Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tinjauan Umum


II.1.1 Sirkulasi dalam Arsitektur (Ching.D.K, 2008)
Pengertian sirkulasi dalam arsitektur adalah jalur pergerakan yang dianggap
sebagai elemen penyambung indrawi yang menghubungkan ruang ruang sebuah bangunan,
atau serangkaian ruang eksterior atau interior manapun, secara bersama sama.
II.1.2 Unsur – Unsur Sikulasi
Komponen – komponen prinsip suatu sistem sirkulasi bangunan sebagai unsur –
unsur positif yang mempengaruhi presepsi kita tentang bentuk dan ruang – ruang bangunan
serta arah pergerakannya. Dalam mempelajari pola sirkulasi dalam arsitektur dapat kita
lihat menurut unsur unsur dibawah ini:
1. Pencapaian (pandangan dari jauh)
2. Pintu masuk (dari luar kedalam)
3. Konfigurasi (sekuen ruang)
4. Hubungan – hubungan jalur ruang (ujung, titik, dan pengakhiran jalur)
5. Bentuk ruang sirkulasi (koridor, aula, galeri, tangga, dan kamar)
II.1.2.1 Pencapaian
Pencapaian merupakan tahap pertama dalam sistem sirkulasi. Ketika menempuh
tahap ini, manusia disiapkan untuk melihat, mengalami, serta memanfaatkan ruang – ruang
di dalam sebuah bangunan.
Pencapaian menuju suatu bangunan dapat bervariasi, bisa melalui suatu ruang
sempit hingga ke sebuah rute yang panjang dan memutar. Pencapaian bisa tegak lurus
maupun miring terhadap bangunan dan lainnya. Jenis alur pencapaian menuju sebuah
bangunan dapat dibedakan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Pencapaian Bangunan


Sumber : Francis D.K. Ching, 1996

-1-
1. Pencapaian Frontal

Pencapaian frontal secara langsung mengarah ke pintu masuk sebuah bangunan


melalui sebuah jalur lurus dan aksial. Ujung akhir yang visual yang menghilangkan
pencapaian ini jelas dapat berubah seluruh fasad depan bangunan atau pintu masuk yang
mendetail di dalam bidang.

Gambar 2.2. Pencapaian Bangunan secara Langsung


Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996

-1-
2. Pencapaian Tidak Langsung
Sebuah pencapaian tidak langsung menekankn efek perspektif pada fasad depan
dan bentuk sebuah bangunan. Jalurnya dapat diarahkan kembali sekali atau beberapa kali
untuk menunda dan memperlama sekuen pencapaian. Pintu masuk dapa dibuat menjorok
dari fasadnya agar lebih terlihat.

Gambar 2.3. Pencapaian Bangunan secara Tersamar


Sumber: Francis D.K. Ching, 1996

3. Pencapaian Spiral
Sebuah jalur spiral memperlama sekuen pencapaian dan menekankan bentuk tiga
dimensional sebuah bangunan ketika manusia bergerak mengelilinginya. Pintu masuk
dapat terlihat berulang kali pada waktu pencapaiannya untuk memperjelas posisinya, atau
bisa disembunyikan hingga di titik kedatangan
Gambar 2.4 Pencapaian Bangunan secara Berputar

Sumber: Francis D.K. Ching, 1996


II.1.2.2 Konfigurasi Jalur
Sebuah jalur pergerakan oleh manusia, mobil, barang atau jasa, secara alamiah
adalah linear. Dan seluruh jalur tersebut memiliki sebuah titik awal sebelum membawa kita
melalui tahapan ruang – ruang hingga menuju suatu tujuan.

-1-
Kemenerusan dan skala setiap jalur pada sebuah persimpangan dapat menolong kita
membedakan rute – rute utama menuju ruang – ruang yang besar dan jalur – jalur sekunder
ke ruang yang lebih sedikit. Ketika jalur – jalur di sebuah persimpangan setara satu sama
lain, maka perlu disediakan ruang yang cukup agar memungkinkan orang berhenti sejenak
untuk menyesuaikan orientasinya. Bentuk dan skala akses – akses dan jalur sebaiknya juga
membawakan perbedaan antara ruang public dan koridor servis. Sifat konfigurasi sebuah
jalur mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh pola organisasi ruang – ruang yang
menghubungkannya. Konfigurasi sebuah jalur dapat memperkuat sebuah organisasi spasial
dengan cara membuat pola sejajar. Atau konfigurasi tersebut dapat dikontrasikan dengan
bentuk organisasi spasial dan bertindak sebagai sebuah penekanan visual. Sistem
konfigurasi jalur dapat dibedakan sebagai berikut:

Gambar 2.7. Konfigurasi Jalan


Sumber: Francis D.K. Ching, 1996

-1-
1. Linear
Jalur yang lurus dapar menjadi elemen pengatur utama bagi serangkaian ruang.
Jalur dapat berbetuk kurva linear atau terpotong – potong, bersimpangan, bercabang, atau
membentuk putaran balik.

2. Radial
Memiliki jalur – jalur linear yang memanjang dari atau berakhir di sebuah titik.

3. Spiral
Sebuah jalur tunggal yang menerus dan berawal dari sebuah titik dan semakin jauh
dari titik pusat.

-1-
4. Grid
Terdiri dari dua buah jalur sejajar yang berpotongan pada interval – interval regular
dan menciptakan area ruang berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang.

5. Jaringan
Terdiri dari jalur – jalur yang menghubungkan titik – titik yang berbentuk di dalam
ruang.

6. Komposit
Menggunakan kombinasi pola – pola yang berurutan titik – titik penting pada pola
manapun akan menjadi pusat aktivitas untuk mencegah terjadinya jalur tak terorientasi,
perlu adanya susunan hirarki di antara jalur dan titik dengan cara membedakan skala,
bentuk, panjang, dan penempatannya.

-1-
II.1.2.3 Hubungan Jalur Ruang
Jalur dapat dikaitkan dengan ruang – ruang yang dihubungkan melalui cara berikut.
Antara lain:

Gambar 2.8. Hubungan Jalur Ruang


Sumber : Francis D.K. Ching, 1996

1. Melewati Ruang
a. Integrasi setiap ruang dipertahankan
b. Konfigurasi jalur fleksibel
c. Ruang – ruang yang menjadi perantara dapat digunakan untuk
menghubungkan jalur dengan ruang – ruangnya.

Gambar 2.9. Melewati Ruang


Sumber : Francis D.K. Ching, 1996

-1-
2. Lewat Menembus Ruang`
a. Lokasi ruangnya menghasilkan jalur.
b. Hubungan jalur menuju ruang digunakan untuk mencapai dan memasuki
ruang penting baik secara fungsional maupun simbolis.

Gambar 2.10. Menembus Ruang


Sumber : Francis D.K. Ching, 1996

3. Berakhir Dalam Ruang


a. Lokasi yang menentukan jalan
b. Hubungan jalan – ruang ini digunakan untuk mencapai dan memasuki
secara fungsional atau melambangkan ruang – ruang yang penting.

Gambar 2.11. Berakhir Dalam Ruang


Sumber: Francis D.K. Ching, 1996

-1-
4. Bentuk Ruang Sirkulasi
Ruang – ruang untuk pergerakan membentuk sebuah bagian integral dari organisasi
bangunan manapun dan memiliki jumlah yang signifikan di dalam volume bangunan.
Bentuk dan skala sebuah ruang sirkulasi sebaiknya mengakomodir pergerakan manusia
ketika mereka tengah berjalan santai, berhenrti sejenak, beristirahat, atau menikmati
pemandangan di sepanjang jalur.
Bentuk ruang sirkulasi dapat bervariasi menurut bagaimana:
 Batas – batas di definisikan.
 Bentuknya berkaitan dengan bentuk ruang yang dihubungkannya.
 Kualitas skala, proporsi, pencahayaan, dan pemandangannya
diartikulasikan.
 Pintu – pintu membuka kepadanya.
 Bentuk ruang sirkulasi menangani perubahan ketinggian dengan
menggunakan tangga dan ramp.

-1-
Sebuah ruang sirkulasi dapat bersifat:
Ruang sirkulasi Gambar
Tertutup

Terbuka pada satu sisi

Terbuka pada kedua sisi

-1-
II. 2 Pengertian Konvensi

Konvensi berarti permufakatan umum, terutama mengenai bentuk-bentuk tatakrama, adat istiadat
atau kebiasaan yang berdasarkan kemufakatan umum, perjanjian antar negara, para penguasa
pemerintah. Convention rnerupakan suatu pertemuan dari beberapa orang yang mernbahas
beberapa masalah- masalah atau untuk saling bertukar pikiran, pandangan dan informasi hal- hal
umum yang menarik kepada kelompok lain. Conventation sebagai suatu rapat urnum cenderung
berupa pemberian informasi-informasi dari suatu tema yang istimewa dan biasanya diakhiri
dengan suatu pameran yang terkait dengan tema. Pusat konvensi yang dimaksud dalam penulisan
ini adalah suatu tempat yang mampu mewadahi kegiatan pertemuan beberapa orang
bermusyawarah untuk membahas suatu maslah tertentu atau sekedar bertukar pikiran mengenai
suatu tema.

Karakteristik Kegiatan

Untuk mendapatkan ruang- ruang yang representatif perlu untuk mengetahui karakter dari jenis
kegiatan yang akan diwadahi:

a. Karakteristik Kegiatan Pertemuan

1. Kongres

Sebuah pertemuan untuk diskusi atau penyelesaian berbagai pertanyaan. Kongres adalah sidang
umum untuk pertukaran resmi informasi dan perdagangan- perdagangan, biasanya dengan obyek
pembahasan kembali pertanyaan- pertanyaan diadakan acara tahunan.

Konvensi, ~. Purwadarminto, W.J.S, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, eet. IV, 1976
~. Lawson F.R, Conference, Convention & Exhibition Facilities, London, 1981 4. Lawson Fred,
Hal. 95

2. Konvensi

-1-
Sebuah pertemuan kelompok (group) dari orang- orang untuk membicarakan masalah bersama
atau untuk pertukaran ide, pandangan dan informasi dari kepentingan bersama (common interest)
kedalam kelompok. Untuk menggambarkan bentuk tradisi dari pertemuan tahunan atau pertemuan
anggota.

3. Konferensi,

Biasanyan berupa sidang umum dan tatap muka antar group dengan partisipan yang besar terutama
yang menyangkut planning, pemecahan masalah- masalah operasional dan organisasional.
Biasanya terbatas untuk anggota dari peruasahaan, profesi atau asosiasi yang sama.

4. lain- lain:

a. Seminar

Biasanya berupa satu tatap muka untuk berbagi pengalaman dibawah bimbingan seseorang leader
dan dihadiri 30 orang atau lebih. Dalam hal ini seminar membutuhkan suatu penataan ruang
dimana seorang leader duduk dan dibelakang dimana para peserta mengikuti seminar.

b. Work Shop,

Merupakan sidang umum bersama group- group dan peserta trainig untuk memperoleh
pengetahuan baru atau keterampilan biasanya dihadiri lebih dari 30- 35 orang.

c. Simposium

Didefinisikan sebagai sebuah diskusi panel oleh para ahli, sebelum keaudience yang besar
didahului diskusi (meskipun beberapa partisan terlibat simposium ini kurang dari sebuah forum)

d. Forum,

Sebuah diskusi panel yang mengambil sisi- sisi yang berhadapan dibawakan oleh seorang ahli-ahli
yang memberikan kesempatan pada peserta untuk berpartisipasi.

e. Lecture (kuliah),

Presentasi formal oleh seorang ahli diakhiri periode tanya jawab.

f. Institute,
-1-
Terdiri dari sidang umum dan diskusi tatap muka group- group untuk mendiskusikan beberapa
beberapa segi persoalan terutama yang menyangkut pendidikan formal dimana didalamnya
terdapat banyak pelatihan.

Karakteristik Kegiatan Eksibisi

1. Pameran,

Mempresentasikan, mempertontonkan suatu produk baik dari teknologi, industri, akademis, dan
sebagainya dengan maksud promosi maupun dalam rangka pameran ilmiah. Pameran dalam
ruangan (in door exhibition) biasanya membutuhkan ruang- ruang yang lebar meningat
dimungkinkan adanya penataan/ layout ruang per stand yang disesuaikan kebutuhan dari masing-
masing peserta pameran sehingga butuh adanya partisi stand nonpermanent. Selain itu dapat juga
dimingkinkan adanya pameran diluar ruangan (out door exhibition) yang memanfaatkan ruang luar
yang dibuat lebih fleksibel terhadap pemanfaatan area parkir dan penataan ruang luar.

2. Pertunjukan/pagelaran,

Pertunjukkan atau pagelaran merupakan kegiatan yang mempunyai maksud untuk


mempertontonkan suatu kegiatan pentas yang membutuhkan penataan akustik ruang, dan kegiatan
ini memanfaatkan fleksibilitas dari ruang konvensi dan eksibisi. Ruang pertemuan dan eksibisi
dapat berubah secara f1eksibel untuk menampung kegiatan yang disesuaikan dengan jumlah
peserta dan bentuk kegiatannya, dengan adanya pembatas ruang yang f1eksibel sehingga
memenuhi besaran ruang sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu juga ruang ini f1eksibel
terhadap penataan ruang dengan seat yang fleksibel demikian juga dengan panggungnya maupun
penutup atapnya.

Pengelompokkan kegiatan.

Pengelompokkan kegiatan didasarkan atas lingkup kegjatan yang akan diwadahi dalam gedung
konvensi, yaitu:

-1-
a. Kelompok kegiatan konvensi

1. Kegiatan utama; keglatan yang berhubungan konvensi seperti kongres, seminar,


rapat, sebagainya.

2. Fsilitas penunjang

3. Service umum

b. Kelompok kegiatan eksibisi

1. Kegiatan utama; kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan eksibisi seperti


pameran, pertunjukkan dan sebagainya.

2. Fasilitas penunjang

3. Service umum

c. Kelompok kegiatan pengelola,

1. Bagian administrasi

2. Bagian akuntasi

3. Bagian teknikal enggineering

d. Kelompok kegiatan penunjang

1. Ruang perjamuan

2. Souvenir shop

3. Dan sebagainya

Ruang Konvensi
-1-
1. Macam ruang

Macam ruang yang akan diwadahi merupakan ruang- ruang yang mendukung kegiatan utama pada
gedung konvensi, yaitu:

Kegiatan Pertemuan

1. Ballroom

Ballroom disini berfungsi ganda sebagai ruang perjamuan untuk kelompok besar, juga ruang
pertemuan untuk rapat umum

2. Ruang sidang ukuran besar

Ruang ini memiliki ukuran lebih besar dari 140 m2. digunakan untuk

presentasi bagi forum yang tidak begitu besar berupa diskusi dan

tanya jawab. Pengaturan ruang dengan tipe teatre atau classroom.

3. Ruang sidang ukuran sedang

Ruang ini memiliki ukuran antara 94- 140m2. digunakan untuk kegiatan yang intensif diikuti
peserta dalam jumlah yang terbatas.

4. Ruang sidang ukuran kecil

Ruang yang berkapasitas antara 20- 30 orang, ukurannya 46-94m2.

5. Breakout room

Ruang yang berukuran antara 14- 40m2, bertujuan untuk pelaksanaan pertemuan kecil, dengan
akomodasi lebih baik.

6. Boardroom

Ruang ini memiliki ukuran antara 46- 75m2, dengan dilengkapi dengan ruang tunggu, toilet serta
kelengkapan kegiatan pertemuan lainnya.

7. Auditorium

Ruang yang menampung 200- 300 tempat duduk untuk kegiatan presentasi dalam ukuran besar.

-1-
8. Ruang komputer dalam kelas khusus

Ruang khusus untuk kegiatan yang menggunakan komputer, dengan ukuran 3,2-3,7m2/ person

Kegiatan Eksibisi

1. Indoor Exhibition

Jenis ruang pameran yang terdapat dalam gedung, merupakan suatu ruang ukuran besar yang
menggunakan partisi tidak permanen sebagai pembatas ruang, atau ruang- ruang pertemuan
dengan fleksibilitas ruang yang dapat dimanfaatkan untuk pameran.

2. Outdoor Exhibition

Merupakan area pameran dengan memanfaatkan open space pada lokasi gedung konvensi.

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR

1. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.

2. Berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara dengan
pengemudi tidak meninggalkan kendaraan.

3. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian


kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu
kurun waktu.

4. Tempat parkir di badan jalan, (on street parking) adalah fasilitas parkir yang
menggunakan tepi jalan.

-1-
5. Fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking) adalah fasilitas parkir
kendaraan di luar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang kegiatan
yang dapat berupa tempat parkir dan/atau gedung parkir.

6. Jalan adalah tempat jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.

7. Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan
(mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar
buka pintu. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP adalah SRP untuk
mobil penumpang.

8. Jalur sirkulasi adalah tempat, yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang
masuk dan keluar dari fasilitas parkir.

9. Jalur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan.

10. Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan jalan
sebagai fasilitas parkir dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk.

B. Tujuan

Fasilitas parkir bertujuan

1. memberikan tempat istirahat kendaraan;


2. menunjang kelancaran arus lalu-lintas.

-1-
C. Jenis Fasilitas Parkir

1. Parkir di badan jalan (on street parking )


2. Parkir di luar badan jalan (off street parking )

D. Penempatan Fasilitas Parkir

1. Parkir di badan jalan (on street parking )


a. Pada tepi jalan tanpa pengendalian parkir
b. Pada kawasan parkir dengan pengendalian parkir

2. Parkir di luar badan jalan (off street parking)


a. Fasilitas parkir untuk umum adalah tempat yang berupa gedung parkir atau
taman parkir untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan tersendiri.

b. Fasilitas parkir sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang berupa


gedung parkir atau taman parkir yang disediakan untuk menunjang kegiatan
pada bangunan utama.

A. Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP )

Penentuan satuan ruang parkir (SRP) didasarkan atas hal berikut.

1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang, seperti Gambar II.1 d.

Gambar II.1.
Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang

-1-
a

a = jarak gandar h = tinggi total


b = depan tergantung B = lebar total
c = belakang tergantung L = panjang total
d = lebar

-1-
2. Ruang bebas kendaraan parkir

Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal
kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu kendaraan
dibuka, yang diukur dari ujung terluar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada
di sampingnya.
Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan
dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari
kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk
menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang
(aisle). Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas arah
longitudinal sebesar 30 cm.

3. Lebar bukaan pintu kendaraan

Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan


yang memanfaatkan fasilitas parkir.
Sebagai contoh, lebar bukaan pintu kendaraan karyawan kantor akan berbeda
dengan lebar bukaan pintu kendaraan pengunjung pusat kegiatan perbelanjaan.
Dalam hal ini, karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas
parkir dipilih menjadi tiga seperti Tabel II.3.

TABEL II.3.
LEBAR BUKAAN PINTU KENDARAAN

Jenis Bukaan Pintu Pengguna dan/atau Peruntukan Gol


Fasilitas Parkir

Pintu depan/belakang terbuka  Karyawan/pekerja kantor I


tahap awal 55 cm.  Tamu/pengunjung pusat
kegiatan perkantoran, perda-
dagangan, pemerintahan,

-
6
-
universitas

Pintu depan/belakang terbuka  Pengunjung tempat olahraga, II


penuh 75 cm pusat hiburan/ rekreasi,
hotel, pusat per- dagangan
eceran/swalayan, rumah
sakit, bioskop

Pintu depan terbuka penuh dan  Orang cacat III


ditambah untuk pergerakan kursi
roda

-
7
-
TABEL II.5
LEBAR MINIMUM JALAN LOKAL SEKUNDER SATU
ARAH UNTUK PARKIR PADA BADAN JALAN

Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur


Sudut Lebar Ruang Ruang D+ D+M- Lebar Lebar Lebar Lebar
Parki Ruang Parkir Manu M J Jalan Total Jalan Total
r Parkir Efekti - ver (E) Efekti Jalan Efek- Jalan
( A fD M fL W tif W
n ) (m) (m) (m) (m) L (m)
(m) (m) (m) (m)

0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 2,5 5,3 5,0 7,8

30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 2,5 7,4 5,0 9,9

45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 2,5 8,8 5,0 11,3

60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 2,5 9,9 5,0 12,4

90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 2,5 10,8 5,0 13,3

Keterangan : J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter).

TABEL II.6
LEBAR MINIMUM JALAN KOLEKTOR SATU
ARAH UNTUK PARKIR PADA BADAN JALAN

Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur


Sudu Lebar Ruang Ruang D+ D+M- Lebar Leba Leba Leba
t Ruang Parkir Manu M J Jalan r r r
Parki Parkir Efekti - ver (E) Efekti Total Jalan Total
r A fD M fL Jalan Efek Jalan
( (m) (m) (m) W - tif W

1--0
n ) (m) (m) (m) (m) L (m)
(m)

0 2,3 2,3 3,0 5,3 2,8 3,5 6,,3 7,0 9,8

30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3,5 8,4 7,0 11,9

45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 3,5 9,8 7,0 13,3

60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3,5 10,9 7,0 14,4

90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3,5 11,8 7,0 15,3

Keterangan : J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter).

1--0
Gambar II.5.
Ruang Parkir pada Badan Jalan

Garis

Keterangan : A = lebar ruang parkir (m)


D = ruang parkir efektif (m)
M = ruang manuver (m)
J = lebar pengurangan ruang manuver (m)
W = lebar total jalan
L = lebar jalan efektif

4. Pola Parkir

a. Pola parkir paralel


1). pada daerah datar

Gedung

Gambar II.6

1--0
1. Larangan Parkir

a. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki atau
tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan

6m

Gambar II.15

b. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang
dari 500 m

2.5 m

> 500 m
2.5 m

Gambar II.16

c. Sepanjang 50 meter sebelum dan sesudah jembatan

1--0
50 m 50 m

Gambar II.17

1--0
d.1. Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang

100 m

Gambar II.18a

d.2. Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang

100 m

Gambar II.18b

1--0
e. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan

25 m
25 m

25 m 25 m

Gambar II.19

f. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung

6m 6m

Gambar II.20

g. Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah keran pemadam kebakaran atau


sumber air sejenis

6m 6m

Gambar II. 21

h. Sepanjang tidak menimbulkan kemacetan dan menimbulkan bahaya


1--0
b. Jalan Masuk dan Keluar

Ukuran lebar pintu keluar-masuk dapat ditentukan, yaitu lebar 3 meter dan
panjangnya harus dapat menampung tiga mobil berurutan dengan jarak
antarmobil (spacing) sekitar 1,5 meter, Oleh karena itu, panjang-lebar pintu
keluar masuk minimum 15 meter.

1). Pintu Masuk dan Keluar Terpisah


Satu jalur : Dua jalur:
b = 3,00 - 3,50 m b = 6,00 m
d = 0,80 - 1,00 m d = 0,80 - 1,00 m
R1 = 6,00 - 6,50 m R1 = 3,50 - 5,00 m
R2 = 3,50 - 4,00 m R2 = 1,00 - 2,50 m

LOKASI PARKIR
R

R R t1

Gambar II.37

1--0
2) Pintu Masuk d an Keluar Menjadi Satu

Lo
Bo
Lp

LOKASI
PARKIR

Gambar II.38

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pintu masuk dan keluar
adalah sebagai berikut.

1) Letak jalan masuk/keluar ditempatkan sejauh mungkin dari persimpangan


2) Letak jalan masuk/keluar ditempatkan sedemikian rupa sehingga
kemungkinan konflik dengan pejalan kaki dan yang lain dapat dihindarkan.
3) Letak jalan keluar ditempatkan sedemikian rupa sehingga memberikan jarak
pandang yang cukup saat memasuki arus lalu lintas.
4) Secara teoretis dapat dikatakan bahwa lebar jalan masuk dan keluar (dalam
pengertian jumlah jalur) sebaiknya ditentukan berdasarkan analisis kapasitas.

Pada kondisi tertentu kadang ditentukan modul parsial, yaitu sebuah jalur gang hanya
menampung sebuah deretan ruang parkir di salah satu sisinya.

Jenis modul itu hendaknya dihindari sedapat mungkin. Dengan demikian, sebuah
taman parkir merupakan susunan modul yang jumlahnya tergantung pada luas tanah
yang tersedia dan lokasi jalan masuk ataupun keluarnya.

1--0
c. Kriteria Ta ta Letak Parkir
Tata letak areal parkir kendaraan dapat dibuat bervariasi, bergantung pada
ketersediaan bentuk dan ukuran tempat serta jumlah dan letak pintu masuk dan
keluar. Tata letak area parkir dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1--0
1). Tata letak pelataran parkir

Tata letak pelataran parkir dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a). Pintu masuk dan keluar terpisah dan terletak pada satu ruas jalan.

Gambar II.39
(b) Pintu masuk dan keluar terpisah dan tidak terletak pada satu ruas.

Gambar II.40
1--0
a) Pintu masuk dan keluar menjadi satu dan terletak pada satu ruas jalan.

Gambar II.41

b) Pintu masuk dan keluar yang menjadi satu terletak pada satu ruas berbeda.

Gambar II.42
5. Gedung Parkir
a. Kriteria
1) tersedia tata guna lahan;
2) memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang -undangan yang berlaku
3) tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
4) memberikan kemudahan bagi pengguna jasa.

b. Tata letak gedung parkir dapat diklasifikasikan sebagai berikut.


1). Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp)
Daerah parkir terbagi dalam beberapa lantai rata (datar) yang
dihubungkan dengan ramp (Gambar II.43a).

2). Lantai terpisah


Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai banyak dengan ramp
yang ke atas digunakan untuk kendaraan yang masuk dan ramp yang tirim
digunakan untuk kendaraan yang keluar (Gambar II.43b, II.43c dan II.43d).
Selanjutnya Gambar II.43c dan II.43d menunjukkan jalan masuk dan keluar
tersendiri (terpisah), serta mempunyai jalan masuk dan jalan keluar yang lebih
pendek. Gambar II.43b menunjukkan kombinasi antara sirkulasi kedatangan
(masuk) dan keberangkatan (keluar).
Ramp berada pada pintu keluar; kendaraan yang masuk melewati semua
ruang parkir sampai menemukan tempat yang dapat dimanfaatkan.
Pengaturan gunting seperti itu memiliki kapasitas dinamik yang rendah
karena jarak pandang kendaraan yang datang agak sempit.

3). Lantai gedung yang berfungsi sebagai ramp


Pada Gambar II.43e sampai dengan II.43.g terlihat kendaraan yang masuk dan
parkir pada gang sekaligus sebagai ramp. Ramp tersebut berbentuk dua arah.
Gambar II.43e memperlihatkan gang satu arah dengan jalan keluar yang lebar.
Namun, bentuk seperti itu tidak disarankan untuk kapasitas parkir lebih dari
500 kendaraan karena akan mengakibatkan alur tempat parkir menjadi
panjang.
Pada Gambar II.43f terlihat bahwa jalan keluar dimanfaatkan sebagai lokasi
parkir, dengan jalan keluar dan masuk dari ujung ke ujung.

Pada Gambar II.43g letak jalan keluar dan masuk bersamaan. Jenis lantai
ber-ramp biasanya di buat dalam dua bagian dan tidak selalu sesuai dengan
lokasi yang tersedia. Ramp dapat berbentuk oval atau persegi, dengan
gradien tidak terlalu curam, agar tidak menyulitkan membuka dan menutup
pintu kendaraan.

Pada Gambar II.43h plat lantai horizontal, pada ujung-ujungnya dibentuk


menurun ke dalam untuk membentuk sistem ramp. Umumnya merupakan
jalan satu arah dan dapat disesuaikan dengan ketersediaan lokasi, seperti
polasi gedung parkir lantai datar.

4). Tinggi minimal ruang bebas lantai gedung parkir adalah 2,50 m.

Anda mungkin juga menyukai