Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu daya tarik pendorong bangsa luar datang ke wilayah Indonesia
adalah karena melimpahnya sumber daya alam yang dimilki. Baik itu sumber
daya alam yang bisa diperbaharui seperti hasil perkebunan dan pertanian maupun
sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui seperti hasil pertambangan,
batubara, minyak dan gas bumi. Sejalan dengan Pasal 33 Ayat (2) Undang-
Undang Dasar 1945, yang berbunyi: “Bumi, Air dan Kekayaan Alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
Maka pengelolaan kekayaan alam harus berorientasi kepada konservasi
sumber daya alam (natural resource oriented) untuk menjamin kelestarian dan
keberlanjutan fungsi sumber daya alam itu sendiri. Indonesia memiliki sumber
daya alam utama dalam kebutuhan energi untuk keberlangsungan hidup. “The
increasing demand for energy due to the rapid growth of the human population”
Meningkatnya permintaan energi karena pesatnya pertumbuhan populasi manusia
(Khalil, 2019: 1). Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan peradaban dunia
menyebabkan kebutuhan energi semakin bertambah.
Bertambahnya penduduk maka bertambah pula energi yang dibutuhkan. Hal
ini menuntut ketersediaan energi yang memadai. Saat ini, minyak dan gas
(MIGAS) bumi merupakan sumber energi andalan dan paling banyak dibutuhkan
di berbagai sektor kehidupan. Di sisi lain, minyak dan gas bumi adalah energi
yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini memacu usaha-usaha yang efektif dan
efisien untuk memenuhi kebutuhan migas.
Pada saat ini ada banyak perusahaan migas nasional dan asing, dengan
produksi migas terbesar di Indonesia yaitu Pertamina, Chevron, Total E&P
Indonesie, Exxonmobil, dan British Petroleum. Sesuai amanat konstitusi,
kekayaan alam berupa minyak dan gas yang terkandung di perut bumi Indonesia
harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara menyeluruh.
Akan tetapi, melihat bangsa sendiri atau perusahaan minyak nasional masih belum

1
2

mampu mengangkat kekayaan alam itu karena banyak mengalami keterbatasan


dana, teknologi, dan sumber daya manusia, maka perusahaaan asing
diperbolehkan turut berpatisipasi dalam pembangunan dibidang migas (Liputan,
2011: 34).
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang No. 44 Tahun 1960
mengenai
“Pertambangan Minyak dan Gas Bumi memberikan kerangka kerja legal
bagi perusahaan berbasis luar negeri untuk mengelola sumber daya alam di
Indonesia”.

Hal ini menyatakan bahwa Indonesia dapat bekerja sama dengan perusahaan
lain dan memperoleh royalti. Saat ini terdapat sekitar 23 perusahaan nasional dan
asing yang melakukan pengolahan produksi minyak di Indonesia sejak tahun
1960. Perusahaan asing dan nasional dapat melakukan kerja sama yang baik
dalam meningkatkan basis produksi minyak Nasional yang memang secara
faktual telah terjadi penurunan hingga di bawah satu juta Barrel (satuan ukuran isi
158, 97 liter/42 galon) perhari sejak beberapa tahun terakhir, mengingat jumlah
konsumsi bahan bakar Nasional yang terus meningkat (Liputan, 2011: 34).
‘’Prior to the production sharing contract executed in the upstream oil
and gas business, the country adopted two oil and gas contract regimes:
concession and ‘contract of work.’ The concession regime was adopted from the
Dutch colonial era until early independence and the contract of work regime was
adopted since Indonesia enacted Law No 40/1960 on Oil and Gas Mining. This
regulation provides that oil and resources are state property. In 1966, the fist
PSC scheme was signed between Pertamina and the Independent Indonesian
American Oil Company. This contract is the first PSC in the history of the world
petroleum industry’’. Sebelum kontrak bagi hasil dilaksanakan di bisnis hulu
minyak dan gas bumi, negara mengadopsi dua rezim kontrak minyak dan gas:
konsesi dan ‘kontrak kerja.’ Konsesi Rezim diadopsi dari era kolonial Belanda
hingga awal kemerdekaan dan kontrak kerja Rezim diadopsi sejak Indonesia
memberlakukan UU No. 40/1960 tentang Penambangan Minyak dan Gas Bumi.
Peraturan ini menyatakan bahwa minyak dan sumber daya adalah milik negara.
3

Pada tahun 1966, skema pertama ditandatangani antara Pertamina dan Perusahaan
Minyak Amerika Indonesia Independen. Kontrak ini merupakan pertama di
Indonesia sejarah industri perminyakan dunia (Purwanto and friends, 2015: 11)
PT. Pertamina merupakan Perusahaan Migas yang dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia (National Oil Company). Pertamina merupakan peleburan dua
perusahaan minyak yaitu PN Permina (Perusahaan Negara Pertambangan Minyak
Nasional) yang berdiri pada tanggal 10 Desember 1957 dengan PN Pertamin
(Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia) yang berdiri pada bulan
Februari 1961. " Pertamina was set up to function as both an oil and gas company
and as a state energy regulator. Pertamina both controlled and supervised oil and
gas activities under various production sharing contracts In 2001, the country
introduced the law regulating oil and gas activities, No. 22/2001, which reduced
Pertamina’s regulatory function. Pertamina acts as a state-owned oil and gas
company focusing only on oil and gas operations. The regulatory functions were
moved into an independent Upstream Oil and Gas Implementing Agency called
BP Migas (Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi). Under this oil and gas law,
the Agency controls upstream activities and manages oil and gas contractors on
behalf of the Government, and downstream activities are controlled by business
licenses issued by the Downstream Oil and Gas Regulatory Agency, called BPH
Migas (Badan Pangatur Hilir Minyak dan Gas Bumi). The BPH Migas regulatory
agency is charged with assuring sufficient supply of domestic fuel oils and natural
gas and the safe operation of downstream activities”.
Pertamina didirikan untuk berfungsi baik sebagai perusahaan minyak dan
gas maupun sebagai pengatur energi negara. Pertamina mengendalikan dan
mengawasi kegiatan minyak dan gas di bawah berbagai produksi berbagi kontrak.
Pada tahun 2001, negara tersebut memperkenalkan undang-undang yang
mengatur kegiatan minyak dan gas, No. 22/2001, yang mengurangi fungsi
pengaturan Pertamina. Pertamina bertindak sebagai minyak dan gas milik Negara
perusahaan yang hanya berfokus pada operasi minyak dan gas. Fungsi pengaturan
dipindahkan ke Badan Pelaksana Minyak dan Gas Hulu independen yang disebut
BP (Badan Pelaksana) Migas. Di bawah UU minyak dan gas ini, Agensi
4

mengontrol kegiatan hulu dan mengelola minyak dan kontraktor gas atas nama
Pemerintah, dan kegiatan hilir dikendalikan oleh izin usaha yang dikeluarkan oleh
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, disebut BPH Migas (Badan
Pangatur Hilir Minyak dan Gas Bumi). Badan pengatur BPH Migas didakwa
memastikan kecukupan pasokan bahan bakar minyak domestik dan gas alam dan
operasi hilir yang aman kegiatan (Purwanto and friends, 2015: 11).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003 tanggal 18 Juni
2003, Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara merubah nama
menjadi PT. Pertamina. Pertamina melakukan kegiatan usaha migas pada Sektor
Hulu hingga Sektor Hilir (Pertamina. 2018). PT. Pertamina didirikan pada tanggal
17 September 2003 berdasarkan Akta Notaris No.20 Tahun 2003. Saat ini PT.
Pertamina memiliki 6 Refinery Unit (RU) yang berada di seluruh wilayah
Indonesia.
PT. Pertamina RU III adalah salah satu dari 6 (enam) Refinery Unit
Pertamina yang bergerak di sektor hilir yang mengoperasikan Kilang BBM
(Bahan Bakar Minyak) dan Petrokimia yang berada di Plaju-Sungai Gerong.
Terdapat Dua lokasi Kilang PT. Pertamina RU III, yaitu kilang Plaju dan kilang
Sungai Gerong. Awal dibangun kilang Plaju yakni pada tahun 1904, oleh Shell
(Belanda) sedangkan kilang Sungai Gerong berdiri tahun 1926 oleh Stanvac
(Amerika Serikat). Pada tahun 1965 kilang minyak Shell Plaju dibeli oleh PN
Pertamin, kemudian di tahun 1968 PN Permina dan PN Pertamin disatukan
menjadi PN Pertamina. Tujuan dari penyatuan usaha – usaha ini adalah
mempertegas pengelolaaan dan prosedur kerja agar memperlancar usaha
peningkatan produksi minyak dan gas bumi berdasarkan PP RI No. 27 Tahun
1968.
PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong terus mengalami perkembangan,
baik dalam bidang struktur organisasi perusahaan, perkembangan di bidang
eksplorasi dan produksi minyak dan gas, hingga bidang social dan ekonomi
terhadap masyarakat. Keberadaan perusahaan minyak ini memang tak terpisahkan
dari kehidupan masyarakat dimana perusahaan ini turut membantu meningkatkan
5

taraf hidup masyarakat baik di bidang sosial maupun ekonomi, terutama di Kota
Palembang.
Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Ari Supriyanto menjelaskan dalam
penelitiannya yang berjudul Peranan PT. Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo di
Bidang Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Pali
Tahun 2003-2015, ia membahas proses berdirinya PT. Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo pada tahun 2003, peranan PT. Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo di
bidang sosial dan bidang ekonomi masyarakat. Dalam bidang sosial mengamati
peranan dibidang pendidikan, keagamaan, kesehatan dan bidang sosial lainnya.
Sedangkan bidang perekonomian meliputi peranan perusahaan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat kecamatan Talang Ubi.
Selanjutnya Noviani Nurkolis, berjudul Dampak Keberadaan Industri pada
Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat dan Lingkungan Industri yang Sekitarnya.
Peneliti menjelaskan bahwa sektor industri memiliki peran penting untuk
pembangunan ekonomi, tetapi di samping itu industri memiliki dampak positif
dan negatif. Perkembangan sektor industri sebagai bagian dari proses
pembangunan nasional dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi telah
membawa perubahan pada kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan ini
termasuk dampak pengembangan industri pada komunitas sosial ekonomi dan
lingkungan di sekitar industri. Dampak perkembangan industri pada aspek sosial
ekonomi mencakup mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor
industri dan perdagangan. Dampak industri pada aspek sosial-budaya, antara lain,
adalah berkurangnya kekuatan yang mengikat nilai-nilai dan norma-norma budaya
yang ada karena dimasukkannya nilai-nilai budaya baru dan norma-norma yang
dibawa oleh komunitas migran atau imigran.
Penelitian-penelitian di atas sudah membahas beberapa penelitian mengenai
peranan perusahaan atau industri bagi sosial ekonomi masyarakat maupun
lingkungan sekitar. Ari Supriyanto membahas Peranan PT. Pertamina EP Asset 2
Field Pendopo dan Noviani Nurkolis membahas Dampak Keberadaan Industri
6

Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Serta Lingkungan Sekitar Industri.


PT. Pertamina Refinery Unit III merupakan perusahaan pengelolahan minyak
Negara, sumber produksinya berasal dari minyak yang ada di wilayah Kota
Palembang tepatnya Plaju dan Sungai Gerong. PT Pertamina Refinery Unit III
memahami bahwa keberhasilan perusahaannya tidak bisa terlepas dari situasi
masyarakat itu sendiri, maka peneliti pun tertarik untuk membahas Perkembangan
PT.Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong dan bagaimana Peranan Pertamina
terhadap sosial ekonomi kota Palembang tahun 2010-2016.

1.2 Rumusan Masalah


Dari Uraian yang telah dituliskan diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan PT Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong pada
tahun 2010-2016?
2. Bagaimana peranan PT Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong di Bidang
Sosial Ekonomi Kota Palembang pada tahun 2010-2016?

1.3 Batasan Masalah


1. Skup Tematikal
Skup ini merupakan pembatasan agar dalam penulisan tidak keluar dari
tema yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penulisan mengambil tema
tentang Sejarah Kilang Minyak mengenai PT Pertamina yang dibahas dalam
penulisan ini adalah “Peranan PT Pertamina Refinery Unit III Plaju-Sungai
Gerong di Bidang Sosial Ekonomi Kota Palembang pada Tahun 2010-2016” Jadi,
fokus pembahasannya adalah mengenai Perkembangan PT Pertamina dan
Peranannya terhadap sosial ekonomi kota Palembang pada tahun 2010-2016.
2. Skup Spasial
Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah keterbatasan wilayah penelitian
yang merupakan objek dan peristiwa yang terjadi. Dalam penulisan ini daerah
yang menjadi objek penelitian adalah Kota Palembang.
7

3. Skup Temporal
Lingkup temporal adalah periode waktu atau peristiwa yang digunakan
sebagai batasan penelitian. Dalam acara ini periode waktu yang dipilih adalah
periode 7 tahun, yaitu dari 2010 hingga 2016.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian adalah:
1. Mengetahui Perkembangan PT Pertamina Refinery Unit III Plaju-Sungai
Gerong pada tahun 2010-2016.
2. Mengetahui Peranan PT Pertamina Refinery Unit III Plaju-Sungai Gerong di
Bidang Sosial Ekonomi Kota Palembang pada tahun 2010-2016.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperolehi dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam pengembangan
pendidikan dan pengetahuan, khususnya bagi masyarakat kota Palembang yang
terkait dengan perkembangan sejarah Kota Palembang di bidang ekonomi
sehingga dapat menjadi referensi dan bermanfaat bagi elemen masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi penulis, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang kota Palembang yang memiliki
sumber daya alam yang melimpah yang dapat digunakan sebagai studi
yang sangat menarik.
b) Bagi masyarakat, penelitian sejarah ini harus digunakan sebagai referensi
untuk lebih menumbuhkan semangat kebersamaan untuk memajukan
Kota Palembang menjadi lebih baik di masa depan.
8

c) Bagi mahasiswa, penelitian sejarah ini dapat digunakan sebagai sarana


untuk menambah pengetahuan tentang sejarah ekonomi Kota Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peranan

Menurut Soekanto (1982: 237) peranan adalah aspek dinamis kedudukan


(status). Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung
pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan
tanpa peranan. Sebagaimana dengan kedudukan, peranan pun memiliki dua
makna. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-
pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang
diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Menurut Soekanto (1982: 238) peranan mencakup dalam tiga hal yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam 17 kehidupan
kemasyarakatan.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah suatu
bentuk penghargaan seseorang terhadap cara menentukan sikap dan perbuatan
dalam situasi tertentu berdasarkan kedudukan sosial tertentu. Sebelum adanya
peranan semua aspek sosial pasti mengalami perkembangan. Perkembangan
berasal dari kata kembang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kembang
berarti maju, menjadi lebih baik. Sedangkan pengertian secara termitologis,
perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi
sosial yang berlangsung sepanjang hidup.

1
10

Peranan dan perkembangan merupakan perubahan yang tersusun dan


teratur, proses komulatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial yang
bergerak dan mengalami perubahan lebih maju dari sebelumnya. Kewajiban PT.
Pertamina Refinery Unit III untuk mendukung dan membantu upaya pemerintah
dan masyarakat dalam membangun berdaya secara ekonomi, sosial dan budaya
menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social
Responsibility (CSR) oleh karena itu peranan pada penelitian ini diarahkan kepada
sebuah perusahaan kilang minyak yaitu PT. Pertamina Refinery Unit III Plaju-
Sungai Gerong dalam sosial ekonomi Kota Palembang terkhusunya pada tahun
2010-2017.

2.2 Pengertian Sosial Ekonomi


Pemahaman sosial-ekonomi jarang dibahas bersama. Pengertian sosial dan
ekonomi sering dibahas secara terpisah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata sosial berarti segala sesuatu yang menyangkut masyarakat. Sedangkan dalam
konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang berarti
mereka tidak dapat hidup secara normal tanpa bantuan orang lain di sekitarnya.
Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
masyarakat.
Sedangkan istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani "oikos" yang
berarti keluarga atau rumah tangga dan "nomos" yang merupakan aturan, aturan,
hukum. Kemudian secara umum ekonomi didefinisikan sebagai peraturan rumah
tangga atau manajemen rumah tangga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Ekonomi berarti pengetahuan tentang prinsip-prinsip produksi, distribusi, dan
penggunaan barang dan kekayaan (seperti keuangan, industri, dan perdagangan)
(KBBI). Sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai studi yang mempelajari
hubungan masyarakat, di mana interaksi sosial dengan ekonomi berlangsung
(Damzar 2016: 24). Kondisi sosial ekonomi adalah tatanan kehidupan sosial
material maupun spiritual yang meliputi rasa keselarasan, kesusilaan, ketentraman
lahirnya dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha untuk pemenuhan kebutuhan sosial lainnya yang sebaik
11

mungkin bagi diri sendiri keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak- hak asasi manusia serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.
Sosial ekonomi adalah kondisi penduduk yang memiliki tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, tingkat kesehatan, tingkat konsumsi, perumahan, dan
lingkungan masyarakat. Sementara itu, menurut Soekanto (2003) ekonomi sosial
adalah posisi seseorang dalam masyarakat terkait dengan orang lain dalam arti
lingkungan sosial, prestasi, dan hak dan kewajiban dalam kaitannya dengan
sumber daya. Perkembangan dan perkembangan industri menghasilkan perubahan
dalam berbagai aspek sosial-ekonomi masyarakat, perubahan-perubahan ini
mencakup perubahan mata pencaharian, perubahan dalam jumlah peluang,
perubahan dalam tingkat pendapatan, dan perubahan dalam jumlah fasilitas dan
infrastruktur. Berdasarkan kesimpulan saya, sosial-ekonomi adalah posisi
seseorang atau sekelompok orang dalam komunitas yang kondisinya
memungkinkan setiap individu atau kelompok untuk melakukan upaya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sebaik mungkin untuk diri sendiri, keluarga dan
masyarakat dan lingkungan.

2.3 Situasi dan Kondisi Kota Palembang


2.3.1 Geografi Kota Palembang
Kota Palembang terletak antara 2°52’ sampai 3°5’ Lintang Selatan dan 104
°37’ sampai 104°52’ Bujur Timur (BPS, 2018: 4). Ketinggian rata-rata delapan
meter dari permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Batas Utara : Kabupaten Banyuasin
b. Batas Selatan : Kabupaten Ogan Komering Ilir
c. Batas Timur : Kabupaten Banyuasin
d. Batas Barat : Kabupaten Banyuasin

Kota Palembang terbagi atas 16 kecamatan dan 107 kelurahan pada tahun
2007. Berdasarkan SK Nomor 136/4123/BAK,dibentuk Kecamatan Jakabaring
pada Tahun 2017 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan seberang Ulu I dan
Kecamatan Ilir timur III yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Ilir timur II,
sehingga saat ini wilayah administrasi Kota Palembang terbagi menjadi 18
kecamatan dan 107 kelurahan. Berdasarkan PP Nomor 23 tahun 1988, luas
12

wilayah Kota Palembang adalah 400,61km2 / 40.061 Ha, dimana Kecamatan


Gandus memiliki luas terbesar dibandingkan kecamatan lainnya (68,78 km2 /
17,17 %) dan Kecamatan Ilir Barat II merupakan kecamatan dengan luas wilayah
terkecil (6,22 km2/ 1,55%) (BPS, 2018: 4). Kota Palembang memiliki luas
400,61km2 yang terdiri dari 18 Kecamatan meliputi :
Tabel 2.1
18 Kecamatan di Kota Palembang
NO KECAMATAN LUAS PERSENTASE
1 Ilir Barat II 6,22 1,55
2 Gandus 68,78 17,17
3 Seberang Ulu I 8,28 2,07
4 Jakabaring 9,16 2,29
5 Kertapati 42,56 10,62
6 Seberang Ulu II 10,69 2,67
7 Plaju 15,17 3,79
8 Ilir Barat I 19,77 4,93
9 Bukit Kecil 9,92 2,48
10 Ilir Timur I 6,50 1,62
11 Kemuning 9,00 2,25
12 Ilir Timur II 10,82 2,71
13 Ilir Timur III 14,76 3,68
14 Kalidoni 27,92 6,97
15 Sako 18,04 4,50
16 Sematang Borang 36,98 9,23
17 Sukarami 51,46 12,85
18 Alang-alang Lebar 34,58 8,63
Palembang 400,61 100,00
Sumber. BPS Kota Palembang 2018

2.3.2 Demografi
Secara umum laju pertambahan penduduk dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor
yaitu, fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), migrasi dan komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Khusus kota Palembang masalah
urbanisasi merupakan pendorong pertambahan penduduk, hal ini dapat
dimengerti, karena Palembang merupakan kota terbuka dan terus berkembang
sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Selatan.

Populasi Kota Palembang berdasarkan proyeksi populasi 2017 dari


1.623.099 penduduk yang terdiri dari 813.708 penduduk penduduk laki-laki dan
809.391 penduduk penduduk perempuan. Dibandingkan dengan populasi yang
13

diproyeksikan pada tahun 2016, populasi Palembang telah tumbuh sebesar 1,01
persen. Sementara besarnya rasio jenis kelamin pada tahun 2017 untuk pria dan
wanita adalah 100,53 persen, yang berarti bahwa jumlah pria lebih besar daripada
jumlah wanita. Kepadatan populasi di Palembang pada tahun 2017 mencapai
4.052 orang / km2. Kepadatan populasi di 18 kecamatan cukup beragam dengan
kepadatan penduduk tertinggi berada di kecamatan Ilir Timur I dengan kepadatan
11.862 jiwa / km2 dan terendah di Kabupaten Gandus 931 jiwa / km2 (BPS, 2018:
70) .

Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan di Kota


Palembang, sebagai berikut :
Tabel 2.2
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Palembang
NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK LAJU PERTUMBUHAN
PENDUDUK PER
TAHUN
2010 2016 2017 2010- 2017 2016- 2017
1 Ilir Barat II 64 440 66 891 71 267 1,44 1,07
2 Gandus 57 887 62 994 64 020 1,44 1,02
3 Seberang Ulu I 165 236 179 160 91 619 1,41 1,02
4 Kertapati 81 014 85 853 89 597 1,44 1,04
5 Jakabaring 90 791 1,41 1,02
6 Seberang Ulu II 94 227 100 575 104 209 1,44 1,04
7 Plaju 79 809 83 008 88 265 1,44 1,06
8 Ilir Barat I 123 315 137 231 137 836 1,36 1,00
9 Bukit Kecil 43 892 44 567 48 874 1,54 1,10
10 Ilir Timur I 69 716 72 391 77 102 1,44 1,07
11 Kemuning 82 495 86 161 91 419 1,47 1,06
12 Ilir Timur II 160 037 167 491 93 352 1,44 1,06
13 Kalidoni 100 394 112 495 111 030 1,44 0,99
14 Ilir Timur III 83 640 1,44 1,05
15 Sako 82 964 92 329 91 754 1,44 0,99
14

16 Sematang Borang 32 290 37 945 35 821 1,48 0,94


17 Sukarami 140 686 166 378 155 590 1,44 0,94
18 Alang-Alang Lebar 87 605 106 602 96 886 1,44 0,91
PALEMBANG 1 468 007 1 602 071 1 623 099 1,43 1,01
Sumber. BPS Kota Palembang 2018

2.3.3 Iklim dan Topografi


Temperatur suatu tempat ditentukan, antara lain, oleh tinggi dan rendahnya
tempat dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2017, suhu udara
maksimum terjadi pada bulan September yang berkisar dari 34,20C, sedangkan
suhu udara minimum terjadi pada bulan Februari dan Maret yang berkisar dari
24,0C. Kecepatan ngina ngina di seluruh wilayah Palembang didistribusikan
secara merata setiap bulan, yang berkisar dari 2,6 knot hingga 4,1 knot. Faktor
lain yang mempengaruhi arah / kecepatan hujan dan angin adalah perbedaan
tekanan udara (BPS, 2018: 5).
Rata-rata suhu dan kelembaban udara menurut bulan di Kota Palembang
sebagai berikut:
Tabel 2.3
Rata-rata suhu dan kelembaban udara menurut bulan di Kota Palembang
NO BULAN SUHU UDARA KELEMBABAN UDARA
TEMPERATURE HUMIDITY(%)
MAKS MIN RATA- MAKS MIN RATA-
RATA RATA
1 Januari 32.2 24.3 27.2 94.7 68.8 84.5

2 Februari 31.4 24.0 26.5 95.6 71.2 86.0

3 Maret 32.6 24.0 27.1 94.7 67.2 84.8

4 April 33.3 24.3 27.7 94.8 64.1 83.3

5 Mei 33.2 25.3 28.2 94.7 66.6 84.1

6 Juni 33.0 24.5 27.8 94.1 65.3 82.9

7 Juli 32.1 24.3 27.3 94.2 68.3 83.9


15

8 Agustus 33.4 27.7 27.7 91.2 61.3 78.7

9 September 34.2 28.0 28.0 90.5 59.5 78.4

10 Oktober 34.0 24.2 27.9 91.9 63.5 82.1

11 November 33.1 24.5 27.7 94.7 72.0 86.6

12 Desember 32.3 24.3 27.3 95.5 77.6 88.7

Sumber. BPS Kota Palembang 2018


Topografi Kota Palembang secara umum adalah dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata + 4 - 12 meter di atas permukaan laut, dengan komposisi: 48
persen tanah dataran yang tidak tergenang air, 15 persen tanah tergenang
musiman, dan 35 persen tanah dibanjiri terus menerus sepanjang musim. Lokasi
area tertinggi berada di Bukit Seguntang, Distrik Ilir Barat I, dengan ketinggian
sekitar 10 meter di atas permukaan laut. Sedangkan kondisi regional terendah
berada di wilayah Sungai Lais, Distrik Ilir Timur II. Kota Palembang terbagi
menjadi daerah dengan topografi datar hingga miring, yaitu dengan kemiringan
mulai dari ± 0-3 ° dan daerah dengan topografi bergelombang dengan kemiringan
mulai dari ± 2-10 ° (BAPPEDA, 2018: III-3).
Ada perbedaan karakter topografi antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir.
Wilayah Seberang Ulu secara umum memiliki topografi yang relatif datar dan
sebagian besar dengan tanah asli di bawah permukaan pasang surut maksimum
Sungai Musi (± 3,75 m di atas permukaan laut) kecuali tanah yang telah
dikembangkan dan akan dikembangkan di mana permukaan tanah telah
mengalami penimbunan sampah. dan reklamasi. Di daerah Seberang Ilir, variasi
topografi (tinggi) dari 4 m hingga 20 m di atas permukaan laut ditemukan dan ada
penggunaan mikro dan lembah "terus menerus" dan tidak ada topografi yang
curam. Jadi dari aspek topografi, pada prinsipnya tidak ada faktor pembatas untuk
pengembangan spasial, baik dalam bentuk lereng besar atau lereng. Sebagian
besar wilayah Kota Palembang adalah dataran rendah yang landai dengan rata-rata
ketinggian tanah +12 meter di atas permukaan laut, sementara daerah
bergelombang ditemukan di tempat-tempat seperti Kenten, Bukit Sangkal, Bukit
Siguntang dan Talang Buluh-Gandus (PPSP, 2010: II -2).
16

Karakter topografi yang berbeda di Kota Palembang (daerah Seberang Ulu


dan Seberang Ilir) terkait dengan kondisi hidrologi, dalam bentuk anak sungai di
daerah tersebut. Di wilayah Seberang Ulu ada anak sungai yang relatif besar
dengan muara di Sungai Musi. Anak sungai Musi yang relatif besar dan di
Pegunungan Bukit Barisan adalah Sungai Ogan dan Sungai Komering. Sedangkan
anak-anak sungai Musi yang relatif kecil adalah Sungai Keramasan yang memiliki
hulu di Kabupaten Muara Enim. Selain anak-anak sungai ini, ada juga anak-anak
sungai kecil dan pendek yang mengarah ke Sungai Musi dan hulu di Kota
Palembang dan sekitarnya, seperti Sungai Aur dan Sungai Sriguna. Di wilayah
Seberang Ilir, aliran anak sungai dibagi menjadi 2 (dua) sesuai dengan
karakteristik topografi yang ada, dalam bentuk punggungan topografi. Di bagian
selatan punggungan, ada anak sungai yang mengalir di Sungai Musi dan hulu di
punggungan topografi. Anak-anak sungai ini termasuk Sungai Lambidaro,
Sekanak, Buah, Batang, Selincah dan sebagainya. Di bagian utara punggungan
ada anak sungai yang mengalir ke utara, yang mengarah ke Sungai Kenten
(BAPPEDA, 2018: III-4).

2.4 Gambaran Umum Perusahaan


2.4.1 Profil Pertamina

PT Pertamina (Persero) Unit Kilang III Plaju, atau biasanya sebentar


Pertamina RU III, beroperasi di Palembang, Sumatra Selatan, Indonesia, adalah
salah satu dari enam unit kilang PT Pertamina (Persero) yang menjalankan
pemrosesan minyak mentah dan produk setengah jadi dari minyak bumi sebagai
aktivitas bisnis utamanya. Produk antara yang diproses di Pertamina RU III
termasuk Alkylfeed, HSDC, slop oil, LOMC, Long Residue, dan Raw PP.
Sementara itu, produk jadi yang diproduksi oleh Pertamina RU III termasuk bahan
bakar minyak atau BBM (terdiri dari Premium, Minyak Tanah, Solar, Minyak
Bakar, dan Minyak Industri), Non-BBM (LPG, Musicool, HAP, LAWS, dan
SBPx), khusus bahan bakar atau BBK (Avtur, Pertalite, Dexlite, Pertamax,
Pertamax Turbo, dan Pertamax Racing), Petrokimia (Polypropylene atau
17

Polytam), dan produk lainnya (termasuk Residu Vakum, LSWR V500, Decant
Oil, dan Naphtha).

Di luar keterlibatan PT Pertamina (Persero), perusahaan induk, dalam


piagam eksternal, prinsip-prinsip dan inisiatif terkait dengan aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan, sebagaimana dinyatakan dalam Laporan Keberlanjutan PT
Pertamina (Persero) 2017, Pertamina RU III tidak berpartisipasi dalam atau
mendukung inisiatif eksternal apa pun secara terpisah. RUU Pertamina III juga
bukan anggota asosiasi industri atau organisasi advokasi, secara terpisah di luar
PT Pertamina (Persero).

2.4.2 Lokasi

Kilang Pertamina RU III Plaju terletak di Jl. Banyan No. 1, Kompleks


Pertamina Plaju, Kabupaten Plaju, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
Kilang tersebut meliputi area seluas 258 hektar (ha) (Area Plaju) dan 153 ha (Area
Sungai Gerong) dan mencakup Unit Operasi, Ruang Pusat Pengawasan Kilang,
Area Tangki Pakan dan Produk, dan Bangunan Kantor. RUU Pertamina III juga
memiliki dan mengelola pelabuhan yang telah distandarisasi oleh Kode ISPS.
Wilayah kerja Pertamina RU III adalah Plaju di Kota Palembang dan Sungai
Gerong di Kabupaten Banyuasin, keduanya terletak di Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 4.1
Lokasi dan Tata Letak Kilang PT. Pertamina RU III
No. Tempat Luas (Ha)
1 Area perkantoran dan kilang Plaju 229,60
2 Ares kilang Sungai Gerong 153,90
3 Pusdiklat fire and safety 34,95
4 RDP dan Lap. Golf Bagus Kuning 51,40
5 RDP Kenten 21,20
6 Lap. Golf Kenten 80,60
7 RDP Plaju, Sungai Gerong dan 3 Ilir 349,37
Total 921,02
Sumber. Laporan Kerja Praktik PT. Pertamina RU III, 2017.
18

2.4.3 Sejarah Pertamina RU III

Pada zaman kolonial Belanda daerah Seberang ulu dapat dikatakan tidak
pernah tersentuh pembangunan fisik dari pihak pemerintah Belanda (Gemeente).
Meskipun tampak tidak mendapat perhatian dari pemerintah jauh di daerah hilir di
sekitar muara sungai Komering terdapat aset pemerintah yang sangat vital. Aset
pemerintah itu telah dibangun sejak awal pembangunannya milik Shell yang
berlokasi di Plaju sedangkan Stanvac berlokasi di Sungai Gerong (Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan, 2005: 249).

Beberapa tahun setelah penemuan minyak bumi di Sumatera Timur, pada


tanggal 16 Juli 1890 dengan modal yang dikumpulkan dari pengusaha perkebunan
di Belanda terbentuk perusahaan Koninklijke Nederlandsche Maatschappij tot
exploitatie van Petroleum Brownen in Nederlandsche-Indie atau dikenal juga
dengan nama singkatnya De Koninklijke. Pabrik pengilangan minyaknya yang
pertama dibangun berada di Pangkalan Brandan Medan yang mulai berproduksi
pada tanggal 1 maret 1892 (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2005: 250).

Persaingan dalam pemasaran minyak merupakan hal wajar. Salah satu


persaingan kuat yaitu persaingan perusahaan minyak Rusia dan Amerika yang
sangat menonjol. De Koninklijke merupakan pendatang baru di dalam usaha
perminyakkan, tetapi perusahaan baru ini telah mempunyai konsesi di Hindia –
Belanda. Untuk memperkuat kedudukannya terhadap saingan – saingan tersebut,
pada tanggal 24 Februari 1907 perusahaan ini bergabung dengan Shell. Gabungan
kedua perusahaan ini menjadi De Koninklijke Shell. Sebelumnya, pada tahun 1902
kedua perusahaan besar ini telah bekerja sama mendirikan sebuah perusahaan
yang bergerak di bidang pengapalan dan pemasaran minyak untuk keperluan
kedua perusahaan (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2005: 250).

Dalam operasionalnya, perusahaan gabungan Belanda – Inggris itu


kemudian mendirikan anak – anak perusahaan yang terdiri dari Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM) yang bergerak di bidang produksi. “Oil
19

exploration in South Sumatra was started in the early 1900s by De Bataafsche


Peffoleum Maatschapij (BPM). BPM managed several oil wells at Jambi and
Sumafra, which were connected with a refinery station at Plaju (Palembang)
(Djawatan Penerangan, 1956). Another oil company, Nederlandsche Koloniale
Petroleum Maatschappij (NKPM), first discovered oil at Talang Akar
(Muaraenim district) in 1921. Six years later, in 1927,the Pendopo oil well was
established. NKPM then developed these two oil wells, and provided workers with
housing, hospitals, schools and water supply facilities. Besides road construction
connecting the oil wells with a refinery station at Sungai Gerong (Palembang), a
ferry port and an air port were developed (Vernon & Wilkins, 1976). Nowadays,
these wells are managed by Pertamina (Indonesian Oil Company)”.

Eksplorasi minyak di Sumatera Selatan dimulai pada awal 1900-an oleh De


Bataafsche Peffoleum Maatschapij (BPM). BPM mengelola beberapa sumur
minyak di Jambi dan Sumatra, yang dihubungkan dengan stasiun kilang di Plaju
(Palembang). Perusahaan minyak lain, Nederlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappij (NKPM), pertama menemukan minyak di Talang Akar (distrik
Muaraenim) pada tahun 1921. Enam tahun kemudian, pada tahun 1927, itu Sumur
minyak pendopo didirikan. NKPM kemudian mengembangkan dua sumur minyak
ini, dan menyediakannya pekerja dengan perumahan, rumah sakit, sekolah dan
fasilitas pasokan air. Selain jalan konstruksi yang menghubungkan sumur minyak
dengan stasiun kilang di Sungai Gerong (Palembang), pelabuhan feri dan
pelabuhan udara dikembangkan. Saat ini, sumur-sumur ini dikelola oleh
Pertamina (Perusahaan Minyak Indonesia) (Prasetyo, 1995: 122).

Untuk pengolahan minyak yang berasal dari Talang Akar, NKPM


membangun kilang minyak di Sungai Gerong yang letaknya berseberangan
dengan Sungai Komering atau disebut kilang minyak Plaju milik Shell. Pada
tahun 1933, saham BPM dibeli oleh Standard Vacuum Oil Company (Stanvac),
sejak saat itu Sungai Gerong menjadi milik Stanvac. Dengan demikian, hingga
tahun 1933 di daerah muara Sungai Komering terdapat dua kilang minyak. Kilang
20

minyak di Plaju dimiliki oleh Shell, sedangkan kilang di Sungai Gerong dimiliki
oleh Stanvac (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2005: 252).

Ketika Belanda mulai melemah kekuasaannya di Indonesia, kilang minyak


ini masih dikuasai, namun Jepang sudah memasuki wilayah Indonesia untuk
menjajah setelah keberhasilan Jepang di Perang dunia ke II. Pada tahun 1942
Jepang mendarat di kota Palembang, tepatnya di Plaju dan Sungai Gerong.
Kedatangan Jepang menduduki kota Palembang Sumatera Selatan, mulanya
disambut baik dan gembira oleh rakyat, karena propagandanya tentara Jepang
adalah Saudara Tua dari Bangsa Indonesia (Alumni Pendidikan Teknik Minyak,
1995: 11).

Pada tanggal 14 Februari 1942 tentara Jepang masuk dan menduduki kota
Palembang melalui serangan dari udara menggunakan parasut lebih dahulu,
dengan maksud agar kilang minyak plaju (BPM) dan sungai gerong (NKPM)
tidak dibumi hanguskan. Jepang ingin kilang minyak itu utuh diduduki agar dapat
dipergunakan, digerakkan kembali memproduksi minyak guna kepentingan
perang. Dan hari berikutnya Kaigun (Angkatan Laut) Jepang baru masuk kota
Palembang melalui Sungai Musi (Alumni Pendidikan Teknik Minyak, 1995: 5).

Nyatanya kilang minyak Plaju dan Sungai Gerong tidak dapat dicegah,
masih dirusak pemiliknya yaitu BPM dan NKPM. Walaupun tentara Jepang (Dai
Nippon) sudah membuat serangan “Blitzkrieg” (serangan kilat) melalui udara
dengan tentara payungnya merebut kota Palembang, kilang minyak Plaju dan
Sungai Gerong, Sumatera Selatan. Tanggal 8 Maret 1942 tentara Hindia Belanda
menyerah kepada Jepang dan pernyataan kalah perang ditanda tangani di
Pangkalian Angkatan Udara Militer Kalijati daerah Subang, Jawa Barat. Jendral
Ter poorten, atas nama balatentara Belanda disaksikan Gubernur Jendral terakhir
Jonkheer lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer menandatangani
kapitulasi tanpa syarat atas seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Jendral
Hitoshi Imamura atas nama balatentara kerajaan Jepang(Alumni Pendidikan
Teknik Minyak, 1995: 5).
21

Untuk kelanjutan produksi minyak Plaju (BPM) dan Sungai Gerong


(NKPM), Pemerintah Jepang telah menugaskan ahli –ahli minyak Jepang untuk
menjalankan kilang minyak Plaju dan Sungai Gerong, agar menghasilkan dengan
nama “Dai Ici Seiyujo” untuk mantan BPM, dan “Dai Ni Seiyuji” Sungai Gerong
mantan NKPM, agar menghasilkan minyak untuk keperluan mesin – mesin
perang Jepang. Kilang minyak “Dai Ici Seiyujo” mantan BPM Plaju dan “Dai Ni
Seiyujo “Sungai Gerong ada kendala karena teknisi Jepang tidak mampu (tidak
sanggup) menggerakan atau menjalankan kembali pabrik kilang minyak tersebut,
maka terpaksa teknisi Jepang mencari putra-putra Indonesia dengan memanggil
siapa yang bisa menjalankan kilang minyak itu, dan ditemukan Bapak J. M.
Pattiasina, Bapak Yakob, Bapak Pane, dll (Alumni Pendidikan Teknik Minyak,
1995: 6).

Dengan kebolehan Bapak J.M. Pattiasina, dan kawan-kawan rupanya dapat


menjalankan kembali pabrik kilang minyak Plaju dan Sungai Gerong itu ,bisa
berjalan dan berproduksi. Mulai saat itu Plaju dan Sungai Gerong bisa
berproduksi, dan hasil produksi minyaknya itu diangkut ke luar Sumatera Selatan
untuk dikirim ke mana saja sesuai kebutuhan perang Jepang di Pasifik dan lain-
lain. Kerja sama ahli-ahli minyak Indonesia dengan Jepang itu membuat
produksinya meningkat dan dapat melayani kebutuhan Perang Dunia ke-2 bagi
pihak Dai Nippon (Alumni Pendidikan Teknik Minyak, 1995: 6-7).

Produksi minyak Plaju dan Sungai Gerong telah mampu mendistribusikan


minyak ke segala penjuru wilayah perang di Asia Timur Jauh, melalui angkutan
kapal-kapal tengker yang silih berganti mengangkut minyak dari Plaju dan Sungai
Gerong. Silih berganti kapal tengker minyak Jepang datang mengisi dan
berangkat dengan penuh muatan minyak untuk diangkut ketujuan di mana
kebutuhan minyak itu dibutuhkan agar mesin-mesin perang Jepang tetap begerak
maju. Dengan produksi minyak tersebut dan dapat mensuplay wilayah perang di
Asia Timur Jauh, maka ahli-ahli perang Amerika dan Sekutunya menyelidiki
kemampuan tentara Jepang tersebut(Alumni Pendidikan Teknik Minyak, 1995: 7).
22

Pada tanggal 24 Desember 1944 pukul 08.00 pagi, kilang minyak “Dai Ici
Seiyujo” Plaju diserang ratusan pesawat pembom Angkatan Udara Amerika,
sedangkan tanggal 25 Desember 1944 tepatnya pukul 08.45 kilang minyak “ Dai
Ni Seiyujo” Sungai Gerong menjadi sasaran bom sekutu. Sejak kedatangan
Jepang di Plaju dan Sungai Gerong, pemilik kilang minyak dari BPM (Plaju) dan
NKPM (Sungai Gerong) yaitu Belanda dan Amerika, sengaja menghancurkan
kilang – kilang minyak itu agar tidak dapat berfungsi (Alumni Pendidikan Teknik
Minyak, 1995: 21-24).

Berita Proklamasi 17 Agustus 1945 sangat berpengaruh kepada semua


lapisan masyarakat. Buruh – buruh dari “Dai Ici Seiyujo” Plaju dan “Dai Ni
Seiyujo” Sungai Gerong tetap bekerja seperti biasa, seluruh rakyat mengibarkan
Sang Merah Putih mereka menantikan situasi karena Jepang masih menunjukkan
kekuasaannya, walaupun kekuasaan itu hanya berupa peralihan. Semangat juang
tumbuh pada diri buruh – buruh minyak Plaju dan Sungai Gerong dan selanjutnya
menjadi cikal bakal ABRI. Mantan buruh – buruh minyak selama masa BPM dan
NKPM sampai dengan jatuhnya “Dai Ici Seiyujo” dan “Dai Ni Seiyujo” adalah
sebagai berikut :

1. Ibnu Sutowo
2. Bambang Utoyo
3. Sainan Sagiman (Mantan Gubernur Sumatera Selatan)
4. J.M. Pattiasina
5. Juaini Mukti.
Dalam perjuangan Kemerdekaan Indonesia, satu – satunya lapangan
minyak yang dapat dikuasi oleh pejuang – pejuang kemerdekaan Indonesia adalah
lapangan minyak di sekitar Pangkalan Brandan Medan dan di daerah Aceh, bekas
milik Shell BPM. Akhirnya pada bulan oktober 1945 suatu upacara
penandatanganan serah terima telah dilakukan atas seluruh tambang minyak yang
berada di bawah Pangkalan Brandan oleh pihak tentara Jepang kepada karyawan
minyak Indonesia dengan disaksikan oleh anggota Pemerintah RI Sumatera Utara
dan pihak Komisi Tiga Negara (KTN). Perusahaan minyak Indonesia yang
23

pertama ini diberi nama Perusahaan Tambang Minyak Negara RI (PTMNRI).


Oleh karena sesudah selesainya perjuangan Kemerdekaan fisik tahun 1950 masih
belum nampak usaha – usaha pembangunan yang jelas, maka pada bulan April
1954 Pemerintah RI telah mengangkat koordinator untuk tambang minyak
tersebut dan PTMNRI diubah menjadi Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU)
(Alumni Pendidikan Teknik Minyak, 1995: 55).
Tindakan Pemerintah tidak memberi manfaat bahkan banyak merugi dalam
segi Finansil – ekonomi berhubung organisasi TMSU jugda tidak mempunyai
status badan hukum. Dalam hal ini Pemerintah terutama Menteri Perindustrian
kemudian menyerahkan perusahaan minyak TMSU (Tambang Minyak Sumatera
Utara) ini kepada kepala Staff Angkatan Darat (KASAD) untuk pembangunan
selanjutnya.Pada tanggal 15 Oktober 1957, KASAD ketika itu Jendral A. H.
Nasution, telah menunjuk Kolonel dr. Ibnu Sutowo untuk membentuk sebuah
perusahaan minyak yang berstatus hukum Perseroan Terbatas guna
memungkinkan usaha – usaha rehabilitasi dan ekspor minyak keluar negeri
(Alumni Pendidikan Teknik Minyak, 1995: 56).
Pada tanggal 10 Desember 1957 berdirilah PT Permina. Presiden Direktur
PT Permina Kol. dr. Ibnu Sutowo mendasarkan semua tindakannya secara
konsekuen berdasarkan landasan UUD 1945, Pasal 33, dimana dinyatakan bahwa
semua kekayaan alam yang berada di dalam bumi Indonesia dikuasai oleh
Pemerintah Indonesia untuk dimanfaatkan bagi rakyat Indonesia. Setelah bekerja
lebih kurang 3,5 tahun lamanya dan setelah dikeluarkan PP Pengganti UU. No.
19/1960 yang mencabut keputusan No. 17 1957, maka mulai tanggal 1 Juli 1961,
berdasarkan PP No. 198 Tahun 1961, PT Permina dilebur menjadi PN Permina
(Alumni Pendidikan Teknik Minyak, 1995: 56).
Penyerahan kedaulatan oleh Pemerintah Kolonial Belanda kepada Republik
Indonesia telah mengakibatkan rekan dari BPM didalam perusahaan minyak
campuran NV Nederlandch Indische Aardolie Maatschappij (NIAM) bukan lagi
Pemertintah Republik Indonesia. Dengan tujuan untuk tetap melanjutkan usaha -
usaha kegiatan ini NV NIAM telah diubah statusnya sejak tanggal 1 Januari 1959
menjadi PT Pertambangan Minyak Indonesia (Permindo), mengingat jangka
24

waktu berdirinya NV NIAM c. q. Permindo hanya sampai tanggal 31 Desember


1960, maka Pemerintah Republik Indonesia telah memutuskan untuk mendirikan
PN Pertamin (Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia). Wilayah
kerja pertambangan PN Pertamin meliputi Sumate Tengah dan Sumatera Selatan
(Jambi dan Ogan), serta Pulau Bunyu di Kalimantan (Alumni Pendidikan Teknik
Minyak, 1995: 57)
Dalam rangka mempertegas struktur dan prosedur kerja demi memperlancar
usaha peningkatan produksi minyak dan gas bumi, pada tanggal 20 Agustus 1968,
berdasarkan PP RI No. 27 Tahun 1968 telah dibentuk : PN Pertamina
(Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Indonesia) yang menampung segala
kegiatan – kegiatan pengurusan dan pengusahaan minyak dan gas bumi dari PN
Pertamin dan PN Permina. Tujuan dari penyatuan usaha – usaha ini adalah agar
kita benar – benar dapat meningkatkan baik produktivitas maupun efektivitas serta
efesiensi di bidang perminyakan nasional di dalam wadah sebuah integrated oil
company dengan satu management yang sempurna. Terutama mengingat bahan –
bahan minyak dari gas bumi memegang peranan yang sangat penting dalam
mensukseskan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), suksesnya usaha –
usaha PN Pertamina merupakan faktor yang besar sekali pengaruhnya atas
keberhasilan Repelita (Alumni Pendidikan Teknik Minyak, 1995: 57).

2.4.4 Struktur Organisasi PT Pertamina Refinery Unit II


Sistem organisasi PT. Pertamina (Persero) RU-III Plaju berdasarkan
Keputusan Pertamina No. Kpts 007 / C0000 / 99-SO pada 13 Januari 1999. PT.
Pertamina (Persero) RU-III Plaju dipimpin oleh General Manager (GM) yang
melapor langsung ke Direktur Pengolahan Pertamina di Jakarta. Manajer Umum
PT. Pertamina (Persero) RU-III Plaju mengawasi beberapa manajer.
25

Gambar 4.1

Struktur Organisasi

SENIOR VICE
PRESIDENT RENIFING
OPERATION

GENERAL MANAGER
REFINERY UNIT III

SECRETARY

PRODUCTION ENGINEERING
MANAGER DEVELOPMENT

REFINERY RELIABILITY
PLANNING & MANAGER
OPTIMIZATION
MANAGER
MAINTENANCE PROCUREMENT
PLANNING & MANAGER
SUPPORT MANAGER

HSE MANAGER
MAINTANCE
EXECUTION
MANAGER
TURN ARROUND OPI COORDINATOR
MANAGER

GENERAL AFFAIR
MANAGER

Sumber. Laporan Kerja Praktik PT. Pertamina RU III, 2017.

2.4.5 Process Engineering (PE)

Process Engineering (PE) berada di bawah pengawasan langsung Manager


Engineering & Development. Process Engineering dikepalai oleh Section Head
Process Engineering. Struktur organisasi di PE dapat dilihat sebagai berikut.
26

Gambar 4.2
Strukur Organisasi
MANAGER ENGINEERING &
DEVELPOMENT

SECTION HEAD PROCESS


ENGINEERING

SENIOR SENIOR SENIOR EXPERT


SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISO ENVIRONMENT
PRIMARY SECONDARY R PROCESS
PROCESS PROCESS CONTROL

ENGINEERIN
G PROCESS
PROCESS PROCESS EXPERT
CONTROL &
ENGINEERING ENGINEERING SAFETY
LMI3 DC3
CDU POLYPROPYLE
NE

PROCESS PROCESS EXPERT CDU,


ENGINEERING ENGINEERIN OFFSITE
GAS PLANT G FCC

PROCESS PROCESS EXPERT


ENGINEERIN ENGINEERIN FCC, GAS
G OFFSITE G UTILITIES

JUNIOR
JUNIOR ASSISTANT
ENGINEERING
ENGINEERING ENGINEERIN
SECONDARY
PRIMARY G DATA
PROCESS
PROCESS
Sumber. Laporan Kerja Praktik PT. Pertamina RU III, 2017.
27

Tugas Process Engineering (PE) di PT. Pertamina adalah sebagai berikut:

1. Melakukan studi untuk pengembangan kilang RU III


2. Sumber bahan kimia dan katalis baru.
3. Bekerja erat dengan operasi dalam memecahkan masalah teknis. Masalah
teknis yang biasanya diselesaikan bukan masalah sehari-hari tetapi
masalah sehari-hari yang berulang.
4. Berikan saran kepada departemen operasi untuk melakukan perbaikan
atau perubahan untuk mencapai kondisi proses yang optimal.
5. Memodifikasi proses sehingga kondisi operasi lebih efisien dan ekonomis

2.4.6 Manajemen Perusahaan


2.4.6.1 Visi Misi dan Tata Nilai
a) Visi

“To Become a Competitive National Oil and Petrochemical Refinery in Asia


Pacific by 2025” Menjadi Kilang Minyak dan Petrokimia Nasional yang
Kompetitif di Asia Pasifik Tahun 2025.

b) Misi
1) “ Operating the refinery in a safe, reliable, efficient, high-quality, and
environmentally-friendly manner, by employing the state-of-the-art
technologies.
2) Improving profitability through refining operations flexibility and
optimisation, and maximising valuable product.
3) Managing the refinery in a professional and internationally-
standardised manner, complying with GCG aspects, and delivering
added value to stakeholders.”
1. Mengoperasikan kilang secara aman, handal, efisien, berkualitas, dan
ramah lingkungan dengan menggunakan teknologi terkini.
2. Meningkatkan profitabilitas melalui fleksibilitas dan optimasi operasi
pengolahan serta memaksimalkan valuable product.
28

3. Mengelola kilang secara profesional, berstandar internasional, memenuhi


aspek GCG, dan memberikan nilai tambah bagi stakeholder.
c) Tata Nilai

PT. Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi
peodman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata
nilai PT. Pertamina adalah sebagai berikut:

- Clean (bersih)

Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak


menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman
pada asas – asas tata kelola korporasi yang baik.

- Compettive (kompetitif)

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong


pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja

- Confident (percaya diri)

Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam


reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa. - Customer focus
(fokus pada pelanggan) Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan
berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.

- Commercial (komersial)

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan


berdasarkan prinsip – prinsip bisnis yang sehat.

- Capable (berkemampuan)

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset
dan pengembangan.
29

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian Sejarah dapat diartikan sebagai metode penelitian dan
penulisan sejarah dengan menggunakan cara, prosedur atau teknik yang
sistematiks sesuai dengan asas-asa dan aturan ilmu sejarah (Daliman, 2018: 24).
Secara harfiah kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang
merupakan kombinasi dari kata meta dan hodos yang berarti jalan atau cara atau
arah. Dalam arti luas metode adalah cara bertindak sesuai dengan sistem tertentu
sedangkan dalam arti khusus metode adalah aturan atau sistem tertentu.
Sebagai salah satu kerangka dasar pemikiran ilmiah, metodologi ini
bergantung pada kemampuan penelitian untuk menilai apakah suatu metode
relevan atau sebaliknya harus ditingkatkan dan kemudian menentukan metode lain
yang sesuai dengan objek. Menulis sejarah tentu saja berbeda dari menulis dalam
ilmu sosial lain, di mana menulis sejarah membutuhkan studi tentang dimensi
masa lalu, aktor sejarah dan di mana tempat suatu peristiwa terjadi, sehingga
penulisan sejarah ini dapat dikatakan diakronis dan fokus pada prosesnya (Irwanto
dan Sair, 2014: 10). Pengertian yang telah dijelaskan bahwa dalam penelitian ini
menggunakan metode historis.

3.2 Langkah-langkah Penelitian


Adapun Langkah-langkah kegiatan penelitian yang dilakukan atau
ditempuh dalam menggunakan metodologi Sejarah adalah sebagai berikut:
3.2.1 Heuristik
Metode heuristik dapat dikatakan sebagai pengumpulan sumber data.
Heuristik berasal dari kata Yunani "Heuriskien" yang berarti menemukan atau
mencari. Memahami Heuristik adalah teknik, seni dan bukan ilmu sehingga
Heuristik tidak memiliki aturan umum. Menurut akun Kuntowijoyo, Heuristik
didefinisikan sebagai pengetahuan yang menyelidiki sumber-sumber historis dan
30

upaya untuk mengumpulkan informasi tentang subyek yang berkaitan langsung


dengan masalah tersebut.

Teknik pengumpulan data (Heuristik) dari berbagai sumber tertulis, salah


satunya dengan mengunjungi berbagai perpustakaan di wilayah Palembang untuk
mencari data terkait judul penelitian. Pada tahap heuristik, peneliti mengumpulkan
sumber informasi, baik dalam bentuk data maupun sumber tertulis lainnya, di
antaranya sebagai berikut:

1. Perpustakaan Daerah Wilayah Sumatera Selatan;


2. Perpustakaan Universitas Sriwijaya;
3. Perpustakaan FKIP Universitas Sriwijaya;
4. Perpustakaan Arsip Palembang;
5. Perpustakaan Museum Balaputradewa;
6. Perpustakaan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya;
7. Perpustakaan Mahasiswa Al – Wasthiyyah Palembang.
8. Badan Pusat Statistik Kota Palembang
9. Badan Pembangunan Daerah Kota Palembang
10. PT. Pertamina Refinery Unit III Plaju Sungai Gerong

Berdasarkan sumber yang didapat, proses pengumpulan data melalui studi


pustaka peneliti mendapatkan beberapa buku yang dapat dijadikan acuan dalam
penelitian ini, diantaranya yaitu:

1. Sejarah Teknik Minyak Plaju 1942 – 1945 (Alumni Pendidikan Teknik


Minyak Plaju 1942 – 1945, 1999);
2. Minjak Bumi dan Hasil Minjak Bumi (Harun Nawawi, 1952);
3. Perkembangan Kota Palembang Dari Wanua Sriwijaya Menuju
Palembang Modern ( Pemerintah Daerah Kota Palembang, 2005);
4. Pertambangan Dan Energi Sumatera Selatan “Tempo Doeloe”, Kini
dan Masa Depan (Departemen Pertambangan dan Energi Provinsi
Sumatera Selatan, 1996).
31

3.2.2 Kritik Sumber


Kritik sejarah adalah kritik terhadap peneliti dari sumber sejarah yang
diperoleh. Jika seorang peneliti sejarah yakin bahwa sumber historis yang ia
peroleh adalah benar-benar asli, ini tidak berarti bahwa semua yang dikandungnya
memiliki nilai historis yang besar, tetapi masih ada kebutuhan untuk kritik
terhadap sumber itu untuknya dari aspek lain. Ada sumber sesuai dengan nama
penulis, juga periode dan tempat yang ditulis. Ada juga sumber yang cenderung
orisinal tetapi tidak mengandung hal-hal ini. Ada juga sumber yang cenderung
orisinal tetapi tidak mengandung hal-hal ini. Hal ini tentunya dapat mengurangi
nilai historis dari sumber sejarah yang diperoleh (Irwanto dan Sair, 2014: 77).

3.2.2.1 Kritik Intren


Menurut Kuntowijoyo dalam Irwanto dan Sair (2014: 77) kritik intern
berkenaan dengan persoalan kredibilitas dari sumber yang didapat, apakah dapat
dipercaya atau tidak, oleh karena itu, kritiknya lebih banyak berupa isi tentang
narasi yangg disampaikan dalam sumber tersebut. Kritik sejarah adalah kritik
terhadap peneliti dari sumber sejarah yang diperoleh. Jika seorang peneliti sejarah
yakin bahwa sumber sejarah yang ia peroleh adalah benar-benar asli, ini tidak
berarti bahwa semua yang dikandungnya memiliki nilai sejarah yang besar, tetapi
masih harus dikritik dari sumber di atasnya dari aspek lain. Ada sumber sesuai
dengan nama penulis, juga waktu dan tempat ditulisnya. Ada juga sumber yang
cenderung asli tetapi tidak mengandung hal-hal ini. Hal ini tentunya dapat
mengurangi nilai historis dari sumber sejarah yang diperoleh (Irwanto dan Sair,
2014: 78).

Selanjutnya Daliman (2018: 54) menyatakan bahwa kritik intern adalah uji
kebenaran mengenai informasi suatu dokumen. Mengenai kebeenaran (the truth)
itu sendiri merupakan suatu masalah yang tak pernah tuntas untuk dibahas.
Kebenaran yangg berhasil ditangkap oleh seseorang terrhadap suatu gejala atau
32

fenomena banyak bergantung terhadap persepsi, dan persepsi banyak dipengaruhi


oleh latar belakang budaya, agama dan kehidupannya. Berdasarkan defenisi-
defenisi dari kritik Intern di atas peneliti melakukan kritik terhadap sumber yang
ditemukan. Peniliti melakukan kritik terhadap buku karangan Bambang Budi
Utomo yang berjudul Kota Palembang : Dari wanua Sriwijaya menuju
Palembang modern dalam buku ini penulis tidak begitu lengkap dalam penulisan
mengenai sejarah Kilang Minyak Plaju-Sungai Gerong.

3.2.2.2 Kritik Ekstren


Kritik ekstren ingin menguji keautentikan (keaslian) suatu sumber, agar
dapat diperoleh sumber yang sungguh – sungguh asli dan bukan tiruan atau palsu.
Sumber yang asli biasanya waktu dan tempatnya diketahui. Makin luas dan makin
dapat dipercaya pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin asli sumber
itu (Daliman, 2015: 67). Maka, dalam kritik ekstren ini merupakan upaya
membuktikan keaslian sumber yang kita dapat. Cara ini memberikan kita
informasi yang tepat mengenai sumber yang kita olah dalam penelitian.

3.2.3 Interpretasi
Interpretasi adalah menafsirkan atau membuat interpretasi, tetapi yang tidak
subyektif tetapi harus bergantung pada fakta atau fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk mencari kebenaran otentik. Sementara itu, menurut
Kuntowijoyo, interpretasi atau interpretasi sejarah sering disebut sebagai analisis
sejarah. Analisis berarti menggambarkan dan secara terminologis berbeda dari
sintesis yang menyatukan, di mana analisis dan sintesis dipandang sebagai metode
interpretasi utama. Dengan interpretasi ini penulis mencoba mengaitkan fakta atau
data antara satu sumber dengan sumber lainnya dan berusaha untuk dapat
memberikan interpretasi tentang apa yang terkandung dalam sumber yang ada
untuk membahas masalah dalam penulisan skripsi nanti.

Pada tahapan interpretasi peneliti berusaha menafsirkan beberapa sumber


yang penulis temukan. Sumber-sumber ini baik sezaman dengan terjadinya
peristiwa atau sumber yang baru dimuat coba di tafsirkan oleh peneliti untuk
mendapatkan fakta-fakta atau bukti-bukti dalam peristiwa sejarah tersebut.
33

3.2.4 Histiografi
Setelah dilakukan proses Heuristik, interpretasi, dan kritik sumber sebagai
tahap akhir dalam metode sejarah adalah teknik penulisan atau dikenal dengan
historiografi. Histiografi penulisan sejarah ialah suatu cara untuk
merokonstruksikan suatu gambaran masa lampau berdasarkan data yang
diperoleh. Sesudah penulis menentukan judul, penulis mengumpulkan bahan-
bahan atau sumber-sumber serta melakukan kritik dan seleksi, kemudian pada
tahap historiografi penulis menceritakan kembali sejarah Perkembangan PT.
Pertamina Plaju – Sungai Gerong Terhadap Perekonomian Kota Palembang pada
Tahun 2010-2016 dan menyajikan dalam bentuk Skripsi.

Dalam penulisan sejarah, histiografi adalah tahap akhir dalam metode


sejarah. Sehingga hasil data yang diperoleh secara keseluruhan berdasarkan dari
sistem penulisan ilmiah dari awal hingga akhir sehingga fakta yang diperoleh
dapat dipertanggung jawabkan.

3.3 Pendekatan
Dalam mengkaji peristiwa sejarah, pendekatan sangatlah penting agar
mampu melakukan eksplansi (penjelasan) dari pada yang membatasi
pengungkapan terjadinya sesuatu atau menguraikan kejadian sebagai narasi.
Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan yaitu
dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperlihatkan dan unsur-
unsur mana yang akan diungkapkan. Hal ini disebabkan karena menghadapi
gejala historis yang serba kompleks. Setiap penggambaran atau deskripsi
menuntut pendekatan yang memungkinkan penyaringan data yang diperlukan.
Dalam kegiatan ini penulis menggunakan pendekatan yang digunakan ialah ilmu
ekonomi dan ilmu sosiologi.
34

3.3.1 Pendekatan Ilmu Ekonomi


Pada pendekatan ekonomi yang digunakan adalah menyoroti sebagian
perkembangan PT. Pertamina dalam menjalani peran nya terhadap perekonomian
Kota Palembang. Pendekatan ekonomi dalam penelitian ini mengenai pola
perkembangan yang terjadi dari masa ke masa sebuah perusahaan minyak gas
negara yaitu PT. Pertamina terkhusus RU III Plaju – Sungai Gerong Kota
Palembang dan pengaruhnya terhadap perekonomian wilayah dan masyarakat
Kota Palembang. Pelaksanaan pendekatan yang peneliti lakukan supaya
mendapatkan data yang sesuai adalah dengan melakukan riset di badan
pemerintah wilayah Palembang khusus nya pada bagian Ekonomi dan
Pembangunan di Kota Palembang.

3.3.2 Pendekatan Ilmu Sosiologi


Konstruksi sejarah dengan pendekatan sosiologi, pembahasannya yang
mencakup golongan sosial yang berperan, kepentingan, pelapisan sosial,
perananan dan status sosial . Adapun menurut pendapat lain, pendektan sosiologi
adalah pendekatan yang dilakukan dengan meneliti segi-segi dari sosial peristiwa
yang dikaji, seperti golongan mana yang berperan serta hubungan dengan
golongan konflik berdasarkan kepentingan ideology dan lain-lain sebagainya.
Pendekatan ini diharapkan dapat menggambarkan tentang Perkembangan PT.
Pertamina Plaju – Sungai Gerong Terhadap Perekonomian Kota Palembang pada
Tahun 1965 - 1975 Ilmu Sosial yang digunakan diatas dalam pendekatan ini,
sehingga pengambaran peristiwa sejarah dapat terurai dengan jelas.
35

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan PT. Pertamina Refinery Unit III Plaju Sungai Gerong

Perkembangan kilang RU III Plaju secara umum dimulai dengan


ditemukannnya sumur minyak bumi di telaga tunggal pada tahun 1985 oleh
A.O.Zijkler, dimana kemudian sumur tersebut dikenal dengan nama Telaga Said
yang merupakan awal produksi minyak bumi. Keberhasilan penemuan minyak di
Telaga Said tersebut dan beberapa daerah di Indonesia mendorong pembangunan
kilang pada saat itu termasuk Kilang Plaju. Perusahaan NKPM berganti nama
menjadi SVPM dan pada tahun 1959 berganti nama menjadi PT Stanvac
Indonesia. Kilang yang didirikan oleh NKPM beserta kilang BPM Shell yang
didirikan di Plaju oleh Belanda merupakan cikal bakal kilang PERTAMINA RU-
III. Rentetan peristiwa perkembangan pembangunan Kilang di lokasi Refinery
Unit (RU) III meliputi masa-masa yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Perkembangan PT Pertamina RU III
Tahun Sejarah

1903 Pembangunan Kilang Minyak di Plaju oleh Shell (Belanda)

1926 Kilang Sungai Gerong dibangun oleh Stanvac (Amerika Serikat)

1957 Kilang Plaju diambil alih oleh PT. Shell Indonesia

1965 Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 100 MBCD dibeli oleh Negara/ Pertamina

1970 Kilang Sungai Gerong/Stanvac dibeli oleh Negara/Pertamina

1971 Pendirian kilang polypropylene untuk memproduksi pelletpolytam dengan kapasitas


20.000 Ton/Tahun
1973 Integrasi operasi kilang Plaju-Sungai Gerong
36

1982 Membangun High Vacuum Unit (HVU) Sungai Gerong dan revamping CDU
(Konservasi energy)
1984 Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas produksi 150.000
Ton/Tahun
1986 Kilang PTA (Purified Terephtalic Acid) mulai berproduksi dengan kapasitas
150.000 Ton/Tahun
1987 Proyek pengembangan konservasi 36nergy/Energy Conservation
Improvemant(ECI)
1988 Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)

1990 Debottlenecking Kapasitas kilang PTA menjadi 225.000 Ton/tahun

1994 PKM II: Pembangunan unit Polypropylene baru dengan kapasitas 45.200
Ton/Tahun, revamping RFCCU-Sungai Gerong dan Unit alkilasi, redesign siklon
RFCCU Sungai Gerong, memodifikasi unti Redistilling I/II Plaju, pemasangan Gas
Turbine Generator Complex (GTGC) dan perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke
50 Hz dan pembangunan Water Treatment Unit (WTU) dan Sulphuric Acid
Recovery Unit (SARU)
2002 Pembangunan Jembatan integrasi Kilang Musi

2003 Jembatan integrasi Kialmg Musi yang menghubungkan Kilang Plaju dengan Sungai
Gerong diresmikan dan Pertamina bertransformasi menjadi PT (Persero)
2007 Kilang TA/TPA berhenti beroperasi

2015 Project 22 dan berbagai project sesuai rencana dan perubahan RDMP ditahun 2015

Sumber. Laporan Kerja Praktik PT. Pertamina RU III, 2017.

4.2 Aktivitas PT. Pertamina Refinery Unit III

Pertamina Refinery Unit III merupakan salah satu dari 6 (enam) Refinery
Unit Pertamina dengan kegiatan bisnis utamanya adalah mengolah minyak
mentah (crude oil) dan intermediate product (Alkylfeed, HSDC, slop oil, LOMC,
Long residue, Raw PP) menjadi produk jadi, diantaranya BBM (Premium,
Kerosene, Solar & Fuel Oil), NBBM (LPG, Musicool, HAP, LAWS, SBPX,
37

LSWR), BBK (Avtur, Pertalite, Pertamax, Pertamax Racing) dan produk lainnya
seperti LSFO dan Polypropylene (Polytam). Pertamina telah banyak memberikan
sumbangsinya dalam kegiatan industri dan ekonomi di Indonesia, terutama di
wilayah Sumatera Bagian Selatan. Dalam perkembangannya di era yang modern
ini, perseroan tidak hanya memfokuskan diri dalam kegiatan industri saja, namun
juga melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).

Sama seperti kegiatan industri perusahaan minyak pada umumnya PT.


Pertamina RU III juga mempunyai tahapan dalam memproduksi bahan mentah
sampai menjadi produk yang siap didistribusikan. Adapun alur tersebut yaitu
sebagai berikut.

4.2.1 Unit Produksi & Distribusi

Suatu kilang minyak bumi umumnya terletak di tepi laut atau sungai yang
besar dan dalam. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan terhadap sarana
pengangkutan crude oil sebagai bahan baku pengolahan dan produk – produk
yang dihasilkan untuk dipasarkan. Sebagai sarana pengangkutan dalam jumlah
yang besar, proses tersebut dapat menggunakan kapal atau sistem perpipaan untuk
menjamin kontinuitas umpan maupun aliran produk. Selain sarana pengangkutan,
juga dibutuhkan sarana penyimpanan ( storage) dalam jumlah besar. Oleh karena
itu, suatu kilang minyak bumi tidak bisa dilepaskan dari Instalasi Tangki dan
Perkapalan (ITP). Secara garis besar, tugas umum ITP adalah sebagai berikut:
 Menerima berbagai jenis crude oil melalui kapal tanker maupun melalui
perpipaan.
 Menyiapkan dry stock crude oil ( feed stock preparation) untuk diolah di
unit pengolahan (crude distiller ).
 Menampung aliran produk dari unit pengolahan, baik yang langsung
sebagai produk akhir maupun produk intermediate.
 Mencampur (blending ) berbagai macam produk untuk mendapatkan
produk akhir (BBM dan Non BBM).
38

 Pengapalan produk (BBM dan Non BBM) untuk keperluan ekspor dan
domestik.
 Pemeliharaan tangki, dimaksudkan untuk menekan kerugian akibat
kerusakan yang lebih berat.
 Menekan oil losses akibat kebocoran, drainage, down grade dan
penguapan di tangki.
 Pengendalian pencemaran akibat buangan effluent water ke badan sungai.

A. Penerimaan Crude Oil

RU III menerima berbagai jenis crude oil dari berbagai daerah penghasil
minyak di Indonesia. Untuk mengirimkan crude oil tersebut, terdapat dua pilihan
transportasi utama menuju tangki – tangki penampung di RU III yaitu :

- Metering Pipe (pipe line)

Crude oil dari lapangan eksplorasi/pengeboran dipompakan ke unit


pengolahan melalui perpipaan dan stasiun pengukuran minyak. Stasiun
pengukuran minyak ini, yang terletak di KM 3 Plaju dan ditempatkan di dekat unit
pengolahan dilengkapi dengan metering system. Hasil pengukuran dari metering
system digunakan sebagai angka transaksi (custody transfer ).

- Kapal Tanker

Crude oil dari lapangan eksplorasi diangkut oleh kapal tanker ke unit
pengolahan. Dari kapal tanker, crude oil tersebut dipompakan ke tangki
penyimpanan.

B. Penyiapan Crude Oil ke Unit Proses

Crude oil yang diterima terkadang memiliki kandungan air yang cukup
tinggi, baik dalam bentuk emulsi ataupun air bebas. Oleh karena itu, crude oil
sebelum diumpankan ke unit proses harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Tujuannya adalah untuk memenuhi persyaratan water content yang telah
39

disepakati yaitu maksimal 0,5% volume. Keberadaan air dalam crude oil dapat
menyebabkan kenaikan tekanan pada kolom distilasi dan mengganggu proses
pengolahan minyak bumi

C. Supply Crude Oil ke Unit Proses

Crude oil dari tanki dipompakan ke unit proses (crude distiller ) dengan
menggunakan pompa- pompa yang ada di Rumah Pompa Minyak (RPM) “R”.
Selain pompa feed , terdapat juga pompa untuk injeksi crude oil ( feed dalam
jumlah yang lebih kecil) ke unit proses.mPipa penghisap tangki pada umumnya
ada tiga, yaitu bagian bawah, tengah dan atas. Pada awal supply menggunakan
pipa penghiisap bagian atas, kemudian dilanjutkan pipa penghisap bagian tengah
dan apabila level sudah mendekati setengah tangki, digunakan pipa penghisap
bawah. Pada posisi level minyak dalam tangki sudah mendekati 3 meter, maka
tangki harus sudah digandeng dengan tangki lain yang penuh. Hal ini bertujuan
untuk menjaga kontinuitas supply crude oil ke unit proses.

D. Penyaluran Produksi

Hasil pengolahan crude oil di unit – unit proses ada yang langsung menjadi
produk akhir dan ada yang memerlukan proses blending atau penambahan bahan
aditif. Produk tersebut bisa sebagai BBM atau non BBM. Produk tersebut
dialirkan ke tangki penyimpanan melalui jalur perpipaan tertentu sesuai dengan
jenis produknya.

E. Tank Ticket

Sebelum dan sesudah aktivitas distribusi atau pemindahan miyak, tangki


yang bersangkutan harus diukur level minyak, temperatur, dan level air bebasnya.
Data – data hasil pengukuran tersebut dimasukan ke dalam tank ticket sebagai
sumber data asli untuk kepentingan pembuatan dokumen selanjutnya (Bill of
Lading dan lain – lain).

Ada 4 jenis penggolongan tank ticket berdasarkan warna, yaitu :


40

- Warna kuning, dipakai untuk record data pergerakan tank to tank transfer ,
feed (crude/intermediate) ke unit dan produksi ke unit.

- Warna hijau, dipakai untuk record data pergerakan penerimaan crude oil ,
intermediate, komponen dan produksi.

- Warna putih, dipakai untuk record data pergerakan shipment atau lifting
keluar kilang.

- Warna biru, dipakai untuk record data pergerakan stock inventory dan
memeriksa ukuran

F. Loading BBM dan Non-BBM

Sebelum operasi loading ke kapal tanker dilaksanakan, perlu dilakukan


persiapan yang meliputi :

- Persiapan di darat.

Setelah surat perintah loading diterima, maka dipersiapkan hal – hal seperti
tangki penampung, pipa yang akan dipakai, dermaga yang akan digunakan,
durasi loading hingga kapal tanker jalan dan pengambilan sampel.

- Persiapan di kapal

Sebelum memuat ke kapal harus diadakan diskusi antara Loading Master


dengan Chieff Officer kapal untuk mengetahui muatan sebelumnya di mana
apabila muatannya berbeda dan dapat berpengaruh terhadap kualitas muatan,
maka akan dilakukan pembersihan. Setelah selesai loading , perlu diperhatikan
perbedaan jumlah muatan antara di darat dan di kapal. Selisihnya diharuskan
kurang dari 0,5 % volume. Untuk mengetahuinya, dilakukan sounding ,
starting dan closing .

G. Unloading BBM dan Non-BBM


Pada proses ini, apabila pembongkaran telah selesai, dilaksanakan
pemeriksaan tangki kapal untuk memastikan bahwa tangki telah benar – benar
41

kering yang kemudian dinyatakan dalam Dry Certificate. Lalu dicocokkan hasil
pengukuran di kapal dengan di darat. Ketentuan selisih perhitungan antara kapal
dan tanki di darat maksimum 0,5 % volume. Apabila lebih besar dari angka
tersebut, maka dilakukan pengukuran kembali dan apabila masih tetap lebih besar
dari 0,5 % volume maka pihak yang dirugikan dapat membuat Letter of Protest (
Letter of Discrepancies).

H. Fasilitas Perpipaan di Dermaga Plaju


RU III memiliki 12 dermaga sebagai sarana penunjang untuk proses loading
atau unloading crude oil dan atau produk unit pengolahan serta muatan barang.
Dermaga 1 hingga 6 berlokasi di Kilang Sungai Gerong sedangkan 7 hingga 12
berada di Kilang Plaju. Untuk Kilang Plaju, dermaga 7 hingga 10 berfungsi untuk
proses loading serta unloading crude oil dan produk BBM atau Non-BBM,
sedangkan dermaga 11 dan 12 berfungsi untuk muatan berupa barang.
Pertamina RU III memiliki kapasitas pengolahan sebesar 126.200 BSD,
dengan umber utama minyak mentah dari Pertamina EP Asset 1 dan Asset 2,
yang ialirkan melalui pipa, dan dari daerah lainnya yang dibawa dengan kapal.
Pertamina RU III juga memiliki Kilang Petrokimia yaitu Kilang Polypropylene
(PP), yang memproduksi Polytam (Polypropylene Pertamina) sejak tahun 1994,
dengan kapasitas 45.200 TPY. Polytam digunakan sebagai bahan baku plastik.
Bahan baku utama Kilang PP adalah Raw PP yang berasal dari Kilang FCCU
Sungai Gerong, yang juga dimiliki Pertamina RU III.

Kegiatan operasional Pertamina RU III yang utama adalah pengolahan


minyak mentah menjadi berbagai produk akhir. Dengan demikian, bahan yang
digunakan dalam proses produksi ini adalah minyak mentah (crude oil) dan bahan
perantara (intermedia). Kedua jenis bahan ini merupakan bahan mentah yang
tidak terbarukan. Bahan mentah ini dipasok oleh unit bisnis lain dari PT
Pertamina (Persero), dan jumlahnya dari tahun ke tahun ditentukan oleh PT
Pertamina (Persero) berdasarkan volume pasokan yang tersedia untuk Pertamina
RU III, dan bukan merupakan wewenang Pertamina RU III. Total volume bahan
mentah yang digunakan dalam proses produksi Pertamina RU III pada tahun 2017
42

adalah 35.558.355 barrel minyak mentah. Jumlah ini mengalami peningkatan


5,6% dari volume penggunaan bahan tahun 2016 sebesar 33.655.732 barrel. Dari
volume tersebut, sejumlah 129.728 barrel atau sekitar 0,36% merupakan bahan
hasil penggunaan kembali (daur ulang). Volume tersebut berasal dari produk akhir
yang tidak sesuai dengan spesifikasi produk untuk dijual, dan dengan demikian
tidak disalurkan kepada konsumen akhir, melainkan diproses kembali sebagai slop
oil. Slop oil tersebut kemudian digunakan kembali dalam proses produksi sebagai
campuran bahan mentah.

Memahami kemungkinan keterbatasan sumber daya tersebut, yang


berpotensi mengganggu proses operasionalnya, maka konsumsi energi di
Pertamina RU III dilakukan secara bijak. Pertamina RU III telah berkomitmen
untuk dapat menggunakan energi dengan seefisien mungkin melalui berbagai
program penghematan energi, yang dimulai dengan penerbitan Surat Perintah GM
mengenai Tim Penghematan Energi Listrik dan Air. Berbagai program
penghematan energi yang dilaksanakan pada tahun 2017 berhasil membuat
Energy Intensity Index (EII) mencapai 172,39%, lebih baik dibandingkan target
awal tahun sebesar 173%.

Pertamina RU III menggunakan energi dalam proses produksinya terutama


untuk menghasilkan uap air (steam) yang akan menggerakkan turbin dan
menghasilkan listrik. Listrik ini selanjutnya digunakan untuk kebutuhan
operasional sekaligus juga untuk kebutuhan perumahan pekerja. Total energi tak
terbarukan yang digunakan Pertamina RU III selama tahun pelaporan 2017 adalah
9.628.937 GJ atau 9,6 x 1012 kJ. Dari jumlah tersebut, konsumsi energi untuk
proses produksi adalah 7.193.286 GJ (7,2 x 1012 kJ) dan konsumsi energi untuk
fasilitas penunjang adalah 2.435.651 GJ (2,4 x 1012 kJ). Total energi yang
dimanfaatkan di 2017 mengalami penurunan 2,3% dibandingkan dengan total
pemanfaatan energi di tahun 2016, sebesar 9.853.917 GJ (9,9 x 1012 kJ).

Tabel 4.2
Penggunaan Energi
43

Keterangan 2014 2015 2016 2017 Satuan Metode


Unit Pengukuran
Internal

Proses Produksi 8.021.849 7.610.966 7.263.065 7.193.286 GJ Flowmeter


Fasilitas 4.362.563 4.480.320 4.480.320 2.435.651 GJ Flowmeter
Penunjang
Total 12.384.413 12.091.286 9.853.917 9.628.937 GJ
Penggunaan
Energi
Konsumsi 385.262 443.308 385.810 392.436 Ton Flowmeter
untuk uap
Konsumsi 209.432.116 206.847.872 204.794.2 204.767.2 kWh kWh Meter
listrik 67 17
Eksternal
Disalurkan ke 3.109.660 3.067.173 3.188.265 3.360.843 kWh kWh Meter
Pertasamtan
Gas
Sumber. Laporan Keberlanjutan Sustainability Report Pt Pertamina (Persero)
Refinery Unit III Plaju 2017

4.3 Peranan PT. Pertamina Refinery Unit III di Bidang Sosial Ekonomi
Kota Palembang Pada Tahun 2010-2017

PT. Kilang Pertamina Unit III adalah bisnis BUMN strategis di Indonesia
terkait dengan bisnisnya di bidang minyak (minyak mentah dan produk bahan
bakar), gas alam (LNG, LPG, dan BBG), panas bumi, petrokimia, dan energi. PT.
Kilang Pertamina Unit III memiliki posisi penting dalam pembangunan ekonomi
nasional karena merupakan fondasi negara yang berkontribusi terhadap
penerimaan negara baik dari pajak maupun pembayaran dividen.

Keberadaan PT. Kilang Pertamina Unit III di tengah-tengah masyarakat


berkontribusi terhadap masyarakat sekitar, sehingga masyarakat tumbuh dan
berkembang. PT. Kilang Pertamina Unit III menyadari bahwa PT. Kilang
44

Pertamina Unit III tidak terlepas dari kondisi masyarakat itu sendiri. Sebagai
bagian dari industri energi berisiko tinggi, RU III Plaju berkomitmen kuat untuk
secara serius mengelola lingkungan sosial masyarakat di sekitar wilayah
operasional perusahaan yang berpotensi terkena dampak langsung atau tidak
langsung oleh aktivitas perusahaan.

Dampak-dampak positif termasuk penciptaan lapangan kerja untuk


masyarakat setempat; peningkatan aktivitas ekonomi baik sektor formal maupun
informal, yang secara tidak langsung meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat Plaju dan Sungai Gerong maupun Kota Palembang; ketersediaan
fasilitas kesehatan bagi masyarakat umum dengan keberadaan Rumah Sakit
Pertamina Plaju; serta bantuan finansial dan bimbingan bagi usaha kecil
menengah melalui program-program kemitraan.

Komitmen PT. Kilang Pertamina Unit III untuk mendukung dan membantu
upaya pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan masyarakat Indonesia
yang diberdayakan secara ekonomi, sosial dan budaya sebagai bagian dari
tanggung jawab sosial perusahaan / CSR. Ini diwujudkan melalui CSR yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan membuat orang mandiri.
Program CSR ini dilakukan melalui sejumlah tahapan yang telah dirancang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan berjalan sesuai dengan visi dan misi
perusahaan dan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar baik di
sektor sosial dan ekonomi kota Palembang.

4.3.1 Peranan di Bidang Sosial Terhadap Kota Palembang Tahun


2010-2016

CSR Pertamina RU III juga fokus dalam pemberdayaan masyarakat melalui


peningkatan infrastruktur dan program Pertamina Peduli Bencana Alam. Dalam
pembangunan infrastruktur dilakukan perbaikan terhadap sarana umum seperti
jalan, jembatan, MCK, dan sarana air bersih. Berikut tabel data peran PT.
Pertamina Refinery Unit III terhadap Kota Palembang.

Tabel 4.3
45

Peran PT. Pertamina Refinery Unit III di Bidang Sosial


NO PERAN TAHUN
1 Bakti social khinatan masal dan donor darah 2010
dalam rangka Hut PT. Pertamina ke 53
2 Penyuluhan UU Lalu lintas bekerja sama dengan 2010
poltabes Palembang (dana)
3 Pembayaran termin ke-4 masa pemiliharaan atas 2011
pekerjaan pembangunan gedung Saka
Bayangkara Polresta Palembang
4 Pembangunan jembatan penyeberangan jaan 2011
desa ibul besar di wilayah depot pertamina
kertapati
5 PT. Pataka Sriwijaya-uang muka 20 untuk 2011
pekerjaan pembangunan gedung sanggar saka
bhayangkara di Mapolres Palembang
6 Pembangunan Gedung Sat Narkoba dan Saka 2011
Bhayangkara Polresta Palembang
7 Bantuan pembuatan WC untuk kantor lurah 2012
Plaju Ilir Palembang
8 Rehabilitasi Gang Nusa Eka Seberang Ulu II 2012
9 Bantuan perbaikan jalan kartini keluruhan 16 2012
Ulu
10 Sarana umum renovasi lapangan volley ball di 2012
mapolresta Palembang
11 Biaya pelaksanaan (imbalan) tiga orang Sarjana 2013
Pendamping untuk kegiatan implementasi 3 desa
tertinggal di provinsi Sumatra Selatan untuk
bulan Agustus 2013
12 Biaya pelaporan kegiatan implementasi desa 2013
tertinggal di Prov Sumatra Selatan bulan April
2013
13 Biaya pelaksanaan kegiatan santunan anak aytim 2014
dalam rangka safari ramadhan untuk panti
asuhan sekitar area operasional pertamina RU III
dan MOR II Palembang
14 Bantuan pembangunan pagar, toilet dan tempat 2014
wudhu masjid serta penyelesaian pembangunan
kamar putra lantai 2 Ponpoes Tahfidzil Quran
kegiatan Badan Dakwah Islamiyah Palembang
15 Bantuan sarana dan prasarana panti asuhan 2014
Darussalam kegiatan badan dakwah Islamiah
MOR II Palembang dalam rangka bulan suci
ramadhan
16 Pertamina RU III Serahkan 107 Unit Biopori ke 2014
BLH Kota Palembang
17 Pertamina RU III Bantu Masyarakat Ring I 2015
46

18 Pertamina RU III Plaju Gelar Khitanan Massal 2015


19 Pertamina Bantu Korban Kebakaran 3-4 Ulu 2015
Palembang
20 Pertamina RU III Bantu Mapolsek Plaju 2015

21 Motor Pengangkut Sampah Unutk Pemerintah 2016


Kota Palembang
Sumber. Data CSR Pertamina RU III

Penjelasan tabel diatas telah dipaparkan peranan PT. Pertamina RU III


terhadap bidang sosial masyarakat Kota Palembang dari tahun 2010 sampai 2016.
Kegiatan CSR yang dilakukan antara lain bakti sosial khinatan massal dan donor
darah yang dilakukan tahun 2010 dan 2015, Pembangunan sarana dan prasarana
mulai dari bantuan pembangunan jembatan, gedung instansi, perbaikan jalan,
bantuan pembangunan sarana (pagar, toilet, tempat wudhu) untuk pondok
pesantren dan panti asuhan, lalu kegiatan bantuan untuk korban bencana disekitar
perusahaan.

4.3.2 Peranan di Bidang Pendidikan Terhadap Kota Palembang


Tahun 2010-2016

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupan mereka. Menurut


Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, pendidikan adalah
upaya sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan belajar
sehingga siswa secara aktif mengembangkan potensi mereka untuk memiliki
kekuatan spiritual spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, karakter
mulia, dan keterampilan yang mereka butuhkan, bangsa dan masyarakat negara.
Masalah yang sering dihadapi di sektor pendidikan adalah rendahnya kualitas
penyelenggaraan pendidikan, seperti kondisi fisik bangunan sekolah dan peralatan
pendidikan yang tidak memadai. Dalam hal ini peran PT. Kilang Pertamina Unit
III di bidang pendidikan di kota Palembang dari 2010-2016 memiliki peran yang
cukup. Ini dapat dilihat dari besarnya jumlah bantuan dan peran perusahaan dalam
memajukan pendidikan seperti bantuan sarana dan prasarana sekolah, bantuan
47

pembangunan gedung sekolah, tabel data berikut tentang peran perusahaan dalam
sektor pendidikan di kota Palembang.
Tabel 4.4
Peran PT. Pertamina Refinery Unit III di Bidang Pendidikan
NO PERAN TAHUN
1 Pembangunan ruang kelas SD Muhammadiyah 2010
17 Sentosa Palembang
2 Perbaikan lapangan basket SMA Negeri 9 2010
Palembang
3 Pekerjaan renovasi gedung dan pembangunan 2010
toilet SD Muhammadiyah 17 Sentosa Plaju
4 Radio Trijaya Palembang Pelatihan 2010
Kewirusahaan
5 Bantuan material untuk rumah Tahfidz Kiai 2011
Marogan
6 Bantuan material untuk SDN 267 Palembang 2011
7 Bantuan dana pembuatan film SMA Xaverius I 2011
Palembang
8 Gempita pendidikan TK/TPA se Kota 2011
Palembang-DPU-DT Palembang
9 Pemasangan Con block halaman sekolah SDN 2011
265 Plaju
10 Sarana dan prasarana siswa SDN 263 2011
Palembang
11 Bantuan metrial pondok pesantren muqimus 2011
sunnah di Ilir Barat II Palembang
12 Bantuan seragam untuk TK/TPA unit 959 di 2011
Sekip Palembang
13 Bantuan mobiler untuk SD Muhammaadiyah 17 2011
Palembang
14 Bantuan mobile untuk SMA Muhammadiyah 4 2011
Palembang
15 Perbaikan lapangan basket dan rehab Lab. 2011
Biologi SMA Negeri 4 Plaju
16 Renovasi Madrasah Tsanawiyah Ponpes Ar- 2012
Rahman Tegal binangun Plaju darat Palembang
17 Pembangunan gedung dan sarana prasarana 2012
madrasah ibtidaiyah ikhlasiyah Kertapati
Palembang
18 Rehab pagar sekolah dan kelas madrasah 2012
tsanawiyah nurul hidayah Gandus Palembang.
19 Renovasi mushollah SMPN 31 Seberang ulu 1 2012
20 Bantuan mobiler YPI MI Subulussalam 2012
Seberang ulu 1
21 Bantuan ruang UKS dan sarana belajar siswa 2013
48

untuk SDN 256 Tegal Binangun Plaju


22 Pembuatan lapangan upacara SDN 236 2013
Kertapati Palembang
23 Pelaksanaan pekerjaan pembuatan meubeler 2013
untuk bantuan sarana belajar SDN 248 Kertapati
Palembang
24 Perbaikan gedung SMA Patra Mandiri II 2013
Sungai Gerong Tahap I
25 Bantuan sarana belajar dan bermain untuk 2013
PAUD Alifah 16 Ulu Palembang
26 Bantuan bangku dan meja belajar Madrasah 2013
Ibtidaiyah Daarul Aitam Seberang Ulu II
Palembang
27 Renovasi PAUD Pelangi Agung Kertapati 2013
Palembang
28 Perbaikan gedung SMA Patra Mandiri II Sungai 2013
Gerong Tahap II 50 dari Rp. 171.721.000
29 Bantuan Ruang UKS dan sarana belajar siswa 2013
untuk SDN 256 Plaju
30 Biaya pelatihan PAUD dalam rangka mutu 2013
PAUD di Kota Palembang sebanyak 60 orang
31 Bantuan pelaksanaan pelepasan / wisuda guru- 2013
guru PAUD di Prov. Sumsel sebanyak 72 orang
32 Bantuan perlengkapan sarana belajar berupa 10 2013
unit PC, 1 unit printer dan 1 unit infocus untuk
SMP PGRI 7 Palembang
33 Bantuan renovasi ruang perpustakaan SMP Bina 2014
Tama yang bertempat di Sako Palembang
34 Pengadaan perlengkapan perpustakaan SMP 2014
Bina Tama Palembang berupa PC, AC dan TV
35 Pengerjaan meubeler untuk SMP PGRI 7 2014
Palembang sebanyak 3 unit lemari penyimpanan
alat labor, 4 unit lemari berkas, 3 unit lemari
perpustakaan tahap pertama
36 Biaya pelaksanaan pekerja pembuatan meubeler 2014
(meja dan kursi siswa) sebanyak 40 set untuk
SD Negeri 248 Palembang dalam rangka HUT
PWP MOR II Palembang
37 Pembangunan MCK Siswa dan renovasi ruang 2014
belajar siswa SDN 248 Kertapati
38 Pelaksanaan pekerjaan penyelesaian 2014
pembangunan gedung sekolah islam terpadu
Kamiliyah Sukarami
39 Bantuan renovasi ruang perpustakaan SMP Bina 2014
Tama yang bertempat di Sako Palembang
40 Pengadaan perlengkapan perpustakaan SMP 2014
Bina Tama Palembang berupa PC, AC dan TV
41 Pengerjaan meubeler untuk SMP PGRI 7 2014
Palembang sebanyak 3 unit lemari penyimpanan
alat labor, 4 unit lemari berkas, 3 unit lemari
49

perpustakaan tahap pertama


42 Biaya pelaksanaan pekerja pembuatan meubeler 2014
(meja dan kursi siswa) sebanyak 40 set untuk
SD Negeri 248 Palembang dalam rangka HUT
PWP MOR II Palembang
43 Pembangunan MCK Siswa dan renovasi ruang 2014
belajar siswa SDN 248 Kertapati
44 Pelaksanaan pekerjaan penyelesaian 2014
pembangunan gedung sekolah islam terpadu
Kamiliyah Sukarami
45 Bantuan renovasi ruang perpustakaan SMP Bina 2014
Tama yang bertempat di Sako Palembang
46 Pengadaan perlengkapan perpustakaan SMP 2014
Bina Tama Palembang berupa PC, AC dan TV
47 Pengerjaan meubeler untuk SMP PGRI 7 2014
Palembang sebanyak 3 unit lemari penyimpanan
alat labor, 4 unit lemari berkas, 3 unit lemari
perpustakaan tahap pertama
48 Bantuan muebel sekolah (meja, kursi, papan 2016
tulis, computer,lemari sekolah dan alat tulis
mengajar) untuk SDN 266 Plaju
49 Bantuan muebel sekolah (meja, kursi, papan 2016
tulis, computer,lemari sekolah dan alat tulis
mengajar) untuk SDN 260 Plaju
50 Bantuan muebel sekolah (meja, kursi, papan 2016
tulis, computer,lemari sekolah dan alat tulis
mengajar) untuk SDN 258 Plaju
51 Bantuan muebel sekolah (meja, kursi, papan 2016
tulis, computer,lemari sekolah dan alat tulis
mengajar) untuk Madrasah Ibtidaiyah Ar
Rahman Plaju
52 Bantuan muebel sekolah (meja, kursi, papan 2016
tulis, computer,lemari sekolah dan alat tulis
mengajar) untuk SD YP Harapan Plaju
Sumber. Data CSR Pertamina RU III

Berdasarkan tabel di atas telah dipaparkan peran PT. Pertamina RU III


dibidang pendidikan terhadap masyarakat Kota Palembang dari tahun 2010-2016.
Kegiatan CSR pertamina merupakan sebuah tanggung jawab sosial perusahaan
50

terhadap wilayah perusahaan. Beberapa kegiatan bantuan pendidikan yang


dilakukan yaitu bantuan pembangunan sarana dan prasanan sekolah mulai dari
pembangunan gedung, kelas, lapangan sekolah serta memberikan bantuan berupa
dana ataupun alat-alat yang menunjang kegiatan pendidikan di kota Palembang.

4.3.3 Peranan di Bidang Keagamaan Terhadap Kota Palembang


Tahun 2010-2016

Peran PT. Pertamina RU III dalam bidang keagamaan tidak hanya mengacu
dalam kegiatannya namun dalam memperbaiki sarana dan prasarana tempat
peribadatan, berikut tabel data peran perusahaan dalam bidang keagamaaan.

Tabel 4.5
Peran PT. Pertamina Refinery Unit III di Bidang Keagamaan
NO PERAN TAHUN
1 Renovasi Gereja di Sekojo Palembang 2010
2 Pembangunan Musholla Panti Asuhan Kurnia 2010
Palembang
3 Pembangunan Masjid Babussalam Jakabaring 2010
4 Pembungan Masjid Al-Muhajirin Perum TOP 2010
Jakabaring
5 Revonasi Masjid hidayattullah Plaju 2010
6 Bantuan dana Masjid Al Muhajirin Pakjo 2010
7 Bantuan dana Pengecatan Gereja GPIB Imanuel 2010
Palembang
8 Renovasi Masjid Darul Mutaqien Alang-alang 2010
Lebar Palembang
9 Bantuan rehab langgar Ittihadul Muslimin Plaju 2010
10 Pembangunan Mushola Az Zahra Kertapati 2010
Palembang
11 Renovasi Masjid Darul Mutaqien Bagus Kuning 2010
Plaju
12 Masjid Nurul Taqwa di JL. Nazaruddin 2010
Palembang
13 Pembangunan Pesantren Al Amin Palembang 2010
14 Rehab Masjid Al-Ikhlas Alang-alang Lebar 2010
Palembang
15 Renovasi gereja katolik paroki St. Paulus Plaju 2011
16 Bantuan matrial untuk mushollah istiana di 2011
51

Sebrang ulu Palembang


17 Bantuan material untuk mushollah al-khoirot di 2011
seberang ulu Palembang
18 Bantuan material untuk langgar al-ikhlas di 2011
kalidoni Palembang
19 Bantuan material untuk mushollah al-ikhlas di 2011
seberang ulu Palembang
20 Bantuan material untuk mushollah az-zahara 2011
kertapati Palembang
21 Bantuan material masjid assaadah di KM 5 2011
Palembang
22 Bantuan matrial untuk masjid baitul khoir di 2011
Plaju
23 Bantuan mesin genset untuk masjid syahuda 2011
Plaju
24 Bantuan sound system utnu mushollah at-taufiq 2011
di seberang ulu I Palembang
25 Bantuan alat syaroffal anam mushollah 2011
mujahidin di seberang ulu Palembang
26 Bantuan material untuk mushollah miftahul 2011
jannah di Ilir barat I Palembang
27 Bantuan material pembangunan mushollah 2011
itihadul muslim palembang
28 Renovasi gereja katolik paroki St. Paulus Plaju 2011
29 Bantuan matrial untuk mushollah istiana di 2011
Sebrang ulu Palembang
30 Bantuan material untuk mushollah al-khoirot di 2011
seberang ulu Palembang
31 Renovasi mushollah Al Fallah Gang Banyu Biru 2012
Talang Putri Plaju
32 Bantuan renovasi masjid akbar Kalidoni 2012
33 Renovasi masjid Djabal Nur Bukit besar 2012
Palembang
34 Renovasi langgar nurul hidayah Plaju 2012
35 Renovasi Masjid Ar-ruhama Plaju Palembang 2012
36 Bantuan renovasi langgar Nurussadah talang 2012
Putri Plaju
37 Renovasi masjid daarul falaah kalidoni 2012
38 Renovasi masjid jami Al ikhlas Kemuning 2012
39 Renovasi mushollah muhajirin silaberanti 2012
seberang Ulu I Palembang
40 Pembangunan satu unit wc Langgar Nurul Iman 2012
Plaju Kota Palembang

41 Renovasi Masjid Nurul Huda depan TBBM 2013


Kertapati
52

42 Pembangunan majelis talim hidayah Tangga 2013


Buntung Palembang
43 Pertamina RU III Salurkan Zakat untuk Siswa 2015
SMP Tsanawiyah At-Tauhid
Sumber. Data CSR Pertamina RU III

Penjelasan tabel di atas mengenai peran PT. Pertamina RU III dibidang


keagamaan masyarakat Kota Palembang dari tahun 2010-2016. Kegiatan CSR
Pertamina tidak hanya terpaku dalam mengembangkan tanggung jawabnya dalam
bidang sosial maupun bidang pendidikan saja namun juga dalam bidang
keagamaan mulai dari pembangunan dan revonasi tempat peribadatan, acara-acara
amal zakat serta bantuan berupa dana maupun alat penunjang kemudahan dalam
melaksanakan ibadah di Kota Palembang.

4.3.4 Peranan di Bidang Kesehatan Terhadap Kota Palembang Tahun


2010-2016

Kesehatan pada dasarnya merupakan indikator keberhasilan pembangunan


yang dianggap cukup signifikan, di mana tingkat kesehatan yang tinggi akan
mencerminkan tingkat kesejahteraan yang baik. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal di kota Palembang, harus didukung oleh sumber daya
manusia, fasilitas dan infrastruktur kesehatan, pembiayaan kesehatan yang
memadai, dan kebijakan pembangunan kesehatan untuk mengimplementasikan
berbagai program yang dapat memberikan kontribusi positif bagi kesehatan,
terutama untuk perilaku lingkungan dan masyarakat. . PT. RUU Pertamina III
berperan aktif di sektor kesehatan, dapat dilihat dari tabel data berikut.
Tabel 4.6
Peran PT. Pertamina Refinery Unit III di Bidang Kesehatan

NO PERAN TAHUN
Bantuan alat-alat audio visual POSKESKEL
1 2010
Talang Putri Kec. Plaju Palembang
Bantuan posyandu lansia dinas kesehatan kota
2 2010
Palembang
Sunatan masal dalam rangka HUT Bhayangkara
3 2011
(Polresta Palembang)
53

Bantuan pembuatan canopy dan pagar terali


4 2011
puskeskel Plaju Palembang
Kegiatan bakti social khinatan massal dan donor
5 2012
darah dalam rangka HUT PT. Pertamina ke 55
tahun 2012 di daerah unit dan terminal BBM
masing-masing 75 Orang
Bantuan sarana penunjang kesehatan puskesmas
6 2012
23 ilir bukit kecil Palembang
Bantuan puskemas pembantu Plaju darat
7 2012
Palembang
Sarana penunjang kesehatan bantuan timbangan,
8 2012
tensi, stetoskop, kursi plastic puskesmas 23 ilir
bukit kecil palembang
Kegiatan bakti social khinatan massal dan donor
9 2012
darah dalam rangka HUT PT. Pertamina ke 55
tahun 2012 di daerah unit dan terminal BBM
masing-masing 75 Orang
Biaya pelaksanaan kegiatan kanker serviks di
10 2013
Prov Sumatra Selatan

Biaya pekerjaan pengadaan alat kesehatan untuk


11 2014
Poskedes ibul besar kertapati dalam rangka
HUT PWP Pertamina MOR II Palembang
Biaya ceremonial Peresmian dan serah terima
12 2014
bantuan poskeds kertapati
Sumber. Data CSR Pertamina RU III

Berdasarkan penjelasan tabel di atas mengenai peran PT. Pertamina RU III di


bidang kesehatan Kota Palembang diwujudkan dalam kegiatan CSR Pertamina
dengan cara memberikan bantuan materil berupa dana serta alat-alat kesehatan,
tidak hanya itu CSR Pertamina melakukan bantuan dalam pembangunan sarana
dan prasarana tempat kesehatan, kegiatan lainnya berupa kegiatan acara mengenai
kesehatan untuk masyarakat Kota Palembang.

4.3.5 Peranan di Bidang Lingkungan Terhadap Kota Palembang


Tahun 2010-2016

Program CSR Pertamina dibidang Lingkungan ditujukkan sebagai


komitmen manajemen dalam rangka tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan hidup dan pelestarian. PT. Pertamina Refinery Unit III menjalankan
perannya dalam bidang lingkungan di Kota Palembang, yaitu Pembangunan
54

sanitasi MCK di daerah pinggiran sungai musi, Bantuan material untuk


pembuatan saluran air untuk RT. 23 RW. 09 Plaju, Pertamina RU III gandeng
Vendur, Lestarikan Lingkungan, Rayakan Earth Day, RU III Tanam Pohon Bersama
Universitas Muhammadiyah Palembang.

4.3.6 Peranan di Bidang Ekonomi Terhadap Kota Palembang Tahun


2010-2016

Pertamina RU III konsisten dengan komitmennya untuk ikut berperan dalam


menyejahterakan masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya. Kegiatan-
kegiatan CSR yang telah kami lakukan sejauh ini sedapat mungkin berlangsung
secara berkesinambungan dan berdampak signifikan dalam meningkatkan
kapasitas dan kemandirian ekonomi masyarakat. Berikut beberapa program yang
berperan untuk perekonomian masyarakat.
 Program PATRATURA (Peningkatan Kesejahteraan Untuk
Masyarakat)

Program PATRATURA merupakan akronim dari Program Peningkatan


Kesejahteraan Untuk Masyarakat yang di dalamnya merupakan kegiatan
pengelolaan bank sampah terintegrasi antar beberapa wilayah dan beberapa
kelompok binaan yang sudah ada. Dilatarbelakangi oleh rendahnya kesadaran
masyarakat terhadap pengelolaan limbah sampah rumah tangga baik sampah
organik maupun anorganik. Konsep program PATRATURA adalah meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap permasalahan sampah pada unit terkecil yaitu
rumah tangga. Pengelolaan ini bertujuan untuk menjadikan sampah bernilai
ekonomis dan memiliki nilai tambah dengan memberdayakan masyarakat
kelompok rentan khususnya serta masyarakat yang memiliki keinginan secara
umum. Bank sampah ini juga dijadikan sebagai jaminan sosial bagi masyarakat.
Setiap sampah yang ditabung dan telah dikonversi menjadi uang dalam bentuk
tabungan maka timbal balik (feed back) yang diterima oleh masyarakat berupa
jaminan sosial berupa biaya kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya seperti
(Pembayaran Listrik, PAM dan lain sebagainya).
55

Sampai saat ini program PATRATURA telah menghasilkan kelompok-


kelompok bank sampah di lingkup kelurahan/desa yang bertujuan untuk menjadi
motor penggerak di setiap kelurahan. Terdapat empat kelurahan/desa di wilayah
Ring I perusahaan yang telah memiliki kelompok bank sampah yaitu Talang Putri,
Sungai Rebo, Sungai Gerong dan Mariana. Perusahaan mencurahkan perhatian
kepada keberlangsungan program ini dengan memberikan pelatihan kepada
kelompok masyarakat yang nantinya diproyeksikan sebagai agent-agent yang
dapat menularkan ilmunya kepada masyarakat diwilayah tempat tinggalnya.
Kelompok binaan perusahaan yang juga termasuk di dalam integritas
program PATRATURA adalah Kelompok Melati dan Kelompok Sinar Fajar.
Keterhubungan kelompok ini dengan program PATRATURA adalah kendala
yang dihadapi kelompok binaan dalam memperoleh bahan baku kerajinan
kelompok. Kelompok Melati mebutuhkan enceng gondok sebagai bahan baku
pembuatan kerajinan berupa tas, sandal, dompet bahkan hiasan pot bunga,
sedangkan Kelompok Sinar Fajar membutuhkan sampah Anorganik sebagai bahan
baku kerajinan anyaman plastik berupa tas, kotak tisu dan lain sebagainya.
Maka dari itu, Program PATRATURA menawarkan solusi bahwa bank
sampah ini selain menerima olahan sampah organik berupa pupuk juga menerima
tabungan berupa enceng gondok dan sampah Anorganik, diharapkan nantinya
kebutuhan dari setiap kelompok binaan tetap bisa berproduksi tanpa terkendala
bahan baku lagi Kelompok Melati adalah kelompok yang memberdayakan ibu-ibu
rumah tangga di Kelurahan Talang Putri guna melakukan kegiatan yang produktif
dan ekonomis untuk mengubah dan menafaatkan limbah enceng gondok menjadi
produk bernilai tambah. Selain meningkatkan keterampilan para ibu-ibu rumah
tangga, kelompok ini juga memberikan penghasilan tambahan kepada sekitar 25
orang anggota dengan besaran pemasukan 50.000-300.000 per bulan dari
penjualan kerajinan bisa lebih besar apabila terdapat pesanan/borongan terhadap
kerajinan kelompok.
Keberadaan Kelompok Sinar Fajar dilatarbelakangi oleh rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan limbah sampah rumah tangga
anorganik, khususnya sampah anorganik di wilayah Ring I perusahaan RU III
56

Plaju melalui Program Bank Sampah Anorganik Sinar Fajar Plaju Darat.
Kelompok ini memberdayakan para ibu rumah tangga melalui kegiatan produktif
dan ekonomis untuk mengubah dan menafaatkan limbah sampah anorganik
menjadi produk bernilai tambah. Selain meningkatkan keterampilan para ibu
rumah tangga, program Kelompok Sinar Fajar berhasil memberikan penghasilan
tambahan kepada 32 ibu rumah tangga sebesar RP. 300.000 / Orang / Bulan dari
sebelumnya tidak berpenghasilan.
Sejak tahun 2014, kelompok Kelompok Sinar Fajar telah mampu
mengembangkan usahanya dengan menerima berbagai pesanan produk seperti
sandal hotel, souvenir pernikahan hingga pernak-pernik lainnya. Terakhir anggota
kelompok Sinar Fajar memperoleh pelatihan yang diadakan oleh RU III Plaju
guna meningkatkan kemampuan dan keahlian setiap anggota kelompok dalam
mengolah sampah anorganik menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi.
 Program Filter Penetral pH pada Kelompok Budidaya Ikan Air Tawar
“Bintang”
Kelompok Budidaya Ikan Air Tawar “Bintang” merupakan program CSR
yang dilakukan oleh RU III Plaju di Ring II perusahaan. Kelompok “Bintang”
menghadapi permasalahan kematian bibit dan menjadikan kerugian yang cukup
besar. Banyaknya bibit ikan yang mati jika dinominalkan menjadi rupiah sebesar
Rp. 27.000.000. Permasalahan ini disebabkan oleh perubahan cuaca yang ekstrim
dan mempengaruhi air yang digunakan sebagai wahana pembibitan. Berdasarkan
kajian atau evaluasi perusahaan dan kelompok ditemukan penyebab kematian
bibit dikarenakan perubahan pH air. Bibit ikan akan hidup pada pH air yang
netral. Permasalahan perubahan pH tersebut dapat diatasi dengan pembuatan filter
penetral pH dengan beberapa keuntungan antara lain berkurangnya penggunaan
kapur untuk penetral pH dan penurunan biaya produksi sebesar Rp 1.200.000 per
tahun.
57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang "Peran PT Pertamina Refinery Unit
III Terhadap Sosial Ekonomi Kota Palembang Tahun 2010-2017 dapat
disimpulkan bahwa PT. Pertamina RU III sebagai perusahaan besar di kota
Palembang tidak hanya fokus pada kegiatan industri tetapi juga melaksanakan
program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR), dalam bentuk kegiatan
tanggung jawab lingkungan sosial dan kemitraan dengan masyarakat di sekitar
perusahaan Dalam hal ini, Kilang Pertamina Unit III memainkan peran aktif
dalam melaksanakan program-program ini, termasuk:
1. Berperan di Bidang Sosial, yaitu memberikan bantuan dalam
pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan infrastruktur dan program
Pertamina Peduli Bencana Alam. Dalam pembangunan infrastruktur
dilakukan perbaikan terhadap sarana umum seperti jalan, jembatan, MCK,
dan sarana air bersih di Kota Palembang.
2. Berperan di Bidang Pendidikan, yaitu dalam memajukan pendidikan
seperti bantuan sarana dan prasarana sekolah, bantuan pembangunan
gedung sekolah.
3. Berperan di Bidang Keagamaan, yaitu dalam pembangunan sarana dan
prasarana tempat beribadatan serta kegiatan keagamaan.
4. Berperan di Bidang Kesehatan, yaitu dalam pengembangan sarana dan
prasana tempat kesehatan yang ada di Kota Palembang, serta kegiatan
kesehatan yang bertujuan agar meningkatnya masyarakat yang sehat.
5. Berperan di Bidang Lingkungan, ditujukkan sebagai komitmen
manajemen dalam rangka tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan hidup dan pelestarian lingkungan yang ada di sekitar
perusahaan maupun Kota Palembang.
58

6. Berperan di Bidang Ekonomi, yaitu melakukan pemberdayaan masyarakat


yang merupakan kegiatan untuk membantu mengembangkan usaha
ekonomi dengan cara mendirikan Program PATRATURA (Peningkatan
Kesejahteraan Untuk Masyarakat), Program Filter Penetral pH pada
Kelompok Budidaya Ikan Air Tawar “Bintang” dan Program Pembangkit
Listrik Mikro Hidro (Turbin “ESA”) agar terciptanya masyarakat yang
mandiri serta dapat meningkatkan perekonomian.

5.2 Saran
Sebagai akhir dari penulisan ini, penulis ingin menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Program Corporate Social Responsibility (CSR) yang diterapkan oleh
Pertamina RU III sudah sangat bagus. Penulis mengharapkan perusahaan
lebih meningkatkan kepeduliaannya lagi tidak hanya masyarakat di sekitar
perusahaan namun seluruh wilayah Kota Palembang.
2. Program pemberdayaan masyarakat hendaknya di kembangkan lagi dengan
cara pengedukasi masyarakat Kota Palembang dalam sebuah latihan
pemberdayaan masyarakat ditambah lagi dengan adanya kemajuan teknologi.
Hal tersebut dimaksud agar masyarakat dapat mengekplorasi peluang
sehingga dapat terciptanya perekonomian yang baik.
3. Dalam Penulisan Skripsi ini masih memiliki kekurangan oleh sebab itu
penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna sebagai pedoman
untuk penelitan yang lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai