Anda di halaman 1dari 9

SPECTROMETER

A. TUJUAN
1. Menentukan sudut puncak prisma
2. Menentukan indeks bias prisma dengan metode deviasi minimum
3. Memahami prinsip kerja spectrometer dan terampil menggunakannya
4. Mempelajari bagian-bagian spectrometer
5. Mengetahui sudut deviasi minimum

B. TEORI DASAR
Spectrometer merupakan alat yang dipakai untuk mengukur sudut simpangan (deviasi)
suatu berkas cahaya akibat adanya pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi dan
hamburan. Alat tersebut mempunyai 4 komponen utama yaitu :
Kolimator
Kolimator pada dasarnya merupakan tabung yang dilengkapi dengan sebuah lensa
akromatis pada salah satu ujung yang menghadap prisma dan sebuah celah yang dapat diatur
lebarnya. Celah tersebut digunakan untuk memperoleh berkas cahaya sejajar yang
mempunyai sudut simpangan sama untuk tiap sinar. Kedudukan celah dapat diatur dengan
tombol pada kolimator. Kolimator ini diletakkan pada tiang statis ke dasar spectrometer.
Teleskop
Komponen ini terdiri dari lensa obyektif yang menghadap ke meja spectrometer
dan sebuah okuler yang posisinya terhadap lensa obyektif dapat diatur. Okuler sendiri terdiri
dari dua lensa (lensa mata dan lensa medan) yang posisinya dapat diatur satu sama lain.
Sebagai rujukan, untuk menentukan posisi bayangan celah dengan tepat digunakan benang
silang dipasang pada bidang tegak lurus pada sumber cahaya antara lensa mata dan lensa
medan dalam okuler.Teleskop ini diletakkan pada tangkai yang dapat diputar terhadap sumbu
spectrometer. Jika dasar spectrometer horizontal, maka sumbu spectrometer vertikal dan
teleskop berputar di bidang horizontal dengan sumbunya terus menuju ke pusat rotasi yang
terletak pada garis sumbu. Sedangkan posisi teleskop terhadap kolimator atau posisi rujukan
lainnya dapat dibaca pada kedua nonius yang berlawanan posisinya dan ikut berputar dengan
teleskop.
Prisma
Prisma merupakan bagian terpenting dari spectrometer diletakkan pada meja
spectrometer.

1
Meja Spectrometer
Meja spectrometer mempunyai sumbu rotasi berimpit dengan sumbu rotasi teleskop. Meja
ini dapat diatur posisinya dengan cara menaikkan atau menurunkan atau dapat diputar dengan
melonggarkan sekrupnya kemudian menguatkannya. Pengaturan ini dapat pula digunakan
untuk mengatur tegaknya bidang pemantul.
Dengan mengukur deviasi minimum yang terjadi untuk suatu cahaya monokromatis
tertentu yang digunakan, indeks bias prisma dapat ditentukan berdasarkan formula berikut:
1
sin2(𝐷𝑚+ 𝛽)
n= 1 (1)
sin2𝛽

Dimana n adalah indeks bias prisma, Dm adalah deviasi minimum dan 𝛽 adalah sudut
puncak prisma.

TEORI TAMBAHAN
Indeks bias, indeks bias pada suatu medium dapat digunakan sebagai perbandingan antara
kecepatan cahaya dalam suatu ruang hampa dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium
dan indeks bias sendiri dapat dikatakan sebagai perbandingan cepat rambat cahaya dalam
hampa udara (c), terhadap cepat rambat cahaya dalam zat tersebut (v), atau dapat dikatakan
perbandingan sinus sudut datang terhadap sinus sudut bias.
Pembiasan cahaya merupakan pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang
batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias sendiri terbagi menjadi dua yaitu
indeks bias mutlak dan indeks bias relatif.
*Indeks bias mutlak, merupakan perbandingan kecepatan cahaya dibahan tersebut,
rumusnya adalah :
𝐶
n=
𝑉
Dimana : n = indeks bias
c = kecepatan cahaya
v = cepat rambat cahaya dimedium
*Indeks bias relatif, merupakan perbandingan indeks dua medium yang berbeda. Indeks
bias relatif medium pertama terhadap medium kedua berarti perbandingan indeks bias
medium kedua terhadap medium pertama, dan berlaku sebaliknya dengan rumus sebagai
berikut :
𝑛1
n12 =
𝑛2

2
Dimana : n12 = indeks bias relatif medium pertama dan kedua
n1 = indeks bias relatif medium pertama
n2 = indeks bias relatif medium kedua

Indeks bias relatif dapat ditulis juga sebagai berikut :


𝑛1 𝑣1
n12 = =
𝑛2 𝑣2
Dimana : V1= Laju cahaya dalam medium 1
V2= laju cahaya dalam medium 2 [1]

Hukum snellius terhadap pembiasan cahaya


Jika cahaya merambat dari medium yang kerapatannya rendah menuju medium yang
kerapatannya tinggi, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal, dan jika cahaya
merambat dari medium yang kerapatannya tinggi menuju medium yang kerapatannya rendah
maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal dan dapat dituliskan :

Sin 𝛼 = K sin 𝛽
Besar ukuran sudut bias dan sudut pelangi dipengaruhi oleh panjang gelombang dan
indeks bias masing-masing gelombang warna.
Hukum snellius sendiri adalah hukum refleksi dan hukum refraksi mengenai arah sinar
masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan pada antar muka yang halus
diantara dua material optik ialah sinar masuk, sinar yang direfleksikan dan sinar yang
direfraksikan dan normal terhadap permukaan semuanya terletak pada bidang yang sama[2]

Prisma
Prisma, merupakan zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Jika seberkas
cahaya datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias
I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkasi sinar
tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan
mendekati garis normal sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat
yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjauhi garis

1
Tipler, Paul A. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta : Erlangga
2
Giancolli C Douglas. 1998. Physics Fifth Edition. Jakarta. Erlangga

3
normal, sebab sinar datang dari zat optik ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara.
Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari
arah semula.

Gambar diatas merupakan prisma kaca yang dibatasi oleh dua segitiga dan tiga
segiempat. Dan sudut deviasi prisma sudut yang dibentuk antara sinar datang dengan arah
sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut deviasi (D)

Rumus dari sudut puncak/pembias :


𝛽 = 𝑟1 + 𝑟2
Rumus sudut deviasi :
𝛿 = 𝑖1 + 𝑟2 − 𝛽
Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma. Pada
saat bidang pembias I :
𝑆𝑖𝑛 𝑖1 𝑛𝑘
= 𝑛𝑢𝑑
𝑆𝑖𝑛 𝑟1

Pada saat bidang pembias II :


𝑆𝑖𝑛 𝑖1 𝑛𝑢𝑑
= [3]
𝑆𝑖𝑛 𝑟2 𝑛𝑘

3
Giancolli, C Douglas.2014.Principles with application. Jakarta : Erlangga

4
C. ALAT DAN BAHAN
*Alat *Bahan
1. Spectrometer prisma 1. Prisma
2. Sumber cahaya monokromatis (Lampu Natrium)

D. CARA KERJA
Persiapan
1. Mengarahkan teleskop untuk melihat benda yang jauh sehingga
terlihat jelas. Perlu diketahui bahwa berkas sinar yang masuk
teleskop dalam keadaan sejajar.
2. Meletakkan teleskop dan kolimator dalam satu garis lurus dan atur
keduanya agar tegak lurus terhadap sumber cahaya.
3. Menyinari celah dengan sumber cahaya dan atur lebarnya,
sehingga gambar celah terlihat dengan jelas pada teleskop.
4. Mengatur ketinggian meja prisma sehingga pengukuran dapat
dilakukan dengan mudah.

Pengukuran sudut puncak prisma


1. Meletakkan prisma di atas meja spectrometer sehingga sudut
yang akan diukur menghadap ke arah sumber cahaya.
2. Mendekatkan celah kolimator dengan sumber cahaya.
3. Mengatur posisi prisma agar pantulan cahaya dari kolimator
dapat dilihat okuler teleskop di dua tempat, yaitu pada kedudukan I
dan kedudukan II.

5
4. Mencatat sudut pergeseran kedudukan 𝜃. Membuktikan bahwa
besarnya sudut puncak prisma sama dengan 𝜃.
5. Mengulangi langkah 1 – 4 beberapa kali untuk meperoleh harga
rata-rata dari sudut puncak prisma.

Pengukuran sudut deviasi minimum


1. Meluruskan okuler teleskop dengan celah kolimator sampai
cahayanya terlihat jelas, dan catat posisinya. Ini disebut kedudukan I.
2. Meletakkan prisma di atas meja spectrometer, sehingga sinar dari
celah akan jatuh pada salah satu sisi prisma.
3. Memutar okuler teleskop sampai diperoleh sinar bias sembarang.
4. Sambil mengamati sinar bias melalui okuler, memutar prisma
perlahan-lahan dengan cara memutar meja spectrometer sehingga
terlihat sinar bias tersebut bergeser.
5. Memperhatikan pergerakan sinar bias tersebut melalui okuler
sampai pada suatu saat sinar tersebut berbalik arah walaupun prisma
diputar satu arah. Dengan menggeser meja spectrometer bolak-balik
di daerah itu, coba temukan tempat terjadinya pembalikan arah
sinar itu. Tempat itu disebut kedudukan II.
6. Sudut yang dibentuk oleh posisi akhir terhadap posisi okuler mula-
mula (lurus dengan celah) adalah sudut deviasi minimum, Dm.
7. Mengulangi langkah 1 hingga 6 beberapa kali untuk memperoleh
nilai rata-rata deviasi minimum.

E. PERTANYAAN AWAL

1. Berdasarkan referensi yang relavan, sebutkan cara lain dalam


menentukan indeks bias prisma. Jelaskan dengan singkat!
2. Turunkan rumus : Dm = (n-1) 𝛽 yang digunakan pada percobaan
ini!

6
3. Jelaskan apa perbedaan pemakaian rumus tersebut :
Rumus pertama : Dm = (n-1) 𝛽
Rumus Kedua : n sin ½ 𝛽 = sin ½ (Dm + 𝛽)
4. Dalam setiap percobaan hasil yang diperoleh tidak selalu sama
dengan perhitungan numerik, artinya selalu kesalahan atau error.
Jelaskan hal yang menyebabkan hal itu terjadi!

Jawab

1. Menggunakan metode sudut datang = sudut pembias prisma

a) Mencari skala sudut pada teropong dan sumber cahaya pada


suatu garis lurus
b) Meletakkan prisma sedemikian rupa hingga sudut antara titik nol
dengan sinar pantul yang diperoleh dan kedua sisi prisma akan
membentuk sudut yang sama besar! Posisi itu menunjukan
bahwa sisi lain tegak lurus terhadap sinar datang.
c) Mencari sinar bias yang keluar dari prisma menggunakan
teropong, mencatat skala sudutnya
d) Selisih deviasi sudut pada langkah c dengan skala sudut

Titik nol merupakan sudut deviasi (d)


Metode ini yaitu seberkas cahaya melewati sebuah prisma yang
apabila sudut datang sama dengan sudut pembias prisma dan d
merupakan sudut deviasi ( bukan deviasi minimum) maka berlaku :
n = √𝑠𝑖𝑛2 𝑑 + (1 + sin 𝑑 cot 𝛽𝜃)

−𝛼𝐷𝑚
2. =𝛽
𝛼𝑛

−𝛼𝐷𝑚
= n-1
𝛼𝛽

7
F. TABEL PENGAMATAN

*Untuk menentukan sudut puncak (𝛽)

Percobaan Sudut Sudut


Prisma Prisma

60° (𝜃) 45° (𝜃)

*Untuk menentukan sudut deviasi minimum (Dm)

Percobaan Sudut Sudut


Prisma Prisma

60° (𝐷𝑚) 45° (𝐷𝑚)

8
9

Anda mungkin juga menyukai