TUGAS 1
Disusun oleh :
(60100117010)
2019
Pengertian Metode Penelitian Arsitektur
1.1.1 Pengertian Metode
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan
istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal
penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam
pelaksanaan.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi Metode menurut para ahli:
a. ROTHWELL & KAZANAS
Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi
b. TITUS
Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
c. MACQUARIE
Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu
d. WIRADI
Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis
(urutannya logis)
e. DRS. AGUS M. HARDJANA
Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-
langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai
(Sumber : http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.html )
1.1.2 Pengertian Penelitian
Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan
dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah
berasal dari bahasa Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah ―mencari kembali‖. Definisi
tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah
menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah ―penyidikan
atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan
menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima‖. Dalam buku berjudul
Introduction to Research, T. Hillway menambahkan bahwa penelitian adalah ―studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut‖. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan gambaran
bahwa penelitian adalah ―metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking
(berpikir kritis)‖. Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah
(unscientific method).
(Sumber : http://intl.feedfury.com/content/19423839-hakikat-penelitian.html )
1.1.3 Pengertian arsitektur
Arsitektur adalah ilmu dan seni perencanaan dan perancangan lingkungan binaan (artefak), mulai
dari lingkup makro—seperti perencaan dan perancangan kota, kawasan, lingkungan, dan lansekap—
hingga lingkup mikro—seperti perencanaan dan perancangan bangunan, interior, perabot, dan produk.
Dalam arti yang sempit, arsitektur sering kali diartikan sebagai ilmu dan seni perencanaan dan
perancangan bangunan. Dalam pengertian lain, istilah ―arsitektur‖ sering juga dipergunakan untuk
menggantikan istilah ―hasil-hasil proses perancangan‖.
Jika ilmu dan seni perencanaan dan perancangan lingkungan binaan (artefak) dinamai ―arsitektur‖, orang
yang mempunyai keahlian dan berkecimpung di dalam bidang tersebut dinamai ―arsitek‖. Jadi, arsitek
adalah orang yang mempunyai keahlian dan berkecimpung di dalam ilmu dan seni perencanaan dan
perancangan lingkungan binaan (artefak)—seperti perencanaan dan perancangan kota, kawasan,
lingkungan, lansekap, bangunan, interior, perabot, dan produk.
(Sumber : http://ft.uajy.ac.id/arsitek/dunia-ars/)
1.3 Qualitative Research
1.3.1 Metode Penelitian Kualitatif
Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang
diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan
dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi
sosial mereka (Danim, 2002).
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif
dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut
pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut
adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan
instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
1.3.2 Pokok Karakteristik Metode Penelitian Kualitatif
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke
lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di
tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya
dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu
pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku
berlangsung.
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan,
hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi
penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data
dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data
aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi
yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti
dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi
mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data.
3. Tekanan pada proses bukan hasil
Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi yang
diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan
hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya
memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran
frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan,
dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung.
Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi angka
untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-
konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.
4. Bersifat induktif
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi
dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau
penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik
kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak
dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam
konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep,
prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada.
Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.
5. Mengutamakan makna
Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang
mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru,
peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti
mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina
guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi.
Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan
pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari
partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil
penelitian secara sahih dan tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang
dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi
lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus
menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang
alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi
tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan bahwa bahwa ciri-ciri
metode penelitian kualitatif ada lima, yaitu:
Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti
sebagai instrumen kunci.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih banyak kata-kata
atau gambar-gambar daripada angka
Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini disebabkan oleh cara
peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar bagian yang sedang diteliti
akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.
Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif: Peneliti tidak mencari data untuk
membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum mulai penelitian, namun untuk menyusun
abstraksi.
Penelitian kualitatif menitik beratkan pada makna bukan sekadar perilaku yang tampak.
Atas dasar penggunaanya, dapat dikemukakan bahwa tujuan penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan
yaitu untuk:
1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai
bahan kajian lebih lanjut untuk menemukenali kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat
ditentukan upaya penyempurnaannya.
2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di lapangan
sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara
alami.
3. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan informasi
yang terjadi di lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan
kuantitatif.
1.3.3 Penggunaan Literatur dalam Penelitian Kualitatif
Penggunaan literatur yang relevan merupakan hal yang umum dilakukan pada penelitian kualitatif
setelah dilakukan pengumpulan dan analisis data. Tidak seperti para peneliti kuantitatif, pada umumnya
para peneliti kualitatif tidak menggunakan berbagai literatur untuk melatar belakangi studi yang
dilakukannya atau sebagai kerangka konseptual dan kerangka teori studi tersebut. Alasan tidak
menggunakan literatur pada tahap awal penelitian adalah untuk melindungi peneliti dalam mengarahkan
para partisipannya tentang berbagai hal yang sebelumnya telah diketahui oleh peneliti (Streubert &
Carpenter, 2003). Alasan lainnya dikemukakan oleh Pinch (1993) yang mengatakan bahwa para peneliti
sebaiknya mempelajari fenomena-fenomena penelitiannya secara lebih mendalam seolah-olah fenomena
tersebut sangat asing bagi dirinya.
Salah satu cara untuk membuat dirinya asing dengan fenomena yang akan dipelajarinya, peneliti tidak
seharusnya memulai penelitiannya dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan topik
penelitiannya secara mendalam (Streubert & Carpenter, 2003). Dengan tidak mempelajari literatur-
literatur yang relevan dengan topik penelitiannya tersebut, peneliti dapat membatasi hal-hal yang
diketahui tentang situasi penelitiannya sebelum melakukan penelitiannya tersebut.
Dengan demikian penggunaan literatur sebelum dilakukannya penelitian, bukan suatu langkah yang
harus dilakukan oleh para peneliti kualitatif. Dilain pihak, beberapa jenis penelitian kualitatif, seperti pada
penelitian etnografi dan penelitian grounded theory, literatur-literatur terdahulu digunakan untuk melatar
belakangi studi yang akan dilakukan dan dibuat sebelum studi tersebut dilakukan (Strauss & Corbin,
1989).
Tidak seperti halnya pada penelitian kuantitatif, penggunaan literatur sebelum dilakukan proses
penelitian pada penelitian kualitatif bukan sekedar dijadikan latar belakang untuk studi yang dilakukan,
namun, memiliki beberapa manfaat lainnya. Beberapa manfaat penggunaan literatur lainnya dalam
penelitian kualitatif, selain digunakan untuk melatar belakangi masalah yang akan dipelajari (Strauss &
Corbin, 1989), antara lain:
Identifikasi permasalahan
Studi literatur.
Pengembangan kerangka konsep
Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan penelitian.
Pengembangan disain penelitian.
Teknik sampling.
Pengumpulan dan kuantifikasi data.
Analisis data.
Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian.
Dalam field research dikenal istilah verstehen, artinya melihat kenyataan melalui pandangan
subjek di lapangan. Demikianlah observasi dilakukan. Namun begitu, analisisnya melibatkan diri peneliti
sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian, field research menjadi semacam pertemuan budaya,
culture encounter antara budaya peneliti sendiri di satu pihak, budaya subjek penelitian di lain pihak dan
bahkan budaya dari pembaca hasil penelitian tersebut. Titik permulaannya adalah saat di mana terjadi
penyimpangan, atau dipersepsikannya penyimpangan antara si peneliti dengan lingkungan, suatu
pengamatan terhadap budaya, kejadian, manusia dan nilai-nilainya yang asing dan tidak dapat dimengerti
serta dijelaskan menurut tradisi asli si peneliti. Hal ini dikenal sebagai breakdown, yang timbulnya sangat
tergantung pada tradisi si peneliti, tradisi kelompok dan tradisi khalayak yang terlibat di dalamnya.
Breakdown amat penting dan menentukan apakah field research yang dilakukan akan
menghasilkan penelitian yang berhasil ataukah tidak. Oleh sebab itu, salah satu aspek penting dalam field
research adalah si peneliti sebaiknya memiliki apa yang oleh Neuman diistilahkan sebagai sikap
keasingan. Peneliti sebaiknya berasal dari kalangan yang sama sekali berbeda latar belakang dengan
subjek penelitian sehingga memiliki kemampuan untuk menyerap informasi yang terasa asing dari
lingkungan penelitian, serta menjadi peka akan detail yang sekecil mungkin. Apabila peneliti memiliki
latar belakang budaya yang relatif serupa, maka kondisi breakdown tidak tercipta. Peneliti menjadi lebih
mudah ―dibutakan‖ oleh aspek-aspek keseharian rutin yang menurutnya sudah biasa dan tidak perlu
tercatat sebagai informasi penting, padahal di mata peneliti yang awas hal itu merupakan informasi yang
sangat berharga.
Menurut Neuman, pemilihan lokasi penelitian field research harus didasari tiga hal yaitu:
1. kepantasan,
2. kekayaan informasi dan
3. keunikan.
Peneliti dengan latar belakang yang terlalu dekat dengan subjek penelitian masih akan dapat melihat
kepantasan, namun akan lebih sulit memperoleh informasi yang kaya serta merasakan keunikan.
Dengan demikian, berdasarkan pembahasan di atas, secara umum karakteristik field research dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Lingkup permasalahan belum tegas.
2. Variabel yang akan diteliti belum terlalu dipahami.
3. Model teoritis tidak tegas.
4. Operasionalisasi tidak dilakukan.
5. Tidak terdapat pembakuan teknik pengumpulan data.
6. Tidak ada analisis statistika dengan rumus-rumus baku.
7. Dimulai dari breakdown.
8. Proses resolusi melalui verstehen.
Partisipasi aktif dari peneliti dalam field research menuntut agar peneliti:
a. tinggal bersama kelompok masyarakat yang diteliti,
b. mengunjungi kejadian dan menghadiri pertemuan atau upacara,
c. mengembangkan dan memelihara hubungan informal dengan anggota-anggota kelompok sosial,
serta
d. menghabiskan sejumlah waktu yang umumnya cukup panjang untuk kegiatan-kegiatan tersebut di
atas.
Keempat butir di atas, merupakan kekuatan dari field research di dalam memberikan gambaran
mengenai subjek penelitian. Namun demikian, tidak jarang kelebihan-kelebihan tersebut, khususnya butir
keempat menerbitkan problematika tersendiri bagi peneliti.
Studi Lapangan ( Field Research ) adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan dengan
mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi menurut Guba dan Lincoln, ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif,
observasi/pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya: Teknik pengamatan ini didasarkan atas
pengalaman secara langsung. Tampaknya pengamatan langsung merupakan alat yang ampuh untuk
mengetes suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin
menanyakannya kepada subyek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan data
tersebut, jalan yang ditempuh adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwanya.
Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan
kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Pengamatan memungkinkan peneliti
mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan
yang langsung diperoleh dari data. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data
yang dijaringnya ada yang ―menceng‖ atau bias. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu
memahami situasi yang rumit. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. (Guba dan Lincoln, 1981: 191-
193).
Observasi, yaitu : mengadakan pengamatan terhadap obyek yang diteliti.Observasi dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat
kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode
lain. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai orang luar atau pengamat, dengan
tujuan untuk lebih memahami dan mendalami masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial dan
dokumen lainnya yang berkaitan dengan proses penelitian.
b. Wawancara
Menurut Black & Champion yaitu :
―Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis karena bentuknya yang berasal dari interaksi
verbal antara peneliti dan responden dan juga cara yang paling baik untuk menentukan kenapa seseorang
bertingkah laku, dengan menanyakan secara langsung.‖ ( Black & Champion, 1992: 305 ). Wawancara,
yaitu mengadakan aktivitas tanya jawab secara langsung kepada responden.
c. Studi Dokumentasi
Dokumentasi Menurut McDonough dan Garrett yaitu :
―Dokumentasi adalah merupakan sejumlah bahan bukti yang terekam/tercatat yang memperlihatkan
karakteristik-karakteristik dari sebagian atau semua dari suatu sistem manajemen, termasuk di dalamnya :
seluruh berkas bahan bukti tentang pilihan-pilihan ataupun keputusan-keputusan yang pernah dibuat
sebelumnya selama pengkajian suatu sistem.‖(maksudnya, pembinaan dan pengembangan sistem
informasi manajemen).(McDonough dan Garrett, 1992 : 2).
Dalam studi dokumentasi dapat diartikan sebagai pencatatan atau perekaman suatu peristiwa/obyek yang
dilanjutkan dengan kegiatan penelusuran lebih lanjut serta pengolahan atasnya sehingga menjadi
sekumpulan/seberkas bahan bukti yang perlu dibuat dan ditampilkan kembali bila diperlukan pada
waktunya, ataupun sebagai pelengkap atas laporan yang sedang disusunnya.
Ilmu dokumentasi itu sendiri semula berasal dari ilmu perpustakaan, dan mungkin saja ia dapat
dipandang sebagai bagian dari ilmu perpustakaan itu sendiri dalam artian yang luas. Banyak teknik yang
digunakan oleh para pustakawan dipandang esensial oleh para dokumentalis, walaupun pada tahap
perkembangan selanjutnya oleh para dokumentalis diberikan penekanan-penekanan yang jauh berbeda
dari yang semula. Yang telah menjadi pokok argumentasinya adalah :para dokumentalis, terutama sekali.
Tidak berkepentingan atas penanganan buku-buku, pamflet, dan bahan sejenisnya sebagai unit-unit, tetapi
mereka lebih banyak berkepentingan atas penyusunan/pengolahan informasi yang terkandung dalam
dokumen-dokumen itu sendiri bersama-sama dengan data-data dari sumber-sumber informasi lainnya
untuk dijadikan suatu kumpulan data/informasi yang baru.
(Sumber : http://calonarsiteksukses.blogspot.com/2016/10/metode-penelitian-arsitektur.html )