PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Jenis kelamin : Laki - laki
Usia : 68 tahun
Alamat : Gresik
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah Menikah
Tanggal masuk : 29 Agustus 2019
Tanggal pemeriksaan : 3 September 2019
Keluhan Utama
Tidak bisa menggerakan anggota tubuh sebelah kiri
Keluhan Tambahan
Tidak bias berbicara dengan normal
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarganya ke instalasi gawat darurat. Pasien datang mengeluh
tidak bisa menggerakkan anggota tubuh sebelah kiri sejak satu hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit setelah jatuh terduduk. Pasien juga mengeluh susah untuk
berbicara normal. Mual muntah disangkal sakit kepal (-), Riwayat hipertensi (-),
Riwayat kencing manis (+), riwayat alergi obat (-) serta hilang kesadaran sebelum
masuk rumah sakit disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes tidak terkontrol
Hipertensi (-)
Stroke (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku tidak memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi, Diabetes dan
stroke
Riwayat Trauma
Pasien mengaku jatuh terduduk sehari sebelum masuk rumah sakit
Paru
a) Inspeksi : Dinding toraks simetris pada saat statis maupun dinamis, retraksi otot-
otot pernapasan (-)
b) Palpasi : Vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri
c) Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
d) Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
e. Abdomen
a) Inspeksi : Perut datar, massa (-), pulsasi abnormal (-)
b) Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
c) Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
d) Auskultasi : Bising usus (+) normal
k. Ekstremitas
Superior : Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis
(-/-) akral hangat (+/+), udem (-/-),
Inferior : Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis
(-/-) akral hangat (+/+), udem (-/-),
Status Neurologis
GCS : 15 (E = 4, V = 5, M = 6)
Pupil : Bentuk : bulat kanan dan kiri
Diameter : 2 mm kanan dan kiri
Reflek cahaya langsung : (+) kanan dan kiri
Refleks Cahaya Tidak Langsung : (+) kanan dan kiri
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk :-
Brudzinski I : -/-
Laseque : >90o / >90o
Kernig : >135o / > 135 o
Brudzinski II :-
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Muntah : (-)
Sakit kepala : (-)
Kejang : (-)
Nervus Kranialis
1) N-I (Olfaktori : Tidak ada gangguan penciuman
2) N-II (Optikus)
a) Tajam penglihatan : Tidak dilakukan pemeriksaan
b) Lapang penglihatan : Tidak dilakukan pemeriksaan
c) Tes warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
d) Fundus oculi : Tidak dilakukan pemeriksaan
3) N-III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
a) Kelopak mata :
Ptosis : -/-
Endopthalmus : -/-
Exophtalmus : -/-
b) Pupil : Isokor, bulat, 3 mm / 3 mm
Refleks Pupil
langsung : +/ +
tidak langsung : +/ +
c) Gerakan bola mata : medial (+/+), lateral (+/+), superior (+/+), inferior
(+/+), obliqus superior (+/+), obliqus inferior (+/+)
4) N-V (Trigeminus)
a) Sensorik
N-V1 (ophtalmicus) :+
N-V2 (maksilaris) :+
N-V3 (mandibularis) :+
(pasien dapat menunjukkan tempat rangsang raba)
b) Motorik
Pasien dapat merapatkan gigi dan membuka mulut.
c) Refleks :
Reflek kornea : Tidak dilakukan
Reflek bersin : Tidak dilakukan
5) N-VII (Fasialis)
a) Sensorik (indra pengecap) : Tidak dilakukan
b) Motorik
Inspeksi wajah sewaktu
Diam : deviasi ke kanan
senyum : Sulit dinilai
Meringis : Sulit dinilai
bersiul : Tidak dilakukan
6) N. VIII (Vestibulocochlearis)
a) Keseimbangan
Nistagmus : Tidak ditemukan
Tes Romberg : Tidak dilakukan
b) Pendengaran
Tes Rinne : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
Tes Schwabach : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
Tes Weber : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
7) N-IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
a) Refleks menelan :+
b) Refleks batuk : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
c) Perasat lidah (1/3 anterior) : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
d) Refleks muntah : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
e) Posisi uvula : Normal, Deviasi ( - )
f) Posisi arkus faring : Simetris
8) N-XI (Akesorius)
a) Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : + /-
b) Kekuatan M. Trapezius : + /-
9) N-XII (Hipoglosus)
a) Tremor lidah : Tidak ditemukan
b) Atrofi lidah : Tidak ditemukan
c) Ujung lidah saat istirahat : Simetris
d) Ujung lidah saat dijulurkan : Simetris
e) Fasikulasi :-
Pemeriksaan Motorik
1) Refleks
a) Refleks Fisiologis
Biceps : N/-
Triceps : N/-
Achiles : N/-
Patella : N/-
b) Refleks Patologis
Babinski : -/+
Oppenheim : -/-
Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Hoffman-Trommer : -/-
Scaeffer : -/-
2) Kekuatan Otot
5 0
Ekstremitas Superior Dextra Ekstremitas Superior Sinistra
5 0
Ekstremitas Inferior Dextra Ekstremitas Inferior Sinistra
Pemerikasaan penunjang
Laboratorium 29 agustus 2019
Kimia klinik
GDS 210 mg/dL 70-140
Ureum 49 mg/dL 10-50
Kreatinin 1,09 mg/dL 0,62-1,10
Elektrolit
Natrium 145 mg/dL 135-147
Kalium 3,2 mg/dL 3,5-5
Chlorida 115 mg/dL 95-105
RESUME
Subyektif
Pasien datang ke IGD RS arjawinangun dengan diantar keluarga pada tanggal 29 agustus
2019 dengan keluhan tidak bisa menggerakan anggota gerak sebelah kiri serta berbicara
pelo menurut keluarga, Pasien mengalami gejala tersebut sehari sebelum masuk rumah
sakit dan jatuh terduduk ketika mengalami hal tersebut
Obyektif
Pemerikasaan fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang.
Kesadaran (GCS) : E4M6V5
Tanda vital : 100/60
Nadi : 70x/menit
Pernapasan : 21x/menit
SpO2 : 96%
Kekuatan motorik : 5555 0000
5555 0000
Tatalaksana
RL 20 ttm
Inj ranitidine 2x1
Inj citikolin 2x500mg
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Qou ad Sanantionam : Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2 Epidemiologi
Kementrian kesehatan tahun 2013 prevalensi stoke di Indonesia meningkat dari 8,3%
pada tahun 2007 meningkat jadi 12,1% pada tahun 2013. Terdapat perbedaan prevalensi
diberbagai propinsi yakni Sulawesi selatan (17,9%), Daerah istimewa Yogyakarta (16,9%)
dan Sulawesi Tenggah (16,6%). Prevalensi meningkat seiring bertmbahnya usia dengan
puncaknya >75 tahun. Prevalensi stroke di Indonesia tidak berbeda berdasarkan jenis
kelamin.
1.3 Faktor resiko
Stroke non hemoragik merupakan proses yang multi kompleks dan didasari oleh berbagai
macam faktor risiko. Ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi, dapat dimodifikasi dan
masih dalam penelitian yaitu:
1. Tidak dapat dirubah : - Usia - Jenis kelamin - Ras - Genetik
2. Dapat dirubah : - Hipertensi - Merokok - Diabetes - Fibrilasi atrium - Kelainan jantung
- Hiperlipidemia - Terapi pengganti hormon - Anemia sel sabit - Nutrisi - Obesitas -
Aktifitas fisik
3. Dalam penelitian lebih lanjut: - Sindroma metabolik - Penyalahgunaan zat -
Kontrasepsi oral - Obstructive Sleep Apnea - Migrain - Hiper-homosisteinemia -
Hiperkoagulabilitas - Inflamasi – Infeksi
1.4 Patofisiologi
Pada dasarnya preoses terjadiya storoke iskemik akut diawali oleh adanya
sumbatan pembuluh darah oleh thrombus atau emboli yang mengakibatkan sel otak
mengalami gangguan metabolisme, karena tidak mendapatkan suplai darah, oksigen, dan
energi. Aliran darah otak atau Cerebral Blood Flow (CBF) yang normal sekitar 40- 50
cc/100 gr otak/menit dan batas terjadinya gagal transmisi di sinaps adalah sekitar 20
cc/100 gr otak/menit yang berakibat sel saraf tidak dapat berfungsi secara normal tetapi
masih ada potensi untuk pulih. Sel saraf akan mati jika CBF berkurang sampai mendekati
5 cc/100 gr otak/menit. Apabila daerah otak dengan tingkat CBF antara 10-20 cc/100 gr
otak/menit, daerah sel otak dapat pulih kembali atau berlanjut ke kematian neuronal Sel-
sel saraf yang menjadi pusat daerah stroke atau inti yang mengalami kematian segera saat
kejadian serangan stroke tejadi disebut sebagai primary neuronal injury dan area
hipoperfusi yang muncul di sekitar area inti infark, disebut sebagai penumbra iskemik.
2.6 Diagnoasis
Anamnesis
Pada anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut
mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi baik. Keadaan timbul mendadak, dapat
sedang bekerja, atau sewaktu beristirahat. Selain itu ditanyakan pula faktor-faktor risiko yang
menyertai stroke misalnya penyakit kencing manis, darah tinggi dan penyakit jantung, serta obat-
obat yang sedang dipakai. Ditanyakan pula riwayat keluarga. Pada kasus berat dengan penurunan
kesadaran, dilakukan observasi kesadaran.
Pemeriksaan Fisik
Penentuan tanda-tanda vital seperti nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu. Selain itu
tentukan juga tingkat kesadaran penderita, tentukan dengan menggunakaan Glasgow Coma
Scale.
Jika penderita sadar, tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi, disertai
pemeriksaan saraf-saraf otak dan motorik apakah fungsi komunikasi baik atau adakah disfasia.
Lakukan pemeriksaan reflex batang otak yaitu; reflex pupil terhadap cahaya, reflex
kornea, reflex okulosefalik, dan reflex okulo-vestibular.
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan kimia darah (gula darah sewaktu, faal ginjal, faal
hepar, dan profil lipid), pemeriksaan homeostasis ( PTT, APTT, viskositas plasma).
2. CT Scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan stroke infark dengan
stroke perdarahan.
Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan gambaran
hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran hiperdens.
3. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat sensitif).
4. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau
vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada
pembuluh darah.
5. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial, menentukan ada
tidaknya stenosis arteri karotis.
6. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT scan atau MRI. Pada stroke PIS
didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging atau berwarna kekuningan. Pada PSA
didapatkan LCS yang gross hemorragik. Pada stroke infark tidak didapatkan perdarahan
(jernih).
2.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana Umum
Tirah baring total dengan kepala ditinggikan paling sedikit 15-30”, paling sedikit
dua minggu
Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Stabilisasi hemodinamika (sirkulasi)
Pengendalian TIK
Pengendalian kejang
Pengendalian suhu tubuh
Tatalaksana cairan
Fisioterapi pasif beberapa kali sehari, fisioterapi aktif tidak dianjurkan dalam dua
minggu pertama
Diet makanan sesuai faktor resiko
Tatalaksana khusus
Trombolisis
Satu- satunya obat yang diakui FDA sebagai standar adalah pemakaian r-TPA (Recombinant -
Tissue Plasminogen Activator) yang diberikan pada penderita stroke iskemik dengan syarat
tertentu baik i.v maupun arterial dalam waktu kurang dari 3 jam setelah onset stroke.
Antikoagulan
Obat yang diberikan adalah heparin atau heparinoid (fraxiparine). Efek antikoagulan heparin
adalah inhibisi terhadap faktor koagulasi dan mencegah atau memperkecil pembentukkan fibrin
dan propagasi trombus. Antikoagulansia mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi
trombus. Antikoagulansia masih sering digunakan pada penderita stroke dengan kelainan jantung
yang dapat menimbulkan embolus.
Anti agregasi trombosit
Obat yang dipakai untuk mencegah pengumpulan sehingga mencegah terbentuknya trombus
yang dapat menyumbat pembuluh darah. Obat ini dapat digunakan pada TIA. Obat yang banyak
digunakan adalah asetosal (aspirin) dengan dosis 40 mg – 1,3 gram/hari. Akhir-akhir ini
digunakan tiklopidin dengan dosis 2 x 250 mg.
Neuroprotektor
Mencegah dan memblok proses yang menyebabkan kematian sel-sel terutama di daerah
penumbra. Berperan dalam menginhibisi dan mengubah reversibilitas neuronal yang terganggu
akibat ischemic cascade. Obat-obat ini misalnya piracetam, citikolin, nimodipin, pentoksifilin
Anti edema
Obat anti edema otak adalah cairan hiperosmolar, misalnya manitol 20%, larutan gliserol 10%.
Pembatasan cairan juga dapat membantu. Dapat pula menggunakan kortikosteroid.
PENCEGAHAN STROKE
1. Mengatur pola makan yang sehat
2. Menghentikan rokok
3. Menghindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat
4. Melakukan olahraga yang teratur
5. Menghindari stres dan beristirahat yang cukup
PROGNOSIS
- Sekitar 50% penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali menjalankan fungsi
normalnya.
- Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan tidak mampu bergerak,
berbicara atau makan secara normal.
- Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit.
Daftar Pustaka
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/viewFile/107/105
http://eprints.ums.ac.id/18613/9
sabel C.L.S., Samatra D.P.G.P, & Nuartha A.A.B.N. 2003. Penentuan stroke
hemoragik dan non-hemoragik memakai scoring stroke dalam Kongres Nasional V. 9-13
Juli 2003. Sanur-Bali
Black, J.M, Hawks J.H. 2006. Medical Surgical Nursing, Clinical Management
for Positive Outcomes (8th Edition). Philadelpia. WB. Saunders Company. Vol 2. 101-
115