Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : Arsitektur Perilaku

Dosen Pengajar : Dr.Eng.Ratriana, S.T, M.T

TUGAS 1

Disusun oleh :

FADHILAH ALIYYAH RASYID

(60100117010)

Jurusan Teknik Arsitektur

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

2019
Pengertian Metode Penelitian Arsitektur
1.1.1 Pengertian Metode
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan
istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal
penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam
pelaksanaan.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi Metode menurut para ahli:
a. ROTHWELL & KAZANAS
Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi
b. TITUS
Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
c. MACQUARIE
Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu
d. WIRADI
Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis
(urutannya logis)
e. DRS. AGUS M. HARDJANA
Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-
langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai
(Sumber : http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.html )
1.1.2 Pengertian Penelitian
Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan
dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah
berasal dari bahasa Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah ―mencari kembali‖. Definisi
tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah
menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah ―penyidikan
atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan
menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima‖. Dalam buku berjudul
Introduction to Research, T. Hillway menambahkan bahwa penelitian adalah ―studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut‖. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan gambaran
bahwa penelitian adalah ―metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking
(berpikir kritis)‖. Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah
(unscientific method).
(Sumber : http://intl.feedfury.com/content/19423839-hakikat-penelitian.html )
1.1.3 Pengertian arsitektur
Arsitektur adalah ilmu dan seni perencanaan dan perancangan lingkungan binaan (artefak), mulai
dari lingkup makro—seperti perencaan dan perancangan kota, kawasan, lingkungan, dan lansekap—
hingga lingkup mikro—seperti perencanaan dan perancangan bangunan, interior, perabot, dan produk.
Dalam arti yang sempit, arsitektur sering kali diartikan sebagai ilmu dan seni perencanaan dan
perancangan bangunan. Dalam pengertian lain, istilah ―arsitektur‖ sering juga dipergunakan untuk
menggantikan istilah ―hasil-hasil proses perancangan‖.
Jika ilmu dan seni perencanaan dan perancangan lingkungan binaan (artefak) dinamai ―arsitektur‖, orang
yang mempunyai keahlian dan berkecimpung di dalam bidang tersebut dinamai ―arsitek‖. Jadi, arsitek
adalah orang yang mempunyai keahlian dan berkecimpung di dalam ilmu dan seni perencanaan dan
perancangan lingkungan binaan (artefak)—seperti perencanaan dan perancangan kota, kawasan,
lingkungan, lansekap, bangunan, interior, perabot, dan produk.
(Sumber : http://ft.uajy.ac.id/arsitek/dunia-ars/)
1.3 Qualitative Research
1.3.1 Metode Penelitian Kualitatif
Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang
diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan
dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi
sosial mereka (Danim, 2002).
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif
dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut
pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut
adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan
instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
1.3.2 Pokok Karakteristik Metode Penelitian Kualitatif
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke
lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di
tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya
dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu
pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku
berlangsung.
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan,
hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi
penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data
dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data
aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi
yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti
dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi
mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data.
3. Tekanan pada proses bukan hasil
Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi yang
diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan
hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya
memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran
frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan,
dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung.
Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi angka
untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-
konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.
4. Bersifat induktif
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi
dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau
penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik
kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak
dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam
konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep,
prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada.
Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.
5. Mengutamakan makna
Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang
mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru,
peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti
mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina
guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi.
Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan
pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari
partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil
penelitian secara sahih dan tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang
dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi
lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus
menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang
alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi
tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan bahwa bahwa ciri-ciri
metode penelitian kualitatif ada lima, yaitu:
 Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti
sebagai instrumen kunci.
 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih banyak kata-kata
atau gambar-gambar daripada angka
 Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini disebabkan oleh cara
peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar bagian yang sedang diteliti
akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.
 Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif: Peneliti tidak mencari data untuk
membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum mulai penelitian, namun untuk menyusun
abstraksi.
 Penelitian kualitatif menitik beratkan pada makna bukan sekadar perilaku yang tampak.
Atas dasar penggunaanya, dapat dikemukakan bahwa tujuan penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan
yaitu untuk:
1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai
bahan kajian lebih lanjut untuk menemukenali kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat
ditentukan upaya penyempurnaannya.
2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di lapangan
sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara
alami.
3. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan informasi
yang terjadi di lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan
kuantitatif.
1.3.3 Penggunaan Literatur dalam Penelitian Kualitatif
Penggunaan literatur yang relevan merupakan hal yang umum dilakukan pada penelitian kualitatif
setelah dilakukan pengumpulan dan analisis data. Tidak seperti para peneliti kuantitatif, pada umumnya
para peneliti kualitatif tidak menggunakan berbagai literatur untuk melatar belakangi studi yang
dilakukannya atau sebagai kerangka konseptual dan kerangka teori studi tersebut. Alasan tidak
menggunakan literatur pada tahap awal penelitian adalah untuk melindungi peneliti dalam mengarahkan
para partisipannya tentang berbagai hal yang sebelumnya telah diketahui oleh peneliti (Streubert &
Carpenter, 2003). Alasan lainnya dikemukakan oleh Pinch (1993) yang mengatakan bahwa para peneliti
sebaiknya mempelajari fenomena-fenomena penelitiannya secara lebih mendalam seolah-olah fenomena
tersebut sangat asing bagi dirinya.
Salah satu cara untuk membuat dirinya asing dengan fenomena yang akan dipelajarinya, peneliti tidak
seharusnya memulai penelitiannya dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan topik
penelitiannya secara mendalam (Streubert & Carpenter, 2003). Dengan tidak mempelajari literatur-
literatur yang relevan dengan topik penelitiannya tersebut, peneliti dapat membatasi hal-hal yang
diketahui tentang situasi penelitiannya sebelum melakukan penelitiannya tersebut.

Dengan demikian penggunaan literatur sebelum dilakukannya penelitian, bukan suatu langkah yang
harus dilakukan oleh para peneliti kualitatif. Dilain pihak, beberapa jenis penelitian kualitatif, seperti pada
penelitian etnografi dan penelitian grounded theory, literatur-literatur terdahulu digunakan untuk melatar
belakangi studi yang akan dilakukan dan dibuat sebelum studi tersebut dilakukan (Strauss & Corbin,
1989).

Tidak seperti halnya pada penelitian kuantitatif, penggunaan literatur sebelum dilakukan proses
penelitian pada penelitian kualitatif bukan sekedar dijadikan latar belakang untuk studi yang dilakukan,
namun, memiliki beberapa manfaat lainnya. Beberapa manfaat penggunaan literatur lainnya dalam
penelitian kualitatif, selain digunakan untuk melatar belakangi masalah yang akan dipelajari (Strauss &
Corbin, 1989), antara lain:

1. Merangsang Kepekaan Teoritik


Walaupun penggunaan literatur dalam penelitian kualitatif kurang memiliki kegunaan penting untuk
melatar belakangi penelitian yang dilakukan, studi literatur setidaknya memberikan manfaat untuk
meningkatkan kepekaan teoritik peneliti untuk mengenali hal-hal yang penting pada data dan
memaknainya. Kemampuan ini akan memperlancar perumusan teori yang tepat dengan realitas fenomena
yang diteliti. .Dengan membaca dan menelaah hasil-hasil studi terdahulu, kepekaan peneliti terhadap
subyek apa yang harus dicari untuk diteliti menjadi lebih baik. Dengan kepekaan yang lebih baik, peneliti
dapat merencanakan dan menyusun daftar wawancara yang lebih signifikan untuk ditanyakan kepada
partisipan.
2. Memberi Dukungan Tambahan Terhadap Pengabsahan Hasil Penelitian
Manfaat lainnya dari penggunaan literatur yang relevan dalam penelitian kualitatif adalah
mengabsahkan ketepatan hasil-hasil temuan penelitian yang dilakukan, terutama pada penelitian kualitatif
yang menguji keabsahan suatu teori. Dengan penggunaan literatur-literatur yang ada, peneliti dapat
memberi penjelasan tentang berbagai rasionalisasi adanya perbedaan dan persamaan teori atau konsep
yang merupakan hasil temuan penelitian yang dilakukan dengan teori atau konsep yang ada pada literatur-
literatur terdahulu.
3. Merencanakan Naskah Wawancara
Mempelajari literatur yang ada juga bermanfaat untuk peneliti dalam rangka menyusun naskah/daftar
pertanyaan yang akan diajukan kepada para partisipan. Daftar pertanyaan ini hanya berfungsi sebagai
acuan awal saja dan untuk meyakinkan subyek tentang tujuan penelitian yang sedang dilakukan. Daftar
pertanyaan ini selanjutnya dapat berkembang selama proses penelitian sesuai dengan situasi dan kondisi
area dimana penelitian tersebut dilakukan.
4. Tujuan Penggunaan Literatur dalam Penelitian Kualitatif
Pada penelitian kualitatif, penggunaan berbagai literatur yang relevan, dalam hal ini kapan dan
dengan maksud apa literatur tersebut digunakan memiliki variasi berdasarkan jenis penelitian kualitatif
yang dilakukan (Burns & Grove, 1993).
Pada penelitian fenomenologi, peninjauan dan penulisan literatur sebaiknya digunakan setelah
dilakukan pengumpulan data dan data penelitian dianalisis. Hal tersebut bertujuan agar informasi-
informasi dari literatur yang ada tidak mempengaruhi tujuan penelitian dan berbagai ide dan konsep yang
dimiliki peneliti. Para ahli fenomenologi berpendapat bahwa berbagai gambaran peneliti tentang obyek
penelitiannya sebaiknya hanya berasal dari apa yang dilihat pada situasi nyata dan tidak berasal dari apa
yang telah diketahui peneliti dari mempelajari literatur-literatur yang ada (Burns & Grove, 1993) sehingga
penelusuran literatur seharusnya dilakukan setelah data penelitian dianalisis.
Penggunaan literatur pada penelitian fenomenologi bertujuan membandingkan dan menyatukan hasil-
hasil temuan dari penelitian yang dilakukan dengan hasil-hasil temuan dari literatur-literatur terdahulu
dan untuk menentukan berbagai persamaan dan perbedaan berbagai hasil temuan yang diperoleh dari
penelitian yang baru saja dilakukan (Burns & Grove, 1993).
Sama halnya dengan penelitian fenomenologi, penelitian teori kritik social, penggunaan literatur
memiliki tujuan untuk membandingkan dan menyatukan hasil-hasil temuan dari penelitian yang
dilakukan dengan hasil-hasil temuan dari literatur-literatur terdahulu (Burns & Grove, 1993) yang hasil
akhirnya untuk menentukan pengetahuan terbaru tentang suatu kondisi sosial yang sedang terjadi.
Pada penelitian grounded theory, penggunaan literatur yang minimal digunakan sebelum penelitian
dilakukan. Penggunaan literatur tersebut hanya ditujukan untuk membantu peneliti menyadari apa yang
harus dilakukan dengan penelitiannya (Burns & Grove, 1993). Informasi dari literatur yang ada tidak
digunakan langsung untuk pengumpulan data atau pengembangan teori dari data yang diperoleh dari
penelitian yang dilakukan. Selanjutnya, setelah dilakukan pengumpulan informasi atau data yang
diinginkan, pencarian dan penelusuran literatur-literatur yang relevan secara ekstensif sangat diperlukan
untuk mendefinisikan konsep-konsep khusus dan untuk melakukan verifikasi berbagai hubungan antara
teori-teori yang dikembangkan dengan informasi atau data-data empirik dari hasil penelitian yang baru
saja dilakukan. Pada akhirnya, penggunaan literatur-literatur tersebut membantu para peneliti mampu
menjelaskan, mendukung, dan memperluas pemunculan teori-teori baru dari hasil studi yang
dilakukannya.
Studi literatur yang dibuat pada penelitian etnografi memiliki maksud yang sama penggunaannya
pada penelitian kuantitatif. Penggunaan literatur dilakukan pada awal proses penelitian (tahap proposal)
untuk memfasilitasi atau menyediakan suatu pemahaman secara umum tentang kategori-kategori dalam
konteks budaya tertentu yang dipelajari (Burns & Grove, 1993). Literatur-literatur tersebut pada
umumnya hanya bersifat teoritikal sebab sangat sedikit studi-studi terdahulu yang memiliki tipical yang
sama benar untuk suatu fenomena atau obyek tertentu dari studi yang akan dilakukan. Berdasarkan
literatur-literatur tersebut suatu kerangka kerja dikembangkan untuk mengkaji kompleksitas berbagai
situasi kehidupan manusia dalam suatu konteks budaya. Penggunaan literatur pada jenis studi ini juga
dimaksudkan untuk melatar belakangi studi yang akan dilakukan dan untuk menginterpretasikan hasil-
hasil temuan dari studi yang dilakukan tersebut. Hasil akhir yang diharapkan dari studi etnografi tersebut
untuk menghasilkan berbagai wawasan baru berkaitan dengan budaya yang dipelajari yang akan
memperluas dan mempertajam suatu pengetahuan terkini dari budaya tersebut.
Selanjutnya, pada penelitian historikal, berbagai literatur dipelajari untuk memilih topik penelitian
dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Selanjutnya peneliti mengembangkan daftar
berbagai literatur yang relevan dengan studi yang akan dilakukan secara terperinci, menempatkan
literatur-literatur tersebut dan mempelajarinya secara mendalam Pada jenis penelitian historitikal ini,
literatur-literatur yang relevan merupakan sumber data atau informasi utama (Burns & Grove, 1993).
Seorang peneliti historis membutuhkan waktu yang lama, bahkan sampai rentang waktu tahunan untuk
memperoleh literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitiannya dan kemudian mempelajari
literatur-literatur tersebut. Informasi-informasi yang diperoleh dari literatur-literatur yang relevan tersebut
dianalisis dan disusun dalam bentuk laporan untuk menjelaskan bagaimana suatu fenomena atau peristiwa
terjadi dalam suatu periode waktu tertentu.
1.5 Quantitative Research
1.5.1 Definisi Penelitian Kuantitatif
Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,
mendifinisikan penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan
data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.
Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table,
grafik, atau tampilan lainnya.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7). Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional,
positivistik, ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional,
karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme.
Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode
discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini
disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free).Dengan
kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu
diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti
yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya
akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka
penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim,
2002: 35).
Selain itu metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih menekankan pada
aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap
fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable
yang di tentukan di ukur dengan memberikan simbol-simbol angka yang berbeda–beda sesuai dengan
kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan simbol–simbol angka
tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan
suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metodologi ini ialah
menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan
kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada
suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode
estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan
berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut
―sample‖ dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil
dari populasi atau sering disebut ―data‖. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan
ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif
mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.
2.5.2 Asumsi Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001; Del
Siegle, 2005, dan Johnson, 2005).
 Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung
bersifat tetap sehingga dapat diprediksi.
 Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan baku.
2.5.3 Karakeristik Penelitian Kuantitatif
Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001 : 6-7;
Suharsimi Arikunto, 2002 : 11; Johnson, 2005; dan Kasiram 2008: 149-150) :
 Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional empiris atau topdown), yang berusaha memahami
suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan
fenomena-fenomena yang bersifat khusus.
 Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghundari halhal yang bersifat subjektif.
 Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
 Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun ilmu nomotetik yaitu ilmu yang
berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya.
 Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan, serta alat
pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
 Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang objektif dan
baku.
 Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya tidak
terlibat secara emosional dengan subjek penelitian. Analisis data dilakukan setelah semua data
terkumpul.
 Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan situasi.
2.5.4 Prosedur Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif pelaksanaannya berdasarkan prosedur yang telah direncanakan sebelumnya.


Adapun prosedur penelitian kuantitatif terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut.

 Identifikasi permasalahan
 Studi literatur.
 Pengembangan kerangka konsep
 Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan penelitian.
 Pengembangan disain penelitian.
 Teknik sampling.
 Pengumpulan dan kuantifikasi data.
 Analisis data.
 Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian.

2.5.5 Tipe-tipe Penelitian Kuantitatif


Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat menggunakan metoda dan rancangan (design)
tertentu dengan mempertimbangkan tujuan penelitian dan sifat masalah yang dihadapi. Berdasarkan sifat-
sifat permasalahannya, penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut
(Suryabrata, 2000 : dan Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 69 – 78).
 Penelitian deskriptif
 Penelitian korelational
 Penelitian kausal komparatif
 Penelitian tindakan
 Penelitian perkembangan
 Penelitian eksperimen
2.5.6 Metode Penelitian Kuantitatif
Metode yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif, khusunya kuantitatif analitik adalah
metode dedutif. Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadikan acuan dalam
mencari kebenaran selanjutnya. Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif Moral,
Sosial, dan Politik (2000: 6) menyatakan bahwa pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu
memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :
 Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
 Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; dan
 Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya
secara faktual.
Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-
hypothetico-verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Suriasumantri,
2005 : 127-128).
 Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-
batasnya serta dapat diidentifikasikan faktorfaktor yang terkait di dalamnya.
 Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang merupakan argumentasi yang
menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengait dan
membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan
premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor
empiris yang relevan dengan permasalahan.
 Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang
diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
 Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis,
yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipoteisis
tersebut atau tidak.
 Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima.
2.6 Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Metode Kuantitatif menggunakan angka-angka dan data staistik, seperti: experiments,
correlational studies using surveys & standardized observational protocols, simulations, supportive
materials for case study. Yang biasanya ditandai dengan: 1. Observe events, 2. Tabulate, 3. Summarize
data, 4. Analyze, 5. Draw conclusions. Sedangkan kualitatif menggunakan deskripsi dan kategori dalam
wujud kata-kata, seperti: open-ended interviews, naturalistic observation (common in anthropology),
document analysis, case studies/life histories, descriptive dan self-reflective supplements to experiments
serta correlational studies.
Dengan ciri-ciri umum:
1. Observe events (ask questions with open-ended answers)
2. Record/log what is said and/or done
3. Interpret (personal reactions, hypotheses, monitor methods)
4. Return to observe
5. Formal theorizing (speculations and hypotheses)
6. Draw conclusions
Tiga proses yang dipakai
1. Detail tapi open-ended interviews
2. Observasi langsung
3. Menulis dokumen (dengan kata bukan angka)
Ditinjau dari sisi kemudahan
a. kuantitatif, cukup dengan menggunakan software statistik tertentu lewat media komputer (meski
harus tetap mengetahui proses statistik).
b. Kualitatif, menganalisis konsep-konsep (bukan hanya satu prosedur)
c. Kualitatif menggunakan banyak buku sebagai sumber analisa.
d. Kuantitatif, cukup dengan mempelajari 2-3 artikel.
(Sumber: http://qualitativeresearch.ratcliffs.net )
Perbedaan Antara Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Kebutuhan pemahaman yang benar dalam menggunakan pendekatan, metode ataupun teknik
untuk melakukan penelitian merupakan hal yang penting agar dapat dicapai hasil yang akurat dan sesuai
dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. PErbedaan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif yaitu:
1. Konsep yang berhubungan dengan pendekatan
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam
konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh
karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala
yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan
variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing.
Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan
ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi
serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan
adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti
penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih
memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara
kebahasaan dan kulturalnya.
2. Dasar Teori
Jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya
interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang
bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada
mulanya teori-teori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian antropologi , etnologi, serta aliran
fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu social
lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.
Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut dengan
fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan
pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.
3. Tujuan
Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan
pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai ―grounded theory
research‖.
Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta,
menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan
hasilnya.
4. Desain
Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang
sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk
melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka.
Lain halnya dengan desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya harus
terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desainnya bersifat spesifik dan
detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya. Oleh
karena itu, jika desainnya salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain kuantitatif: ex post facto dan
desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study, one group pretest, posttest design,
Solomon four group design dll.nya.
5. Data
Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala
yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan
lapangan pada jsaat penelitian dilakukan.
Sebaliknya penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif /
angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk variable-
variajbel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal, ordinal, interval
dan ratio.
6. Sampel
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan
pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam
memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang
baik. Sampel juga dipandang sebagai sample teoritis dan tidak representatif
Sedang pada pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan statistik mengatakan
bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya
pendekatan kuantitatif membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan . Sampel
biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol
untuk pembanding sample yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti,
contoh, penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung,
varaibel moderat, variable antara, dan varaibel kontrol. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan
pengontrolan terhadap variable pengganggu.
7. Teknik
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan kan menggunakan
teknik observasi terlibat langsung atau riset partisipatori, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang
antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung atau berbaur dengan yang diteliti. Dalam
praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada.
Interview yang digunakan ialah interview terbuka, terstruktur atau tidak terstruktur dan tertutup
terstruktur atau tidak terstruktur.
Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan berbentuk observasi
terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu. Dalam mencari
data, biasanya peneliti menggunakan kuesioner tertulis atau dibacakan. Teknik mengacu pada tujuan
penelitian dan jenis data yang diperlukan apakah itu data primer atau sekunder.
8. Hubungan dengan yang diteliti
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak
dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya,
peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sample itu manusia, maka yang
menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan
yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek.
9. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya
menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dari
model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema
kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research).
Analisa dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan
dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik, seperti
korelasi, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dll.nya.
2.7 Field Research
Field research adalah bentuk penelitian yang bertujuan mengungkapkan makna yang diberikan
oleh anggota masyarakat pada perilakunya dan kenyataan sekitar. Metode field research digunakan ketika
metode survai ataupun eksperimen dirasakan tidak praktis, atau ketika lapangan penelitian masih
terbentang dengan demikian luasnya. Field researchdapat pula diposisikan sebagai pembuka jalan kepada
metode survai dan eksperimen.
Neuman melukiskan langkah-langkah field research sebagai berikut:
1. Peneliti mempersiapkan diri, membaca literatur dan defocus.
2. Cari lapangan penelitian dan dapatkan akses ke dalamnya.
3. Masuki lapangan penelitian, kembangkan hubungan sosial dengan anggota komunitas.
4. Adopsi sebuah peran sosial ke dalam diri, bergaul dengan anggota komunitas.
5. Lihat, dengar, kumpulkan data kualitatif.
6. Mulai menganalisis data dan mengevaluasi hipotesa kerja.
7. Fokus pada aspek spesifik dan gunakan sampling teoritikal.
8. Gunakan wawancara lapangan dengan anggota komunitas dan informan.
9. Putuskan hubungan dan tinggalkan lapangan penelitian secara fisik.
10. Sempurnakan analisis dan tuliskan laporan enelitian.
Metode survei dan eksperimen yang sering diterapkan dalam penelitian kebudayaan dan
kemasyarakatan lainnya yang dapat dikontraskan dengan field research, seperti yang digambarkan oleh
Unaradjan. Survai meliputi pembatasan yang drastis, ibarat melihat melalui teropong, tempat yang terlihat
sangat terbatas. Dengan demikian, apa yang hendak dipelajari harus sudah diketahui sebelumnya, gagasan
atau prakonsepsi yang tidak boleh ada di field research, dalam survai sangat berperan.
Eksperimen, merupakan pembatasan lebih lanjut lagi dari survai, dengan jumlah variabel sangat
sedikit serta dapat dikendalikan. Dalam penelitian berkaitan dengan arsitektur, field research
dipergunakan manakala subjek penelitian masih membuka kemungkinan eksplorasi yang seluas-luasnya,
topik penelitian merupakan suatu hal baru yang jarang atau tidak pernah terbahas sebelumnya, sedemikian
hingga gambaran seutuhnya hanya dapat diperoleh dengan pendekatan pada real groups untuk mencapai
naturalness.
Sebagaimana halnya penelitian kualitatif lainnya, field research meneliti permasalahan dalam setting
yang natural dalam upaya untuk memaknai, menginterpretasi fenomena yang teramati (Groat & Wang,
2002). Sebagai contohnya, sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan ruang dan persepsi
akan ruang dari sebuah komunitas sekte kepercayaan tertentu yang sangat tertutup, akan menjadi
fenomena menarik dalam masyarakat. Penelitian survai murni tidak akan mampu menjelaskan fenomena
ini, karena ―peta‖ jalan yang harus dilalui belum ada. Peta semacam itulah yang dapat diperoleh melalui
field research.
Berdasarkan keterangan di atas, menurut Groat & Wang (2002), ada 4 komponen kunci berkaitan
dengan field research sebagai bagian dari penelitian kualitatif:
a. Penekanan pada setting natural
Seting natural berarti subjek penelitian tidak berpindah dari tempat asli kejadian. Peneliti menerapkan
berbagai taktik untuk menempatkan diri dalam konteks penelitiannya. Konteks tidak perlu berubah demi
pelaksanaan penelitian.
b. Fokus pada interpretasi dan makna
Peneliti tidak hanya mendasari penelitiannya pada realitas empiris dari observasi dan wawancara
yang dilakukannya, namun juga memainkan peran penting dalam menginterpretasi dan memaknai data.
c. Fokus pada cara responden memaknai keadaan dirinya
Tujuan dari peneliti adalah mempresentasikan gambaran menyeluruh dari setting atau fenomena
studi, sesuai dengan pemahaman dari responden sendiri.
d. Penggunaan beragam taktik
Sebagai bagian dari pengamatan realitas yang cenderung cair, field research tidak memiliki
kecenderungan untuk hanya mengandalkan taktik tunggal, melainkan beragam sebagai paduan dari
berbagai taktik sesuai keadaan lapangan.

Dalam field research dikenal istilah verstehen, artinya melihat kenyataan melalui pandangan
subjek di lapangan. Demikianlah observasi dilakukan. Namun begitu, analisisnya melibatkan diri peneliti
sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian, field research menjadi semacam pertemuan budaya,
culture encounter antara budaya peneliti sendiri di satu pihak, budaya subjek penelitian di lain pihak dan
bahkan budaya dari pembaca hasil penelitian tersebut. Titik permulaannya adalah saat di mana terjadi
penyimpangan, atau dipersepsikannya penyimpangan antara si peneliti dengan lingkungan, suatu
pengamatan terhadap budaya, kejadian, manusia dan nilai-nilainya yang asing dan tidak dapat dimengerti
serta dijelaskan menurut tradisi asli si peneliti. Hal ini dikenal sebagai breakdown, yang timbulnya sangat
tergantung pada tradisi si peneliti, tradisi kelompok dan tradisi khalayak yang terlibat di dalamnya.
Breakdown amat penting dan menentukan apakah field research yang dilakukan akan
menghasilkan penelitian yang berhasil ataukah tidak. Oleh sebab itu, salah satu aspek penting dalam field
research adalah si peneliti sebaiknya memiliki apa yang oleh Neuman diistilahkan sebagai sikap
keasingan. Peneliti sebaiknya berasal dari kalangan yang sama sekali berbeda latar belakang dengan
subjek penelitian sehingga memiliki kemampuan untuk menyerap informasi yang terasa asing dari
lingkungan penelitian, serta menjadi peka akan detail yang sekecil mungkin. Apabila peneliti memiliki
latar belakang budaya yang relatif serupa, maka kondisi breakdown tidak tercipta. Peneliti menjadi lebih
mudah ―dibutakan‖ oleh aspek-aspek keseharian rutin yang menurutnya sudah biasa dan tidak perlu
tercatat sebagai informasi penting, padahal di mata peneliti yang awas hal itu merupakan informasi yang
sangat berharga.
Menurut Neuman, pemilihan lokasi penelitian field research harus didasari tiga hal yaitu:
1. kepantasan,
2. kekayaan informasi dan
3. keunikan.
Peneliti dengan latar belakang yang terlalu dekat dengan subjek penelitian masih akan dapat melihat
kepantasan, namun akan lebih sulit memperoleh informasi yang kaya serta merasakan keunikan.
Dengan demikian, berdasarkan pembahasan di atas, secara umum karakteristik field research dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Lingkup permasalahan belum tegas.
2. Variabel yang akan diteliti belum terlalu dipahami.
3. Model teoritis tidak tegas.
4. Operasionalisasi tidak dilakukan.
5. Tidak terdapat pembakuan teknik pengumpulan data.
6. Tidak ada analisis statistika dengan rumus-rumus baku.
7. Dimulai dari breakdown.
8. Proses resolusi melalui verstehen.
Partisipasi aktif dari peneliti dalam field research menuntut agar peneliti:
a. tinggal bersama kelompok masyarakat yang diteliti,
b. mengunjungi kejadian dan menghadiri pertemuan atau upacara,
c. mengembangkan dan memelihara hubungan informal dengan anggota-anggota kelompok sosial,
serta
d. menghabiskan sejumlah waktu yang umumnya cukup panjang untuk kegiatan-kegiatan tersebut di
atas.
Keempat butir di atas, merupakan kekuatan dari field research di dalam memberikan gambaran
mengenai subjek penelitian. Namun demikian, tidak jarang kelebihan-kelebihan tersebut, khususnya butir
keempat menerbitkan problematika tersendiri bagi peneliti.
Studi Lapangan ( Field Research ) adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan dengan
mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi menurut Guba dan Lincoln, ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif,
observasi/pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya: Teknik pengamatan ini didasarkan atas
pengalaman secara langsung. Tampaknya pengamatan langsung merupakan alat yang ampuh untuk
mengetes suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin
menanyakannya kepada subyek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan tentang keabsahan data
tersebut, jalan yang ditempuh adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwanya.
Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan
kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Pengamatan memungkinkan peneliti
mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan
yang langsung diperoleh dari data. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data
yang dijaringnya ada yang ―menceng‖ atau bias. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu
memahami situasi yang rumit. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. (Guba dan Lincoln, 1981: 191-
193).
Observasi, yaitu : mengadakan pengamatan terhadap obyek yang diteliti.Observasi dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat
kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode
lain. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai orang luar atau pengamat, dengan
tujuan untuk lebih memahami dan mendalami masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial dan
dokumen lainnya yang berkaitan dengan proses penelitian.
b. Wawancara
Menurut Black & Champion yaitu :
―Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis karena bentuknya yang berasal dari interaksi
verbal antara peneliti dan responden dan juga cara yang paling baik untuk menentukan kenapa seseorang
bertingkah laku, dengan menanyakan secara langsung.‖ ( Black & Champion, 1992: 305 ). Wawancara,
yaitu mengadakan aktivitas tanya jawab secara langsung kepada responden.
c. Studi Dokumentasi
Dokumentasi Menurut McDonough dan Garrett yaitu :
―Dokumentasi adalah merupakan sejumlah bahan bukti yang terekam/tercatat yang memperlihatkan
karakteristik-karakteristik dari sebagian atau semua dari suatu sistem manajemen, termasuk di dalamnya :
seluruh berkas bahan bukti tentang pilihan-pilihan ataupun keputusan-keputusan yang pernah dibuat
sebelumnya selama pengkajian suatu sistem.‖(maksudnya, pembinaan dan pengembangan sistem
informasi manajemen).(McDonough dan Garrett, 1992 : 2).
Dalam studi dokumentasi dapat diartikan sebagai pencatatan atau perekaman suatu peristiwa/obyek yang
dilanjutkan dengan kegiatan penelusuran lebih lanjut serta pengolahan atasnya sehingga menjadi
sekumpulan/seberkas bahan bukti yang perlu dibuat dan ditampilkan kembali bila diperlukan pada
waktunya, ataupun sebagai pelengkap atas laporan yang sedang disusunnya.
Ilmu dokumentasi itu sendiri semula berasal dari ilmu perpustakaan, dan mungkin saja ia dapat
dipandang sebagai bagian dari ilmu perpustakaan itu sendiri dalam artian yang luas. Banyak teknik yang
digunakan oleh para pustakawan dipandang esensial oleh para dokumentalis, walaupun pada tahap
perkembangan selanjutnya oleh para dokumentalis diberikan penekanan-penekanan yang jauh berbeda
dari yang semula. Yang telah menjadi pokok argumentasinya adalah :para dokumentalis, terutama sekali.
Tidak berkepentingan atas penanganan buku-buku, pamflet, dan bahan sejenisnya sebagai unit-unit, tetapi
mereka lebih banyak berkepentingan atas penyusunan/pengolahan informasi yang terkandung dalam
dokumen-dokumen itu sendiri bersama-sama dengan data-data dari sumber-sumber informasi lainnya
untuk dijadikan suatu kumpulan data/informasi yang baru.

(Sumber : http://calonarsiteksukses.blogspot.com/2016/10/metode-penelitian-arsitektur.html )

Anda mungkin juga menyukai