Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN
sudah semakin sempit dan diganti dengan teknologi CT scan serta perangkat digital
lainnya termasuk USG dan MRI, meskipun demikian alat tersebut masih tetap dipakai
karena murah, mudah dan cepat untuk kasus tertentu. Di Indonesia dengan
pengembangan program pemerintah pusat dan daerah sudah banyak penempatan alat
radiologi dasar di puskesmas besar sehingga dapat membantu dokter yang bertugas dan
tidak perlu merujuk ke kota atau RS besar hanya untuk diagnosis penyakit tertentu.
disease yang terjadi pada banyak bayi di seluruh dunia dan dihadapi oleh semua dokter
yang merawat bayi baru lahir. Bayi baru lahir dengan TTN dalam beberapa jam pertama
kehidupan mengalami takipnea, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen, dan ABGs yang
tidak mencerminkan retensi karbondioksida. Ketika mengelola TTN bayi baru lahir,
dapat diamati adanya tanda-tanda penurunan klinis yang mungkin adalah diagnosis lain
dari gangguan repiratory distress lainnya merupakan hal yang penting. Bayi baru lahir
dengan TTN biasanya sering dianggap dan didiagnosis sebagai sebagai Congenital
Pada HMD biasanya terjadi pada bayi dengan usia kehamilan di bawah 35 minggu.
Sehingga bila bayi sesak di atas usia kehamilan 35 minggu yang paling sering dipikirkan
adalan TTN.
Bayi yang sering mengalami TTN adalah bayi yang dilahirkan secara operasi
sesar sebab mereka kehilangan kesempatan untuk mengeluarkan cairan paru mereka.
Bayi yang dilahirkan lewat persalinan per vaginam mengalami kompresi dada saat
1
menuruni jalan lahir. Hal inilah yang menyebabkan sebagian cairan paru keluar. Pada
bagian ini tidak didapatkan bagi bayi yang dilahirkan operasi sesar.
Dari seluruh bayi yang lahir, sekitar 1% akan mengalami kesulitan bernapas,
ditandai dengan napas cepat (frekuensi >60 kali permenit, diperiksa dengan stetoskop di
jantung per 6 detik), sianosis perifer dan sentral, merintih, retraksi sternal, napas cuping
hidung, hingga apneu periodik. Kumpulan gejala tersebut dikenal dengan istilah
Sindrom Gawat Napas (SGN). SGN ini meliputi Respiratory Distress Syndrome (RDS)
akibat paru yang belum matang, sindrom aspirasi mekonium, serta Transient Tachypnea
of the Newborn atau wet lung syndrome. Bayi dengan TTN selain takipneu, juga terjadi
peningkatan kebutuhan oksigen dan analisis gas darah yang menunjukkan retensi
karbondioksida. Dalam tatalaksana TTN, observasi tanda vital dan perburukan klinis
sangat penting karena dapat menjadi diagnosis lain serta menimbulkan fatigue saluran
pernapasan.
TTN merupakan salah satu penyebab paling umum dari perinatal dyspnea dan
biasa didiagnosa dengan menggunakan x-ray. Selain itu juga, lung ultrasonography (LUS)
dapat mendiagnosis TTN secara akurat dan reliabel. DLP (double-lung point) dan
konsolidasi paru memiliki nilai yang baik dalam diagnosis dan diferensial diagnosis TTN
dengan RDS. Oleh karena itu, LUS dapat digunakan secara luas dalam neonatal intensive
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Transient Tachypnea of the Newborn adalah suatu penyakit ringan pada neonatus
yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang mengalami gawat napas segera
setelah lahir dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari. Bayi yang sering
mengalami TTN adalah bayi yang dilahirkan secara operasi sesar sebab mereka
kehilangan kesempatan untuk mengeluarkan cairan paru mereka. Bayi yang dilahirkan
lewat persalinan per vaginam mengalami kompresi dada saat menuruni jalan lahir. Hal
inilah yang menyebabkan sebagian cairan paru keluar. Kesempatan ini tidak didapatkan
TTN atau sering juga disebut Transient Respiratory Distress of the Newborn
(TRDN) adalah penyakit self-limited disease yang terjadi pada banyak bayi di seluruh
dunia dan dihadapi oleh semua dokter yang merawat bayi baru lahir. Bayi baru lahir
dengan TTN dalam beberapa jam pertama kehidupan mengalami takipnea, terjadi
peningkatan kebutuhan oksigen, dan ABGs yang tidak mencerminkan retensi karbon
dioksida. Ketika menangani TTN pada bayi baru lahir, dapat diamati adanya tanda-tanda
penurunan klinis yang mungkin adalah diagnosis lain dari gangguan repiratory distress
lainnya merupakan hal yang penting. Bayi baru lahir dengan TTN biasanya sering
atau gangguan Hyaline membrane disease. Pada HMD biasanya terjadi pada bayi dengan
usia kehamilan di bawah 35 minggu. Sehingga bila bayi sesak di atas usia kehamilan 35
3
2.2. Epidemiologi
membran hialin) dan takipnea transient yang baru lahir. Dari jumlah 1% ini , sekitar 33-
Bayi baru lahir dengan TTN umumnya merupakan gangguan terbatas tanpa
morbiditas yang signifikan. Bayi dengan TTN baru lahir yang membaik selama periode
Faktor Risiko :
Makrosomia
Partus lama
Bayi laki-laki
Birth asphyxia
Fetal polycythemia
4
2.3 Etiologi
Bayi baru lahir dengan TTN umumnya diamati pada kelahiran sesar.
Studi menggunakan pengukuran paru mekanik dilakukan pada bayi yang lahir baik
dengan sesar atau pervaginam. Milner dan kawan-kawan mencatat bahwa volume
gas rata-rata toraks adalah 32,7 mL / kg pada bayi yang lahir melalui vagina dan
19,7 ml / kg pada bayi yang lahir melalui kelahiran sesar. Yang penting, lingkar
dada adalah sama. Milner dan kawan-kawan mencatat bahwa bayi yang lahir
melalui kelahiran sesar memiliki volume yang lebih tinggi dari cairan interstitial
menghadapi tingkat epinefrin tinggi, pompa klorida bertugas untuk sekresi cairan
Asma ibu dan merokok. Demissie dan kawan-kawan melakukan analisis kohort
historis pada pengiriman hidup tunggal di rumah sakit Jersey Baru dari 1989-1992.
Bayi dari ibu yang menderita asma lebih mungkin untuk menunjukkan takipnea
sementara. yang baru lahir dari bayi dari ibu pada kelompok kontrol.
Penelitian cohort menunjukkan bahwa Bayi baru lahir dengan TTN akan mengalami
Jenis kelamin pria dan makrosomia: Ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko
Faktor-faktor lain: sedasi berlebihan ibu, asfiksia perinatal, dan kelahiran sesar.
5
2.4. Anatomi dan fisiologi
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah salah
satunya system pernafasan. Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.
A. Perkembangan paru-paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang-cabang
sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan sepenuhnya
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
6
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan
meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan
alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan yang menyebabkan
sulit bernafas.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi
melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar paru-
paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea
dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari
vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah yang
terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga penurunan
akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-
2.5. Patofisiologi
Penyakit pernapasan akut tidak infeksius berkembang pada sekitar 1% dari semua
bayi baru lahir dan menyebabkan masuk ke unit perawatan kritis. Takipnea transient
7
pada bayi baru lahir adalah akibat dari sebuah keterlambatan dalam pembersihan cairan
paru janin. Dahulu, masalah pernapasan dianggap masalah kekurangan surfaktan relatif
kembali secara aktif Na+ hanya selama akhir kehamilan. Saat lahir, paru-paru matur
oksigen menambah kapasitas traspor epitel terhadap Na + dan meningkatkan ekspresi gen
untuk epitel Na + channel (ENaC). Ketidakmampuan paru-paru janin imatur untuk beralih
dari sekresi cairan hasil penyerapan cairan, sebagian besar, dari immaturitas dalam
reabsorpsi Na + paru-paru kemungkinan besar melalui saluran ENaC pada akhir usia
kehamilan janin.
Bayi matur yang memiliki transisi normal dari janin ke kehidupan postnatal
memiliki surfaktan yang dan sistem epitel yang matur. Takipnea transient pada bayi
baru lahir terjadi pada bayi baru lahir matur dengan jalur surfaktan matur dan kurang
neonatus terjadi pada bayi dengan kedua jalur surfaktan dini dan Na + transportasi
immatur.
Bayi lahir dengan kelahiran sesar berisiko memiliki cairan paru yang berlebihan
sebagai akibat tidak mengalami semua tahapan persalinan normal dan kurangnya
lonjakan katekolamin yang tepat, yang menyebabkan pelepasan yang rendah dari
counter-regulatory hormones pada saat persalinan. Hal ini membuat cairan tertahan di
8
alveoli yang akan menghambat terjadinya pertukaran gas.
Tanda dari TTN adalah dengan melihat adanya tanda distress pernafasan, yaitu
takipneu (>60 kali/menit), nafas cuping hidung, mendengkur, retraksi dinding dada,
sianosis dan sianosis pada kasus ekstrim. Takipnu ini bersifat sementara dimana
2.7. Diagnosis
A. Pemeriksaan Fisik
Temuan fisik yang didapatkan Bayi baru lahir dengan TTN meliputi takipnea
Tingkat pernapasan puncak lebih dari 90 napas per menit selama 36 jam pertama
9
B. Pemeriksaan Laboratorium
>55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi, merupakan
Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan untuk
polisitemia.
Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi bakteri.
C. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen thoraks.
Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura. Prominent
Radiografi dada adalah standar diagnostik untuk Bayi baru lahir dengan TTN .
dalam celah.
10
Patchy Infiltrat atau gambaran infiltrat yang halus pada kedua lapang paru
11
Sebuah foto toraks anteroposterior terlentang Bayi baru lahir dengan TTN.
infiltrat yang halus pada kedua lapang paru secara homogen dan tersebar merata
Dalam keadaan tenang, bayi ditempatkan dalam posisi terlentang, lateral, atau
prone untuk discan. Setiap paru dibagi menjadi 3 regio yaitu regio anterior, lateral,
dan posterior oleh linea aksilaris anterior dan posterior. Probe tegak lurus dengan iga.
lung point (DLP), dan efusi pleura, yang didefinisikan sebagai berikut. Garis pleura:
garis echogenic reguler di bawah lapisan superficial thorax yang bergerak terus
menerus selama respirasi, sedangkan garis pleura abnormal merujuk pada garis pleura
yang menghilang, menebal, tidak teratur, atau kasar dan tidak tampak jelas; A-line:
sekelompok garis echogenic, horisontal, dan paralel berjarak sama dari satu sama lain
di bawah garis pleura; B-line: juga dikenal sebagai komet USG paru-paru, artefak
hiperechoic sempit yang menyebar mirip dengan sinar laser dari garis pleura ke tepi
layar; Sindrom interstitial: kehadiran lebih dari 3 B-lines di setiap area yang
diperiksa; white lung: didefinisikan sebagai adanya B-line yang kompak di 6 daerah
tanpa gema horisontal; konsolidasi paru: area hepatisasi dengan adanya air-
atau sifat dari perubahan patologis di berbagai daerah paru-paru, scan logitudinal
menunjukkan perbedaan yang jelas antara bidang paru atas dan bawah; titik cut-off
tajam ini antara bidang paru atas dan bawah dikenal sebagai DLP; dan pleura efusi:
12
gambaran anechoic yang dibatasi oleh diafragma dan pleura.
Jaringan paru-paru yang normal adalah hypoechoic. Garis pleura dan Alines
merupakan garis hyperechoic yang halus, jelas, dan reguler, dan menyebar secara
paralel. Tidak ada B-lines (7 jam setelah lahir) atau hanya ada beberapa (dalam waktu
72 jam setelah lahir). Tidak ada manifestasi seperti sindrom interstitial paru-paru,
Sindrom paru interstitial: ditemukan di semua bayi. Untuk pasien yang parah,
ditemukan white lung (Gambar 4); Abnormalitas garis pleura: didapatkan di semua
13
pasien dengan TTN. Kelainan ini termasuk penebalan, ketidakjelasan, dan hilang
(Gambar 4); Hilangnya A-line parsial atau lengkap: pada bayi dengan sindrom
interstitial paru yang parah, A-line benar-benar menghilang; jika tidak, A-line hanya
sebagian hilang (Gambar 4 dan 5) Efusi pleura: unilateral atau bilateral (Gambar 6);
Manifestasi ultrasonik yang tidak konsisten pada bidang paru-paru bilateral: tidak
hanya manifestasi ultrasonik dari bidang paru-paru bilateral yang berbeda, tetapi fitur
ultrasonik bidang paru-paru yang berbeda dalam paru-paru yang sama juga bisa
14
dengan air-bronchogram (100%); sebagai tambahan, kelainan garis pleura,
hilangnya A-line, dan sindrom interstitial juga bisa dimanifestasikan, tapi DLP
tidak ditemukan pada pasien dengan RDS (Gambar 7). DLP hanya diamati pada
bayi dengan TTN, bukan pada bayi dengan RDS. DLP adalah temuan spesifik
TTN dan konsolidasi paru diamati hanya pada pasien dengan RDS, DLP dan
penting untuk membedakan TTN dari RDS menggunakan LUS (Gambar 8).
pecah dini, dan demam. Differensial count menunjukkan tanda neutropenia atau
leukositosis dengan jumlah abnormal dari sel immature. Tes antigen urin dapat
15
positif bila neonatus mengalami group B streptococcal. Jika terdapat tanda-tanda
Pemberian antibiotik dapat dihentikan jika didapatkan hasil kultur yang negative
dalam 3 hari.
HMD. Biasanya terjadi pada neonatus yang premature atau dengan alasan lain akan
tertundanya maturasi paru. Pada rontgen thoraks dapat diketahui dengan jelas pola
persalinan berupa cairan ketuban berwarna hijau tua, mekonium pada cairan ketuban,
noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan (sianosis), pernafasan
cepat (takipnea), sesak nafas (apnea), frekuensi denyut jantung janin rendah sebelum
kelahiran, skor APGAR yang rendah ,bayi tampak lemas, auskultasi: suara nafas
abnormal.
2.9. Penatalaksanaan
Transient Tachypnea of the Newborn ini bersifat self limiting disease, sehingga
pengobatannya adalah:
Oksigenasi
Antibiotik. Kebanyakan bayi baru lahir diberi antibiotik berspektrum luas hingga
sebaiknya tidak diberi makan per oral untuk menghindari risiko aspirasi. Jika
frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali per menit, pemberian makanan per oral
dapat ditolerir. Jika 60-80 kali per menit, pemberian makanan harus melalui NGT.
Jika lebih dari 80 kali per menit, pemberian nutrisi intra vena diindikasikan.
16
Cairan dan elektrolit. Status cairan tubuh dan elektrolit harus dimonitor dan
dipertahankan normal.
2.10. Prognosis
Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko kekambuhan atau
disfungsi paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan dengan mobilisasi cairan
17
BAB III
KESIMPULAN
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) adalah suatu penyakit ringan pada
neonatus yang mendekati cukup bulan atau cukup bulan yang mengalami gawat napas segera
setelah lahir dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari. Penegakan diagnosis terdiri
dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium sederhana
cara pemberian makanan dalam hubungannya dengan risiko aspirasi, dan monitoring cairan
dan elektrolit.
Penyakit ini bersifat sembuh sendiri dan tidak ada risiko kekambuhan atau disfungsi
paru lebih lanjut. Gejala respirasi membaik sejalan dengan mobilisasi cairan dan ini biasanya
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdul L et al. 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta : CV Sagung Seto.
Fanaroff AA, Martin RJ. Neonatal-Perinatal Medicine: Diseases of the fetus and infant.
8th ed. 2006.
Jain L, Eaton DC. Physiology of fetal lung fluid clearance and the effect of labor. Semin
Perinatol. Feb 2006;30(1):34-4
Waldo E Nelson, MD et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: EGC
19