Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN PERILAKU CARING

PERAWAT TERHADAP PASIEN


(Studi Korelasi Di Ruang Asoka RSUD Kabupaten Jombang)

Ahmad Ridulloh (20170301090)

Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul

Abstrak

Perilaku caring merupakan upaya yang dilakukan perawat untuk dekat dengan klien dan
mengerti apa yang di rasakan klien sehingga perawat mampu melakukan asuhan keperawatan
dengan tepat sesuai masalah yang dialami klien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis hubungan komunikasi efektif dengan perilaku caring perawat terhadap pasien di
ruang Asoka Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang.
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar perawat di ruang asoka telah menerapkan
komunikasi efektif sebanyak (76,7%) dan telah menerapkan perilaku caring sebanyak (66,7%)
uji statistik Spearman Rank menunjukksn p value 0,014 (p value <α =0,05) dan besar
koefisien korelasi 0,446 yang berarti kekuatan korelasi sedang.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara komunikasi efektif
dengan perilaku caring perawat terhadap pasien di ruang Asoka RSUD Jombang. Sebagai
seorang perawat seharusnya lebih meningkatkan komunikasi yang efektif pada saat bertemu
pasien supaya pasien merasa nyaman dan merasa bahwa dirinya dihargai sehingga akan
meningkatkan perilaku caring perawat.

Kata kunci: komunikasi efektif, perilaku caring, perawat

Abstract

[Title: Effective Communication with Nursing Caring Behavior to Patients (Correlation


Study in the Asoka Room of Jombang District Hospital)] Caring behavior was an attempt by
the nurse for close to patient and understanding what the patient feels that the nurse is able to
perform with appropriate nursing care problem experienced by the patient. The purpose of
this study was to analyze the relathionship between effective communications with nurses
caring behavior towards patients in the room Asoka District General Hospital Jombang.
The Result showed the majority of nurse in asoka room have implemented effective
communication as much (76,7%) and has implemented caring behavior as much (66,7%)
Result Spearman Rank test showed p value of 0,014 (p value < α =0,05) and large correlation
coefficient 0,446, which means the correlation strength is medium.
The conclusion from this study that there is a relathionship between effective
communications with nurses caring behavior toward patients in the room Asoka Hospital
Hospital Jombang. As a nurse should further omprove effective communication when meeting
with patient so that patients feel comfortable and feel that they are appreciated so that will
increase caring behavior.

Keyword: effective communication, behaviour caring, nurse


1. Pendahuluan menimbulkan dampak terhadap
Perilaku caring merupakan upaya yang kesejahteraan emosional dan spiritual
dilakukan perawat untuk dekat dengan klien, meningkatkan martabat klien,
klien dan mengerti apa yang di rasakan kontrol diri, kepribadian, peningkatan
klien sehingga perawat mampu kesembuhan fisik, memberikan
melakukan asuhan keperawatan keamanan serta menimbulkan
dengan tepat sesuai masalah yang hubungan saling percaya antara
dialami klien (Potter & Perry 2009). perawat dengan klien. Menurut
Prawesti (2012) menyatakan Caring penelitian yang telah dilakukan oleh
berarti perilaku perawat dalam Chaousis (2005) menyatakan bahwa
memberikan asuhan keperawatan selama ini banyak upaya yang telah
mempunyai sifat peduli terhadap dilakukan untuk memperbaiki perilaku
keluhan klien, tidak membeda-bedakan caring antara lain adalah dengan cara
klien). Perilaku caring yang tidak meningkatkan pengetahuan perawat
dilakukan secara benar akan dengan menciptakan lingkungan
memberikan dampak, baik kepada pembelajaran yang dapat mendorong
perawat maupun pasien. Menurut perawat untuk berperilaku caring
Indrastuti (2011) Perawat yang tidak dikutip dari (Sunardi, 2012).
menerapkan perilaku caring dengan Komunikasi merupakan proses
baik maka dinilai kurang memiliki pertukaran informasi, komunikasi juga
motivasi untuk melakukan kinerja bisa diartikan sebagai proses
sesuai profesi. Perilaku caring penyampaian informasi dari pengirim
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah kepada penerima pesan (Musliha &
satunya adalah komunikasi. Menurut Fatmawati, 2010). Human & Keth
Natsir (2011) komunikasi yang baik Davis (dalam Musliha & Fatmawati,
akan meningkatkan hubungan yang 2010) menyatakan bahwa komunikasi
baik antara perawat dengan klien. adalah lewatnya informasi dari
Tingkat pengetahuan dan sikap seseorang kepada oang lain. Pada
perawat akan mempengaruhi hakekatnya komunikasi merupakan
komunikasi yang efektif, apabila pemindahan informasi dai seorang
komuikasi yang efektif antara perawat kepada orang lain baik percaya
dan klien tidak terjalin baik maka akan maupun tidak tetapi penerima harus
menurunkan motivasi perawat untuk mengerti tentang informasi yang
menerapkan perilaku caring (Sunardi disampaikan (Harold & Cyril, dalam
2012). Musliha & Fatmawati).
Perilaku Caring terhadap pasien Robbins dan Jones (1982)
merupakan esensi keperawatan yang mendefinisikan bahwa komunikasi
harus dilandasi dengan komunikasi merupakan suatu proses untuk
yang efektif yang memiliki dampak membangun hubungan antar sesama
bagi kepuasan pasien. Kepedulian, manusia melalui pertukaran informasi
empati, komunikasi yang lembut akan untuk mengubah sikap dan tingkah
membentuk hubungan yang terapeutik laku orang tersebut. Komunikasi juga
pada perawat, dengan demikian klien merupakan suatu seni untuk
akan merasa nyaman dan mengurangi mengantarkan suatu pesan dengan
tingkat stres. Ada beberapa faktor yang mudah supaya orang lain dan mengerti
mempengaruhi sifat caring antara lain dan menerima maksud dan tujuan yang
faktor individu, faktor psikologis, dan di sampaikan oleh pemberi pesan
faktor organisasi (Prabowo et al,2014). (Nursalam 2007).
Perilaku caring yang diberikan oleh
perawat terhadap klien dapat
Komponen komunikasi menurut mampu menunjukkan kematangan jiwa
Purwanto (1994) antara lain : dan semakin dapat berpikir rasional,
1. Komunikator : Orang yang bijaksana, mampu mengendalikan
memprakarsai adanya komunikasi emosi dan terbuka terhdap pandangan
2. Pesan yang akan di sampaikan orang lain. Pendapat ini didukung oleh
berupa ide, pendapat,fikiran Desller (2000) mengemukakan usia
maupun saran produktif adalah usia 25-45 tahun.
3. Saluran komunikasi adalah Tahap ini merupakan penentu seseorang
berbagai sarana yang digunakan untuk memilih bidang pekerjaan yang
oleh komunikator untuk sesuai dengan karir individu tersebut.
menyampaikan informasi kepada Pendapat berbeda dikemukakan
pihak lain, saluran informasi bisa oleh Robbins (2002/2005) bahwa
berbentuk panca indera maupun kinerja perawat menurun dengan
alat teknologi yang diciptakan oleh semakin meningkatnya umur. Robbins
manusia menegaskan Undang-undang Amerika
4. Metode komunikasi : Adalah cara menyatakan bahwa pelanggaran hukum
yang digunakan untuk melakukan bagi perusahaan yang memperkerjakan
komunikasi dengan orang lain pensiun. Zachher & Frece (2011)
5. Komunikan : Orang yang menjadi menyatakan terdapat hubungan antara
objek dari komunikasi baik dari umur dengan kinerja perawat.
pihak yang memberi komunikasi Studi-studi psikologis menyatakan
maupun yang menerima tidak ada beda signifikan dalam
komunikasi produktivitas kerja pria dan wanita.
6. Lingkungan komunikasi : Suasana Siagian (2010) mengemukakan secara
dimana komunikasi dilakukan sosial budaya pegawai perempuan yang
7. Umpan balik dari komunikan dan berumah tangga akan memiliki tugas
komunikator. tambahan. Pendapat lain yang
Caring merupakan aplikasi dari dikemukakan oleh Masitoh (2001),
proses keperawatan sebagai bentuk Aminuddin (2002) dan pandjaitan
kinerja yang ditampilkan oleh seorang (2002) mengatakan tidak ada perbedaan
perawat. Gibson, James, & John (2000) kinerja perawat perawat pria dan
mengemukakan 3 faktor yang wanita. Latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap kinerja individu mempengaruhi kerja. Siagian (2010)
meliputi faktor individu, psikologis, dan menegaskan bahwa tingkat pendidikan
organisasi. Variabel Individu perawat mempengaruhi kinerja perawat
dikelompokkan pada sub variabel yang bersangkutan Perawat yang
kemampuan dan ketrampilan, latar berpendidikan tinggi kinerjanya akan
belakang, dan demografis. Sub variabel lebih baik karena memiliki
kemampuan ketrampilan merupakan pengetahuam dan wawasan yang lebuh
faktor utama yang mempengaruhi luas dibandingkan dengan perawat yang
perilaku individu. Sub variabel berpendidikan lebih rendah. Pangewa
demografis mempunyai efek tidak (2007) menyatakan bahwa faktor
langsung pada perilaku pendidikan mempengaruhi perilaku
individu.Karakeristik demografis kerja. Makin tinggi pendidikan akan
meliputi usia, jenis kelamin, latar berhubungan positif terhadap perilaku
belakang pendidikan, masa kerja kerja seseorang.
(Gibson,James, & John, 2001). Usia Variabel psikologis merupakan hal
berkaitan dengan tingkat kedewasaan yang kompleks dan sulit di ukur.
seseorang. Siagian (2010) menyatakan Variabel ini terdiri atas sub variabel
bahwa semakin usia maka semakin sikap, kepribadian, belajar, dan
motivasi. Faktor ini banyak dipengaruhi beberapa tahap komunikasi yang harus
oleh keluarga, tingkat sosial, dilaksanakan atau benar-benar harus di
pengalaman, dan karakteristik kuasai oleh seorang perawat
demokratis (Gibson, James, dan diantaranya adalah komunikasi sebelum
John,2000). Sikap mencerminkan melakukan tindakan kepada pasien,
bagaimana seseorang merasakan komunikasi pada saat melakukan
mengenai sesuatu. Sikap adalah tindakan dan komunikasi setelah
pernyataan atau pertimbangan melakukan tindakan keperawatan.
evaluative (menguntungkan atau tidak Semua dari tahapan komunikasi
menguntungkan) mengenai objek, tersebut harus di aplikasikan pada saat
orang dan peristiwa (Riani,2011). pemberian asuhan keperawatan kepada
Pemahaman tentang sikap dalam pasien supaya timbul hubungan yang
keperawatan adalah penting karena baik antara perawat dengan pasien.
sikap mempengaruhu kinerja perawat. Perilaku caring merupakan fokus
Persepsi merupakan suatu proses pelayanan dalam keperawatan, caring
mental yang terjadi pada manusia yang digambarkan sebagai cita-cita moral
di tafsirkan melalui indera. Persepsi keperawatan, perawat yang mempunyai
merupakan suatu proses dimana kepedulian tinggi dalam memberikan
individu-individu mengorganisasikan asuhan keperawatan adalah perawat
dan menafsirkan kesan-kesan indera yang mempunyai sifat caring. Hal ini
mereka agar memberi makna bagi didukung oleh teori yang dikemukakan
lingkungannya (Robbins 2002/2005). oleh potter dkk (2009) yang
Faktor yang mempengaruhi persepsi menyatakan bahwa caring adalah
seseorang adalah karakteristik individu perhatian perawat terhadap klien dalam
meliputi sikap, motif, kepentingan, dan jurnal keperawatan Abdul, Saleh,
pengharapan.Setiap orang cenderung Sjattar Jurnal Keperawatan Akademi
mengembangkan motivasi tertentu . Keperawatan Kabupaten Buton (2011).
Motivasi adalah kekuatan yang di miliki Perasaan peduli terhadap klien di
seseorang yang melahirkan intensitas pengaruhi oleh komunikasi yang efektif
dan ketekunan yang dilakukan secara dan intervensi fisik yang dilakukan oleh
sukarela (Sopiah,2009). Motivasi terjadi perawat (Watson,2008).Dengan
atas 2 macam, yaitu motivasi intrinsik memberikan komunikasi yang efektif
dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik maka akan terbentuk hubungan yang
merupakan keinginan yang besar yang baik dengan klien, klien akan merasa
timbul dari dalam individu untuk nyaman dan merasa bahwa dirinya
mencapai tujuan-tujuan dalam dihargai sehingga perilaku caring
hidupnya. Motivasi ekstrinsik perawat akan muncul. Perawat dalan
merupakan motivasi yang bersumber komunikasi tidak hanya memandang
dari luar diri yang menjadi kekuatan klien sebaga penderita yang berbaring
bagi individu tersebut untuk meraih tidak berdaya, tetapi ada beberapa hal
tujuan hidupnya, seperti pengaruh yang harus di perhatikan misalnya
atasan, teman kerja, keluarga dll. tentang usia dan tahap tumbuh kembang
Komunikasi yang efektif diartikan klien dalam penelitian Nurlaili Hidayati
sebagai proses pertukaran informasi Fakultas Kesehatan Universitas
atau penyampaian informasi yang Muhamadiyah Surakarta (2013).
dilakukan dengan baik sehingga Caring adalah bagian pokok dalam
penerima pesan mampu mengerti praktik pelayanan keperawatan karena
mengenai isi pesan yang disampaikan caring merupakan suatu pendekatan
oleh pemberi pesan. Di dalam proses yang dinamis, perawat dituntut untuk
pemberian asuhan keperawatan terdapat meningkatkan kepeduliannya kepada
klien. Beberapa faktor yang perawat menjadi pusat pelayanan
mempengaruhi Perilaku Caring antara kesehatan di Rumah Sakit, Oleh
lain faktor Individu , faktor psikologi, karena itu perawat perlu menerapkan
faktor organisasi. Caring terdiri dari kemampuan komunikasi yang efektif
lima kategori atau proses yang meliputi untuk meyakinkan pasien bahwa
Mengetahui (Knowing), Kehadiran atau pelayanan yang akan di terima benar-
keberadaan (Being with), Melakukan benar berkualitas.
(Doing for), Memungkinkan Komunikasi yang efektif diartikan
(Enabling), Mempertahankan sebagai proses pertukaran informasi
kepercayaan (Monitoring belief). atau penyampaian informasi yang
Komunikasi merupakan suatu proses dilakukan dengan baik sehingga
untuk membangun hubungan antar penerima pesan mampu mengerti
sesama manusia melalui pertukaran mengenai isi pesan yang disampaikan
informasi untuk mengubah sikap dan oleh pemberi pesan. Di dalam proses
tingkah laku orang tersebut. Beberapa pemberian asuhan keperawatan
faktor yang mempengaruhi Komunikasi terdapat beberapa tahap komunikasi
antara lain adalah Perkembangan, yang harus dilaksanakan atau benar-
Persepsi, Nilai, Latar belakang sosial benar harus di kuasai oleh seorang
dan budaya, Emosi, Jenis Kelamin, perawat diantaranya adalah
Pengetahuan, Peran dan Hubungan, komunikasi sebelum melakukan
Lingkungan, Jarak. Tahapan tindakan kepada pasien, komunikasi
komunikasi dalam keperawatan dibagi pada saat melakukan tindakan dan
dalam 3 tahapan yaitu tahap persiapan komunikasi setelah melakukan
(pra-interaksi), tahap perkenalan tindakan keperawatan. Semua dari
(orientasi), tahap kerja, tahap terminasi. tahapan komunikasi tersebut harus di
2. Pembahasan aplikasikan pada saat pemberian
Komunikasi Efektif Perawat Terhadap asuhan keperawatan kepada pasien
Pasien di ruang Asoka Rumah Sakit supaya timbul hubungan yang baik
Umum Daerah Kabupaten Jombang antara perawat dengan pasien.
Dari hasil penelitian Berdasarkan Pendapat ini sesuai teori yang
tabel 5.5 menunjukkan bahwa nilai dikemukakan oleh Stuart G.W (1998)
komunikasi efektif didapatkan hampir yang menyatakan bahwa terdapat
seluruhnya dari total responden beberapa tahapan komunikasi dalam
sebanyak 30 perawat yaitu 23 perawat keperawatan antara lain tahap
termasuk dalam kategori efektif persiapan/Pra-interaksi, tahap
(76,7%). Penerapan komunikasi yang perkenalan/orientasi, tahap kerja, tahap
efektif ini disebabkan karena terminasi. Hibdon (2000) menyatakan
kesadaran perawat yang semakin bahwa dengan komunikasi yang
meningkat tentang pentingnya terbuka, jujur, dan menerima klien apa
membina komunikasi yang efektif dan adanya, perawat akan meningkatkan
terbuka sehingga tercapai hubungan kemampuan klien dalam membina
yang saling percaya dengan pasien hubungan saling percaya. Hal yang
untuk dapat memahami permasalahan sama diungkapkan oleh Roger (1974)
pasien dan tepat dalam memberikan yang mengemukakan bahwa
asuhan keperawatan. Status Rumah komunikasi dan hubungan yang
Sakit Umum yang menjadi pusat mendalam yang digunakan antar
rujukan di daerah Jombang dan telah perawat dan klien merupakan area
terakreditasi KARS yang lebih untuk mengekspresikan kebutuhan,
mengedepankan pelayanan dan memecahkan masalah dan
kepuasan pasien menyebabkan meningkatkan koping.
Hal ini sesuai dengan penelitian karena komunikasi yang efektif juga
yang di lakukan oleh Rosiatul Husna akan berdampak terhadap kenyamanan
(2009)di Rumah Sakit Siti Khodijah klien.
sepanjang dari hasil penelitian Perilaku Perilaku caring merupakan
didapatkan bahwa perawat telah sikap perhatian atau sikap menghargai
konsisten menerapkan komunikasi yang berarti perawat berupaya
yang efektif. Dari total responden memahami peristiwa yang bermakna
perawat 40 orang yang di evaluasi dalam kehidupan pasien, perawat hadir
menggunakan alat ukur kuesioner secara fisik dihadapan klien dan
tentang penerapan komunikasi yang mampu berbagi perasaan dengan
efektif dalam berinteraksi dengan klien pasien, memberikan kenyamanan,
didapatkan data bahwa semua atau melindungi dan menjadi kepercayaan
100% menyatakan telah menerapkan bagi pasien, mendampingi klien dalam
komunikasi yang efektif. melalui perubahan kehidupan, dan
Hasil penelitian yang dilakukan membina sikap penuh percaya.
oleh peneliti menunjukkan bahwa Perilaku Caring Perawat terhadap
perawat di ruang Asoka telah Pasien di ruang Asoka Rumah Sakit
menerapkan komunikasi yang efektif , Umum Daerah Kabupaten Jombang
namun kenyataanya ditemukan Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan
terdapat 27% perawat kurang efektif bahwa nilai perilaku caring
dalam melakukan komunikasi, masih didapatkan bahwa sebagian besar
ada jawaban dari responden yang responden yaitu sebanyak 20 perawat
menjawab kadang-kadang, jarang, (66,7%) termasuk dalam kriteria baik.
dantidak pernah sebanyak > 50% Perilaku caring dapat diartikan sebagai
khususnya pernyataan perawat dalam sifat peduli terhadap keadaan yang
mengeksplorasi perasaan, frustasi, dialami oleh klien. Perilaku caring
ketakutan diri, emosional. Selain itu, merupakan sikap perhatian atau sikap
masih ada pernyataan perawat dalam menghargai yang berarti perawat
membuat rencana pertemuan dengan berupaya memahami peristiwa yang
pasien. Peneliti berasumsi bahwa bermakna dalam kehidupan pasien,
sebagian perawat masih dalam perawat hadir secara fisik dihadapan
kategori kurang efektif dalam klien dan mampu berbagi perasaan
melakukan komunikasi , hal ini bukan dengan pasien, memberikan
semata-mata karena ketidakmampuan kenyamanan, melindungi dan menjadi
perawat dalam melakukan komunikasi kepercayaan bagi pasien,
namun karena beban kerja perawat mendampingi klien dalam melalui
yang tinggi dan ketidakseimbangan perubahan kehidupan, dan membina
antara jumlah perawat dan pasien sikap penuh percaya.
sehingga perawat merasa terburu-buru Pernyataan ini didukung teori
dan kurang fokus dalam melakukan swanson (1991) bahwa terdapat sikap
tindakan asuhan keperawatan. Dengan perawat yang berhubungan dengan
penerapan komunikasi yang efektif perilaku caring meliputi mengetahui,
diharapkan dapat mengurangi keluhan kehadiran, sentuhan, kasih sayang,
masyarakat tentang buruknya mendengarkan dan memahami pasien.
pelayanan keperawatan. Meskipun Sentuhan merupakan bentuk
demikian sebaiknya dalam melakukan komunikasi non verbal yang dapat
tindakan asuhan keperawatan seorang mempengaruhi kenyamanan
perawat jangan hanya berfokus klien.Perilaku caring sangat penting
terhadap waktu tetapi juga harus dalam pemberian asuhan keperawatan
memperhatikan terhadap komunikasi, sebagai bentuk pelayanan kesehatan
kepada pasien demi terwujudnya menunjukkan bahwa sebanyak 11
pelayanan yang maksimal dan perawat (36,7%) berumur antara 25-35
berkualitas. Semakin tinggi perilaku tahun dan memiliki perilaku caring
caring perawat maka klien dan baik, hal ini berarti perawat di ruang
keluarga akan merasa bahwa dirinya Asoka RSUD Jombang berada pada
dihargai sehingga hubungan antara kelompok umur yang produktif untuk
perawat dengan pasien maupun bekerja, ada hubungan yang bermakna
keluarga pasien akan terbina dengan antara umur dan perilaku caring.
baik. Hal ini sesuai dengan teori Desller
Hal ini sejalan dengan penelitian (2000) mengemukakan usia produktif
yang dilakukan oleh Wicaksono dan adalah usia 25-35 tahun. Tahap ini
prawesti yang dilakukan di Instalasi merupakan penentu seseorang untuk
Rawat Inap Kelas Rumah Sakit Baptis memilih bidang pekerjaan yang sesuai
Kediri, yang menyimpulkan bahwa dengan karir individu tersebut.
sebanyak 49 (51%) responden dari Menurut peneliti seiring dengan
perawat memiliki nilai caring bertambahnya usia akan terjadi
keperawatan yang baik. Hasil perubahan fisik dan psikologis yang
penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan menyebabkan penurunan
menunjukkan bahwa perilaku caring motivasi dalam melakukan pekerjaan
perawat di ruang Asoka Rumah Sakit mereka akan menganggap bahwa
Umum Daerah Kabupaten Jombang perilaku caring adalah hal sepele. Hal
sudah termasuk dalam kategori baik, ini tentunya akan berpengaruh
namun kenyataanya masih terdapat terhadap perilaku caring perawat pada
responden sebanyak yang mempunyai saat memberikan asuhan keperawatan.
perilaku caring cukup sebanyak 10 Hasil penelitian menunjukkan
perawat (33,3%), berdasarkan tabel 5.6 bahwa perilaku caring perawat baik
menunjukkan bahwa masih ada pada responden berjenis kelamin
jawaban dari responden yang perempuan yaitu sejumlah 15 (50%).
menjawab kadang-kadang, jarang, Laki-laki dan perempuan memiliki
tidak pernah sebanyak >50% kelembutan hati dan sikap peduli yang
khususnya pernyataan perawat dalam berbeda. Perempuan memiliki
menanyakan kepada pasien tentang kelembutan hati dan rasa perhatian
bagaimana klien ingin diperlakukan. yang lebih besar, Berdasarkan hasil
Peneliti berasumsi bahwa perawat penelitian yang di lakukan Sunardi di
sebagai pusat pelayanan kesehatan RSWH Malang didapatkan sebagian
dalam memberikan asuhan besar perawat pelaksana adalah
keperawatan terhadap pasien perempuan sebanyak (79,2%) Manajer
seharusnya tidak hanya berfokus personalia cenderung melakukan
terhadap pengobatan dan penyakitnya , rekruitment pada tenaga kerja
tetapi juga harus memperhatikan perempuan. Perempuan lebih empati
proses pada saat melakukan asuhan dan mampu memahami perasaan orang
keperawatan seperti sikap peduli, lain dengan lebih baik (Robbin &
perhatian, saling menghargai dan Jugde, 2007). Muadi (2009) yang
mengerti apa yang dirasakan oleh menyatakan bahwa tidak ada
pasien. hubungan antara jenis kelamin dengan
Ada beberapa faktor yang dapat kemampuan melakukan asuhan
mempengaruhi perilaku caring antara keperawatan, tetapi perempuan
lain adalah umur, jenis kelamin,tingkat cenderung menganalisis suatu
pendidikan, dan masa kerja . permasalahan secara lebih mendalam
Berdasarkan hasil penelitian dan seksama sebelum mengambil
keputusan di bandingkan dengan laki- melakukan supervise pada perawat
laki, sehingga akan berperilaku etika pelaksana untuk mengkaji
lebih baik. permasalahan keperawatan yang sering
Menurut Peneliti antara jenis terjadi, mengirimkan dari staf perawat
kelamin perempuan dan laki-laki ke organisasi kesehatan lain untuk
memiliki karakteristik yang berbeda mengikuti pelatihan caring.
salah satunya terbukti pada saat Hasil penelitian menyatakan
melakukan tindakan ke pasien perawat sejumlah 10 (33,3%) perawat dalam
perempuan lebih lembut dan sabar masa kerja antara 1-5 tahun dan
dalam menangani pasien. memiliki perilaku caring baik. Ada
Hasil penelitian menyatakan hubungan yang bermakna antara masa
berdasarkan menunjukkan bahwa kerja dengan perilaku caring perawat,
sebagian besar respondensejumlah 17 rata-rata perawat di ruang Asoka
(56,7%) perawat dengan termasuk dalam kategori junior , Hasil
tingkat pendidikan D3 penelitian supratman (2002)
keperawatan dan memiliki perilaku menyatakan bahwa tidak ada
caring yang baik . Ada hubungan yang perbedaan yang bermakna ketrampilan
bermakna antara tingkat pendidikan asuhan. pasien berdasarkan masa
dan perilaku caring. Teori siagian kerja.Siagian (2010) menyatakan masa
(2010) menegaskan bahwa tingkat kerja adalah lama seorang perawat
pendidikan perawat mempengaruhi bekerja pada suatu organisasi yaitu
kinerja dan motivasi melakukan dimulai dari perawat resmi dinyatakan
perilaku caring perawat yang sebagai pegawai atau karyawan tetap
bersangkutan. Perawat yang rumah sakit. Masa kerja perawat
berpendidikan tinggi perilaku merupakan salah satu faktor yang
caringnya akan lebih baik karena berpengaruh terhadap kinerja perawat.
memiliki pengetahuan dan wawasan Siagian (2002) menyatakan bahwa
yang lebuh luas dibandingkan dengan semakin lama seseorang bekerja maka
perawat yang berpendidikan lebih akan semakin matang secara teknis
rendah. Sofiana dan Purwadi (2006) dan psikologis yang menunjukan
membuktikan bahwa perawat dengan kematangan jiwanya.
S1 Keperawatan mempunyai efisiensi Menurut Peneliti perbedaan hasil
kerja yang lebih baik dibandingkan penelitian dengan teori terkait dengan
perawat yang pendidikan lebih rendah. masa kerja dengan perilaku caring
Hal ini tidak sesuai dengan perawat, karena adanya rotasi
kenyataan yang ditemukan oleh perawatyang selama ini dilaksanakan
peneliti karena sebagian besar perawat hanya untuk perawat yang junior,
diruang Asoka RSUD jombang sedangkan perawat yang senior tidak
memiliki tingkat pendidikan D3 secara rutin dilakukan. Hal ini
keperawatan tetapi perilaku caring di membuat perawat junior mempunyai
ruangan Asoka sudah berjalan dengan keunggulan dalam hal ketrampilan dan
baik. Menurut peneliti berasumsi berinteraksi dengan berbagai jenis
bahwa pihak rumah sakit perlu pasien dengan kasus yang berbeda,
meningkatkan pengetahuan perawat sehingga mempunyai pengalaman
dengan menciptakan lingkungan caring yang lebih baik.
pembelajaran yang dapat mendorong Hubungan Komunikasi Efektif
perawat agar berperilaku caring. Dengan perilaku Caring Perawat
Strategi yang dapat di gunakan yaitu Terhadap Pasien di ruang Asoka
menyediakan perpustakaan yang berisi Rumah Sakit Umum Daerah
buku-buku atau jurnal keperawatan, Kabupaten Jombang Setelah dilakukan
uji statistik Spearman’s Rho komunkasi yang efektif dalam
menggunakan SPSS, berdasarkan pada memberikan asuhan keperawatan ,
taraf kemaknaan yang ditetapkan α < agar tercipta hubungan yang baik
0,05 didapatkan ρ = 0,014 dimana ρ < antara perawat dengan klien sehingga
α yang berarti H1 diterima dan berarti akan berpengaruh terhadap proses
ada hubungan komunkasi efektif penyembuhan dan kesehatan klien,
dengan perilaku caring perawat sehingga klien merasa bahwa ia di
terhadap pasien ruang Asoka Rumah hargai dan di pedulikan. Untuk
Sakit Umum Daerah Kabupaten mengantisipasi supaya komunikasi
Jombang. efektif dan perilaku caring tetap
Sesuai dengan pernyataan Watson terlaksana dengan baik perlu diadakan
(Potter & Perry,2009) Perilaku caring evaluasi secara rutin oleh kepala
dikatakan baik apabila perawat dalam ruangan dan perlu diadakan
memberikan asuhan keperawatan pendidikan dan pelatihan tentang
pasien sesuai dengan aspek dasar yaitu komunikasi dan perilaku caring
penerimaan, perhatian, tanggung perawat.
jawab, komunikasi yang efektif . 3. Kesimpulan
Perawat yang diinginkan klien adalah Berdasarkan hasil penelitian dapat
perawat yang mempunyai sifat baik, dirumuskan kesimpulan sebagai
murah senyumm, sabar, mampu berikut: Perawat di ruang Asoka
berbahasa yang mudah dipahami, Rumah Sakit Umum Daerah
keinginan menolong yang ikhlas, dan Kabupaten Jombang Hampir
mampu menghargai klien. Perawat seluruhnya telah menerapkan
juga diharapkan selalu ada disamping komunikasi secara efektif. Perawat di
klien, siap dan tanggap terhadap ruang Asoka Rumah Sakit Umum
berbagai kebutuhan klien dan turut Daerah Kabupaten Jombang Sebagian
merasakan apa yang sedang dialami besar telah menerapkan perilaku
oleh klien (Meyers, Gray & Kitson, caring secara baik. Terdapat
2008). Hubungan antara komunikasi efektif
Hasil ini diperkuat dengan dengan perilaku caring perawat
penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili terhadap pasien di ruang Asoka
Hidayati yang menyatakan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah
perasaan peduli terhadap klien di Kabupaten Jombang.
pengaruhi oleh komunikasi yang
efektif dan intervensi fisik yang
dilakukan oleh perawat Daftar Pustaka
(Watson,2008).Dengan memberikan Abdul, Saleh.A. Sjattar.E.L, 2011, Hubungan
komunikasi yang efektif maka akan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
terbentuk hubungan yang baik dengan [Internet]. [Sitasi 2017 februari 18].
klien, klien akan merasa nyaman dan Available from:
merasa bahwa dirinya dihargai http://pasca.Unhas.ac.id/jurnsl/files/e403ff
sehingga perilaku caring perawat akan 6b6bf1791519e89042 e6af03a2.pdf&ved.
muncul. Perawat dalan komunikasi Arifin, A., 2015, Hubungan Beban Kerja
tidak hanya memandang klien sebaga Dengan Perilaku caring
penderita yang berbaring tidak Perawat Di ruang Rawat
berdaya, tetapi ada beberapa hal yang Inap , Skripsi Skep,Stikes
harus di perhatikan misalnya tentang Insan Cendekia
usia dan tahap tumbuh kembang. Medika, Jombang, hh.02
Dalam hal ini peneliti berasumsi, Husna, A,R.,Sumarliyah,E.,&
perawat diharuskan menerapkan Tipo,A,2009,Hubungan
Komunikasi Terapeutik perawat
Dengan Kepuasan Pasien
Dalam Pelayanan Keperawatan
Di Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang,vol.02,No.1,hh.42.
Morrison & Paul., 2009. Caring and
Comunicating;Hubungan
Interpersonal Dalam Keperawatan,
2rd edn., EGC. Jakarta
Natalia, Listyani.,2012, Hubungan
Perilaku Caring Perawat Dengan
Tingkat Kecemasan Anak Usia
Sekolah Yang Dirawat di Ruang
Perawatan Anak RSUD
Panembahan Senopati , Jurnal
Keperawatan, vol.1.No.1
Qomariah & Lidiyah, 2015,
Hubungan Faktor
Komunikasi Dengan
Insiden Keselamatan
Pasien, vol.06, No.02,
hh.167.
Sunardi, 2014, Analisis Perilaku Caring
Perawat Pelaksana, Jurnal
Keperawatan, vol.5,No.1,hh.3.

Zees, Rini Fahriani.,2011, Analisis


faktor-faktor Organisasi
yang berhubungan dengan
Perilaku caring Perawat
Pelaksana Di Ruang Inap
RSUD PROF.DR.H.Aloe
Saboe Kota
Gorontalo.Tesis, Fakultas
Keperawatan Universitas
Indonesia, Jakarta, hh.13

Anda mungkin juga menyukai