Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeriksaan radiografi polos dalam kasus kedaruratan di negara maju perannya

sudah semakin sempit dan diganti dengan teknologi CT scan serta perangkat digital

lainnya termasuk USG dan MRI, meskipun demikian alat tersebut masih tetap dipakai

karena murah, mudah dan cepat untuk kasus tertentu. Di Indonesia dengan

pengembangan program pemerintah pusat dan daerah sudah banyak penempatan alat

radiologi dasar di puskesmas besar sehingga dapat membantu dokter yang bertugas dan

tidak perlu merujuk ke kota atau RS besar hanya untuk diagnosis penyakit tertentu.

Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) atau sering juga disebut

Transient Respiratory Distress of the Newborn (TRDN) adalah penyakit self-limited

disease yang terjadi pada banyak bayi di seluruh dunia dan dihadapi oleh semua dokter

yang merawat bayi baru lahir. Bayi baru lahir dengan TTN dalam beberapa jam pertama

kehidupan mengalami takipnea, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen, dan ABGs yang

tidak mencerminkan retensi karbondioksida. Ketika mengelola TTN bayi baru lahir,

dapat diamati adanya tanda-tanda penurunan klinis yang mungkin adalah diagnosis lain

dari gangguan repiratory distress lainnya merupakan hal yang penting. Bayi baru lahir

dengan TTN biasanya sering dianggap dan didiagnosis sebagai sebagai Congenital

Pneumoni, Aspirasi Pnemoni atau gangguan Hyaline membrane disease (HMD).

Pada HMD biasanya terjadi pada bayi dengan usia kehamilan di bawah 35 minggu.

Sehingga bila bayi sesak di atas usia kehamilan 35 minggu yang paling sering dipikirkan

adalan TTN.

Bayi yang sering mengalami TTN adalah bayi yang dilahirkan secara operasi

sesar sebab mereka kehilangan kesempatan untuk mengeluarkan cairan paru mereka.

Bayi yang dilahirkan lewat persalinan per vaginam mengalami kompresi dada saat
1
menuruni jalan lahir. Hal inilah yang menyebabkan sebagian cairan paru keluar. Pada

bagian ini tidak didapatkan bagi bayi yang dilahirkan operasi sesar.

Dari seluruh bayi yang lahir, sekitar 1% akan mengalami kesulitan bernapas,

ditandai dengan napas cepat (frekuensi >60 kali permenit, diperiksa dengan stetoskop di

jantung per 6 detik), sianosis perifer dan sentral, merintih, retraksi sternal, napas cuping

hidung, hingga apneu periodik. Kumpulan gejala tersebut dikenal dengan istilah

Sindrom Gawat Napas (SGN). SGN ini meliputi Respiratory Distress Syndrome (RDS)

akibat paru yang belum matang, sindrom aspirasi mekonium, serta Transient Tachypnea

of the Newborn atau wet lung syndrome. Bayi dengan TTN selain takipneu, juga terjadi

peningkatan kebutuhan oksigen dan analisis gas darah yang menunjukkan retensi

karbondioksida. Dalam tatalaksana TTN, observasi tanda vital dan perburukan klinis

sangat penting karena dapat menjadi diagnosis lain serta menimbulkan fatigue saluran

pernapasan.

TTN merupakan salah satu penyebab paling umum dari perinatal dyspnea dan

biasa didiagnosa dengan menggunakan x-ray. Selain itu juga, lung ultrasonography (LUS)

dapat mendiagnosis TTN secara akurat dan reliabel. DLP (double-lung point) dan

konsolidasi paru memiliki nilai yang baik dalam diagnosis dan diferensial diagnosis TTN

dengan RDS. Oleh karena itu, LUS dapat digunakan secara luas dalam neonatal intensive

care units (NICU).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi

Transient Tachypnea of the Newborn adalah suatu penyakit ringan pada neonatus

yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang mengalami gawat napas segera

setelah lahir dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari. Bayi yang sering

mengalami TTN adalah bayi yang dilahirkan secara operasi sesar sebab mereka

kehilangan kesempatan untuk mengeluarkan cairan paru mereka. Bayi yang dilahirkan

lewat persalinan per vaginam mengalami kompresi dada saat menuruni jalan lahir. Hal

inilah yang menyebabkan sebagian cairan paru keluar. Kesempatan ini tidak didapatkan

bagi bayi yang dilahirkan operasi sesar.

TTN atau sering juga disebut Transient Respiratory Distress of the Newborn

(TRDN) adalah penyakit self-limited disease yang terjadi pada banyak bayi di seluruh

dunia dan dihadapi oleh semua dokter yang merawat bayi baru lahir. Bayi baru lahir

dengan TTN dalam beberapa jam pertama kehidupan mengalami takipnea, terjadi

peningkatan kebutuhan oksigen, dan ABGs yang tidak mencerminkan retensi karbon

dioksida. Ketika menangani TTN pada bayi baru lahir, dapat diamati adanya tanda-tanda

penurunan klinis yang mungkin adalah diagnosis lain dari gangguan repiratory distress

lainnya merupakan hal yang penting. Bayi baru lahir dengan TTN biasanya sering

dianggap dan didiagnosis sebagai sebagai Congenital Pnemoni, Aspirasi Pnemoni

atau gangguan Hyaline membrane disease. Pada HMD biasanya terjadi pada bayi dengan

usia kehamilan di bawah 35 minggu. Sehingga bila bayi sesak di atas usia kehamilan 35

minggu yang paling sering dipikirkan adalan TTN.

3
2.2. Epidemiologi

Sekitar 1% bayi memiliki beberapa bentuk gangguan pernapasan yang tidak

berhubungan dengan infeksi. Gangguan pernapasan meliputi RDS (yaitu, penyakit

membran hialin) dan takipnea transient yang baru lahir. Dari jumlah 1% ini , sekitar 33-

50% memiliki TTN.

Bayi baru lahir dengan TTN umumnya merupakan gangguan terbatas tanpa

morbiditas yang signifikan. Bayi dengan TTN baru lahir yang membaik selama periode

24-jam untuk 72-jam.

Faktor Risiko :

 Lahir Seksio sesarea

 Makrosomia

 Partus lama

 Bayi laki-laki

 Maternal asma dan merokok

 Excessive maternal sedation

 Negative amniotic fluid phosphatidylglycerol

 Birth asphyxia

 Cairan overload terhadap ibu, terutama pemberian infuse oksitosin

 Delayed clamping terhadap umbilikus. Waktu optimal adalah 45 detik

 Fetal polycythemia

 Ibu dengan diabetes

 Prematur (dapat terjadi, tapi sangat jarang)

4
2.3 Etiologi

 Penyebab utama adalah gangguan penyerapan cairan paru.

 Bayi baru lahir dengan TTN umumnya diamati pada kelahiran sesar.

 Studi menggunakan pengukuran paru mekanik dilakukan pada bayi yang lahir baik

dengan sesar atau pervaginam. Milner dan kawan-kawan mencatat bahwa volume

gas rata-rata toraks adalah 32,7 mL / kg pada bayi yang lahir melalui vagina dan

19,7 ml / kg pada bayi yang lahir melalui kelahiran sesar. Yang penting, lingkar

dada adalah sama. Milner dan kawan-kawan mencatat bahwa bayi yang lahir

melalui kelahiran sesar memiliki volume yang lebih tinggi dari cairan interstitial

dan alveolar dibandingkan dengan mereka yang lahir melalui pervaginam,

meskipun volume toraks secara keseluruhan berada dalam kisaran referensi.

 Pengeluaran Epinefrin selama persalinan mempengaruhi cairan paru janin. Dalam

menghadapi tingkat epinefrin tinggi, pompa klorida bertugas untuk sekresi cairan

paru-paru terhambat, dan saluran natrium yang menyerap cairan dirangsang.

Akibatnya, terjadi gerakan cairan bersih dari paru-paru ke interstitium.

 Asma ibu dan merokok. Demissie dan kawan-kawan melakukan analisis kohort

historis pada pengiriman hidup tunggal di rumah sakit Jersey Baru dari 1989-1992.

Bayi dari ibu yang menderita asma lebih mungkin untuk menunjukkan takipnea

sementara. yang baru lahir dari bayi dari ibu pada kelompok kontrol.

 Penelitian cohort menunjukkan bahwa Bayi baru lahir dengan TTN akan mengalami

resiko asma yang sangat bermakna pada usia pra sekolah

 Jenis kelamin pria dan makrosomia: Ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko

takipnea transient yang baru lahir.

 Faktor-faktor lain: sedasi berlebihan ibu, asfiksia perinatal, dan kelahiran sesar.

5
2.4. Anatomi dan fisiologi

Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah salah

satunya system pernafasan. Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.

A. Perkembangan paru-paru

Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang-cabang

membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah kelahiran

sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan sepenuhnya

berkembang, walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan nafas sepanjang trimester

kedua dan ketiga. Kematangan paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan

hidup bayi baru, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus,

ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.

B. Awal adanya nafas

Dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi :

 Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang

merangsang pusat pernafasan otak.

 Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama

persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.

Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat

menimbulkan pernafasan teratur dan berkesinambungan. Sehingga sistem-sistem

harus berfungsi secara normal.

C. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan

dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

6
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan

meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini

berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan

dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan

alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan yang menyebabkan

sulit bernafas.

D. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi

melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-

paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea

dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari

paru- paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

E. Fungsi pernafasan dalam kaitannya fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran

udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami

vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang

terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga penurunan

oksigenasi jaringan akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru

akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-

paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu

menghilangkan cairan paru-paru kemudian merangsang perubahan sirkulasi janin

menjadi sirkulasi luar rahim.

2.5. Patofisiologi

Penyakit pernapasan akut tidak infeksius berkembang pada sekitar 1% dari semua

bayi baru lahir dan menyebabkan masuk ke unit perawatan kritis. Takipnea transient

7
pada bayi baru lahir adalah akibat dari sebuah keterlambatan dalam pembersihan cairan

paru janin. Dahulu, masalah pernapasan dianggap masalah kekurangan surfaktan relatif

tetapi sekarang dicirikan oleh beban udara-cairan sekunder terhadap ketidakmampuan

untuk menyerap cairan paru janin.

Percobaan in vivo telah menunjukkan bahwa epitel paru-paru mengeluarkan Cl-

dan cairan selama kehamilan tetapi mengembangkan kemampuan untuk menyerap

kembali secara aktif Na+ hanya selama akhir kehamilan. Saat lahir, paru-paru matur

menyebabkan pengaktifan sekresi dari Cl- (cairan) menjadi penyerapan aktif Na +

(cairan) dalam respon terhadap beredarnya katekolamin, baru-baru ini, bukti

menunjukkan glukokortikoid berperan dalam pengaktifan ini. Perubahan dalam tegangan

oksigen menambah kapasitas traspor epitel terhadap Na + dan meningkatkan ekspresi gen

untuk epitel Na + channel (ENaC). Ketidakmampuan paru-paru janin imatur untuk beralih

dari sekresi cairan hasil penyerapan cairan, sebagian besar, dari immaturitas dalam

ekspresi ENaC yang dapat diatur oleh glukokortikoid. Glukokortikoid mempengaruhi

reabsorpsi Na + paru-paru kemungkinan besar melalui saluran ENaC pada akhir usia

kehamilan janin.

Bayi matur yang memiliki transisi normal dari janin ke kehidupan postnatal

memiliki surfaktan yang dan sistem epitel yang matur. Takipnea transient pada bayi

baru lahir terjadi pada bayi baru lahir matur dengan jalur surfaktan matur dan kurang

berkembangnya epitel pernapasan transportasi Na +, sedangkan Sindrom Gawat Nafas

neonatus terjadi pada bayi dengan kedua jalur surfaktan dini dan Na + transportasi

immatur.

Bayi lahir dengan kelahiran sesar berisiko memiliki cairan paru yang berlebihan

sebagai akibat tidak mengalami semua tahapan persalinan normal dan kurangnya

lonjakan katekolamin yang tepat, yang menyebabkan pelepasan yang rendah dari

counter-regulatory hormones pada saat persalinan. Hal ini membuat cairan tertahan di
8
alveoli yang akan menghambat terjadinya pertukaran gas.

Gambar 1. (Patofisiologi TTN)

2.6. Manifestasi Klinik

Tanda dari TTN adalah dengan melihat adanya tanda distress pernafasan, yaitu

takipneu (>60 kali/menit), nafas cuping hidung, mendengkur, retraksi dinding dada,

sianosis dan sianosis pada kasus ekstrim. Takipnu ini bersifat sementara dimana

penyembuhan biasa terjadi dalam 48-72 jam setelah kelahiran.

2.7. Diagnosis

A. Pemeriksaan Fisik

 Temuan fisik yang didapatkan Bayi baru lahir dengan TTN meliputi takipnea

dengan grunting, flaring, and retraksi.

 Bayi sering digambarkan sebagai memiliki ”quiet tachypnea “

 Kasus yang ekstrim dapat memperlihatkan sianosis.

 Tingkat pernapasan puncak lebih dari 90 napas per menit selama 36 jam pertama

kehidupan dikaitkan dengan takipnea berkepanjangan yang berlangsung > 72 jam.

9
B. Pemeriksaan Laboratorium

 Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan. Hipokarbia

biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan (PCO2

 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi, merupakan

indikasi untuk mencari penyebab lain.

 Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk

menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit akan menyingkirkan

polisitemia.

 Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri.

C. Pemeriksaan Radiologi

 Rontgen thoraks.

Berikut adalah gambaran khas pada TTN:

 Hiperexpansi paru, khas pada TTN.

 Garis prominen di perihiler.

 Pembesaran jantung ringan hingga sedang.

 Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral.

 Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura. Prominent

pulmonary vascular markings.

 Radiografi dada adalah standar diagnostik untuk Bayi baru lahir dengan TTN .

 Temuan karakteristik termasuk perihilar menonjol, yang berkorelasi dengan

kendurnya sistem limfatik dengan cairan paru-paru dipertahankan, dan cairan

dalam celah.

 Efusi pleura kecil dapat terlihat.

10
 Patchy Infiltrat atau gambaran infiltrat yang halus pada kedua lapang paru

secara homogen dan tersebar merata

 Tindak lanjut radiografi dada mungkin diperlukan jika sejarah klinis

menunjukkan sindroma aspirasi mekonium atau pneumonia neonatal atau jika

memburuk Status pernapasan.

Gambar 2. (Foto thoraks TTN)

11
Sebuah foto toraks anteroposterior terlentang Bayi baru lahir dengan TTN.

Perhatikan (Gambar 2) penampilan retikuler atau patchy Infiltrat atau gambaran

infiltrat yang halus pada kedua lapang paru secara homogen dan tersebar merata

dengan cairan interstisial ringan kardiomegali.

 Lung Ultrasonografi (LUS)

Dalam keadaan tenang, bayi ditempatkan dalam posisi terlentang, lateral, atau

prone untuk discan. Setiap paru dibagi menjadi 3 regio yaitu regio anterior, lateral,

dan posterior oleh linea aksilaris anterior dan posterior. Probe tegak lurus dengan iga.

Setiap daerah dari kedua paru-paru discan dengan hati-hati.

Indeks observasi termasuk garis pleura, A-line, B-lines, sindrom interstitial,

white lung, konsolidasi paru dengan airbronchogram atau fluid-bronchogram, double

lung point (DLP), dan efusi pleura, yang didefinisikan sebagai berikut. Garis pleura:

garis echogenic reguler di bawah lapisan superficial thorax yang bergerak terus

menerus selama respirasi, sedangkan garis pleura abnormal merujuk pada garis pleura

yang menghilang, menebal, tidak teratur, atau kasar dan tidak tampak jelas; A-line:

sekelompok garis echogenic, horisontal, dan paralel berjarak sama dari satu sama lain

di bawah garis pleura; B-line: juga dikenal sebagai komet USG paru-paru, artefak

hiperechoic sempit yang menyebar mirip dengan sinar laser dari garis pleura ke tepi

layar; Sindrom interstitial: kehadiran lebih dari 3 B-lines di setiap area yang

diperiksa; white lung: didefinisikan sebagai adanya B-line yang kompak di 6 daerah

tanpa gema horisontal; konsolidasi paru: area hepatisasi dengan adanya air-

bronchogram dan atau fluidbronchogram; DLP: karena perbedaan dalam keparahan

atau sifat dari perubahan patologis di berbagai daerah paru-paru, scan logitudinal

menunjukkan perbedaan yang jelas antara bidang paru atas dan bawah; titik cut-off

tajam ini antara bidang paru atas dan bawah dikenal sebagai DLP; dan pleura efusi:

12
gambaran anechoic yang dibatasi oleh diafragma dan pleura.

Gambar 3. (LUS normal)

Jaringan paru-paru yang normal adalah hypoechoic. Garis pleura dan Alines

merupakan garis hyperechoic yang halus, jelas, dan reguler, dan menyebar secara

paralel. Tidak ada B-lines (7 jam setelah lahir) atau hanya ada beberapa (dalam waktu

72 jam setelah lahir). Tidak ada manifestasi seperti sindrom interstitial paru-paru,

konsolidasi paru, DLP, dan efusi pleura (Gambar 3).

Gambar 4. (LUS white lung)

Sindrom paru interstitial: ditemukan di semua bayi. Untuk pasien yang parah,

ditemukan white lung (Gambar 4); Abnormalitas garis pleura: didapatkan di semua

13
pasien dengan TTN. Kelainan ini termasuk penebalan, ketidakjelasan, dan hilang

(Gambar 4); Hilangnya A-line parsial atau lengkap: pada bayi dengan sindrom

interstitial paru yang parah, A-line benar-benar menghilang; jika tidak, A-line hanya

sebagian hilang (Gambar 4 dan 5) Efusi pleura: unilateral atau bilateral (Gambar 6);

Manifestasi ultrasonik yang tidak konsisten pada bidang paru-paru bilateral: tidak

hanya manifestasi ultrasonik dari bidang paru-paru bilateral yang berbeda, tetapi fitur

ultrasonik bidang paru-paru yang berbeda dalam paru-paru yang sama juga bisa

berbeda, yang terkait dengan tingkat lesi paru (Gambar 5).

Gambar 5.( Manifestasi ultrasonic TTN)

Gambar 6.( Manifestasi ultrasonic TTN; efusi pleura)

Manifestasi ultrasonik paling penting dari RDS adalah konsolidasi paru

14
dengan air-bronchogram (100%); sebagai tambahan, kelainan garis pleura,

hilangnya A-line, dan sindrom interstitial juga bisa dimanifestasikan, tapi DLP

tidak ditemukan pada pasien dengan RDS (Gambar 7). DLP hanya diamati pada

bayi dengan TTN, bukan pada bayi dengan RDS. DLP adalah temuan spesifik

TTN dan konsolidasi paru diamati hanya pada pasien dengan RDS, DLP dan

konsolidasi paru dengan air-bronchogram merupakan temuan yang paling

penting untuk membedakan TTN dari RDS menggunakan LUS (Gambar 8).

Gambar 7.( Manifestasi ultrasonic RDS; konsolidasi)

Gambar 8.( Manifestasi ultrasonic TTN; DPL, Small pleural effusion)

2.8. Diagnosis Banding

 Pneumonia/sepsis. Jika neonatus mengalami pneumonia atau sepsis, akan didapat

pada riwayat kehamilan ibu tanda-tanda infeksi, seperti korioamnionitis, ketuban

pecah dini, dan demam. Differensial count menunjukkan tanda neutropenia atau

leukositosis dengan jumlah abnormal dari sel immature. Tes antigen urin dapat
15
positif bila neonatus mengalami group B streptococcal. Jika terdapat tanda-tanda

infeksi seperti di atas, dianjurkan untuk memberikan antibiotic berspektrum luas.

Pemberian antibiotik dapat dihentikan jika didapatkan hasil kultur yang negative

dalam 3 hari.

 HMD. Biasanya terjadi pada neonatus yang premature atau dengan alasan lain akan

tertundanya maturasi paru. Pada rontgen thoraks dapat diketahui dengan jelas pola

retikulogranular dengan gambaran atelektasis paru.

 Aspirasi Mekonium. Biasanya dapat diketahui dari riwayat kehamilan dan

persalinan berupa cairan ketuban berwarna hijau tua, mekonium pada cairan ketuban,

noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan (sianosis), pernafasan

cepat (takipnea), sesak nafas (apnea), frekuensi denyut jantung janin rendah sebelum

kelahiran, skor APGAR yang rendah ,bayi tampak lemas, auskultasi: suara nafas

abnormal.

2.9. Penatalaksanaan

Transient Tachypnea of the Newborn ini bersifat self limiting disease, sehingga

pengobatan yang ditujukan biasanya hanya berupa pengobatan suportif. Prinsip

pengobatannya adalah:

 Oksigenasi

 Antibiotik. Kebanyakan bayi baru lahir diberi antibiotik berspektrum luas hingga

diagnosis sepsis atau pneumonia disingkirkan.

 Pemberian makanan. Jika pernafasan di atas 60 kali per menit, neonatus

sebaiknya tidak diberi makan per oral untuk menghindari risiko aspirasi. Jika

frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali per menit, pemberian makanan per oral

dapat ditolerir. Jika 60-80 kali per menit, pemberian makanan harus melalui NGT.

Jika lebih dari 80 kali per menit, pemberian nutrisi intra vena diindikasikan.
16
 Cairan dan elektrolit. Status cairan tubuh dan elektrolit harus dimonitor dan

dipertahankan normal.

2.10. Prognosis

Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko kekambuhan atau

disfungsi paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan dengan mobilisasi cairan

dan ini biasanya dikaitkan dengan dieresis.

17
BAB III

KESIMPULAN

Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah suatu penyakit ringan pada

neonatus yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang mengalami gawat napas segera

setelah lahir dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari. Penegakan diagnosis terdiri

dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium sederhana

rontgen thoraks dan lung ultrasonografi.

Pengobatan yang ditujukan biasanya hanya berupa pengobatan suportif. Prinsip

pengobatannya adalah mempertahankan oksigenasi, pemberian antibiotik, memperhatikan

cara pemberian makanan dalam hubungannya dengan risiko aspirasi, dan monitoring cairan

dan elektrolit.

Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko kekambuhan atau disfungsi

paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan dengan mobilisasi cairan dan ini biasanya

dikaitkan dengan dieresis.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul L et al. 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta : CV Sagung Seto.

Fanaroff AA, Martin RJ. Neonatal-Perinatal Medicine: Diseases of the fetus and infant.
8th ed. 2006.

Helve O, Andersson S, Kirjavainen T, Pitkanen OM. Improvement of Lung Compliance


during Postnatal Adaptation Correlates with Airway Sodium Transport. American
Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. 2006;173:448-452.

Jain L, Eaton DC. Physiology of fetal lung fluid clearance and the effect of labor. Semin
Perinatol. Feb 2006;30(1):34-4

KN Siva Subramanian, MD et al. 2010. Transient Tachypnea of the Newborn.


http://emedicine.medscape.com/article/976914-overview (diakses tanggal 9 Okt 2011)

Tricia Lacy Gomella, MD et al. 2004. Neonatology: Management, Procedures, On-call


Problems, Disease, and Drugs. 5th Edition. USA: Lange Medical Books/McGraw-Hill

Waldo E Nelson, MD et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai