Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KELOMPOK

Clean Water And Sanitation

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Lingkungan

Dosen Pengampu: Salamah Agung, M.A, Ph.D.

Disusun Oleh :

Mutiah Aminy (11170162000007)

Febririzkyani (11170162000015)

Madroup (11170162000020)

Aji Fauzi Ridwan (11170162000023)

Safinah Adiliyah (11170162000024)

Erica Anna Pratiwi (11170162000027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Segala Puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Clean Water And
Sanitation guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan.

Kami tidak lupa menyampaikan rasa syukur dan terimakasih kepada


pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini,
terutama kepada dosen mata kuliah Kimia Lingkungan Ibu Salamah Agung,
MA.,Ph.D. yang telah membantu dan memberi dukungan kepada kami. Tidak ada
yang sempurna di dunia ini melainkan Allah SWT, maka makalah ini pun tidak
luput dari segala kekurangan. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik dan
saran dari para pembaca. Dan kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun dan pembaca.

Ciputat, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


2.1. Rasional Clean Water and Sanitation Menjadi Goals .................. 3
2.2. Program Clean Water and Sanitation ............................................4
2.3. Output Clean Water and Sanitation ............................................... 10
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 23

3.1. Simpulan ....................................................................................... 23

3.2. Saran ............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Air dan Sanitasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Setiap
ada air minuman atau air bersih maka pasti akan ada air limbah. Tidak
kurang dari 85% air bersih berubah menjadi air limbah. Sebagai gambaran,
apabila satu orang menggunakan 100 liter air per hari untuk minum,
mandi, cuci, maka air yang dibuang menjadi air limbah sekitar 85 liter per
hari. Oleh karenanya, pengenlolaan air bersih akan berkaitan pula dengan
pengelolaan sanitasi.
Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen yang sangat
penting untuk menunjang kesehatan manusia. Sayangnya pemenuhan akan
kebutuhan air bersih dan sanitasi belum sepenuhnya berjalan dengan baik
di beberapa belahan dunia. Sebenarnya terdapat cukup air bersih di planet
ini untuk memenuhi kebutuhan mendasar tersebut. Namun, karena kondisi
ekonomi yang lemah atau infrastruktur yang buruk, jutaan orang
meninggal dunia setiap tahunnya karena berbagai penyakit yang terkait
dengan pasokan air yang tidak memadai dan sanitasi yang buruk. Saat ini
diperkirakan 1,1 miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap
pasokan air bersih dan 2,6 miliar orang kekurangan sanitasi yang memadai
(UNICEF & WHO, 2004). Bahkan setiap harinya hampir 1.000 anak
meninggal dunia karena penyakit-penyakit yang terkait dengan buruknya
kualitas air dan sanitasi (PBB, 2015).
Menghadapi tantangan ini dan berbagai tantangan global lainnya,
komunitas internasional yang difasilitasi oleh PBB mengadopsi 17 tujuan
sebagai bagian dari agenda global baru (new global agenda) yang dikenal
dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDGs). SDGs merupakan kelanjutan dari Millenium
Development Goal (MDGs) yang telah berakhir pada tahun 2015. Lebih
lanjut, dari 17 tujuan tersebut, tujuan yang keenam (SDG 6) adalah air

1
bersih dan sanitasi dengan tujuan utama menjamin ketersediaan air bersih
dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang (Vita Elysia. 2018 :
157-158).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan air ?
2. Apa alasan clean water and sanitation menjadi salah satu goals
pembangunan berkelanjutan ?
3. Apa saja program-program clean water and sanitation ?
4. Apa output yang akan dihasilkan dari program sustainabel
development goals (SDG) ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari air
2. Mengetahui alasan air bersih menjadi salah satu goals pembangunan
berkelanjutan
3. Mengetahui program-program yang ingin dicapai dan program yang
dirancang dari clean water and sanitation
4. Mengetahui output yang dihasilkan dari program sustainabel
development goals (SDG)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alasan atau rasional komponen “Water and Sanitation” menjadi salah
satu goal.
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Kebutuhan dasar kehidupan tidak
lain adalah air. Tanpa air, kehidupan tidak akan dapat berlangsung. Air
merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
baik untuk konsumsi maupun untuk kepentingan lain. Namun, air bersih
semakin sedikit persediaannya karena banyak sumber daya air yang
tercemar (Khiatuddin, 2003).

Di daerah perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan,


dan sebagainya. Air bersih makin sulit didapat. Hal ini bisa dilihat dari
sungai-sungai maupun got-got yang mengalir di daerah tersebut sebagian
besar berwarna hitam dan berbau menyengat. Di Jakarta, kebutuhan air
warga Jakarta baru terpenuhi 60% padahal terdapat 13 sungai di Jakarta.
Hal tersebut terjadi karena pengolahan serta pemanfaatan air yang belum
tepat dan maksimal (Harumi, 2016). Selain itu menurut Riskesdas (2010),
akses air bersih di Jakarta telah mengalami penurunan dari 63% pada 2007
menjadi 28% pada tahun 2010 (UNICEF INDONESIA, 2012).

Krisis air adalah masalah yang sangat mendesak untuk diselesaikan


karena menyangkut kebutuhan dasar makhluk hidup, baik hewan,
tumbuhan, maupun manusia yang secara tidak langsung juga berpengaruh
terhadap derajat kesehatan manusia. Diperlukan suatu inovasi untuk
mmecahkan masalah krisis air ini. Berikut penulis paparkan alternative
pemecahan masalah krisis air bersih dari beberapa sumber:

3
1. Rain Water Filtration System
Konsep RWF System (Rain Water Filtration System) ini adalah
menampung air hujan selama mungkin, dan menyaringnya menjadi air
bersih. RWF System dapat diterapkan di daerah perkotaan sebagai
sistem pengolahan air hujan menjadi air bersih agar dapat digunakan
kembali dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pemfilteran air
hujan, RWF System menggunakan zeolite yakni senyawa zat kimia
alumino-silikat berhidrat dengan kation natrium, kalium, dan barium
(Supriyati, 2015).
2. Pemanfaatan Kanal Banjir Timur (KBT)
Yaitu dengan menjaga kualitas air di kanal tersebut agar bebas
dari sampah atau limbah yang diteruskan melalui sungai.
3. Konservasi Air Tanah
Konservasi tanah dapat dilakukan dengan membuat sumur
resapan. Konstruksi sumur resapan yang ideal sebaiknya memiliki
sistem penyaringan air dan kelebaran lubang sumur yang standar
(Adlina, 2011).
4. Teknologi Pengelolaan Air Bersih
Teknologi pengelolaan air bersih diklaim dapat mempercepat
peningkatan akses sanitasi dan mengatasi kelangkaan air, khususnya
bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan (Prima, 2016).
5. Desalinasi Air Laut
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya air
laut yang besar untuk diolah menjadi air bersih atau air minum. Salah
satu teknologi yang dapat digunakan adalah desalinasi air laut (Prima,
2016).

4
2.2 Program – Program Clean Water and Sanitation SDG’s :
A. Program Yang Ingin Dicapai
Sasaran capaian pada SDG 6 yang dimaksud dalam Gambar 6 adalah
sebagai berikut :
 Peningkatan kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghilangkan timbulan sampah serta mengurangi pembuangan
bahan kimia berbahaya, dan mengurangi hingga separuh proporsi
air limbah yang tidak ditangani serta meningkatkan guna ulang dan
daur ulang aman secara global
 Peningkatan efisiensi penggunaan air di semua sektor dan
memastikan keberlangsungan pengambilan dan pasokan air tawar
untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial menurunkan
jumlah masyarakat yang menderita kelangkaan air
 Penerapan pengelolaan sumberdaya air terpadu di semua tingkatan,
termasuk melalui kerjasama lintas batas yang sesuai
 Perlindungan dan perbaikan ekosistem yang terkait air, termasuk
pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, akuifer dan danau
 Perluasan kerjasama dan pengembangan kapasitas dukungan
internasional untuk negara-negara berkembang dalam kegiatan
ataupun program yang berhubungan dengan air bersih dan sanitasi,
termasuk pemeliharaan sumber air, desalinasi, efisiensi air,
pengolahan air limbah, teknologi daur ulang dan guna ulang
 Penguatan dan dukungan partisipasi masyarakat lokal dalam
meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi.
 Akses air minum universal dan layak yang aman dan terjangkau
bagi semua
 Akses sanitasi dan kebersihan yang memadai dan layak untuk
semua, dan mengakhiri buang air besar sembarangan (BABS),
memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan
anak perempuan dan orang-orang dalam situasi rentan;

(Vita Elysia. 2018 : 159).

Target program yang menjadi tujuan SDG nomor 6 “Sanitasi dan Air Bersih”
antara lain :

1. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan adil terhadap air minum
yang aman dan terjangkau untuk semua
2. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang
layak dan adil untuk semua dan mengakhiri buang air di tempat terbuka,
dengan memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan
anak perempuan serta mereka yang berada dalam situasi rentan

5
3. Pada tahun 2030, memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghapuskan pembuangan limbah dan meminimalisir pembuangan
bahan kimia dan materi berbahaya, mengurangi separuh dari proporsi air
limbah yang tidak diolah dan secara substansial meningkatkan daur ulang
dan penggunaan ulang yang aman secara global
4. Pada tahun 2030, secara substantif meningkatkan penggunaan air secara
efisien di semua sektor dan memastikan pengambilan dan suplai air bersih
yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial
mengurangi jumlah orang yang mengalami kelangkaan air
5. Pada tahun 2030, mengimplementasikan pengelolaan sumber air yang
terintegrasi pada setiap level, termasuk melalui kerjasama antarbatas
selayaknya
6. Pada tahun 2020, melindungi dan memperbaiki ekosistem terkait air,
termasuk pegunungan, hutan, rawa, sungai, resapan air dan danau
7. Pada tahun 2030, memperbanyak kerjasama internasional dan dukungan
pengembangan kapasitas kepada negara-negara berkembang dalam
aktivitas dan program terkait air dan sanitasi, termasuk water harvesting,
desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah, teknologi daur ulang dan
penggunaan ulang.
8. Mendukung dan menguatkan partisipasi masyarakat lokal dalam
memperbaiki pengelolaan air dan sanitasi

(United Nations Development Programme, https://www.undp.org).

B. Program Yang Dirancang


Program-program yang dilakukan pada SDG 6 antara lain :
 Mengakhiri musim kering dengan manajemen air berkelanjutan.
Di seluruh dunia lebih dari satu miliar orang hidup tanpa air
bersih. Dan tidak ada tantangan yang lebih mendesak daripada di
Ghana, di mana sekitar seperempat negara, atau hampir enam juta
orang, bergantung pada air permukaan, membuat mereka rentan
terhadap penyakit terkait air. Situasinya bahkan lebih mengerikan
di utara negara itu, di mana hampir 50 persen orang tidak memiliki
air minum yang aman.
United Nation Development Programme (UNDP) bekerja
sama dengan pemerintah Ghana dengan proyek Dana Adaptasi
untuk membantu negara beradaptasi dengan perubahan iklim,
meningkatkan pengelolaan airnya dan mempromosikan mata
pencaharian berkelanjutan di masyarakat pedesaan. Proyek ini
membangun dan merehabilitasi bendungan kecil dan lubang bor di
seluruh Ghana utara, bersama dengan sistem irigasi surya, panen
air hujan, dan irigasi.
Pekerjaan ini berarti bahwa air sekarang tersedia untuk
masyarakat lokal bahkan selama musim kemarau. Petani sekarang

6
dapat mengolah tanah mereka dan bercocok tanam sepanjang
tahun. Komponen mata pencaharian proyek ini menyediakan
sarang sehingga petani dapat memelihara lebah untuk madu, dan
ekstraksi minyak kacang tanah yang berarti kelompok perempuan
dapat menghasilkan shea butter.
Petani sekarang dapat mengolah tanah mereka dan
bercocok tanam sepanjang tahun. Masyarakat telah menciptakan
perusahaan kecil yang bekerja untuk menanam, memanen,
memproduksi, mengolah, dan memasarkan shea butter.
Lebih dari 60 persen masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan.
Secara tradisional di Ghana, perempuan juga bertanggung jawab
secara budaya untuk mempertahankan mata pencaharian keluarga.
Selain mentransformasi kehidupan, aksi iklim dan upaya
pembangunan ketahanan membantu Ghana memenuhi
komitmennya terhadap Perjanjian Paris 2015, termasuk
melaksanakan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional negara
itu untuk mengurangi emisi nasional dan beradaptasi dengan
dampak perubahan iklim.
Inisiatif ini juga memajukan upaya Ghana untuk mencapai
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Proyek ini
mendukung kemajuan SDG 1 tentang kemiskinan, SDG2 tentang
nol kelaparan, SDG3 tentang kesehatan dan kesejahteraan yang
baik, SDG6 tentang air bersih dan sanitasi, SDG 13 tentang aksi
iklim dan SDG 15 tentang kehidupan di darat, antara lain.
 Membangun Kesetaraan di Atap Dunia
Desa Siksa, yang terletak tinggi di pegunungan Karakoram
Pakistan, sering disebut sebagai atap dunia. Pada ketinggian 8.000
kaki, iklimnya dingin, dan mempertahankan mata pencaharian
sulit. Efek dari perubahan iklim memperburuk kesulitan dan
ketidaksetaraan yang dihadapi penduduk desa.
Ada 500 keluarga di Siksa, dan sebagian besar adalah
petani, bercocok tanam dan membiakkan ternak serta menjual
produk mereka. Dengan pertanian bergantung pada keanehan salju
yang mencair dari pegunungan, pola aliran air memiliki dampak
langsung pada berapa banyak makanan yang bisa ditumbuhkan
oleh penduduk desa. Air tawar terdekat letaknya jauh, sehingga
membangun saluran air untuk membawa air ke desanya terlalu
mahal.
UNDP bekerja dengan Coca Cola dan Organisasi
Perlindungan Gunung dan Gletser, untuk mengubah kehidupan di

7
Siksa menjadi lebih baik dengan membawa air yang dapat
diandalkan ke desa.
Sekarang ada cukup air untuk mengairi sawah dan untuk
mengisi tangki penyimpanan yang dapat menyalurkan air ke lahan
yang sebelumnya tidak diolah.
Sekarang ada cukup air untuk mengairi sawah dan untuk mengisi
tangki penyimpanan yang dapat menyalurkan air ke lahan yang
sebelumnya tidak diolah. Setiap rumah tangga sekarang memiliki
lahan pertanian yang lebih luas dan, setelah memenuhi
kebutuhannya sendiri, dapat menjual produk di pasar. Perempuan
dan anak perempuan tidak perlu berjalan jauh untuk mengambil
air, dan anak-anak dapat kembali ke sekolah dengan air bersih dan
segar yang disediakan di depan pintu mereka.
 Stabilisasi Negara di Negara Krisis
Konflik, kekeringan, dan wabah kolera yang paling cepat
menyebar dalam sejarah modern telah berkontribusi pada bencana
kemanusiaan terburuk di dunia di Yaman di mana 80 persen negara
membutuhkan bantuan.
Wanita menjahit di sebuah lokakarya menjahit yang sukses
di Habil Jaber, Kegubernuran Lajh. Proyek serupa yang
mendukung usaha mikro telah didirikan di seluruh Yaman.
Dengan dukungan UNDP untuk keterlibatan Dewan
Koperasi Desa (VCC) - yang dibentuk oleh Dana Sosial untuk
Pembangunan - masyarakat dapat lebih baik dalam mengatasi
kehancuran perang. Mereka telah memainkan peran penting dalam
memberdayakan perempuan untuk mengambil peran
kepemimpinan di komunitas mereka di seluruh Yaman.
UNDP telah memulai generasi baru dari program stabilisasi
skala besar, yang bertujuan untuk membangun kembali layanan
dasar dengan cepat. Uni Eropa telah berkontribusi pada upaya ini,
bersama dengan banyak mitra lainnya. Mereka memenuhi
kebutuhan kemanusiaan yang mendesak dan membuka jalan bagi
pembangunan jangka panjang. Dari memulihkan layanan dasar
hingga menciptakan lapangan kerja, kami membantu orang-orang
bangkit kembali.
 Menyelamatkan lahan subur
Lahan subur sangat penting untuk melindungi sumber air
negara dan mempertahankan produktivitas pertanian. Selama
musim kemarau, pinggirannya mendukung produksi tanaman
jangka pendek seperti sayuran dan kentang untuk kebutuhan rumah
tangga, dan padang rumput untuk hewan. Tanah subur juga

8
mendukung perikanan rakyat, dan menyediakan tempat
berkembang biak bagi perikanan skala besar.
Di era perubahan iklim ini, tanah subur adalah kunci untuk
mengatur banjir dan menghilangkan polutan dari limpasan
permukaan badai sebelum memasuki danau dan badan air lainnya.
Akibatnya, mereka memainkan peran penting dengan terus mengisi
ulang dan memurnikan sumber air tanah.
Tanah subur di Uganda menghadapi perambahan yang
parah, eksploitasi berlebihan, dan degradasi. Ditambah dengan
iklim yang berubah, pertumbuhan populasi adalah ancaman utama;
menciptakan peningkatan permintaan air dan tanah untuk pertanian
dan pemukiman. Ini kemudian meningkatkan perambahan di
bantaran sungai yang rapuh, dan petak-petak tanah subur perkotaan
dan pedesaan, yang mengarah ke berbagai bencana seperti banjir.
Namun, selama 15 tahun terakhir, Uganda telah kehilangan lebih
dari 30% tanah suburnya.
Selain itu, lebih dari 80% orang yang tinggal berdekatan
dengan lahan basah di Uganda langsung menggunakan sumber
daya lahan basah untuk kebutuhan ketahanan pangan rumah tangga
mereka - ini berarti sekitar 4 juta orang yang tinggal berdekatan
dengan lahan subur di Uganda mengandalkan daerah ini untuk
memberi makan keluarga mereka dan membuat hidup.
Untuk mengatasi hal ini, proyek "Membangun Komunitas
Tangguh, Ekosistem Tanah Subur, dan Daerah Tangkapan Terkait
di Uganda" mendukung Pemerintah Uganda dalam pengelolaan
tanah subur kritis yang terkena dampak perubahan iklim. Dibiayai
oleh Green Climate Fund, dan didukung oleh UNDP, proyek ini
sedang bekerja untuk memulihkan estimasi area setidaknya
760km2 kilometer persegi lahan basah terdegradasi dan daerah
tangkapan air terkait, sambil meningkatkan kehidupan setidaknya
500.000 orang yang tinggal di 20 distrik di Timur. dan wilayah
Barat Daya Uganda, yang telah mengalami tingkat degradasi tanah
subur dan dampak perubahan iklim tertinggi.
 Melestarikan Hutan Hujan
Kemampuan hutan membuat hutan memegang kunci bagi
pola pasokan air dan curah hujan planet kita. Melindungi pasokan
air tawar kami dimulai dengan mempertahankan pohon kami.
UNDP dan mitra-mitra PBB bekerja dengan negara-negara
untuk melestarikan hutan hujan terbesar di dunia, termasuk
Amazon, Hutan Hujan Kongo, dan hutan Papua Nugini. Bekerja

9
dengan pemerintah dan bisnis, kami memandang tata kelola air
(dari administrasi dan manajemen hingga kebijakan dan undang-
undang) sebagai solusi untuk mengembalikan keseimbangan. UN-
REDD adalah salah satu contoh upaya ini.
Sejak 2008, UNDP telah menjadi bagian dari UN-REDD,
kemitraan dengan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB dan
Lingkungan PBB. Bersama-sama, kami mendukung pemerintah
saat mereka membuat kebijakan dan tindakan nasional untuk
melindungi hutan, mengatasi pembalakan liar dan menanam lebih
banyak pohon.

(United Nations Development Programme, https://www.undp.org).

2.3 Output yang Dihasilkan dari Program Sustainable Development Goals


Clean Water and Sanitation

A. Program-Program yang dibuat oleh United Nations University

1. Water Related (Pengelolaan Data Penggunaan Air)

Mulai : 01 Oktober 2017


Berakhir : 31 Desember 2019
Institus i : United Nations Unversity INWEH (Institute for Water,
Environment and Health) in Canada
Status Program : sedang berlangsung
Tipe Program : Penelitian
Manajer Program : Lisa Guppy

Air terkait erat dengan pembangunan di semua negara. Namun,


pembangunan yang tidak berkelanjutan memberikan tekanan pada sumber daya
air; pada tahun 2030, permintaan global akan air diperkirakan meningkat sebesar
50%. Sementara itu, permintaan dari pertanian (yang saat ini mengkonsumsi
sekitar 70% dari penggunaan air global) diperkirakan akan meningkat sebesar
70% pada tahun 2050.

10
Program SDG 6 dibuat untuk memastikan pengelolaan air bersih dan
kesehatan di seluruh dunia. Tujuan proyek ini adalah untuk menyediakan alat,
proses dan dukungan bagi negara-negara anggota PBB untuk mempercepat
tercapainya program SDG 6. Proyek ini terdiri dari beberapa hal, yaitu:
1. Data yang valid adalah bukti yang sangat penting untuk merencanakan dan
mempersiapkan Sustainable Development Goals (SDG). United Nations
University sedang menguji coba Policy Support System (SDG PSS) untuk
SDG 6 di lima negara yaitu Costa Rica, Ghana, Republic of Korea,
Pakistan, dan Tunisia. SDG PSS menyatukan data nasional yang ada dan
secara otomatis menerjemahkannya menjadi bukti; bukti ini kemudian
digunakan untuk menilai dan memantau 6 komponen penting dari
implementasi SDG berkelanjutan: kapasitas, keuangan, kekuatan
kebijakan & kelembagaan, pengarusutamaan gender, pengurangan dan
ketahanan risiko, dan integritas. SDG PSS menghasilkan ringkasan yang
mudah direferensikan untuk menunjukkan kesenjangan dan kekuatan
utama pembuat keputusan dalam komponen-komponen ini, dan untuk
membantu mereka mempercepat implementasi SDG 6 melalui
pengambilan keputusan dan kebijakan yang lebih baik.
2. Untuk membantu pemerintah nasional meningkatkan perencanaan dan
kebijakan SDG, UNU akan melakukan analisis komparatif pengembangan
kebijakan SDG terkait air di lima negara selama dua tahun pertama
Agenda 2030.
3. UNU akan memperluas SDG Policy Support System ke luar SDG 6
yangmasih terkait dengan air. Projek tambahan akan dibuat untuk
mendukung kebijakan tingkat nasional (https://unu.edu/projects/water-
related-sustainable-development-goals.html#outline).

11
2. Wastewater Reuse Effectiveness Index (Indeks Efektivitas Penggunaan
Kembali Air Limbah)
Mulai : 15 November 2015
Berakhir : 01 Desember 2018
Institus i : United Nations Unversity in Flores
Status Program : selesai
Tipe Program : Penelitian
Manajer Program : Mathew Kurian

Gambar: Contoh Hasil Data dari Alat WREI

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 6 berupaya meningkatkan


kualitas air dengan mengurangi jumlah air limbah yang tidak diolah dan
meningkatkan daur ulang dan penggunaan kembali air limbah yang aman secara
global. Agar program ini berlangsung secara efektif, dukungan dan pengumpulan
data pemerintah yang kuat sangatlah penting.

Program ini bertujuan untuk mengembangkan, menguji coba dan


memvalidasi metodologi pemantauan untuk target SDG 6. Alat yang dihasilkan
dari program ini disebut Wastewater Reuse Effectiveness Index (WREI), alat ini

12
digunakan untuk memfasilitasi proses tata kelola air dengan memberikan hasil
data ilmiah yang berguna untuk membuat kebijakan pemerintah tentang air. Alat
WREI didukung oleh 11 negara dan konsultan regional, yaitu Vietnam; Arab
Countries Water Utilities Association (ACWUA), Jordan; University of Minho,
Portugal; Livelihoods and Natural Resources Management Institute, India;
Institute of Global Environmental Strategies (IGES), Japan; and University of Sao
Paulo,Brazil(https://unu.edu/projects/wastewater-reuse-effectiveness-
index.html#outline).

3. Water for Sustainable Development (Menyelidiki dan Mengelola Peran Air


dalam Kehidupan Masyarakat Asia)

Mulai : 01 April 2018


Berakhir : 31 Maret 2022
Institus i : United Nations Unversity-IAS (Institute of The Advanced
Study of Sustainability) in Japan
Status Program : sedang berlangsung
Tipe Program : Penelitian
Manajer Program : Emi Yoshinaga
Water for Sustainable Development (WSD) adalah penelitian kebijakan
multi-disiplin dan proyek pengembangan kapasitas yang bertujuan untuk
menstimulasi pembangunan berkelanjutan di Asia Pasifik. Proyek ini akan
menyelidiki peran air dalam masyarakat, ekonomi dan lingkungan alam, dan
secara ilmiah menunjukkan bagaimana pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan PBB (SDGs), terutama Tujuan 6 (Goal 6), dan akan berkontribusi
pada pengembangan kawasan.

Daerah pedesaan di Asia sering ditemukan kegiatan ekonomi mereka


terkait dengan daerah aliran sungai, terutama di mana pertanian, industri, atau jasa
yang terkait dengan lanskap alam / historis adalah sumber utama pendapatan.
Saling ketergantungan antara mata pencaharian manusia dan alam berarti bahwa
setiap perubahan kualitas, kuantitas dan pergerakan air memiliki konsekuensi
sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sentralitas air, perannya, dan dampaknya
sedemikian rupa sehingga SDG menempatkan konservasi lingkungan air di Goal
6.

Pemahaman yang tepat tentang peran air sangat penting untuk


pembangunan berkelanjutan di daerah pedesaan, dan itu membutuhkan penelitian
interdisipliner yang mencakup berbagai bidang keahlian. Berdasarkan pengalaman

13
UNU-IAS dalam penelitian kebijakan lintas sektor air, WSD berfokus pada
pencapaian berikut:

1. Membangun kerangka kerja untuk secara komprehensif mengevaluasi


peran air di wilayah Asia, menargetkan kota-kota kecil dan menengah,
2. Mengembangkan metodologi untuk mengidentifikasi target masa depan
untuk mewujudkan lingkungan air yang digambarkan dalam SDGs,
dengan mempertimbangkan karakteristik khusus dari masing-masing
wilayah target,
3. Menyediakan alat dan opsi kebijakan terkait dengan konservasi
lingkungan daerah aliran sungai, yang akan membawa pembangunan
berkelanjutan di wilayah tersebut(https://unu.edu/projects/water-for-
sustainable-development.html#outline).

B. Program-Progam yang dibuat oleh Natural Capital

1. Water Filtration and Improve Cookstove, Guatemala

Wilayah : Amerika Latin

Tipe Program : Peralatan Rumah Tangga

Standar Program : Gold Standard

Penyakit yang ditularkan melalui air telah diidentifikasi sebagai prioritas


nasional di Guatemala mengingat tingginya insiden penyakit diare dan
kekurangan gizi kronis. Proyek ini mendistribusikan filter air dan kompor yang
memungkinkan akses ke air bersih dan memperbaiki kondisi memasak dengan
meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi polusi udara dalam ruangan
yang berbahaya. Program ini adalah proyek pengolahan air atau kompor standar
Emas pertama di negara ini. Proyek saat ini ditanggung oleh departemen Alta
Verapaz, Huehuetenango dan San Marcos dan sejauh ini telah memberi manfaat
kepada lebih dari 230.000 orang.

Filter air menggunakan filter keramik yang diberi gravitasi yang terbuat
dari tanah liat, serbuk kayu, koloid perak dan karbon untuk mengolah dua liter air
yang tidak dapat diminum per jam. Filter ini dapat menghilangkan 99% patogen,
membuatnya lebih aman untuk minum dan memasak dengan mengurangi penyakit
yang terbawa air dan juga mengurangi kebutuhan kayu bakar, sehingga
mengurangi polusi udara dalam ruangan. Kompor yang diberikan menggunakan
bahan bakar biomassa secara bersih dan efisien yang berkontribusi pada
pengurangan polusi udara dalam ruangan yang terpapar oleh keluarga, terutama
wanita.

14
2. Improve Water Infrastructure, Uganda

Wilayah : Afrika

Tipe Program : Sumber Air

Standar Program : Gold Standard

Hampir satu miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses ke air
minum yang aman. Proyek Standar Emas ini menyediakan air minum bersih untuk
masyarakat pedesaan kecil dengan memperbaiki dan mengebor lubang bor baru.
Lubang bor dapat digunakan sebagai sumur air dengan memasang selubung pipa
vertikal dan layar sumur, yang memungkinkan air diekstraksi dari tanah. Dengan
menyediakan air bersih, masyarakat tidak perlu lagi memurnikan air melalui
perebusan. Ini mengurangi tekanan pada hutan lokal - sumber utama kayu bakar -
dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).

Lubang bor yang dibuat memberikan masyarakat akses ke air tanah bersih.
Masyarakat juga diberikan pelatihan air, sanitasi dan kebersihan (Water,
Sanitation and Hygiene/ WASH) untuk membantu menjaga kualitas air.

3. Rimba Raya Biodiversity Reserve REDD+, Indonesia

Wilayah : Asia

Tipe Program : Perhutanan

Standar Program : CCB Standard

Berbasis di pulau Kalimantan-Indonesia, proyek REDD + ini melestarikan


rawa gambut tropis yang padat karbon dengan membantu menghentikan
deforestasi sekitar 65.000 hektar hutan yang semula dijadwalkan untuk dikonversi
menjadi perkebunan kelapa sawit. Proyek ini berfokus pada pengembangan
masyarakat - mencakup 2.000 rumah tangga yang tinggal di dalam wilayah
proyek - dan konservasi keanekaragaman hayati, khususnya perlindungan
Orangutan Kalimantan yang terancam punah.

Untuk mencapai tujuannya, proyek ini secara aktif melibatkan masyarakat


lokal untuk meningkatkan ketahanan pangan, peluang pendapatan, perawatan
kesehatan, dan pendidikan - semua dengan dukungan pendanaan karbon.
Dengan meminimalkan perubahan penggunaan lahan, proyek ini membantu
mencegah banjir di hilir. Melalui kemitraan lokal, ia juga melatih masyarakat
untuk memproduksi dan menjual perangkat penyaringan air murah, untuk
menyediakan air minum bersih

15
(https://www.naturalcapitalpartners.com/sustainable-development-
goals/goal/clean-water-and-sanitation).

C. Program dan Data Hasil SDG 6 di Indonesia

1. Berikut ini adalah tabel penyusunan program Sustainable Development


Program Goal 6 di Indonesia yang dikutip dari Jurnal Report Indicators and Data
Mapping to Measure Sustainable Development Goals (SDGs) Targets Case of
Indonesia 2015:

16
17
18
(Andria, 2015: 61-66).

2. Penilaian Hasil Program SDG Goal 6 di Indonesia

Persentase rumah tangga yan memiliki akses terhadap layanan sanitasi


layak adalah jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
yang layak dibagi dengan jumlah rumah tangga seluruhnya dinyatakan dalam
satuan persen (%).

Fasilitas sanitasi layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat


kesehatan, antara lain klosetnya menggunakan leher angsa atau plengsengan
dengan tutup, tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik
(septic tank) atau Sistem Pengolahan Limbah (SPAL), dan fasilitas sanitasi
tersebut digunakan oleh rumah tangga sendiri atau bersama secara tertentu.

Sanitasi layak harus memenuhi lima kriteria, yaitu:

1. Stop buang air besar sembarangan


2. Cuci tangan pakai sabun
3. Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga
4. Pengelolaan sampah rumah tangga dengan aman
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman

(Alisjahbana,.dkk. 2018: 24).

19
Berikut ini merupakan tabel hasil penilaian program SDG Goal 6 di Indonesia:

20
21
(Alisjahbana,.dkk, 2018: 242-246).

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Air bersih dan sanitasi merupakan komponen yang tidak bisa
dipisahkan. Diman jika ada air bersih pasti akan ada air limbah. Air bersih
sangat diperlukan oleh seluruh masyarakat dunia untuk menunjang
kehidupan. Sayangnya pemenuhan akan kebutuhan air bersih dan sanitasi
belum sepenuhnya berjalan dengan baik di beberapa belahan dunia.
Menghadapi tantangan ini dan berbagai tantangan global lainnya,
komunitas internasional yang difasilitasi oleh PBB mengadopsi 17 tujuan
sebagai bagian dari agenda global baru (new global agenda) yang dikenal
dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDGs). Agenda disini merancang beberapa program
yang ingin dicapai untuk menghasilkan suatu output yang baik untuk
keberlangsungan hidup.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah mengenai clean water and sanitation,
diharapkan para pembaca untuk terus menjaga lingkungannya dan
memanfaatkan pasokan air bersih untuk menunjang kehidupannya.

23
DAFTAR PUSTAKA
Adlina, Shafira, dkk. 2011. Identifikasi Konservasi Air Tanah pada
Kelurahan BekasiJaya Kecamatan Bekasi Timur. Jakarta: Al-Azhar
Indonesia Seri Sains dan teknologi. Vol. 1.
Alisjahbana, Armida Salsiah., dkk. 2018. Menyongsong SDGs Kesiapan
Daerah- Daerah di Indonesia. Bandung: UNPAD Press.
Andria, Verania. 2015. Report Indicators and Data Mapping to Measure
Sustainable Development Goals (SDGs) Targets Case of
Indonesia. Jakarta: UNDP Indonesia.
Elysia, Vita. 2018. Air dan Sanitasi : Dimana Posisi Indonesia?. Seminar
Nasional FMIPA Universitas Terbuka. Jakarta.
Harumi, Rini. 2016. Hari Air Sedunia: Jakarta Hadapa Krisis Air.
Indonesia: POKJA AMPL.
INDONESIA, UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian Air Bersih & Sanitasi
Kebersihan.
Khiatuddin, Maulida. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air Dengan
Teknologi Rawa Buatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Natural Capital Team.2015. Natural Capital Project for World.
https://www.naturalcapitalpartners.com/sustainable- development-
goals/goal/clean-water-and-sanitation. Dikutip pada Sabtu, 14
September 2019 pukul 19.00 WIB.
Supriyati, dkk. 2015. Rain Water Filtration System: Alternatif Untuk
Memenuhi Kebutuhan Air Bersih di Perkotaan.
Semarang:Universitas Negeri Semarang.
UNICEF & WHO. 2004. Meeting the MDG drinking water in sanitation
target: A mid-term assessment of progress. Geneva, Switzerland:
UNICEF /WHO.

24
United Nations Development Programme. Sustainable Development Goals
https://www.undp.org/content/undp/en/home/sustainable-
development-goals/goal-6-clean-water-and-sanitation.html
(Diakses pada Minggu, 15 September 2019 pukul 12.28).
UNU Office. 2012. Water for Sustainable Development.
https://unu.edu/projects. Dikutip pada Sabtu, 14 September
2019 pukul 19.00 WIB.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 2015. Why it matters sanitation.
Diakses melalui https:/www.un.org/sustainabledevelopment/wp-
content/uploads/2016/08/06_Why_it_Matters_Sanitation_2p_pdf.
Diakses pada Minggu 15 September 2019 pukul 13.30 WIB.
Prima, Aries R. 2016. Mengelola Air Bersih. Teknologi Pengolahan Air
Bersih. Weekend. Vol. 2.

25

Anda mungkin juga menyukai