Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

PENDEKATAN DALAM KONSELING

“Konseling Psikologi Individual”

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons.

OLEH:

BERLIANA AGUSTIA (17006085)

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
1. Konseling Individu (Adler)
Konseling psikologi individual dipelopori oleh Alfred Adler dan dikembangkan
sebagai sistematika terapi oleh Rudolf Dreikurs & Donald Dinmeyer, yang dikenal
dengan nama Adlerian Counseling. Awalnya Adler bekerjasama dengan Freud, tapi ia
tidak puas terhadap penekanan Freud yang berlebihan pada seksualitas dalam
perkembangan kepribadian dan menonjolkan gejala neurosis, menekankan kelemahan
dan ketidakberdayaan anak muda dalam perasaan inferior mereka (minder dan rendah
diri) (Naisaban, 2004).
2. Riwayat Hidup Adler
Pada tahun 1935 Adler menetap di Amerika Serikat. Di sana dia melanjutkan
prakteknya sebagai ahli penyakit syaraf dan juga menjadi guru besar dalam psikologi
medis di Long Island College of Medicine. Dia meninggal di Scotlandia pada tahun
1937, ketika sedang dalam perjalanan keliling untuk memberikan ceramah-ceramah.
Psikoanalisis pengaruh Adler lekas meluas, walaupun tidak seluas pengaruh
Psikoanalisis, terutama karena Adler dan pengikut-pengikutnya mempraktekan
teorinya dalam lapangan Pendidikan. Juga di Amerika Serikat pengaruh Individual
Psychologie itu cukup luas. Pendapat-pendapat Adler tetap terpelihara dan bertambah
luas berkatadanya “The American Society of Individual Psychology” yang mempunyai
majalah tersendiri, yaitu: The American Journal of Individual Psychology (Sumadi,
2012).
3. a. Asumai Tentang Manusia
Menurut (Jeiss dan Gregory, 2012) mengatakan bahwa Adler percaya manusia
pada dasarnya mampu menentukan dirinya sendiri dan bahwa mereka membentuk
kepribadian mereka dari makna yang mereka berikan atas pengalam mereka. Bahan
untuk membangun kepribadian di sediakan oleh faktor keturunan dan lingkungan,
tetapi daya kreatiflah yang membentuk bahan-bahan ini dan menjadikannya berguna.
Adler berulangkali menekankan bahwa kemampuan yang di manfaatkan lebih penting
dari pada jumlah kemampuan yang dimilki seseorang.

b. Struktur Kepribadian

Dalam konseling individual perkembangan kepribadian manusia menurut


(Prayitno, 1998) yaitu:
a. Dasar kepribadian terbentuk pada usia empat – lima tahun pertama.
b. Awalnya manusia dilahirkan dengan feeling of inferiority (foi) yang
selanjutnya menjadi dorongan bagi perjuangannya ke arah feeling of
superiority (fos).
c. Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasarnya
dan menginterpretasikan lingkungannya itu dan pada saat itu juga social
interest-nya juga berkembang.
d. Selanjutnya terbentuklah life style yang unik pada masing-masing
individu human individuality yang bersifat: self-deterministik,
teleologis, dan holistic.
e. Sekali terbentuk life style sukar untuk berubah perubahannya akan
membawa kepedihan.

c. Perilaku Bermasalah

Menurut (Taufik, 2017) biasanya keabnormalan kepribadian seseorang


disebabkan oleh inferiority feeling yang tidak ditanggulangi dengan baik atau sekedar
dibesar-besarkan serta berlangsung secara tidak wajar, apalagi dibarengi dengan
kecacatan fisik maupun mental, perlakuan orang tua yang tidak wajar, dan jika anak
diterlantarkan. Susunan dalam keluarga dapat memperkuat perasaan rendah diri pada
anak.

4. Riset Tentang Teori


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, konseling kelompok dengan
pendekatan Adlerian merupakan salah satu bentuk alternatif penanganan yang dapat
diterapkan untuk menangani siswa Sekolah Dasar yang mengalami masalah rendahnya
pengendalian diri. Hal ini dibuktikan dengan hasil posttest yang mengalami
peningkatan dibandingkan dengan hasil pretest. Konseling kelompok dengan
pendekatan Adlerian membuat siswa menyadari akan gaya hidupnya yang kurang tepat,
serta memberikan pemahaman dan pandangan baru pada siswa mengenai cara
menyelesaikan masalah baru yang tidak siswa pikirkan sebelumnya. Selain itu,
konseling kelompok dengan pendekatan Adlerian memberikan kesempatan pada siswa
untuk saling terbuka pada teman sebayanya mengenai hal-hal penting di dalam dirinya.
Dalam hal ini, pemimpin kelompok juga berkesempatan untuk memotivasi siswa untuk
menjadi orang yang lebih baik, untuk berani dan mau berusaha untuk meng-ubah
perilaku buruk menjadi perilaku baik, serta mengembangkan pernilaian positif terhadap
diri siswa. Tidak hanya itu, melalui dinamika kelompok, layanan konseling kelompok
dapat memfasilitasi siswa untuk mengenal dan mengekspresikan perasaan diri dan
orang lain, berpendapat, serta membina hubungan de-ngan sesama anggota kelompok.
Hal ini telah mampu meningkatkan semangat belajar, rasa ingin tahu, dan kepedulian
terhadap sesama teman. Konseling kelompok dengan pendekatan Adlerian dapat
diterapkan oleh konselor sekolah sebagai salah satu bentuk alternatif untuk menangani
siswa Sekolah Dasar yang m ngalami masalah rendahnya pengendalian diri (Fitriana
dkk, 2015).

5. Tujuan Teori
Menurut (Taufik, 2017) berdasarkan perkembangan kepribadian yang abnormal
dan bertingkah laku salah suai dapat dirumuskan tujuan konseling sebagai berikut:
a. Mengubah konsep tentang diri klien sendiri. Individu yang mengalami masalah
sebetulnya disebabkan oleh karena konsep diri yang dimilikinya bersifat negatif,
dalam arti dia sering melihat dirinya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
b. Melalui perubahan konsep diri sendiri, diharapkan akan dapat berubah pula
fisiknya.
c. Dari perubahan fisiknya diharapkan akan berubah pula gaya hidupnya dan akhir
dapat diubah tingkah lakunya.
6. Peran Konselor
a. Membantu individu mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya
serta perasaan inferioritasnya.
b. Membantu individu mengoreksi persepsinya terhadap suatu kejadian dan dalam
waktu yang sama membantu ia mengembangkan tujuan-tujuan yang baru yang
mana ia bisa mengarahkan tingkah lakunya.
c. Mengembangkan kembali minat sosial dalam diri individu dengan cara interaksi
sosial serta membangun kembali si klien.
7. Teknik Konseling
Menurut (Taufik, 2017) konseling psikologi individual tidak merumuskan
teknik khusus, namun secara umum dalam berbagai literatur hanya disarankan sejenis
pedoman umum/teknik umum yang dapat memandu konselor dalam konseling. Teknik
tersebut menurut Hansen (dalam Taufik, 2017) yaitu:
1. Menganalisis gaya hidup klien. Kegiatan yang termasuk dalam hal ini yaitu:
a. Konselor harus sampai pada kenyataan tentang faktor-faktor yang meyakinkan
akan mempengaruhi kepribadian klien sampai dia mengalami masalah hingga saat
konseling berlangsung.
b. Pemahaman yang sebenarnya tentang pola-pola tingkah lakunya selama ini secara
nyata, untuk menemukan kesenjangan.
c. Konselor harus sampai dapat membandingkan konstelasi (keadaan) keluarga
dimana klien hidup dengan yang seharusnya, sebab semua itu akan
mempengaruhitingkah laku klien.
d. Konselor harus bisa menyampaikan penafsirannya kepada klien, tentang hubungan
apa yang diperolehnya dari butir a, b, dan c tersebut.
2. Menginterpretasikan ingatan-ingatan masa lampau yang lebih ada kaitannya dengan
kondisi sekarang, yaitu keadaan pada waktu berumur dibawah 10 tahun. Keadaan masa
lampau itu diperkirakan akan berpengaruh pada masa sekarang, khususnya
pembentukan kepribadian yang abnormal.
3. Dengan penafsiran tersebut diharapkan persepsi klien berubah, dan akhirnya dia dapat
mengubah tingkah lakunya, sehingga sesuai dengan keadaan sekarang.
8. Proses Konseling
(Prayitno, 1998) menjelaskan bahwa proses konseling psikologi individual
diantaranya yaitu:
a. Membangun hubungan yang baik antara klien dengan konselor jangan sampai klien
takut kepada konselor:
1) Konselor mampu berkomunikasi dengan baik
2) Objektif
3) Mampu mendengarkan dengan baik
b. Tiga tahap dalam proses konseling:
1) Mengembangkan pemahaman tentang Ig dan Is klien.
2) Menginterpretasikan tingkah laku klien sehingga klien menyadari bagimana
tujuan-tujuan (yang termuat di dalam tingkah lakunya itu) menimbulkan
gangguan ataupun kesulitan.
3) Apabila kasadaran tersebut muncul, dikembangkan si klien.
KEPUSTAKAAN

Fitriana dkk. (2015). PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN


PENDEKATAN ADLERIAN TERHADAP PENGENDALIAN DIRI SISWA KELAS
VI SEKOLAH DASAR NEGERI JATINEGARA 10 PAGI JAKARTA. Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 4(1), 102–107.

Jeiss dan Gregory. (2012). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Naisaban. (2004). Para Psikologi Terkemuka Dunia: (Riwayat Hidup Pokok Pikiran dan
Karya). Jakarta: Grasindo.

Prayitno. (1998). Konseling Pancawaskita. Padang: FIP UNP.

Sumadi. (2012). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Taufik. (2017). Pendekatan Dalam Konseling. Padang: BK FIP UNP.

Anda mungkin juga menyukai