Anda di halaman 1dari 6

SP-20-4

Komariah & Alamsyah. Pengaruh Pemberian Nano Kalsium dari Eksoskeleton Kepiting Bakau

Pengaruh Pemberian Nano Kalsium dari Eksoskeleton


Kepiting Bakau (Scylla sp.) Selama Masa Kebuntingan dan Laktasi
terhadap Kekerasan Gigi Tikus (F1)

Ade Komariah*, Novia Alamsyah


Universitas Trisakti Jakarta
*E-mail: akomariah67@gmail.com

Abstract: Nano kalsium merupakan modifikasi kalsium yang memiliki peran penting dalam proses pembentukan tulang dan
gigi. Pembentukan gigi yang kuat dipengaruhi oleh asupan kalsium yang cukup baik semasa neonatal dan
pascanatal.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kalsium secara oral yang telah dilakukan
modifikasi fisik dalam bentuk nano partikel yang diberikan selama masa kebuntingan dan laktasi dalam
mempengaruhi kekerasan gigi pada anak tikus (F1). Pengujian partikel nano menggunakan uji Scanning Electron
Microscope (SEM), sedangkan untuk mengetahui pengaruh pemberian nano kalsium terhadap gigi dilakukan
percobaan dengan membagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu tikus kontrol, tikus perlakuan nano kalsium
selama kebuntingan, tikus perlakuan nano kalsium saat masa laktasi, kemudian uji kekerasan gigi tikus (F1)
dengan menggunakan alat uji kekerasan mikro vickers. Berdasarkan hasil analisis SEM dengan perbesaran 1.000x
menunjukkan bahwa ukuran partikel serbuk nanokalsium memiliki kisaran nilai ˂ 1000 nm.Uji kekerasan pada
tiap kelompok percobaan dapat dilihat angka kekerasan yang dihasilkan dalam satuan Hardness Value (HV).
Berdasarkan uji statistik menunjukan adanya perbedaan yang bermakna (P<0,05) pada masing masing kelompok
perlakuan, hal ini membuktikan bahwa pemberian nano kalsium pada tiap kelompok perlakuan memiliki hasil yang
berbeda-beda. Pada penelitian ini kelompok kontrol memiliki nilai kekerasan gigi yang paling rendah, sedangkan
tikus perlakuan nano kalsium selama laktasi memiliki nilai kekerasan gigi yang paling tinggi.

Keywords: nanokalsium, SEM, micro vickers, nilai kekerasan

1. PENDAHULUAN kehamilan.Kalsium di transfer secara aktif ke fetus;


melalui jalur yang hampir bersamaan, dan tidak ada
Pada awal pertumbuhan, setiap individu memerlukan penghalang melalui sawar plasenta (Lagerkvist et al.
asupan gizi yang cukup agar proses tumbuh kembang 1996).
dapat berjalan dengan baik dan sempurna. Salah satu Kalsium diperoleh dari hasil ekstraksi cangkang
unsur terpenting dalam membantu proses tumbuh rajungan. Pemanfaatan limbah cangkang menjadi
kembang adalah kalsium (Almatsier 2004). permasalahan lingkungan yang belum sepenuhnya
Akan tetapi, salah satu masalah yang dihadapi ditangani, namun dengan memberikan perlakuan
Kalsium merupakan mineral paling banyak terdapat terhadap cangkang menjadi salah satu alternatif
dalam tubuh, yaitu1,5-2% dari berat badan orang penyelesaian limbah cangkang. Limbah cangkang
dewasa dan mengatur pekerjaan hormon-hormon dan krustase mengandung 30-40% protein, 30-50% kalsium
faktor pertumbuhan. Berdasarkan jumlah yang ada 99% karbonat, dan 20-30% kitin.Keberadaan kalsium dalam
kalsium berada didalam jaringan keras, yaitu tulang dan limbah cangkang rajungan menjadi salah satu alternatif
gigi (Amir et al. 2014). pemanfaat yang luas di bidang farmasi dan kesehatan
Kalsium sangat dibutuhkan oleh Ibu hamil pada yaitu sebagai penguat gigi dan tulang (Arbiaet al. 2011).
saat memasuki trimester III kehamilan, pada masa inilah Keberadaan kalsium dalam lingkungan sekitar gigi
janin mulai tumbuh dengan pesat, terutama untuk memiliki sifat-sifat yang pontensial untuk terjadinya
pembentukan tulang dan giginya. Kebutuhannya sekitar peningkatan kapasitas kekerasan pada gigi, dimana
1.200 mg per hari jauh lebih besar dibandingkan dengan fungsi utama kalsium memberikan kekerasan dan
kebutuhan normal yang hanya 1000 mg per kekuatan pada tulang dan gigi, namun pentingnya peran
hari.Kebutuhan kalsium maternal meningkat pada masa kalsium tidak diimbangi dengan proses penyerapan
awal kehamilan hingga proses melahirkan dan kalsium dalam tubuh yang masih mengalami kendala,
menyusui. Kebutuhan ini diperlihatkan oleh disebabkan karena ukuran partikel kalsium yang masih
meningkatnya absorbsi kalsium di saluran pencernaan, cukup besar, sehingga hanya 23% yang terserap dengan
dan meningkatnya resorpsi tulang pada masa baik (Coeet al. 1996). Akibatnya dapat menimbulkan
defisiensi kalsium yang berdampak pada berbagai
948 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya
Komariah & Alamsyah. Pengaruh Pemberian Nano Kalsium dari Eksoskeleton Kepiting Bakau

keluhan padatulang, gigi, darah, syaraf, dan metabolism 2.2 Pembuatan Nano Kalsium
tubuh. Asupan kalsium yang tidak terpenuhi selama
kehamilan mengakibatkan terjadi pengambilan kalsium Bahan baku cangkang rajungan dicuci bersih dengan air
yang disimpan dalam tulang untuk mempertahankan mengalir untuk menghilangkan bagian sisa daging
fungsi biologis normal (Tongchan et al. 2009). rajungan dikeringkan dengan panas matahari selama 2
Kalsium yang umum dikonsumsi terdapat dalam hari. Cangkang kering dipotong-potong atau
bentuk mikro kalsium.Ukuran partikel kalsium terkait dihancurkan. Dilakukan demineralisasi cangkang
dengan besarnya penyerapan kedalam tubuh.Akibat rajungan dengan merendam cangkang yang telah
ukuran partikel kalsium yang cukup besar, para peneliti dipotong-potong dengan larutan HCl 3,0 N dengan
melakukan inovasi baru yaitu dengan memodifikasi perbandingan cangkang dengan larutan HCl adalah 1:
bentuk fisik kalsium menjadi bentuk nanokalsium yang 15 (w/v). Demineralisasi dilakukan dalam pemanasan
diharapkan dapat mempermudah proses penyerapan dan 90˂C selama 1 jam. Pisahkan serpihan dengan cairan
membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari.Menurut dengan menggunakan saringan kasa. Setelah cairan
Suptijah 2009, kalsium dalam bentuk nano partikel terpisah teteskan dengan berlahan NaOH 1% hingga
menyebabkan reseptor cepat masuk, sehingga dapat timbul endapan berwarna putih, dilakukan netralisasi
dimanfaatkan oleh tubuh dengan sempurna (Suptijahet dan spray dry, setelah itu lakukan uji SEM.
al. 2011).
2.3 Penyiapan Tikus Bunting dan Laktasi
2. METODE PENELITIAN
Penelitian diawali dengan tahap aklimatisasi selama
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris dengan satu minggu. Fase proestrus dapat diketahui dengan cara
postest randomized controlled group design. Dua membuat preparat apusan vagina dari setiap tikus betina
kelompok penelitian yaitu kelompok eksperimental kemudian diwarnai dengan metilen biru 0,1%.
(X1) dan kelompok kontrol (X0), dimana kelompok Pengamatan apusan vagina dilakukan dengan
eksperimental diberikan perlakuan sedangkan mikroskop dengan pembesaran 100 kali, dan adanya sel
kelompok kontrol tidak. Eksperimen dilakukan dengan epitel berinti yang dominan merupakan ciri fase
memberikan perlakuan pada tikus Sparague Dawley proestrus. Duabelas jam kemudian, fase proestrus akan
yang diberikan nano kalsium secara oral selama masa memasuki fase estrus yang merupakan fase birahi tikus
kebuntingan dan laktasi untuk melihat ada tidaknya betina dan merupakan fase pengawinan. Pengawinan
pengaruh pemberian kalsium yang telah dimodifikasi dilakukan dengan menyatukan tiga ekor tikus betina
fisik menjadi nano partikel terhadap kekerasan gigi anak yang berada pada fase estrus dengandua ekor tikus
tikus (F1). jantan dalam satu kandang. Keesokan harinya dilakukan
Kelas X MIA 1 dijadikan sebagai kelas pembuktian perkawinan dengan cara: setiap tikus betina
eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran diamati vaginanya dan tikus dinyatakan kawin bila
two stay two stray, yaitu dengan adanya pembagian ditemukan plak pada vagina tikus. Bila tidak ditemukan,
tugas pada setiap kelompok, dua orang siswa tinggal di maka dilanjutkan dengan pembuatan apusan vagina dan
dalam kelompok dan dua orang siswa bertamu ke tikus dinyatakan kawin bila ditemukan sperma dalam
kelompok lain. Dua orang yang tinggal bertugas cairan apusan vagina. Adanya plak pada vagina atau
memberikan informasi kepada tamu tentang hasil sperma pada tikus betina dihitung sebagai kebuntingan
diskusi kelompoknya, sedangkan dua orang yang hari ke nol. Untuk perlakuan laktasi diberikan nano
bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang kalsium peroral dengan menggunakan sonde pada tikus
dikunjunginya dan menjelaskan kembali informasi yang yang telah melahirkan dan sedang menyusui.
di dapat dari kelompok lain kepada teman kelompok
yang bertugas untuk tinggal. Sedangkan kelas X MIA 3 2.4 Penentuan Dosis dan Perlakuan
dijadikan sebagai kelas kontrol dengan menggunakan Pemberian Nano Kalsium
pembelajaran konvensional.
Pemberian dosis menggunakan perhitungan dosis
2.1 Tahap Persiapan berdasarkan konversi Laurense & Bacharach 1964,
konversi dosis manusia (70 kg ) ke tikus ( 200 gr ) =
Subjek Penelitian adalah tikus Sprague dawley. Tikus 0,018. Dosis kalsium yang dianjurkan pada ibu hamil
betina umur 3-4 bulan denganbobotbadan 150-200 mg adalah 1200mg per hari.Dosis kalsium pada tikus hamil
yang diperoleh dari Unit Pengelola Hewan (200 gr) = (1200 x 0,018) mg = 21.6 mg.Dosis yang
Laboratorium (UPHL) Institut Pertanian Bogor. digunakan dalam penelitian ini adalah 21,6 mg kalsium.
Sedangkan pelarut yang digunakan yaitu air sebanyak
2cc.

Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015 949


Komariah & Alamsyah. Pengaruh Pemberian Nano Kalsium dari Eksoskeleton Kepiting Bakau

2.4.1 Perlakuan Kontrol (saat anak tikus lepas sapih) untuk dilakukan pengujian
Tikus hamil dimasukan kedalam kandang dengan kekerasan vickers pada kekerasan gigi anak F1.
pemberian pakan sebanyak satu kali sehari sebanyak
25gr dan aquadest secara ad libitum selama masa 3. HASIL PENELITIAN
kebuntingan dan laktasi.
Pemberian aguadest sebanyak 2ml secara oral 3.1 Hasil Uji Scanning Electrone
dilakukan dengan menggunakan sonde. Memegang Microscope (SEM)
tikus dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk, dan ekornya dijepit diantara jari Aplikasi teknologi nano dalam bidang farmasi
manis dan kelingking. Sebelum masukkan sonde oral,
mempunyai berbagai keunggulan antara lain dapat
posisi kepala dan keadaan mulut harus diperhatikan.
meningkatkan kelarutan senyawa, mengurangi dosis
Ketika hewan dipegang dengan posisi terbalik pastikan pengobatan dan meningkatkan absorbsi. Oleh karena
posisi kepala menengadah atau posisi dagu sejajar
itu, bahan nanopartikel banyak digunakan pada sistem
dengan tubuh dan mulut terbuka sedikit. Pemberian
penghantaran obat terbaru pada berbagai bentuk sediaan
pada kebuntingan dihentikan setelah anak F1 lahir, kosmetik dan dermatologikal. Sifat pembawa bahan
sedangkan untuk masa laktasi dihentikan pada masa
nanopartikel mempunyai berbagai keuntungan seperti
sapih.
mencegah hidrasi kulit, meningkatkan efek absorpsi,
Setelah melahirkan, pengambilan gigi tikus dan meningkatkan penetrasi zat aktif.
dilakukan pada hari ke 30 untuk dilakukan pengujian
Ukuran nanopartikel dari nanokalsium dilihat
kekerasan vickers pada kekerasan gigi anak F1.
melalui uji SEM (Scanning Electron Microscope).
Nanopartikel didefinisikan sebagai penyebaran partikel
2.4.2 Perlakuan 1 (Pakan + Nano Kalsium atau partikel padat dengan kisaran ukuran 10-1000 nm.
+ Kebuntingan) Hasil analisis SEM dengan perbesaran 1.000x
Konversi dosis manusia (70 kg ) ke tikus ( 200 gr ) = menunjukkan bahwa ukuran partikel serbuk
0,018.Dosis kalsium yang dianjurkan pada ibu hamil nanokalsium memiliki kisaran nilai 1000 nm.
adalah 1200mg per hari.Dosis kalsium pada tikus hamil Modifikasi fisik menunjukan nano kalsium yang
(200 gr) = (1200 x 0,018) mg = 21.6 mg. Tikus hamil dihasilkan memenuhi standar partikel nano, yaitu
dimasukan kedalam kandang dengan pemberian pakan perubahan bentuk fisik kalsium menjadi partikel
sebanyak satu kali sehari sebanyak 25g dan nano berbentuk bulat yang berukuran lebih kecil.
kalsium sebanyak 21,6 mg/ekor selama masa
kebuntingan. 3.2 Hasil Uji Vickers Gigi Tikus (F1)
Pemberian nano kalsium secara oral dilakukan
dengan menggunakan sonde, yang sebelumnya nano Setelah melakukan penelitian dengan hewan coba dan
kalsium dilarutkan dengan 2 ml aguades. Pemberian
pengambilan sampel berupa gigi rahang bawah tikus
nano kalsium dilakukan setelah ditemukanya sperma
pada hari ke 30, gigi tikus tersebut kemudian diuji
yang ditentukan sebagai hari ke 0. Cara pemberian nano kekerasan dengan menggunakan alat uji vickers yang
kalsium dengan memegang tikus dengan menjepit
berada di Laboratorium Uji Departemen Teknik
bagian tekuk menggunakan ibu jari dan jari telunjuk,
Metalurgi dan Material Universitas Indonesia.
dan ekornya dijepit diantara jari manis dan kelingking. Modifikasi fisik kalsium menjadi nanopartikel
Sebelum measukkan sonde oral, posisi kepala dan
diberikan secara oral untuk dapat meningkatkan
keadaan mulut harus diperhatikan. Ketika hewan
kekerasan gigi tikus F1 pada masa kebuntingan dan
dipegang dengan posisi terbalik pastikan posisi kepala laktasi.
menengadah atau posisi dagu sejajar dengan tubuh dan
Hasil uji vickers gigi tikus perlakuan kontrol
mulut terbuka sedikit.
terdiri dari dua sampel yaitu sampel gigi tikus perlakuan
Setelah melahirkan, pengambilan gigi tikus dan kontrol selama kebuntingan, dan sampel gigi tikus
dilakukan pada hari ke 30 untuk dilakukan pengujian
perlakuan kontrol selama laktasi. Pada tikus kontrol
kekerasan vickers padagigi tikus F1.
tidak ada perlakuan yang diberikan secara khusus pada
masa kebuntinganmaupun laktasi, tikus kontrol hanya
2.4.3 Perlakuan 2 (Pakan + Nano Kalsium diberi pakan sesuai takaran yaitu 25gram setiap harinya,
+ Laktasi) kemudian setelah tikus melahirkan ditunggu sampai
Tikus laktasi dimasukan kedalam kandang dengan tikus (F1) lahir dan lepas sapih dan kemudian dilakukan
pemberian pakan sebanyak satu kali sehari sebanyak pembedahan untuk mengambil gigi tikus (F1) (Tabel 1).
25g dan nano kalsium sebanyak 21,6mg/ekor selama
masa laktasi. Pemberian nano kalsium dilakukan secara
oral menggunakan sonde.
Setelah anak tikus lahir sampai lepas sapih,
pengambilan gigi tikus dan dilakukan pada hari ke 30

950 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya


Komariah & Alamsyah. Pengaruh Pemberian Nano Kalsium dari Eksoskeleton Kepiting Bakau

Tabel 1. Hasil uji vickers gigi tikus kekerasan 72 HV, sedangkan untuk penjejakan ke-3
dengan beban 300 gf memiliki nilai kekerasan 69HV.
Nilai Pada sampel gigi tikus nano kalsium selama
Beban
Kekerasan kebuntingan 2 pada penjejakan pertama dengan beban
Kode Indentasi
Penjejakan Hardnes 100gf memiliki nilai kekerasan sebesar 71HV, untuk
Sampel gram
Value penjejakan ke-2 dengan beban 200 gf memiliki nilai
force (gf)
(HV) kekerasan 74HV, sedangkan untuk penjejakan ke-3
Kontrol 1 100 38 dengan beban 300 gf memiliki nilai kekerasan
Kebuntingan 75HV.Nilai kekerasan gigi tikus pada perlakuan nano
2 200 36
kalsium secara keseluruhan memiliki nilai yang lebih
3 300 35
tinggi dibandingkan tikus kontrol.
Kontrol 1 100 40 Pada perlakuan kedua, tikus tidak diberi nano
Laktasi
2 200 37 kalsium pada masa kebuntingan tetapi diberikan nano
3 300 34 kalsium sesuai takaran dosis selama masa laktasi yaitu
21 hari,kemudian dilakukan pembedahan untuk
Hasil uji vickers gigi tikus perlakuan kontrol mengambil gigi tikus (F1) tersebut.Hasil uji kekerasan
selama kebuntingan pada penjejakan pertama dengan gigi tikus perlakuan selama laktasi terdiri dari dua
beban 100 gram force (gf) memiliki nilai kekerasan sampel yaitu sampel gigi tikus perlakuan laktasi 1 dan
sebesar 38 hardness value (HV), untuk penjejakan ke-2 tikus perlakuan laktasi 2 (Tabel 3).
dengan beban 200 gf memiliki nilai kekerasan 36 HV,
sedangkan untuk penjejakan ke-3 dengan beban 300 gf Tabel 3. Hasil uji mikro vickers tikus perlakuan nano kalsium
selama masa lakstasi
memiliki nilai kekerasan 35 HV.
Sampel gigi tikus perlakuan kontrol selama laktasi
pada penjejakan pertama dengan beban 100gf memiliki Beban Nilai
nilai kekerasan sebesar 40 HV, untuk penjejakan ke-2 Kode Indentasi Kekerasan
Penjejakan
Sampel gram force Hardnes
dengan beban 200gf juga memiliki nilai kekerasan 37
(gf) Value (HV)
HV, sedangkan untuk penjejakan ke-3 dengan beban
Kalsium 1 100 71
300 gf memiliki nilai kekerasan 34 HV. I 2 200 72
Pada perlakuan pertama tikus diberi nano kalsium 3 300 69
sesuai takaran dosis selama masa kebuntingan yaitu 21 Kalsium 1 100 71
hari, kemudian setelah tikus melahirkan ditunggu II 2 200 74
sampai tikus (F1) lepas sapih dan kemudian dilakukan 3 300 75
pembedahan untuk mengambil gigi tikus (F1). Hasil uji
vickers gigi tikus perlakuan 1 terdiri dari dua sampel Hasil uji vickers gigi tikus perlakuan kedua yaitu
yaitu sampel gigi tikus nano kalsium kebuntingan 1, tikus dengan pemberian nano kalsium pada saat masa
sampel gigi tikus nano kalsium kebuntingan 2 (Tabel 2). laktasi terdiri dari dua sampel yaitu sampel gigi tikus
perlakuan laktasi 1 pada penjejakan pertama dengan
Tabel 2. Hasil uji mikro vickers tikus perlakuan nano kalsium beban 100 gram force (gf) memiliki nilai kekerasan
selama masa kebuntingan sebesar 119 hardness value (HV), untuk penjejakan ke-
2 dengan beban 200 gf memiliki nilai kekerasan 115
Beban Nilai HV, sedangkan untuk penjejakan ke-3 dengan beban
Kode Indentasi Kekerasan 300 gf memiliki nilai kekerasan 112 HV.
Penjejakan
Sampel gram force Hardnes Pada sampel gigi perlakuan laktasi 2 pada
(gf) Value (HV) penjejakan pertama dengan beban 100gf memiliki nilai
Laktasi I 1 100 119 kekerasan sebesar 114HV, untuk penjejakan ke-2
2 200 115 dengan beban 200 gf memiliki nilai kekerasan 11HV,
3 300 112
sedangkan untuk penjejakan ke-3 dengan beban 300 gf
Laktasi 1 100 114
II 2 200 74
memiliki nilai kekerasan 109HV.
3 300 75 Pada hasil uji mikro vickers gigi tikus perlakuan
nano kalsium yang diberikan selama laktasi,
Hasil uji vickers gigi tikus perlakuan pertama menunjukan nilai kekerasan yang paling tinggi
terdiri dari dua sampel yaitu sampel gigi tikus nano dibandingkan dengan nilai kekerasan gigi tikus kontrol
kalsium selama kebuntingan 1 pada penjejakan pertama dan tikus pemberian nano kalsium selama kebuntingan.
dengan beban 100 gram force (gf) memiliki nilai Nilai uji kekerasan gigi dengan menggunakan
kekerasan sebesar 71 hardness value (HV), untuk mikro vickers pada masing masing perlakuan
penjejakan ke-2 dengan beban 200 gf memiliki nilai menunjukan hasil yang berbeda-beda. Setelah data dari
uji kekerasan diperoleh, kemudian data tersebut
dianalisis dengan mengunakan T-test untuk sampel

Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015 951


Komariah & Alamsyah. Pengaruh Pemberian Nano Kalsium dari Eksoskeleton Kepiting Bakau

independen. T-test ini dilakukan karena data antar indentasi sampel dapat tetap stabil. Setelah itu sampel
variabel yang satu dengan yang lain bersifat independen diletakan di landasan alat uji kemudian diindentasi
atau tidak berkaitan. Analisis data dengan menggunakan dengan indentor berbentuk piramida intan dengan beban
T-test ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada 100gf, 200gf, dan 300gf. Indentasi dengan
perbedaan yang signifikan nilai kekerasan gigi tikus menggunakan tiga macam beban yang berbeda
pada variabel kontrol dengan perlakuan selama dilakukan karena sampel yang diuji belum diketahui
kebuntingan, dan perlakuan selama laktasi, selain itu nilai kekerasannya.21
untuk menguji hipotesis apakah Ho ditolak atau Hasil dari uji kekerasan gigi tikus dengan
diterima. menggunakan mikro vickers pada tikus kontrol, tikus
Untuk mengetahui data penelitian memiliki perlakuan 1 yaitu tikus dengan pemberian nano kalsium
distribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji pada masa kebuntingan, dan tikus dengan perlakuan 2
normalitas. Uji normalitas data dengan menggunakan yaitu tikus dengan pemberian nano kalsium pada masa
uji Shapiro-Wilkkarena jumlah data kurang dari 50 laktasi memiliki nilai yang berbeda-beda pada masing-
buah. Berdasarkan hasil perhitungan nilai kekerasan masing kelompok percobaan. Pada tikus perlakuan nano
gigi baik variabel kontrol, perlakuan selama kalsium selama kebuntingan memiliki nilai kekerasan
kebuntingan, dan perlakuan selama laktasi memiliki gigi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tikus
nilai signifikan diatas angka 0,05 (p≥ 0,05), oleh karena kontrol. Sedangkan tikus perlakuan nano kalsium pada
itu dinyatakan bahwa data yang diperoleh memiliki masa laktasi memiliki nilai kekerasan paling tinggi
distribusi yang normal. diantara ketiga kelompok percobaan.
Hasil T-test pada masing-masing kelompok Setelah menganalisis semua nilai uji kekerasan
perlakukan baik pada tikus kontrol dengan tikus gigi tikus dengan menggunakan T-test, hasil yang
perlakuan selama kebuntingan, tikus kontrol dengan diperoleh adalah nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)
perlakuan selama laktasi, dan tikus perlakuan selama sehingga terbukti bahwa terdapat pengaruh pemberian
kebuntingan dengan tikus perlakuan selama laktasi nano kalsium terhadap nilai kekerasan gigi baik pada
memiliki nilai sigifikan 0,000. Oleh karena nilai sig. masa kebuntingan maupun laktasi.
lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka dapat disimpulkan Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kalsium
bahwa terdapat pengaruh pemberian nano kalsium pada dengan modifikasi fisik menjadi partikel nano dapat
masa kehamilan dan laktasi terhadap nilai kekerasan menoptimalkan kerja kalsium, sehingga menjadi lebih
gigi tikus. mudah di absorbsi dalam tubuh.16Nano kalsium yang
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, gigi diberikan pada masa kehamilan diabsorbsi dengan baik
sebagian besar terdiri dari mineral yang terkalsifikasi oleh tubuh induk tikus. Absorbsi kalsium yang
pada saat proses pembentukan gigi. Salah satu mineral berlangsung dalam usus halus ini kemudian disalurkan
yang penting bagi pembentukan gigi adalah kalsium. ke bayi tikus melalui plasenta (Clements dan Fraser
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan terganggunya 1992).
pembentukan dan pertumbuhan gigi. Kalsium dalam Pada perlakuan kedua yaitu pemberian nano
gigi juga dapat mempengaruhi kekerasan dari gigi kalsium pada induk tikus pada saat laktasi
tersebut. memperlihatkan hasil yang sangat baik yaitu memiliki
Berdasarkan penelitian kalsium dengan ukuran rata-rata nilai kekerasan sangat tinggi. Nilai kekerasan
partikel yang normal hanya dapat diserap oleh tubuh gigi pada perlakuan kedua lebih tinggi dibandingkan
sebanyak 23% saja,5 oleh karena itu modifikasi ukuran yang lain.
partikel kalsium menjadi ukuran nano diharapkan dapat Modifikasi fisik kalsium, selain dengan
mempermudah penyerapan kalsium dalam tubuh secara mengubahnya menjadi nanopartikel agar absorbsinya di
optimal. dalam tubuh dapat ditingkatkan, juga dapat dengan
Menurut rumus konversi oleh Laurense & adanya bantuan dari vitamin D dalam tubuh. Susu induk
Bacharach (1964), pemberian dosis nano kalsium pada tikus yang diberikan ke tikus F1, memiliki kandungan
tikus hamil dan tikus pada saat menyusui dihitung vitamin yang berlimpah salah satunya adalah vitamin D.
berdasarkan kebutuhan kalsium pada manusia pada saat Kandungan vitamin D yang relatif tinggi (1-3,5
hamil dan menyusui. Pemberian nano kalsium pada micrograms/liter),22 berguna untuk membantu
tikus hamil dilakukan selama 21 hari yaitu masa meningkatkan absorbsi kalsium yang berguna untuk
kehamilan tikus, sedangkan pada saat menyusui pembentukan tulang dan gigi (Clements dan Fraser
dilakukan terus menerus sampai anak tikus berumur 21 1992).
hari. Setelah anak tikus berusia 30 hari (ketika
pertumbuhan gigi sudah dapat dilakukan analisa), 4. DAFTAR PUSTAKA
kemudian dilakukan pengambilan gigi tikus F1 dan diuji
kekerasan dengan alat micro vickers. Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:
Uji kekerasan gigi tikus F1 dengan menggunakan PT Gramedia Pustaka Umum.
micro vickers diawali dengan meletakan sampel diatas Amir, R.L., Sunarti, D.F., Utami, S.R., & Abbas, B.
resin berbentuk silindris supaya pada saat dilakukan (2014). Chitosan as a potential osteogenic factor
compared with dexamethasone in cultured
952 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya
Komariah & Alamsyah. Pengaruh Pemberian Nano Kalsium dari Eksoskeleton Kepiting Bakau

macaque dental pulp stromal cells. [online]. ini dengan faktor pembanding melalui pemberian susu
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24992928. ibu hamil yang juga mengandung nano kalsium.
27/01/2015.
Lagerkvist. (1996). Increased blood lead and decreased Penanya 2:
calcium levels during pregnancy: a Prospective Abdul Basith, S.Pd, M.Pd, M.Si
study of swedish women living near a smelter.
Umeå: Am J Public Health. Pertanyaan:
Arbia, W., Leila, A. Lydia, A. & Abdeltif, A. (2011). Berapa lama penelitian dilakukan?
Chitin extraction from crustacean shell by Telah dijelaskan bahwa sumber nano kalsium diperoleh
biological methods – a review.CEGEP. dari cangkang kepiting. Umumnya terdapat zat yang
Coe, F.L., Parks, J.H., Webb, D.R. (1992). Stone- terkandung pada kepiting berpotensi menjadi zat alergi.
forming potential of milk or calcium-fortified Apakah selama penelitian ditemukan tikus yang
orange juice in idiopathic hypercalciuric mengalami kelainan?
adults. Kidney International. University of
Chicago. Illinois. Jawaban:
Tongchan, P., Pruptipanlai, S., Niyomwas, S., & Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu yang cukup
Thongraung, C. (2009). Effect of calcium lama. Masa adaptasi memerlukan waktu sekitar 2
compound obtained from fish by product on minggu, karena untuk proses pengawinannya dan
calcium metabolism in rats. Asian.J Food Ag-Ind. menentukan untuk menentukan tikus putih tersebut
2(04): 669-676 sudah positif hamil atau belum agak sulit. Sedangkan
Committee to Review Dietary Reference Intakes for perlakuan pada saat masa laktasi lebih mudah karena
Vitamin D and Calcium, Food and Nutrition Board, masa laktasi tikus sudah jelas setelah melahirkan
Institute of Medicine. (2010). Dietary Reference sehingga pada saat itu langsung diberi perlakuan.
Intakes for Calcium and Vitamin D. Washington: Dengan demikian, pemberian perlakuan untuk tikus
National Academy Press. putih sendiri memerlukan waktu sekitar 3 bulan.
Suptijah, P., Agoes, M. Jacoeb., & Rachmania, D. Kemudian pembuatan nano kalsium memerlukan waktu
(2011). Karakterisasi Nano Kitosan cangkang sekitar 2 minggu, dan melalukan berbagai uji sekitar 2
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan bulan sehingga kurang lebih waktu penelitian ini sekitar
Metode Gelasi Ionik. Jurnal Pengolahan Hasil 6 bulan.
Perikanan Indonesia, 15 (2): 78-84.
Clements, M. R. & Fraser, D. R. (1998). Vitamin D Penelitian ini sebenarnya hanya fokus untuk mengetahui
Supply to the Rat Fetus and Neonate. The tingkat kekerasan gigi tikus yang dipengaruhi
American Society for Clicical Investigation Inc. pemberian nano kalsium dari cangkang kepiting.
81: 1768-1773. Namun selama perkembangan penelitian tidak
Manohanraj, V. J. & Chen, Y. (2006). Nanoparticles-A ditemukan adanya indikasi kelainan pada tikus putih
Review. Tropical Journal of Pharmaceutical tersebut. Pada penelitian lanjutan saya meninjau
Research, 5 (1): 561-573. histologis organ-organ tikus putih yang diberi perlakuan
nano kalsium, dari segi histologis juga tampaknya tidak
ada perubahan apapun yang menunjukkan tanda
Penanya 1: kelainan pada tikus tersebut. Sebenarnya senyawa nano
Dr. Rr. Eko Susetyarini, M.Si kalsium ini banyak digunakan pada produk makanan,
namun sampai saat ini belum ditemukan efek alergi dari
Pertanyaan: pemberian nano kalsium.
Ditinjau dari latar belakangnya, implikasi penelitian ini
dapat ditujukan untuk ibu hamil. Ditinjau dari Penanya 3:
perlakuannya digunakan pembanding pemberian Aulia Risqi Rohmatin
aquades untuk kelompok kontrol dan pemberian nano
kalsium untuk kelompok perlakuan. Mengapa dalam Pertanyaan:
kelompok perlakuan tidak mengunakan pil kalsium Berapa lama jarak waktu dari kelahiran untuk
yang diberikan kepada ibu hamil di rumah sakit atau melakukan proses pengambilan gigi tikus?
puskesmas, sehingga ada pengaruh kontrol positif dan
kontrol negatifnya, lalu bagaimana kita Jawaban:
membandingkan komposisi yang paling baik diantara Pemberian perlakuan nano kalsium dilakukan dengan
tiap perlakuan? jangka waktu yang sama. Untuk perlakuan pada masa
kebuntingan, dilakukan selama masa kebuntingan tikus
Jawaban: sampai melahirkan. Untuk perlakuan pada masa laktasi
Penelitian ini masih ada kekurangan dan sedang dilakukan selama 30 hari setelah melahirkan.
dilanjutkan, pemberian nano kalsium dari kontrol positif Sedangkan proses pengambilan gigi tikus dilakukan 30
belum dilakukan. Saya sedang melanjutkan penelitian hari setelah tikus putih F1 lahir.

Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015 953

Anda mungkin juga menyukai