan praktik kebidanan, bidan memiliki wewenang

untuk memberikan:

a) Pelayanan kesehatan ibu

b) Pelayanan kesehatan anak, dan

c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2) Pasal 19

a) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18

huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan.

b) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pelayanan:

(1) Konseling pada masa sebelum hamil

(2) Antenatal pada kehamilan normal

(3) Persalinan normal

(4) Ibu nifas normal

(5) Ibu menyusui, dan

(6) Konseling pada masa antara dua kehamilan


144

c) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), bidan berwenang melakukan:

(1) Episiotomi

(2) Pertolongan persalinan normal

(3) Penjahitan

(4) Penanganan tingkat kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan

perujukan

(5) Memberikan tablet tambah darah pada ibu hamil

(6) Memberikan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

(7) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air

susu ibu eksklusif

(8) Memberikan uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

(9) Penyuluhan dan konseling

(10) Bimbingan pada kelompok ibu hamil, dan

(11) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran

3) Pasal 20

a) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 18

huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak

prasekolah

b) Dalam memberikan pelayanan kseshatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), bidan berwenang melakukan:


145

(1) Pelayanan neonatal esensial

(2) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

(3) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dananak pra

sekolah, dan

(4) Konseling dan penyuluhan

c) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan

tali pusat, pemberian suntukan vitamin K1, pemberian imunisasi

HbO, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,

pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat

ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas

kepelayanan kesehatan yang lebih mampu.

d) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

(1) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan

jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan atau kompresi

jantung

(2) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan

BBLR melalui penggunaan selimut atau fasilitas dengan caraa

menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru

(3) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan

alkohol atau providon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap

bersih dan kering, dan


146

(4) Membersihkan dan memberikan salep mata pada bayi baru

lahir dengan infeksi gonore (GO)

e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan

penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran

tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

f) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)

pada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, Asi

Eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan,

imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

4) Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, bidan

berwenang memberikan:

a) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana, dan

b) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan

b. PermenKes No. 369/MenKes/SK/2007 tentang standar profesi bidan

Standar profesi bidan:


147

1) Bidan mempunyai persyaratan pengetauhan dan keterampilan dari ilmu-

ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari

asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi

baru lahir, dan keluarga

2) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan

yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat

dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,

perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orangtua

3) Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan

kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau

rujukan dari komplikasi tertentu

4) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap

kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan

yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu

untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir

5) Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu

tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat

6) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi

baru lahir sehat sampai 1 bulan

7) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi

dan balita sehat (1 bulan-5 tahun)

8) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada

keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat


148

9) Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan

sistem reproduksi
149

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi

Laporan Tugas Akhir ini menggunakan penelitian deskriptif observasional

dengan jenis studi kasus secara asuhan kebidanan komprehensif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang di dalamnya tidak ada analisis hubungan

antarvariabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang,

membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa, dan analisis

statistik yang digunakan adalah deskriptif. Berdasarkan cara pengumpulan

data, penelitian obsevasional melakukan pengamatan perilaku objek dan

bersifat partisipatif dan non partisipatif (Hidayat, 2014). Asuhan kebidanan

komprehensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan berkesinambungan

diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan (antenatal care), asuhan

kebidanan persalinan (intranatal care), asuhan kebidanan masa nifas

(postnatal care) dan asuhan bayi baru lahir (Varney, 2007) pada Ny.Y di UPT

Puskesmas Gajahan Surakarta menggunakan manajemen 7 langkah varney dan

data perkembangan SOAP

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi penelitian bagi beberapa penelitian sangat penting, karena lokasi yang

berbeda akan berpengaruh terhadap hasil penelitian (Hidayat, 2014). Studi

149
150

kasus ini dilaksanakan di UPT Puskesmas Gajahan Surakarta Jl. Veteran No.

46, Gajahan, Ps Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah

C. Subyek Studi Kasus

Subyek mengacu pada sesuatu atau seseorang tempat memperoleh data,

fenomena atau keterangan (Hidayah, 2014). Subyek yang digunakan dalam

studi kasus dengan Manajemen Asuhan Kebidanan ini adalah Ny. Y mulai

hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana di UPT Puskesmas

Gajahan Surakarta

D. Waktu Studi Kasus

Merupakan pendeskripsian secara singkat waktu dari pengambilan data dari

studi pendahuluan, pengambilan data subyek studi kasus meliputi pengkajian

sampai evaluasi termasuk data perkembangan. Waktu penelitian berkaitan erat

dengan kapan penelitian akan dilaksanakan (Hidayat, 2014). Pengambilan

kasus dilakukan pada bulan Februari-Mei 2018

E. Instrumen Studi Kasus


Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara dan studi

dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir sesuai dengan KEPMENKES Nomor

938/MenKes/SK/VII/2007.
151

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Data primer

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh

langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau

alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi

yang dicari (Saryono, 2011). Pada studi kasus ini, data primer diperoleh

dengan cara pemeriksaan fisik, wawancara dan obseravasi

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan merupakan salah satu langkah cara mengetahui gejala

atau masalah kesehatan yang dialami dengan mengumpulkan data

objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien (Walyani, 2015).

Pemeriksaan fisik pada kasus ini dilakukan dari ujung rambut

sampai ujung kaki, terutama dilakukan pada payudara untuk

mengetahui keadaan payudara ibu

b. Wawancara

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara wawancara

langsung responden yang diteliti, sehingga metode ini memberikan

hasill secara langsung (Hidayat, 2014). Wawancara dilakukan pada

pasien dan keluarga pasien dengan pedoman wawancara berupa

format asuhan kebidanan

c. Observasi

Merupakan cara pengumpulan data dengan cara mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2014).


152

Observasi dilakukan pada saat pasien datang sampai pasien sembuh.

Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi ibu secara

menyeluruh selama kehamilan, bersalin, bayi baru lahir dan nifas

dalam bentuk SOAP

2. Data sekunder

Disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data yang

diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari

subjek penelitiannya. Biasanya data dokumentasi atau data laporan yang

telah tersedia (Saryono, 2011). Data sekunder meliputi:

a. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Studi

dokumentasi dari kasus ini diperoleh dari status/dokumentasi pasien

dan rekam medik pasien

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari

permasalahan penelitian (Hidayat, 2014). Pada studi kasus ini studi

kepustakaan diambil dari tahun 2008-2017)

3. Alat dan Bahan yang di butuhkan

a. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan

pemeriksaan fisik meliputi:


153

1. Alat dan bahan pemeriksaan ibu hamil meliputi: tensimeter,

stetoskop, dopler, timbangan berat badan, medline, thermometer,

jam, handscoon.

2. Alat dan bahan persalinan: celemek plastik, sepatu boot, masker,

handuk bersih, kacamata, penutup kepala, 2 pasang sarung tangan,

1 pasang sarung tangan DTT atau steril, 1 buah handuk, 1/3 kain

alas bokong ibu , selimut untuk mengganti, topi bayi, pakaian ibu,

gunting tali pusat, benang tali pusat/klem plastik, bengkok, guntig

episiotomy, klem 1/2 kocher, 1 pinset anatomi, 1 pinset sirurgi,

nald pooder, benang chromic 2.0atau 3.0, oksitosin, lidokain.

3. Alat dan bahan pemeriksaan fisik ibu nifas: tensi meter, stetoskop,

thermometer, kapas dan air DTT, handscoon, pinset, bengkok,

laruran clorin 0,5%

4. Alat dan bahan pemeriksaan bayi baru lahir: pita meter (metline),

alat ukur LILA, thermometer axilla dan rectal, kom berisi kapas,

suntik, spuit 1 cc, obat-obatan (Vit. K dan vaksin Hepatitis), tetes

mata/salep mata, kain bersih, alat ukur berat badan dan tinggi

badan, nierbeken/bengkok, 1 buah baskom berisi air klorin.

b. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara: Format

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru

lahir.

c. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi:

catatan medik atau status pasien, buku KIA


154

4. Jadwal

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan mulai dari

penyusunan proposal, sampai dengan penulisan laporan penelitian beserta

waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo,

2010).
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas UPT Gajahan Surakarta terletak di Jl. veteran No. 46, kecamatan

Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Untuk jadwal periksa hamil di

Puskesmas Gajahan pada hari selasa dan kamis. Puskesmas Gajahan memiliki

beberapa sarana prasarana diantaranya ruang pendaftaran, apotek, ruangan

pemeriksaan gigi, laboratorium, ruang pemeriksaan umum, UGD, ruangan

pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan anak, ruangan persalinan, ruangan rawat

inap, ruangan pelayanan konsultasi dan gizi, ruangan KB, dan ruangan menyusui

untuk ibu. Jenis pelayanan yang di berikan adalah pelayanan rawat jalan yang

dibuka mulai dari jam 07.00 sampai jam 14.00 WIB yaitu pada dari hari senin

sampai kamis dan pada hari jumad dan sabtu di buka mulai jam 08.00 sampai

jam 12.00 WIB. Pelayanan rawat inap yang melayani 24 jam.

155
156

B. Tinjauan Kasus

Ruang :Rawat Inap

Tanggal masuk :28 Februari, 2018

No Register :40 14 41

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

1. Nama :Ny. Y Nama :Tn. T

2. Umur :32 tahun Umur :34 tahun

3. Agama :Islam Agama :Islam

4. Suku Bangsa :Jawa/Indonesia Suku Bangsa :Jawa/Indonesia

5. Pendidikan :SMK Pendidikan :SMA

6. Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Swasta

7. Alamat :Joyosudiran RT 01/RW XII, Pasar Kliwon, Surakarta

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

Tanggal: 28 Februari 2018 Pukul: 11.00 WIB

1. Keluhan utama pada waktu masuk

Ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya dan tidak ada keluhan

2. Riwayat menstruasi

a. Menarche :ibu mengatakan haid pertama umur 13

tahun

b. Siklus :ibu mengatakan siklus menstruasi ± 28 hari


157

c. Lama :ibu mengatakan lama menstruasi ± 6-7 hari

d. Banyaknya :ibu mengatakan sehari ganti pembalut ± 5-6

kali

e. Teratur/tidak teratur :ibu mengatakan menstruasi teratur tiap

bulan

f. Sifat darah :ibu mengatakan sifat darahnya encer dan

warnanya merah segar

g. Dismenorhoe :ibu mengatakan kadang merasa nyeri pada

perut bagian bawah

3. Riwayat hamil ini

a. HPHT :13 juli 2017

b. Gerakan janin :ibu mengatakan mulai merasakan gerakan

janin sejak usia kehamilan 5 bulan dan

gerakannya aktif

c. Vitamin/jamu yang dikonsumsi:

Ibu mengatakan hanya minum vitamin yang diberikan oleh bidan

d. ANC

Trimester I :2 kali yaitu pada saat umur kehamilan 6+6

minggu dan 13 minggu. Pada kehamilan

Trimester I ibu mengatakan merasa mual,

penyuluhan yang di dapatkan yaitu tentang

gizi ibu hamil dan tablet besi


158

Trimester II :2 kali yaitu pada saat umur kehamilan 17+5

minggu dan 22 minggu. Pada kehamilan

Trimester II ibu mengatakan merasa muntah

Trimester III :3 kali pada saat usia kehamilan 25+5, 28+5,

dan 32+6 minggu. Pada kehamilan Trimester

III ibu mengatakan tidak ada keluhan dan

penyuluhan yang didapatkan yaitu tanda

bahaya kehamilan Trimester III.

e. Imunisasi TT

Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT1 pada saat akan menikah

(2012)

f. Kekhawatiran khusus

Ibu mengatakan tidak ada kekhawatiran khusus

4. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang :ibu mengatakan sedang tidak

menderita penyakit apapun

b. Riwayat penyakit sistemik

Jantung :ibu mengatakan tidak pernah merasa berdebar-

debar dan tidak merasa nyeri pada dada kiri, dan

tidak mudah lelah saat beraktifitas

Ginjal :ibu mengatakan pada pinggang bagian belakang

tidak nyeri tekan


159

Asma/TBC :ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas dan tidak

batuk lebih dari 2 minggu

Hepatitis :ibu mengatakan mata, kuku, kulit tidak pernah

berwarna kuning

Hipertensi :ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah >

140/90 mmHg

Epilepsi :ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai

mengeluarkan busa dari mulut

Lain-lain :ibu mengatakan tidak menderita penyakit seperti

HIV/AIDS

c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak

ada yang mempunyai riwayat penyakit menular seperi TBC, Hepatitis,

dan ibu mengatakan dari keluarga suaminya tidak ada yang menderita

penyakit menurun seperti jantung, DM.

d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan tidak ada yang mempunyai riwayat keturunan kembar

e. Riwayat operasi

Ibu mengatakan pernah melakukan operasi SC pada tahun 2013 di RSI

Kustati, Surakarta

5. Riwayat perkawinan

a. Status perkawinan :sah, kawin 1 kali


160

b. Kawin I :umur 25 tahun dengan suami umur

27 tahun

Lamanya :7 tahun, mempunyai 1 orang anak

6. Riwayat keluarga berencana :ibu mengatakan belum pernah

melakukan KB apapun

7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tabel: 1.1 Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu

NO Tgl/thn Tempat UK jenis penolong Anak Nifas Keadaan


partus partus (bln) partus anak
sekarang
JK BB PB Kead laktasi

1 2013 RS 9 bln SC dr.SpOG P 3500 47 Baik ±2 thn Hidup


2. HAMIL SEKARANG

8. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Nutrisi

Sebelum hamil :ibu mengatakan makan 3 kali/hari, porsi

sedang jenis nasi, sayur lauk dan air putih ±

7 gelas/hari.

Selama hamil :ibu mengatakan makan 3-4 kali/hari porsi

sedang, dengan jenis nasi, sayur, lauk dan air

putih ± 8 gelas/hari.

Keluhan :ibu mengatakan tidak ada keluhan


161

b. Eliminasi

Sebelum hamil :ibu mengatakan BAB 1-2 kali/hari

konsisten lunak warna kuning dan BAK 3-4

kali/hari warna jernih bau khas urine

Selama hamil :ibu mengatakan BAB 2 kali/hari,

konsistensi lunak warna kuning dan BAK 5-

6 kali/hari warna jernih bau khas urine

Keluhan :ibu mengatakan tidak ada keluhan

c. Aktivitas

Sebelum hamil :ibu mengatakan pekerjaan rumah

dikerjakan sendiri

Selama hamil :ibu mengatakan pekerjaan rumah kadang

dibantu oleh suami

Keluhan :ibu mengatakan tidak ada keluhan

d. Istrihat/tidur

Sebelum hamil :ibu mengatakan tidut siang ± 1 jam dan

malam ± 8 jam

Selama hamil :ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan

malam ± 8 jam

Keluhan :ibu mengatakan tidak ada keluhan

e. Seksualitas

Sebelum hamil :ibu mengatakan hubungan seksual 2-3

kali/minggu
162

Selama hamil :ibu mengatakan hubungan seksual 1

kali/minggu

Keluhan :ibu mengatakan tidak ada keluhan

f. Personal Hygiene

Sebelum hamil :ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti

baju 2 kali/hari, gosok gigi 3 kali/hari,

keramas 3 kali/minggu

Selama hamil :ibu mengatakan mandi 2 kali/hari, ganti

baju 2 kali/hari, gosok gigi 3 kali/hari,

keramas 3 kali/minggu

Keluhan :ibu mengatakan tidak ada keluhan

g. Psikologi budaya

- Perasaan tentang kehamilan ini

Ibu mengataan senang dengan kehamilan ini

- Kehamilan ini direncanakan /tidak

Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan

- Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan laki-laki atau perempuan sama saja yang penting

sehat

- Dukungan keluarga tentang kehamilan ini

Ibu mengatakan keluarga sangat mendukung

- Keluarga lain yang tinggak serumah

Ibu mengatakan keluarga yang tinggal serumah sangat mendukung


163

- Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan

- Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan

Ibu mengatakan hanya dilakukan acara pengajian

h. Penggunaan obat-obatan/rokok

Ibu mengatakan ibu dan suaminya tidak merokok dan ibu hanya

minum obat dari bidan yaitu Kalk di minum rutin setiap pagi dan fe di

minum rutin setiap malam sebelum tidur

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)

1. Status generalis

a. Keadaan umum :Baik

b. Kesadaran :Composmentis

c. TTV TD :120/80 mmHg S :36,7 ºC

N :80×/menit R :20×/menit

d. TB :150 cm

e. BB sekarang :73 kg

f. LILA :29 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut :hitam, tidak rontok, tidak berketombe

2) Muka :tidak oedema


164

3) Mata

a) Oedema :tidak oedema

b) Conjungtiva :merah muda

c) Sklera :putih

4) Hidung :normal, tidak ada benjolan

5) Telinga :simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen

6) Mulut, gigi/gusi :tidak stomatitis, tidak caries, gusi tidak

berdarah

b. Leher

1) Kelenjar gondok :tidak ada pembesaran

2) Tumor :tidak ada

3) Pembesaran kelejar Limfe :tidak ada

c. Dada dan Axilla

1) Mammae

a) Membesar :normal

b) Tumor :tidak ada

c) Simetris :simetris kanan dan kiri

d) Areola :hyperpigmentasi

e) Puting susu :menonjol

f) Kolostrum :belum keluar

2) Axilla

a) Benjolan :tidak ada

b) Nyeri :tidak ada


165

d. Ekstremitas

1) Atas :normal

2) Bawah

a) Varises :tidak ada

b) Oedema :tidak ada

c) Reflek patella :negatif

d) Kuku :merah muda, tidak pucat

3. Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)

a. Abdomen

1) Inspeksi

a). Pembesaran perut :Sesuai umur kehamilan

b). Bentuk perut :memanjang

c). Linea alba/nigra :nigra

d). Strie albican/Livide :livide

e). Kelainan :tidak ada

f). Pergerakan janin :terlihat

2) Palpasi

a). Kontraksi :tidak ada

b). Leopold I

TFU 3 jari dibawah PX, fundus teraba bulat, lunak dan tidak

melenting (bokong)
166

c). Leopold II

Bagian kiri teraba bagian keras, memanjang seperti papan

(punggung) Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstermitas)

d). Leopold III

Teraba keras, bulat, dan melenting (kepala) dan masih bisa

digoyangkan (belum masuk PAP)

e). Leopold IV

Kedua tangan masih bisa bertemu/konvergen (bagian

terbawah janin belum masuk PAP)

f). TFU Mc DONALD :31 cm

g). TBJ :(31-12) ×155= 19×155 = 1829 gram

3) Auskultasi

DJJ Punctum maximum :dibawah pusat bagian kiri bawah

Frekunsi :141×/menit

Teratur/tidak :teratur

b. Pemeriksaan panggul

1) Kesan panggul :normal

2) Disantia spinarum :25 cm

3) Distansia cristarum :29 cm

4) Konjugata eksterna (boudeloque) :17 cm

5) Lingkar panggul :90 cm


167

c. Anogenital

1) Vulva vagina

a). Varises :tidak ada

b). Luka :tidak ada

c). Kemerahan :tidak ada

d). Nyeri :tidak ada

e). Kelenjar bartolini :tidak ada pembesaran

f). Pengeluaran pervaginam :tidak ada

2) Perinium

a) Bekas luka :tidak ada

b) Lain-lain :tidak ada

3) Anus

a) Haemorhoid :tidak ada

b) Lain-lain :tidak dilakukan

4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium :tidak dilakukan

b. Pemeriksaan penunjang lain :tidak ada

c. ANC terakhir :12 April 2018


168

II.INTERPRETASI DATA

Tanggal :28 februari, 2018 Pukul: 11.15 WIB

a. Diagnosa kebidanan

Ny. Y G2P1A0 umur 32 tahun umur kehamilan 32+6 minggu, janin hidup,

intra uteri, letak memanjang, punggun kiri, presentasi belakang kepala,

bagian terbawah janin belum masuk PAP, normal

Data dasar:

DS : Ibu mengatakan bernama Ny. Y dan berumur 32 tahun

Ibu mengatakan ini kehamilan kedua dan belum pernah keguguran

Ibu mengatakan HPHT tanggal 13 juli 2017

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

DO : Keadaan umum :Baik

Kesadaran :Composmentis

TTV TD :120/80 mmHg N :82×/ menit

S :36,7 º C R :20×/ menit

TB :150 cm

BB sekarang :73 kg

LLA :29 cm

HPL :20-04-2018

Hasil pemeriksaan leopold

Leopold I :TFU 3 jari dibawah PX, fundus teraba bulat,

lunak, dan tidak melenting (bokong)


169

Leopold II :bagian kiri teraba keras, memanjang seperti papan

(punggung), bagian kanan teraba bagian-bagian

kecil janin (ekstermitas)

Leopold III :teraba keras, bulat, dan melenting (kepala) dan

masih bisa digoyangkan (belum masuk PAP)

Leopold IV :kedua tangan masih bisa bertemu/konvergen

(bagian terbawah janin belum masuk PAP)

DJJ :141×/ menit

TBJ :1829 gram

b. Masalah : tidak ada

c. Kebutuhan : tidak ada

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada

IV.TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V.RENCANA TINDAKAN

Tanggal: 28 februari 2018 Pukul: 11.25 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Anjurkan ibu untuk melakukan ANC secara rutin atau bila ada keluhan
170

3. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi

VI. IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN

Tanggal :28 februaru 2018 Pukul: 11.30 WIB

1. Memberitahu ibu pemeriksaan ibu dan janin bahwa saat ini keadaan ibu dan

janin baik, bagian terbawah janin belum masuk panggul

2. Menganjurkan ibu untuk ANC secara rutin yaitu 1 minggu sekali atau bila

ada keluhan

3. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi

VII. EVALUASI

Tanggal :28 februari 2018 Pukul: 11.35 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu bersedia untuk melakukan ANC atau kunjungan ulang 1 minggu lagi atau

bila ada keluhan.

3. Ibu sudah mengetahui akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi pada

tanggal 14 Maret 2018


171

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

KUNJUNGAN 1

Tanggal :14 maret 2018

Jam :09.00 WIB

Subjektif:

1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan

2. Ibu mengatakan tablet fe nya masih ada dan sisa 14 tablet dan ibu rutin

minum pada malam hari sebelum tidur

3. Ibu mengatakan telah mendapatkan penyuluhan tentang tanda bahaya

kehamilan Trimester III

Obyektif :

1. Keadaan Umum :Baik

2. Kesadaran :Composmentis

3. Tanda Vital TD :120/80 mmHg S :36,7º C

N :80×/menit R :20×/menit

4. Umur kehamilan :34+6 minggu

5. BB :74 kg
172

6. Pemeriksaan Fisik

1. Muka :tidak pucat, tidak eodema

2. Mata :sklera putih, conjungtiva merah muda

3. Payudara

1) Areola :hyperpigmentasi

2) Puting Susu :menonjol

3) Pengeluaran :belum ada

4. Ekstermitas

1) Atas :normal

2) Bawah :normal

5. Palpasi

a. Leopold I

TFU 3 jari dibawah PX, fundus teraba bulat, lunak, dan tidak

melenting (bokong)

b. Leopold II

Bagian kiri teraba keras, memanjang seperti papan (punggung)

Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin (ekstermitas)

c. Leopold III

Teraba keras, bulat, dan melenting (kepala) dan masih bisa

digoyangkan (belum masuk PAP)

d. Leopold IV

Kedua tangan masih bisa bertemu/konvergen (bagian terbawah

janin belum masuk PAP)


173

7. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 3 Maret 2018

Hb :12,4 g/dL

AT :235 10^3/uL

VCT :Non reaktif

Protein urine :-

HBsAG :-

Assaesment:

Ny. Y G2P1A0 umur 32 tahun umur kehamilan 34+6 minggu, janin hidup, intra

uteri, letak memanjang, punggun kiri, presentasi belakang kepala, bagian

terbawah janin belum masuk PAP, normal

planning:

Tanggal :14 maret 2018 Pukul: 09.10 WIB

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dan janin sehat serta

kepala janin belum masuk PAP

Evaluasi :ibu sudah mengetauhi tentang keadaannya

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan

Trimester III karena ibu belum terlalu paham apa saja tanda bahaya yang

terjadi pada kehamilan Trimester III dan agar ibu bisa mengatasinya (SAP

terlampir)

Evaluasi :ibu sudah paham apa saja tanda bahaya pada kehamilan

Trimester III
174

3. Memberitahukan pada ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1

minggu berikutnya yaitu pada tanggal 23 Maret 2018

Evaluasi :ibu sudah mengetahui akan dilakukan kunjungan rumah 1

minggu berikutnya
175

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

KUNJUNGAN II

Tanggal :23 Maret 2018

Jam :09.15 WIB

Subyektif:

1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan

2. Ibu mengatakan gerakan janinnya aktif

3. Ibu mengatakan tablet fe nya masih ada dan sisa 9 tablet dan ibu rutin minum

pada malam hari sebelum tidur

4. Ibu mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang asi

eksklusif

Obyektif

1. Keadaan umum :Baik

2. Kesadaran :Composmentis

3. TTV TD :120/70 mmHg S :36,7º C

N :81×/menit R :20×/menit

4. Umur kehamilan :37 minggu

5. BB :76 kg
176

6. Palpasi

a. Leopold I

TFU 3 jari dibawah PX, fundus teraba bulat, lunak, dan tidak melenting

(bokong)

b. Leopold II

Bagian kiri teraba keras, memanjang seperti papan (punggung)

Bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin (ekstermitas)

c. Leopold III

Teraba keras, bulat, dan melenting (kepala) dan masih bisa digoyangkan

(belum masuk PAP)

d. Leopold IV

Kedua tangan masih bisa bertemu/konvergen (bagian terbawah janin

belum masuk PAP)

Assesment:

Ny. Y G2P1A0 umur 32 tahun umur kehamilan 37 minggu, janin hidup, intra

uteri, letak memanjang, punggun kiri, presentasi belakang kepala, bagian

terbawah janin belum masuk PAP, normal

Planning:

Tanggal :23 Maret 2018 Pukul :09.25 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

Evaluasi :ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa

keadaannya dan janinnya sehat


177

2. Memberikan penyuluhan tentang Asi eksklusif karena ibu mengatakan

belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang asi eksklusif (SAP

terlampir)

Evaluasi :ibu sudah paham tentang asi eksklusif

2. Persalinan

Tanggal :26 April 2018

Pukul :21.00 WIB

Pengkajian proses persalinan Ny. Y dilakukan di RSU Islam Kustati

Surakarta pada tanggal 26 April 2018 pukul 21.00 WIB. Data yang di dapatkan

dari ibu adalah ibu datang ke RSU Islam Kustati Surakarta pukul 11.00 WIB

untuk melakukan pemeriksaan USG karena khawatir perkiraannya sudah lewat

6 hari. Dari hasil USG dokter menyarankan untuk dilakukan operasi atas

indikasi serotinus dan terdapat komplikasi air ketuban sudah berkurang. Operasi

di lakukan sore harinya pada pukul 18.20 WIB. Pada riwayat kehamilan

diperoleh HPL pada tanggal 20 April 2018.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan didapatkan hasil status

generalis dan pemeriksaan sistematis secara head to toe dalam kondisi baik dan

dilakukan pemeriksaan vital sign dengan hasil TD 120/70 mmHg, Nadi

82×/menit, suhu 36,8º C dan R 21×/menit, lalu ibu dianjurkan untuk berpuasa

mulai pukul 12.00 Wib sampai selesai operasi. Operasi dimula sekitar pukul

19.00 dan sekitar pukul 19.30 WIB.


178

4. Bayi baru lahir

Di dapatkan data dari ibu yang mengatakan bahwa bayi lahir Pukul 19.20

WIB berjenis kelamin perempuan dengan berat 3500 gram, panjang badan 50

cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm. Plasenta lengkap secara

manual pada pukul 19.25 WIB. Setelah 1 jam persalinan bayi disuntik vit. K

dan 1 jam setelah disuntik vitamin K, bayi di suntik imunisasi Hepatitis 0.


179

4. Nifas

Ruang :VK

Tanggal masuk :26 Mei 2018

No register :40 14 41

Subyektif:

Tanggal :18 Mei 2018 Pukul: 09.30 WIB

1. Alasan utama pada waktu masuk

Ibu mengatakan akan kontrol pemeriksaan masa nifas. Luka jahitan operasi

sudah mengering

2. Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

3. Riwayat persalinan

a. Tempat persalinan :RSU Islam Kustati

Penolong :Dokter SpOG

b. Tanggal/jam persalinan :26 April 2018/18.25 wib

Umur Kehamilan :41 minggu

c. Jenis persalinan :SC atas indikasi serotinus

d. Tindakan Lain :tidak ada

e. Kompilkasi/kelainan dalam persalinan :tidak ada


180

4. Pola kebiasaan saat nifas

a. Nutrisi

1) Diet makanan :ibu mengatakan tidak ada diet makanan

makanan

2) Perubahan pola makan :ibu mengatakan tidak ada perubahan

pola makanan

b. Eliminasi

1) BAB :ibu mengatakan BAB 1 kali sehari

2) BAK :ibu mengatakan BAK 5-6 hari sekali

c. Istirahat/tidur :ibu mengatakan tidur mengikuti pola tidur bayi

d. Personal hygiene :ibu mengatakan mandi 2× sehari, ganti pakaian 2×

sehari dan gosok gigi 2× sehari

e. Keadaan psikologi :ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya

5. Data pengetahuan

a. Cara membersihkan vulva:

Ibu mengatatakan sudah paham cara membersihkan vulva yaitu

dibersihkan dari depan kebelakang dan dikeringkan dengan tissue

b. Perawatan payudara:

Ibu mengatakan sudah paham cara merawat payudara yaitu melakukan

pengurutan pada kedua payudara dengan menggunakan baby oil setiap

pagi dan sore sebelum mandi

c. Mobilisasi/senam:

Ibu mengatakan selalu jalan santai pada pagi hari


181

d. Zat besi :

Ibu mengatakan sudah paham manfaat zat besi yaitu untuk menaikan

sirkulasi darah

e. Gizi ibu menyusui :

Ibu mengatakan sudah paham apa saja gizi pada ibu menyusui yaitu

makanan yang mengandung karbohidrai, protein, sayuran, dan buah-

buahan dan ibu mengatakan gizinya ibu terpenuhi

f. Teknik menyusui yang benar:

Ibu mengatakan sudah paham cara menyusui, menyusui yang benar yaitu

bayi di susui setiap 2 jam sekali atau saat bayi merasa lapar. Ibu selalu

mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui. Ibu menyusui bayi

dalam posisi dengan posisi duduk, kepala bayi berada di siku ibu, bokong

bayi berada di tangan bagian bawah. Setiap sebelum dan sesudah

menyusui bayinya ibu selalu mengoleskan asi di sekitar areolanya.

Setelah menyusui bayinya ibu menyendawakan bayi dengan cara

,menepuk-neouk pada punggung bayi secara pelan

g. Tanda bahaya nifas :

Ibu mengatakan sudah mengetauhi apa saja tanda bahaya pada masa

nifas yaitu payudara merah dan panas, sakit kepala, nyeri ulunhati,

perdarahan dari vagina, pengeluaran dari vagina yang berbau busuk


182

Obyektif:

1. Status generalis

a. Keadaan umum :Baik

b. Kesadaran :Composmentis

c. TTV TD :110/70 mmHg R :20×/menit

N :81×/menit S :36,7º C

d. BB sekarang :79 kg

e. LLA :32 cm

2. Pemeriksaan sistematis

a. Kepala

1) Rambut :bersih, hitam, tidak ada ketombe

2) Muka :tidak oedema

3) Mata

a) Oedema :tidak oedema

b) Conjungtiva :merah muda

c) Sklera :putih

4) Hidung :tidak ada benjolan, tidak ada sekret

5) Telinga :simetris, tidak ada serumen

6) Mulut/gigi/gusi :tidak stomatitis, tidak caries, tidak berdarah

b. Leher

1) Kelenjar gondok :tidak ada pembesaran

2) Tumor :tidak ada

3) Pembesaran kelenjar limfe :tidak ada


183

c. Dada dan axilla

1) Mammae

a) Pembengkakan :tidak ada

b) Tumor :tidak ada

c) Simetris : simetris kiri dan kanan

d) Areola :hiperpygmentasi

e) Puting susu :menonjol

f) Kolostrum/ASI :sudah keluar

2) Axilla

a) Benjolan :tidak ada

b) Nyeri :tidak nyeri

d. Ekstremitas

1) Atas :normal

2) Bawah

a) Verises :tidak ada

b) Oedema :tidak ada

c) Hofman sign :positif

3. Pemeriksaan khusus obstetri (lokalitas)

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran perut :normal

b) Linea alba/nigra :nigra

c) Strie albican/livide :livide


184

d) Kelainan :tidak ada kelainan

e) Luka operasi :sudah mengering

2) Palpasi

a) Abdomen :terdapat luka operasi post SC,

jahitan sudah mengering

b) Kontraksi :keras

c) TFU :pertengahan simpisis dan umbilikus

d) Kandung kencing :kosong

b. Anogenital

1) Vulva vagina

a) Varices :tidak ada

b) Kemerahan :tidak ada

c) Nyeri :tidak ada

d) Lochea :alba

2) Perinium

a) Keadaan luka :tidak ada

b) Bengkak/kemerahan :tidak ada

3) Anus

a) Haemorohoid :tidak ada

b) Lain-lain :tidak dilakukan

4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium :tidak dilakukan

b. Pemeriksaan penujang lain :tidak dilakukan


185

Assesment:

Tanggal :18 Mei 2018 Pukul : 09.45 WIB

Ny. Y P2A0 umur 32 tahun post SC hari ke 22 dengan riwayat SC

Planning:

Tanggal :18 Mei 2018 Pukul :09.47 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaannya sehat dan tidak ada

tanda-tanda infeksi

Evaluasi :ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya

2. Memberitahukan kepada ibu akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu

berikutnya yaitu pada tanggal 26 Mei 2018

Evaluasi :ibu sudah paham akan dilakukan kunjungan rumah 1

minggu lagi yaitu pada tanggal 26 Mei 2018


186

FORMAT SOAP PADA IBU NIFAS KUNJUNGAN II

Tempat :rumah Ny.Y

Tanggal masuk:26 Mei 2018

Subyektif:

Tanggal :26 Mei 2018 Pukul :08.10 WIB

1. Ibu mengatakan keadaannya sehat

2. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

3. Ibu mengatakan kontrol terakhir luka post SC pada tanggal 9 Mei 2018 di

RSU Islam Surakarta

4. Ibu mengatakan ASI nya lancar

5. Ibu mengatakan belum ada rencana untuk ber KB

Obyektif:

1. Keadaan umum :Baik

2. Kesadaran :Composmentis

3. TTV TD :120/70 mmHg S :36,6º C

N :81×/menit R :20×/menit

4. Laktasi :lancar

5. Lochea :alba

6. TFU :pertengahan simpisis dan umbilikus


187

Assesment:

Ny. Y P2A0 umur 32 tahun post SC hari ke 30.

Planning:

Tanggal :26 Mei 2018 Pukul :08.10 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaaan bahwa keadaanya sehat

Evaluasi :ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pemilihan alat kontrasepsi (SAP

terlampir)

Evaluasi :ibu sudah paham macam-macam alat kontrasepsi

3. Setelah di jelaskan ibu memilih metode kontrasepsi Metode Amenorea

Laktasi (MAL)

Evaluasi :ibu sudah memilih kontrasepsi metode amenorea laktasi


188

C. Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan kesenjangan antara

teori dan kasus di lapangan pada Asuhan kebidanan berkesinambungan yang

diterapkan pada Ny. Y umur 32 tahun sebagai berikut:

1. Asuhan kebidanan kehamilan

a. Kunjungan hamil pertama

1) Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi

yang akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui

anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian yang dilakukan

wawancara dengan pertanyaan terarah pada klien. Tujuannya untuk

mengetauhi keadaan ibu dan faktor resiko yang dimiliki (Yuliani

dkk, 2017). Pengkajian dimulai dari pemeriksaan ANC pada Ny. Y

yang dilakukan di puskesmas Gajahan, Surakarta. Pengkajian

identitas umur, ditemukan Ny. Y berumur 32 tahun. Dalam teori

menurut (Astuti, 2012) umur yang baik untuk kehamilan maupun

persalinan adalah 19-25 tahun, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktek.

Dalam teori (Yuliani dkk, 2017) keluhan utama merupakan

suatu keluhan wanita yang berhubungan dengan sistem tubuh. Pada

saat datang ke puskesmas ibu mengatakan tidak ada keluhan yang

dirasakan, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan


189

praktik. Riwayat kehamilan sekarang di kaji dari HPHT . Menurut

teori (Astuti, 2012) tanggal hari pertama dari menstruasi terakhir

klien untuk memperkirakan kapan kira-kira bayi akan dilahirkan.

Dari pengkajian didapatkan HPHT tanggal 13 juli 2017.

Perhitungan HPL dilakukan dengan menambah 9 bulan dan 7 hari

pada hari pertama haid terakhir (HPHT) atau dengan mengurangi

bulan dengan 3 kemudian 7 hari dan 1 tahun Riwayat menstruasi

yang dialami oleh Ny. Y tergolong normal. Usia Menarche 13

tahun. Menache adalah usia pertama. dari hasil pengkajian

didapatkan HPL pada tanggal 20 April 2018, sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. Gerakan janin mulai

dirasakan untuk mengidentifikasi apakah sudah ada gerakan janin

pada umur kehamilan sekarang. Pada saat melakukan pengkajian

ibu mengatakan sudah mulai merasakan gerakan janin pada saat

usia kehamilan 5 bulan. Jadi tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan praktik. Keluhan-keluhan pada kehamilan. Menurut teori

(Astuti, 2012) keluhan ditaanyakan pada klien apakah ada masalah

pada kehamilan trimester I, masalah-masalah tersebut misalnya

hiperemesis gravidarum, anemia, dan tanyakan pada klien masalah

yang pernah ia rasakan pada trimester II dan III pada kehamilan

sebelumnya. Hal ini untuk sebagai faktor persiapan kalau

kehamilan yang sekarang akan terjadi hal seperti itu lagi. dari hasil

pengkajian tidak ditemukan keluhan yang serius selama trimester I


190

sampai III Pemeriksaan ANC sangan diperluhkan pada saat

kehamilan. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan

sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal, satu kali

kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu

kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28), dua

kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan

sesudah minggu ke 36) (Saifuddin dkk, 2010). Pada saat

pengkajian ibu mengatakan sudah 7 kali melakukan pemeriksaan

hamil di bidan yaitu pada trimester pertama saat usia kehamilan

6+6 dan 13 minggu. Pada kehamilam trimester kedua saat usia

kehamilan 17+5 dan 22+5 minggu dan pada saat kehamilan trimester

ketiga 25+5, 28 +5 dan 32+5 minggu, jadi tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan praktik.

Menurut teori (Astuti, 2012) riwayat penyakit pelu

tanyakan pada klien penyakit apa yang sedang ia derita sekarang.

Tanyakan bagaimana urutan kronologis dan tanda-tanda klasifikasi

dari setiap tanda penyakit tersebut. Dari pengkajian tidak

ditemukan penyakit yang serius yang dapat membahayakan

kehamilan ibu, jadi antara teori dan praktik tidak ada kesenjangan.

Riwayat penyakit menular tanyakan kepada klien apakah

mempunyai keluarga yang saat ini sedang menderita penyakit

menular. Apabila klien mempunyai keluarga yang sedang

menderita penyakit menular, sebaiknya bidan menyarankan kepada


191

klien untuk menghindari secara langsung bersentuhan fisik atau

mendekati keluarga tersebut untuk sementara waktu agar tidak

menular pada ibu hamil dan janinnya (Astuti, 2012). Dari hasil

pengkajian tidak ditemukan riwayat penyakit menular dan

menurun, jadi tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

Menurut (Astuti, 2012) riwayat psikososial di kaji ntuk

mengetahui apakah ada pantangan makanan atau kebiasaan yang

tidak boleh selama hamil dalam adat masyarakat setempat,

perasaan tentang kehamilan ini, kehamilan ini direncanakan atau

tidak, jenis kelamin yang diharapkan, dukungan keluarga terhadap

kehamilan ini,dan keluarga lain yang tinggal serumah. Dari

pengkajian di dapatkan sosial dan budaya tidak dalam masalah

pasalnya dari segi psikologis ini merupakan kehamilan yang

direncanakan setelah, ibu dan keluarga tidak mempermasalahkan

kehamilan ini. Dan ibu pun mengharapkan bayi yang di

kandungnya tersebut berjenis kelamin laki-laki, tapi jika tidak

berjenis kelamin laki-laki ibu tidak mempermasalahkannya. Ibu

dan keluarga sangat bahagia dengan kehamilan ini. Didalam

budaya yang berkembang dalam lingkungan setempat sudah tidak

ada yang membahayakan kehamilan ibu.

Pada pemeriksaan fisik ibu didapatkan TTV dalam batasan

normal. Penimbangan berat badan ibu hamil dilakukan pada setiap

kunjungan antenatal dengan tujuan mendeteksi adanya gangguan


192

pertumbuhan janin. Secara umum penambahan berat badan kurang

dari 9 kg selama hamil atau < 1 kg setiap bulannya atau < 1 kg sejak

bulan keempat. Kenaikan BB ibu selama kehamilan dari TM I

sampai TM 3 sebanyak 11 kg, jadi antara teori dan praktik tidak

terdapat kesenjangan. Pada pemeriksaan head to toe di dapatkan

semua dalam batas normal dan tidak ada kelainan. Pada

pemeriksaan leopold di dapatkan hasilnya leopold I TFU 3 jari

dibawah PX, fundus teraba bulat, lunak dan melenting (kepala).

Leopold II bagian kiri teraba keras memanjang seperti papan

(punggung), bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstermitas). Leopold III teraba keras, bulat dan melenting dan

masih bisa digoyangkan (belum masuk PAP). Leopold IV kedua

tangan masih bisa bertemu/konvergen (bagian terbawah janin

belum masuk panggul). Pemeriksaan Laboratorim dilakukan di

Puskesmas pada tanggal 5 maret 2018 dengan hasil Hb :12,4

g/dL, AT :235 10^3/uL, VCT :Non reaktif, Protein urine (-),

HBsAG (-), jadi terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

b. Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan diagnosa masalah yang dikumpulkan semua

informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan

karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap

membutuhkan penanganan (Muslihatun dkk, 2009). Dari interpretasi


193

data dapat ditegakkan diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu Ny. Y

G2P1A0 umur 32 tahun umur kehamilan 32+6 minggu, janin hidup, intra

uteri, letak memanjang, punggun kiri, presentasi belakang kepala,

bagian terbawah janin belum masuk PAP, normal. Tidak ada masalah

yang muncul karena dari data yang dipeoleh ibu tidak mengalami

masalah yang serius, sehingga pada kasus ini tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan praktik.

c. Diagnosa potensial

Diagnosa dan masalah potensial terjadi diidentifikasi dari diagnose dan

masalah aktual. Pada langkah ini membutuhkan antisipasi dan jika

memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan harus observasi/

melakukan pemantauan terhadap klien sambil bersiap-siap jika

diagnose/ masalah potensial benar-benar terjadi (Yuliani dkk, 2017).

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan dan pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan

yang aman. Pada kasus Ny. Y tidak terdapat diagnosa potensial karena

dari hasil interpretasi data tidak ada diagnosa ke arah patologi.

d. Tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/

atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Yuliani dkk, 2017.

Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Tidak adanya diagnosa potensial, maka tidak


194

ada langkah untuk melakukan antisipasi yang diprioritaskan agar

kegawatan tidak terjadi.

e. Rencana tindakan

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan

manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah di identifikasi

atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapi (Muslihatun dkk, 2009). Membuat rencana

tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga

mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan

tertentu dan kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai

kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.

Planning merupakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai

dengan analisa yang ditetapkan (Saifuddin Dkk, 2010). Berdasarkan

keluhan dan hasil pemeriksaan yang dilakukan, penulis mendapatkan

data fokus untuk menegakkan diagnosa. Dari diagnosa yang telah

didapat, penyusun menulis rencana asuhan umum yang menyeluruh dan

harus diberikan pada ibu hamil, antara lain sebagai berikut:

(1) Beritahu kondisi ibu dan janinnya berdasarkan hasil pemeriksaan

agar ibu mengetahui tentang keadaan ibu dan janinnya

(2) Anjurkan ibu untuk ANC rutin atau apabila ada keluhan
195

f. Pelaksanaan

Rencana asuhan yang menyeluruh dilaksanakan dengan efisien

dan aman. Pelaksanaan tersebut dapat sepenuhnya dilakukan oleh bidan

atu sebagian lagi oleh tenaga kesehatan lain atau klien dan keluarga.

Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap bertanggung jawab penuh

untuk mengarahkan pelaksanaan dan memastikan langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana (Yuliani dkk, 2017).

Pelaksaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi

masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak

dilaksanankan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu

klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini.

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara

menyeluruh tindakan yang dilakukan oleh bidan bersama pasien serta

keluarga secara efisien dan aman. Pelaksanaan secara umum yang

menyeluruh dan harus diberikan pada ibu hamil, antara lain sebagai

berikut:

(1) Memberitahu kondisi ibu dan janinnya berdasarkan hasil

pemeriksaan agar ibu mengetahui tentang keadaan ibu dan

janinnya

(2) Menganjurkan ibu untuk ANC rutin atau apabila ada keluhan

g. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evluasi keefektifan asuhan yang diberikan.

Ada kemungkinan sebagian rencana lebih efektif, sebagaian yang lain


196

belum efektif. Manajemen asuhan kebidanan merupakan hasil pola

pikir bidan yang berkesinambungan, sehingga jika ada proses

manajemen yang kurang efektif/tidak efektif, proses manajemen dapat

diulang lagi dari awal (Yuliani dkk, 2017).

Evaluasi:

(1) Ibu sudah mengetauhi hasil pemeriksaannya

(2) Ibu bersedia untuk melakukan ANC atau kunjungan ulang atau

apabila ada keluhan

b. Kunjungan rumah II

1) Data subyektif

Data Subjektif, merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (Pengkajian),

terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini

berhubungn dengan masalah dari sudut pandang pasien (Wafi dkk,

2009). Pada kasus ini menanyakan beberapa hal sebagai berikut:

keadaan ibu, keluhan yang dirasakan, kebutuhan nutrisi, gerakan

janin dalam 12 jam. Dari hasil pengkajian ibu mengatakan tidak

ada keluhan yang dirasakan. Ibu mengatakan rutin mengkonsumsi

tablet fe setiap malam sebelum tidur, dan ibu mengatakan gerakan

janinnya aktif. Dari pengkajian tidak ditemukan masalah yang

serius sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.


197

2) Data Objektif

Merupakan data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur

dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostic lainnya. Pada kasus ini dilakukan

pemeriksaan, sebagai berikut: Keadaan umum dan kesadaran, vital

sign, leopold I-IV, tinggi fundus uteri, denyut jantung janin berat

badan, taksiran berat janin, reflek patella, (Muslihatun dkk, 2009).

Pada hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu didapatkan

keadaan umum ibu baik, pemeriksaan TTV semua dalam batas

normal. Pemeriksaan leopold di dapatkan hasilnya leopold I TFU

3 jari dibawah PX, fundus teraba bulat, lunak dan melenting

(kepala). Leopold II bagian kiri teraba keras memanjang seperti

papan (punggung), bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstermitas). Leopold III teraba keras, bulat dan melenting dan

masih bisa digoyangkan (belum masuk PAP). Leopold IV kedua

tangan masih bisa bertemu/konvergen (bagian terbawah janin

belum masuk panggul). Pada data obyektif ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktik.

3) Assessment

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

(Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus ini asessment ditulis Ny. Y

G2P1A0 umur 32 tahun umur kehamilan 34+6 minggu, janin hidup,


198

intra uteri, letak memanjang, punggun kiri, presentasi belakang

kepala, bagian terbawah janin belum masuk PAP, normal.

4) Planning

Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana

asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.

Meskipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja,

namun P dalam metode SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan

sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan

dalam rangka mengatasi masalah pasien (Muslihatun dkk, 2009).

Pada kasus ini planning disesuaikan dengan keadaan dan masalah

yang sedang dihadapi ibu. Asuhan yang diberikan pada ibu adalah

penyuluhan yentang tanda bahaya kehamilan TM III

c. Kunjungan rumah III

1) Data subyektif

Data Subjektif, merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varnay langkah pertama (Pengkajian),

terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini

berhubungn dengan masalah dari sudut pandang pasien (Wafi dkk,

2009). Pada kasus ini menanyakan beberapa hal sebagai berikut:

keadaan ibu, keluhan yang dirasakan, kebutuhan nutrisi, gerakan

janin dalam 12 jam. Dari hasil pengkajian ibu mengatakan tidak

ada keluhan yang dirasakan. Ibu mengatakan rutin mengkonsumsi

tablet fe setiap malam sebelum tidur, dan ibu mengatakan gerakan


199

janinnya aktif. Dari pengkajian tidak ditemukan masalah yang

serius sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik

2) Data Objektif

Merupakan data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur

dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostic lainnya. Pada kasus ini dilakukan

pemeriksaan, sebagai berikut: Keadaan umum dan kesadaran, vital

sign, leopold I-IV, tinggi fundus uteri, denyut jantung janin berat

badan, taksiran berat janin, reflek patella, (Muslihatun dkk, 2009).

Pada hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu didapatkan

keadaan umum ibu baik, pemeriksaan TTV semua dalam batas

normal. Pemeriksaan leopold di dapatkan hasilnya leopold I TFU

3 jari dibawah PX, fundus teraba bulat, lunak dan melenting

(kepala). Leopold II bagian kiri teraba keras memanjang seperti

papan (punggung), bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstermitas). Leopold III teraba keras, bulat dan melenting dan

masih bisa digoyangkan (belum masuk PAP). Leopold IV kedua

tangan masih bisa bertemu/konvergen (bagian terbawah janin

belum masuk panggul sehingga pada data obyektif ditemukan

kesenjangan antara teori dan praktik.

3) Assessment

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

(Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus ini asessment ditulis Ny. Y


200

G2P1A0 umur 32 tahun umur kehamilan 37 minggu, janin hidup,

intra uteri, letak memanjang, punggun kiri, presentasi belakang

kepala, bagian terbawah janin belum masuk PAP, normal.

4) Planning

Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana

asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.

Meskipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja,

namun P dalam metode SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan

sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan

dalam rangka mengatasi masalah pasien (Muslihatun dkk, 2009).

Pada kasus ini planning disesuaikan dengan keadaan dan masalah

yang sedang dihadapi ibu. Asuhan yang diberikan pada kunjungan

ini adalah memberikan penyuluhan asi eksklusif pada ibu.

2. Asuhan kebidanan persalinan

Berdasarkan pengkajian yang dikaji penulis didapatkan data subyektif

ibu mengatakan pada tanggal 26 April 2018 melakukan pemeriksaan USG

karena khawatir karena sudah melewati hari perkiraan. Dari hasil USG

didapatkan air ketubannya sudah mulai berkurang dan dokter menyarankan

untuk di lakukan SC.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala dan berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin (Setyorini, 2013). Pada asuhan kebidanan
201

persalinan ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik yaitu persalinan ibu

dilakukan secara sesar karena Serotinus dan terjadi komplikasi air ketuban

berkurang.

3. Asuhan kebidanan bayi baru lahir

Bayi Ny. Y lahir cukup bulan masa gestasi 40 minggu, lahir Secara SC, pukul

19.20 wib, jenis kelamin perempuan, dan tidak ada cacat bawaan. Bayi Ny. Y

lahir dengan berat badan 3500 gram dan panjang badan 50 cm. Bayi baru lahir

normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu

dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Rochmah dkk,

2012). Pada kasus ini ada kesenjangan antara praktek dan teori.

4. Asuhan kebidanan nifas

a. Data Subyektif

Penulis dapat melakukan pengkajian tanpa kesulitan dengan adanya

kerjasama dan komunikasi antara klien, keluarga dan tenaga kesehatan serta

didukung dengan adanya format pengkajian sehingga pengkajian yang

dilakukan lebih sistematis. Pada hasil anamnesa didapatkan ibu mengatakan

ingin mengontrol pemeriksaan masa nifas. Masa nifas dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau

masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir

plasenta sampai 6 minggu berikutnya (Rahayu dkk, 2012).


202

b. Data Obyektif

Dalam pemeriksaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital penulis tidak

menemukan tanda-tanda kearah patologi. Pemeriksaan fisik yang menjadi

fokus pengkajian adalah muka (ibu tidak terlihat pucat), mata (tidak

anemis), payudara (proses laktasi berjalan dengan lancar, dan tidak ada

masalah), abdomen (luka operasi sudah mengering dan tidak terlihat adanya

tanda-tanda infeksi), tidak ada perdarahan abnormal. Dari hasil pengkajian,

penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

c. Assesment

Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik ibu, penulis tidak menemukan

masalah atau kesulitan yang bermakna, sehingga diagnosa kebidanan dapat

ditegakkan yaitu Ny. Y P2A0 umur 32 tahun post SC hari ke 22 dengan

riwayat SC

d. Planning

Kunjungan Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali

kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru

lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah

yang terjadi antara lain sebagai berikut:

1) Kunjungan pertama (6-8 am setelah persalinan)

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.
203

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2) Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusu dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan

tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

3) Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan)

Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan

meraba bagian rahim.

4) Kunjungan ke-empat (6 minggu setelah persalinan).

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi

alami.
204

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Dewi dan Sunarsi,

2011).

Dari hasil pemeriksaan dan pemantauan ditemukan kesenjangan antara

teori dan praktik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. Y di

UPT Puskesmas Gajahan yang telah peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Y yang telah dilakukan meliputi

asuhan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana

di UPT Puskesmas Gajahan Surakarta berjalan dengan lancar dan normal

walaupun ada beberapa kesenjangan teori dan praktik pada asuhan

kebidanan persalinan.

1. Asuhan Kebidanan kehamilan pada Ny. Y umur 30 tahun G2P1A0

hamil normal dan tidak ditemukan kesenjangan teori dan praktik

2. Asuhan Kebidanan persalinan pada Ny. Y umur 30 tahun G2P1A0,

persalinannya secara SC karena kehamilannya melebihi HPL dan air

ketubannya berkurang. Pada persalinan di temukan kesenjangan antara

teori dan praktik.

3. Asuhan Kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. Y umur 30 tahun

P2A0 neonatal normal, tidak ada kelainan atau komplikasi pada bayi

Ny. Y dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik

205
206

4. Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny. Y umur 30 tahun G2P1A0 nifas

normal, tidak ditemukan kelainan atau komplikasi pada Ny. Y dan tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

5. Implementasi telah dilakukan secara komprehensif sesuai dengan

standar kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru

lahir, dan keluarga berencana

6. Selama proses kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan

keluarga berencana mendapatkan asuhan yang aman dan nyaman

7. Mengevaluasi hasil tindakan secara komprehensif pada masa

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana

tidak ditemukan penyulit pada ibu dan kondisi ibu sehat

8. Kesenjangan

Terdapat kesenjangan pada persalinan yaitu proses persalinan

dilakukan secara sesar

9. Alternatif pemecahan masalah

Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu sesuai dengan teori yang

ada yaitu persalinan dilakukan secara sesar.

B. Saran

1. Institusi Pendidikan

Diharapkan laporan ini dapat di gunakan sebagai bahan evaluasi bagi

institusi pendidikan dalam menilai keterampilan mahasiswa dalam

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif agar institusi


207

pendidikan dapat mengembangkan keterampilan mahasiswa kebidanan

agar dapat mengaplikasikan tindakan secara optimal dan lebih terarah

sesuai dengan standar operasional.

2. Puskesmas UPT Gajahan Surakarta

Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi

terhadap setiap asuhan yang diberikan kepada klien agar dapat

memberikan pelayanan yang lebih baik lagi sehingga klien

mendapatkan kepuasan dari pelayanan yang telah diberikan.

3. Bagi klien
Diharapkan bagi semua wanita mau bekerja sama dan mau mengikuti

yang dianjurkan bidan. Bagi wanita hamil, melakukan kunjungan

minimal 4 kali dan boleh lebih. Bisa mengetahui deteksi dini dan bisa

mengatasinya, baik pada masa nifas, bayi baru lahir. Selain itu di

harapkan ibu dan keluarga mampu mengerti sehingga melakukan

asuhan yang telah diberikan melalui pendidikan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.

Saifuddin. 2009. Buku Asuhan Kehamilan. Jakarta : ECG

Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada kehamilan. Jogjakarta : Pustaka Baru

Yuliani, dkk.2017. Buku Manajemen Kebidanan. Jakarta : ECG

Astuti, M. 2012. Buku Dokumentasi Kebidanan. Jogjakarta : Graha Ilmu

Muslihatun, dkk. Buku Asuhan Kebidanan. Jakarta : Nuha Medika

Erawati, A.D. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakatra :
ECG

Setyorini, R.H. 2013. Belajar Tentang Persalinan. Jogjakarta : Graha Ilmu

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu bedah Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Mochtar, R. 2013. Sinopsis Obstetri: obstetri operatif obstetri sosial. Jakarta : ECG

Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin. Jogjakarta : Fitramaya

Rochmah, dkk. 2012. Panduan Belajar Asuhan Bayi, Neonatus, Balita. Jakarta :
ECG

Rahayu, dkk. 2012. Buku Ajar Masa Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Mitra Wacana
Medika

Dewi dan Sunarsi, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Prawirohardjo. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3.
Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hidayat. 2014. Ilmu Metodelogi Kebidanan. Jakarta : ECG
Saryono. 2011. Buku Metodelogi. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai