Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM


KEPERAWATAN
“PENGURANGAN RESIKO JATUH”
DOSEN PENGAMPU : Yustan Azidin, Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :


REZKI AMALIA ANANDA 1714201110087
SRI RAHMAWATI 1714201110060
ANGGI ADHELA 1714201110068
MIRANTI RAHAYU 1714201110078
WIDIA RUSMAYANTI 1714201110091
YUNI 1714201110093
NOOR LAILLY RAFI’AH 1714201110098

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER/KELAS B
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
BANJARMASIN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaika makalah “K3”.
Dan kami berterima kasih kepada bapak Yustan Azidin, Ns., M.Kep selaku dosen
yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang lain. Kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon dengan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa
depan.

2
DAFTAR ISI

JUDUL .....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................6

B. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................6

C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN

A. KESELAMATAN PASIEN.........................................................................8
B. PASIEN JATUH........................................................................................11

BAB III JURNAL

Lampiran Jurnal.....................................................................................................17

Analisis Jurnal.......................................................................................................38

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN....................................................................................................42

A. SARAN.....................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................43

3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan
secara umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari: tenaga medis,
tenaga keperawatan, tenaga paramedis non-keperawatan dan tenaga non
medis. Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua katagori,
tenaga perawatan merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak lebih lama
dengan pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, serta berada
pada semua setting pelayanan kesehatan sehingga tenaga perawatan
mempunyai peranan penting terhadap mutu pelayanan di rumah sakit. Kerja
keras perawat tidak dapat mencapai level optimal jika tidak didukung dengan
sarana prasarana, manajemen rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit
yaitu keselamatan pasien (patient safety) , keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis
rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
Oleh karna itu diperlukan adanya suatu sasaran dari keselamatan pasien
yang mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keselamatan pasien?
2. Apa tujuan keselamatan pasien?
3. Apa saja sasaran keselamatan pasien
4. Apa pengertian dan penyebab pasien jatuh?
5. Bagaimana penilaian pasien jatuh?
6. Bagaimana pencegahan pasien jatuh?

5
7. Bagaimana manajemen pasien setelah jatuh dan manajemen pasien risiko
jatuh?
8. Bagaimana pelaporan dan solusi dalam pencegahan pasien jatuh?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian keselamatan pasien
2. Untuk mengetahui tujuan keselamatan pasien
3. Untuk mengetahui sasaran keselamatan pasien
4. Untuk mengetahui pengertian dan penyebab pasien jatuh
5. Untuk mengetahui penilaian pasien jatuh
6. Untuk mengetahui pencegahan pasien jatuh
7. Untuk mengetahui manajemen pasien setelah jatuh dan manajemen pasien
risiko jatuh
8. Untuk mengetahui pelaporan dan solusi dalam pencegahan pasien jatuh?

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. KESELAMATAN PASIEN
1. Pengertian Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien rumah sakit merupakan sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi penilaian risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (Permenkes, 2011). Keselamatan pasien adalah ada
tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan.
Keselamatan pasien perlu dikembangkan menjadi suatu budaya kerja
dalam rumah sakit bukan hanya suatu ketentuan atau aturan (Sunaryo,
2009). Komite Keselamatan Pasien 11 Rumah Sakit /KKP-RS (2008)
mendefinisikan bahwa keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau
risiko. Keselamatan pasien adalah pasien bebas dari cidera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi
(penyakit, cidera fisik, psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian, dan
lain-lain) terkait dengan pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Keselamatan Pasien
Mengenai tujuan keselamatan pasien antara lain (KKP-RS, 2008):
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat c.Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit d.
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
3. Sasaran Keselamatan Pasien
a. Sasaran keselamatan pasien menurut KARS (Komisi Akreditasi
Rumah Sakit). Tujuan dari sasaran keselamatan pasien adalah untuk

7
mendorong perbaikan 12 spesifik dalam keselamatan pasien.
Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus
berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini (Permenkes,
2011). Enam sasaran keselamatan pasien yang diterapkan disemua
rumah sakit antara lain (KARS, 2012) :
1) Sasaran 1 adalah ketepatan identifikasi pasien, yang bertujuan
pertama, untuk dengan cara yang dapat dipercaya/reliable
mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk
mendapatkan pelayanan atau pengobatan dan kedua, untuk
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu
tersebut.
2) Sasaran 2 adalah peningkatan komunikasi yang efektif, yang
bertujuan rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan atau prosedur untuk perintah lisan dan melalui
telepon termasuk: menuliskan (atau memasukkan ke komputer)
perintah secara lengkap atau hasil 13 pemeriksaan oleh penerima
informasi, penerima membacakan kembali (read back) perintah
atau hasil pemeriksaan, dan mengkonfirmasi bahwa apa yang
sudah dituliskan dan dibacakan ulang dengan akurat, untuk obat-
obat yang termasuk NORUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip)/LASA (look alike soun alike) dilakukan eja ulang.
Kebijakan dan atau prosedur mengidentifikasi alternatif yang
diperbolehkan bila proses pembacaan kembali (read back) tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan dalam situasi gawat
darurat/emergensi di IGD(Instalasi Gawat Darurat) atau ICU
(intensive care Unit).
3) 3) Sasaran 3 adalah peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert medications) yang bertujuan rumah sakit
secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan atau
prosedur untuk menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai

8
berdasarkan datanya sendiri. Kebijakan dan atau prosedur juga
mengidentifikasi 14 area mana yang membutuhkan elektrolit
konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk dan
praktek profesional, seperti di IGD (Instalasi Gawat Darurat) atau
kamar operasi, serta menetapkan cara pemberian label yang jelas
serta bagaimana penyimpanannya di area tersebut sedemikian
rupa, sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yang
tidak disengaja atau kurang hati-hati.
4) Sasaran 4 adalah kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi yang bertujuan rumah sakit perlu untuk secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan atau prosedur
yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Kebijakan termasuk definisi dari operasi
yang memasukkan sekurang-kurangnya prosedur yang
menginvestigasi dan atau mengobati penyakit dan
kelainan/disorder pada tubuh manusia dengan cara menyayat,
membuang, mengubah, atau 15 menyisipkan kesempatan
diagnostik atau terapetik. Kebijakan berlaku atas setiap lokasi di
rumah sakit dimana prosedur ini dijalankan. 5) Sasaran 5 adalah
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan yang
bertujuan Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan atau prosedur yang menyesuaikan
atau mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara
umum untuk implementasi pedoman itu di rumah sakit. 6) Sasaran
6 adalah pengurangan risiko pasien jatuh yang bertujuan rumah
sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat
dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap gaya atau cara jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien.

9
B. PASIEN JATUH
1. Pengertian Pasien Jatuh
Pasien jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan oleh penderita
atau saksi mata yang melihat kejadian dan mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring atau terduduk di lantai dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).
Pasien jatuh adalah perubahan posisi pasien yang tidak terencana atau
posisi yang tidak dikehendaki yang mengakibatkan pasien tergeletak di atas
lantai (Pohan, 2007).
2. Penyebab Pasien Jatuh
Jatuh dapat disebabkan karena faktor fisik atau lingkungan. Penyebab
jatuh ada yang dapat diantisipasi 29 sebelumnya dan ada yang tidak dapat
diantisipasi.
Faktor-faktor risiko yang dapat diantisipasi harus dicari untuk mencegah
jatuh, faktor tersebut antara lain (Pohan, 2007):
1) Faktor yang berhubungan dengan kondisi pasien: riwayat jatuh
sebelumnya, inkontinensia, gangguan kognitif / psikologis, usia > 65
tahun, jenis kelamin, lama rawat inap, osteoporosis, status kesehatan
yang buruk, gangguan muskuloskletal.
2) Faktor lingkungan atau fasilitas : Lantai basah/silau, ruang berantakan,
pencahayaan kurang, handrail tidak adekuat, kabel lepas, alas kaki
licin/tidak pas, dudukan toilet yang rendah, kursi dan tempat tidur
beroda, rawat inap berkepanjangan, peralatan yang tidak aman, peralatan
rusak, tempat tidur ditinggalkan dalam posisi tinggi
3. Penilaian (assesment) awal dan harian risiko pasien jatuh
1) Penilaian yang bisa di berikan antara lain mengindentifikasi faktor
risiko, penilaian 30 keseimbangan dan gaya berjalan, untuk mengkaji
apakah pasien dewasa berisiko jatuh atau tidak, dapat menggunakan
pengkajian skala jatuh Morse Fall Scale (Macavay & Skinner,2009).
2) Pengkajian awal untuk pasien anak yang memiliki risiko jatuh di rumah
sakit dapat menggunakan skala Humpty dumpty (Deborah, 2008).

10
3) Pengkajian awal terhadap risiko pasien jatuh untuk pasien psikiatri di
rumah sakit dapat menggunakan skala Edmonson. (Macavoy &
Skinner, 2009).
4) Penilaian harian pasien risiko jatuh
Penilaian harian pasien dengan risiko jatuh dilakukan apabila pasien
memiliki risiko untuk jatuh pada penilaian awal pasien masuk rumah
sakit (Veterans Affairs National Center for Patient Safety/VANCPS,
2004).
4. Penilaian peralat dan lingkungan perawatan
Manajemen risiko pasien jatuh di rumah sakit tidak hanya terdiri dari
kondisi atau keadaan pasien, tetapi penilaian peralatan dan lingkungan
perawatan pasien juga penting (Veterans Affairs National Center for
Patient Safety/VANCPS, 2004)
5. Pencegahan Pasien Jatuh
Tindakan pencegahan umum yang dapat diterapkan untuk semua kategori
antara lain (Pohan, 2007):
1) Lakukan orientasi kamar inap pada pasien
2) Posisi tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi
pegangan tempat tidur terpasang dengan baik
3) Ruangan rapi
4) Benda pribadi dalam jangkauan (telepon, air minum, kacamata
5) Pencahayaan yang adekuat (sesuaikan dengan kebutuhan pasien)
6) Alat bantu terdapat dalam jangkauan (tongkat, alat topang)
7) Pantau efek obat-obatan dan beri edukasi mengenai pencegahan pasien
jatuh kepada pasien dan keluarga
Tindakan pencegahan atau intervensi kepada pasien yang berisiko jatuh
berdasarkan hasil penilaian
6. Manajemen pasien setelah jatuh
Manajemen pasien setelah jatuh memiliki 2 hal yang perlu segera dilakukan
oleh perawat atau dokter yang terkait (Veterans Affairs National Center for
Patient Safety/VANCPS, 2004):

11
1) Petugas segera melakukan penilaian pasien setelah jatuh untuk
menemukan adanya cedera dan menemukan penyebab kemungkinan
jatuh.
2) Dokumentasi dan Follow up Mendokumentasi dan tindak lanjut segera
setelah kejadian pasien jatuh bertujuan untuk segera melindungi pasien
agar tidak menjadi lebih buruk dengan cara :
a) Pengisian laporan insiden dengan segera.
b) Perkembangan kondisi pasien dan penilai pasien setelah jatuh harus
disertakan dalam rekam medis
c) Dokter menilai ulang pasien setelah jatuh untuk mengetahui adakah
cedera yang lebih serius pada pasien
d) Mengevaluasi dengan bidang yang terkait dengan pencegahan pasien
risiko jatuh untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi
pasien
e) Memberikan informasi kepada setiap bagian dan perawat yang
bertugas bahwa pasien telah jatuh dan memiliki risiko untuk jatuh
lagi
7. Manajemen Pasien Risiko Jatuh
Manajemen pasien dengan risiko jatuh merupakan salah satu tujuan dalam
keselamatan pasien, dalam prosesnya yang terdiri dari pengembangan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi yang saling terkait antara berbagai
bidang.Tim yang terkiat dalam manajemen pencegahan risiko jatuh antara
lain (Veterans Affairs National Center for Patient Safety/VANCPS, 2004):
1) Manajer keperawatan
Manajer keperawatan merupakan bagian penting dalam tim patient
safety, karena manajer keperawatan dapat memberikan intervensi,
memastikan terlaksananya pencegahan pasien risiko jatuh dan
menetapkannya sebagai standar dalam asuhan keperawatan pasien yang
berisiko jatuh.
2) Manajer keselamatan pasien

12
Manajer patient safety dapat menfasilitasi jika tidak terdapat tim khusus
pencegahan pasien risiko jatuh, menghubungkan antara berbagai bidang,
pengelolaan data yang terkait pencegahan pasien risiko jatuh untuk
dapat menentukan dampak dan interevensi yang dapat diberikan.
3) Manajer fasilitas
Manajer fasilitas menilai dan memastikan lingkungan perawatan dan
furniture disekitar pasien yang berisiko jatuh aman, memberikan 35
pengarahan kepada staf kebersihan dalam rangka pencegahan pasien
risiko jatuh.
4) Perawat khusus pencegahan pasien jatuh
Fasilitas kesehatan tidak semuanya memiliki perawat khusus
pencegahan pasien jatuh, umumnya perawat atau manajer keperawatan
yang tertarik dengan bidang pencegahan pasien risiko jatuh, mereka
akan :
a) Memfasilitasi pertemuan tim pencegahan pasien risiko jatuh
b) Memastikan terlaksananya program pencegahan pasien risiko jatuh
c) Menampung saran dari berbagai bidang yang terkait program
pencegahan psien risiko jatuh
5) Perawat pelaksana
Perawat yang menerapkan secara langsung program pencegahan pasien
risiko jatuh, memberikan edukasi antara sesama perawat dan
mengumpulkan data yang terkait pencegahan pasien risiko jatuh. 36
6) Apoteker
Apoteker meninjau kembali pengobatan kepada semua pasien yang
teridentifikasi berisiko jatuh, membantu mengidentifikasi masalah-
masalah yang terkait dengan pengobatan dan memberi tahu kepada
dokter untuk menyesuaikannya
7) Fisioterapi
Fisioterapis melakukan penilaian keseimbangan dan kekuatan terhadap
pasien yang teridentifikasi berisiko jatuh dan memberikan masukan
terkait pencegahan pasien risiko jatuh.

13
8) Dokter
Dokter melihat riwayat pengobatan dan keseimbangan pasien yang
berisiko jatuh dan mengikuti perkembangannya, mengidentifikasi aspek-
aspek yang terkait dengan riwayat pengobatan atau risiko jatuh.

8. Pelaporan dan Solusi dalam Pencegahan Pasien Risiko Jatuh


Pelaporan insiden dilakukan di internal rumah sakit dan kepada komite
nasional keselamatan pasien 37 rumah sakit. Pelaporan insiden kepada
komite nasional keselamatan pasien rumah sakit mencakup kejadian tidak
diharapkan, kejadian nyaris cedera, dan kejadian tidak cedera dilakukan
setelah analisis dan mendapatkan rekomendasi dan solusi dari tim
keselamatan pasien rumah sakit. Sistem pelaporan insiden kepada komite
nasional keselamatan pasien rumah sakit harus dijamin keamanannya,
bersifat rahasia, anonim, tidak mudah diakses oleh yang tidak berhak
(Permenkes, 2011)
Pelaporan insiden ditujukan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi
sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk
menyalahkan orang. Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada
tim keselamatan pasien rumah sakit dalam waktu paling lambat 2x24 jam
sesuai format laporan.
Tim keselamatan pasien rumah sakit melakukan analisis dan memberikan
rekomendasi serta solusi atas insiden yang dilaporkan, hasil dari kegiatan
tersebut dilaporkan kepada kepala rumah sakit. Rumah sakit 38 harus
melaporkan insiden, analisis, rekomendasi dan solusi kejadian tidak
diharapkan secara tertulis kepada komite nasional keselamatan pasien
rumah sakit sesuai format laporan. Komite nasional keselamatan pasien
rumah sakit melakukan kajian dan memberikan umpan balik dan solusi atas
laporan tersebut (Permenkes, 2011).
Depkes (2006) menyebutkan bahwa setiap unit kerja di rumah sakit
melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian
Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada

14
Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah
disediakan oleh rumah sakit

15
BAB III
ANALISIS JURNAL

Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat


Volume 11, Issue 2, September 2017, pp. 105 ~ 113

ISSN: 1978 - 0575

105

Evaluasi Penerapan Pencegahan Pasien Berisiko Jatuh di Rumah Sakit

Puguh Danu Sanjaya*, Elsye Maria Rosa, Maria Ulfa


Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia

*corresponding author, e-mail: puguhdanu@yahoo.com

Received: 13/03/2017; published: 28/09/2017

Abstract

Background: Patient safety in hospitals is a service of a hospital system that


provides care to enable patients to be more secure. Patient safety goals are to
promote specific improvements in patient safety. The reduction in risk of patients
falling aimed hospitals need to evaluate the risk of patient falls and take action to
reduce the risk of injury when the fall is one of the goals of patient safety. This
study reveals the evaluation of the application of preventive risk patient falls in
Pupuk Kaltim hospital. Method: This study was a case study, in the inpatient

16
room, the emergency room (ER) at the Pupuk Kaltim hospital. Results: This study
resulted that the initial assessment in the emergency department (ED) has not
been carried out, assessments of monitoring is not maximized, still found the beds
are not safe as many as 26 pieces, grade three patients did not receive anti-
slippery footwear. Policies and Standart Operational Procedure (SOP) has
existed since 2013. Conclusion: The initial assessment of patients the risk of
falling in the ER has not been carried out, assessments have not been up
monitoring of risk patients, 26 beds are not safe, three unsafe gurney, patient
grade three can not be footwear. Pupuk Kaltim hospital dissemination, evaluation
and monitoring of the patient's fall risk assessment, infrastructure and facilities.

Keywords: patients fall; patient safety; hospital

Copyright © 2017 Universitas Ahmad Dahlan. All rights reserved.

1. Pendahuluan
Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit semakin diperlukan sejalan dengan
meningkatnya pengetahuan masyarakat akan haknya sebagai penerima jasa
pelayanan sehingga mampu memilih berbagai alternatif pelayanan yang bermutu
yang dapat memberikan kepuasan bagi dirinya maupun keluarganya.(1) Rumah
sakit akan berkompetensi secara global, sehingga upaya peningkatan mutu rumah
sakit sangatlah menjadi prioritas. Selain itu, dalam rangka mendukung upaya
rujukan dan pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang
bermutu dan berkualitas, oleh karena itu rumah sakit perlu terus berupaya
meningkatkan mutu pelayanannya.(2) Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit,
tidak mudah karena terkait dengan banyak hal. Tinggi rendahnya mutu sangat
dipengaruhi sumber daya rumah sakit, interaksi pemanfaatan sumber daya rumah
sakit yang digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu menghasilkan jasa
atau pelayanan. Mutu pelayanan rumah sakit harus dapat dipertanggungjawabkan

17
karena menyangkut banyak hal, salah satunya adalah keselamatan pasien yang
menjadi sasaran utama.(3)

Keselamatan pasien di rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah


sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindakan
lanjutannya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.(4)

Evaluasi Penerapan Pencegahan Pasien Berisiko Jatuh di Rumah Sakit


Keselamatan pasien merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki
kualitas pelayanan. Tercermin pada laporan Institute of Medicine (IOM) di
Amerika daerah Utah dan Colorado ditemukan kejadian tidak diinginkan sebesar
2,9% dimana 6,6% meninggal dunia, sedangkan di New York sebesar 3,7% angka
kejadian tidak diinginkan dengan angka kematian 13,6%.(5) Angka kematian
akibat kejadian yang tidak diharapkan di bagian rawat inap di seluruh Amerika
berkisar 44.000-98.000 per tahunnya. Di RSUD Pamekasan diberitakan bahwa
terjadi kecelakaan pasien jatuh yang diduga karena kesalahan yang dilakukan
perawat, kejadian ini berawal ketika perawat meminta pasien untuk pindah
ranjang karena akan dibersihkan, setelah menyuruh pindah perawat pergi keluar
ruangan dan ketika kembali didapati pasien tersebut telah jatuh dan mengalami
patah lengan kiri.

Tim keselamatan pasien di rumah sakit (TKPRS) yang dibentuk di Rumah


Sakit (RS) Pupuk Kalimantan Timur (Kaltim) berdasarkan surat keputusan
direktur telah menerapkan dan membentuk kebijakan tentang pencegah risiko
pasien jatuh, akan tetapi belum dilakukannya evaluasi. RS Pupuk Kaltim sejak
tahun 2005 sudah terakreditasi penuh tingkat lengkap, dengan 16 pelayanan,
dalam hal ini RS Pupuk Kaltim berupaya untuk mendapatkan akreditasi terbaru
dari Komite Akreditasi Rumah Sakit versi tahun 2012.

18
RS Pupuk Kaltim merupakan salah satu rumah sakit swasta yang menjadi
salah satu rumah sakit rujukan di Kota Bontang, RS Pupuk Kaltim berkomitmen
pada keselamatan pasien, pelaporan terhadap kejadian pasien jatuh di RS Pupuk
Kaltim tidak ditemukan selama terbentuknya tim keselamatan pasien akan tetapi
tidak menutup kemungkinan dengan angka kunjungan yang tinggi dan status RS
Pupuk Kaltim sebagai rumah sakit yang sering menjadi rujukan di Kota Bontang
akan meningkatkan risiko kejadian pasien jatuh. RS Pupuk Kaltim berkeinginan
terus meningkatkan mutu pelayanan menjadi lebih baik salah satunya dengan
memperoleh akreditasi terbaru, pengurangan risiko pasien jatuh yang terdapat
dalam sasaran keselamatan pasien menjadi salah satu bagian dalam penilaian
akreditasi suatu rumah sakit, dengan begitu peneliti mencoba untuk mengevaluasi
penerapan pencegahan pasien jatuh yang terdapat di RS Pupuk Kaltim dan
mencoba memberikan saran untuk tercapainya RS Pupuk Kaltim terakreditasi
versi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) tahun 2012.

2. Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan desain penelitian
Case Study. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penerapan pencegahan
pasien jatuh melalui kegiatan observasi, wawancara, dokumentasi, dan focus
group discussion (FGD). Observasi dilaksanakan secara langsung dengan
menggunakan checklist untuk melihat sarana, fasilitas, penerapan pencegahan
pasien risiko jatuh, telusur dokumentasi penerapan pencegahan pasien jatuh
melalui rekam medis pasien, standar operasional prosedur dan atau kebijakan
terkait. Wawancara pada penelitian ini dilaksanakan pada lima orang narasumber,
yaitu direktur rumah sakit, ketua TKPRS, kepala bidang keperawatan, manajer
fasilitas, dan perawat pelaksana. FGD dilakukan bersama satu moderator, tiga
kepala ruangan rawat inap, satu anggota tim keselamatan pasien rumah sakit,
kepala Unit Gawat Darurat (UGD), dan dua perawat pelaksana untuk menemukan
hambatan atau masalah, serta mengonfirmasi ulang informasi yang didapat

19
sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan pada ruang rawat inap, UGD, RS Pupuk
Kaltim pada Oktober 2016 sampai 15 Februari 2017.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil
Penelitian yang dilakukan di RS Pupuk Kaltim untuk melihat karakteristik pasien
rawat inap berdasarkan usia dengan jumlah total pasien selama bulan Oktober
sampai Desember 2016 adalah 806 orang, dengan rincian usia 0-18 tahun
sebanyak 220 orang, usia 19-60 tahun sebanyak 523 orang, usia >60 tahun
sebanyak 63 orang, dan yang mendominasi pasien rawat inap di rumah sakit
adalah usia 19-60 tahun sebanyak 65%. Seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia Bulan Oktober sampai


Desember 2016

Umur Jumlah Persentase (%)


0-18 tahun 220 27
19-60 tahun 523 65
>60 tahun 63 8

Pada Tabel 2, jumlah pasien rawat inap pada 15 Januari sampai 15 Febuari 2017
adalah 223 orang dengan usia 0-18 tahun sebanyak 50 orang, usia 19-60 tahun
sebanyak 169 orang, dan usia >60 tahun sebanyak empat orang. Usia 19-60 tahun
paling banyak jumlahnya dengan persentase sebesar 75%.

Tabel 2. Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia pada 15 Januari sampai 15


Febuari 2017

20
Umur Jumlah Persentase (%)
0-18 tahun 50 23
19-60 tahun 169 75
>60 tahun 4 2

Pada bulan Oktober sampai Desember 2016 total semua pasien sebanyak 806
orang yang terdiri dari jenis kelamin pria sebanyak 337 orang dan jenis kelamin
wanita paling banyak sebesar 469, bulan Oktober sampai Desember 2016
didominasi wanita sebesar 58%, sedangkan pada 15 Januari sampai 15 Febuari
2017 wanita masih terbanyak menjadi pasien sebanyak 114 orang atau sebesar
52% dan pria sebanyak 109 orang. Rincian jenis kelamin pasien dapat dilihat pada
Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Bulan Oktober


sampai Desember 2016
Jenis kelamin Jumlah Persentase
(%)
Wanita 469 58
Pria 337 42

Tabel 4. Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Bulan 15 Januari


sampai 15 Febuari 2017
Jenis kelamin Jumlah Persentase(%)
Wanita 114 52
Pria 109 48

Karakteristik perawat pelaksana yang terdapat diruang rawat inap RS Pupuk


Kaltim pada periode 15 Januari sampai 15 Febuari 2017 berdasarkan usia 20-25
tahun sebanyak 20 orang untuk ruang rawat inap, usia 26-30 tahun sebanyak
sembilan orang ruang rawat inap, usia >30 tahun sebesar delapan orang ruang

21
rawat inap. Perawat ruang rawat inap di RS pupuk kaltim didominasi oleh
pendidikan diploma III sebanyak 37 orang. Pendidikan sarjana tidak ada untuk di
ruang rawat inap. Pendidikan mendominasi sebanyak 100%. Seperti yang terlihat
pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Perawat Pelaksana Berdasarkan Usia dan Pendidikan di


Ruang Rawat Inap
Karakteristik Jumlah Persentase(%)
Umur: 20-25 th 20 54
26-30 th 9 24
>30 th 8 22
Pendidikan: Sarjana 0 0
Diploma III 37 100

Pada Tabel 6, karakteristik perawat yang bertugas di UGD RS Pupuk Kaltim


didominasi oleh usia 26-30 tahun sebanyak tujuh orang atau 64%, sedangkan usia
20-25 tahun sebanyak dua orang, dan usia >30 tahun sebanyak dua orang,
sedangkan untuk karakteritik pendidikan perawat pelaksana yang bertugas di
UGD adalah diploma III sebanyak 11 orang atau 100%.

Tabel 6. Karakteristik Perawat Pelaksana Berdasarkan Usia dan Pendidikan di


UGD
Karakteristik Jumlah Persentase(%)
Umur: 20-25 th 2 18
26-30 th 7 64
>30 th 2 18
Pendidikan: Sarjana 0 0
Diploma III 11 100

22
Hasil penelitian dengan rancangan studi kasus ini, peneliti melakukan observasi
penerapan pencegahan pasien risiko jatuh selama 15 Januari sampai 15 Febuari
2017 di ruang rawat inap dan UGD RS Pupuk Kaltim, observasi mengenai
fasilitas dalam rangka penerapan pencegahan psien risiko jatuh. Wawancara
kepada tim keselamatan pasien RS Pupuk Kaltim yang terdiri dari ketua, direktur
rumah sakit, manajer keperawatan, manajer fasilitas, kemudian para perawat
pelaksana di ruangan rawat inap dan UGD. Peneliti melakukan telusur
dokumentasi terkait penerapan pencegahan pasien risiko jatuh antara lain: rekam
medis selama 15 Januari sampai 15 Febuari 2017, standar operasional prosedur,
dan kebijakan yang dibuat tim keselamatan pasien. FGD yang terdiri atas satu
moderator, satu anggota tim keselamatan pasien rumah sakit, tiga kepala ruang
rawat inap, dilakukan untuk mendapat informasi hambatan penerapan pencegahan
pasien risiko jatuh, konfirmasi ulang mengenai data yang didapat sebelumnya
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan RS Pupuk Kaltim.

Pada Tabel 7 menunjukkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap


penerapan penecegahan pasien risiko jatuh dan dokumentasi pencegahaan pasien
risiko jatuh selama 15 Januari-15 Febuari 2017, untuk pasien rawat inap yang
berasal dari kamar bersalin atau VK sebanyak 17 orang, 32 orang dari poliklinik,
174 orang dari UGD.

Tabel 7. Hasil Observasi Jumlah Pasien Rawat Inap Berdasarkan Asal Masuk
Pasien pada 15 Januari-15 Febuari 2017
Asal pasien masuk rumah sakit Jumlah Persentase (%)
Ruang bersalin 28 14
Poliklinik 57 25
Unit gawat darurat 138 61

Tabel 8 menunjukkan bahwa observasi penerapan pencegahan pasien risiko jatuh


untuk assesmen awal pasien rawat inap dari UGD tidak pernah dilaksanakan atau

23
0,223 orang dilakukan assesmen awal di ruang rawat inap, dan 59 orang dilakukan
assesmen harian di ruang rawat inap pada 15 Januari-15 Febuari 2017.

Tabel 8. Hasil Observasi Jumlah Pasien Rawat Inap yang Dilakukan Penilaian
Awal dan Penilaian Harian.
Jumlah Persentase (%)
Assesmen awal dari UGD 0 0
Assesmen awal dari ruang rawat inap 223 100
Assesmen harian 59 26

Hasil observasi fasilitas dalam rangka penerapan pencegahan pasien risiko jatuh
yang dilakukan di ruang perawatan dan UGD RS Pupuk Kaltim, diketahui masih
terdapat tempat tidur yang tidak bisa diatur tinggi rendahnya dan tidak berpagar
pengaman pada perawatan kelas tiga, dan pasien perawatan kelas tiga tidak
mendapatkan alas kaki anti licin selama dirawat di RS Pupuk Kaltim. Hasil
observasi fasilitas secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Observasi Fasilitas

Aspek yang di Observasi Ya Tidak Keterangan


Tanda-tanda untuk keluar ada dan terlihat Ada
Lorong atau koridor bebas dari rintangan Ada
Peralatan, meja, kursi kokoh, rapi dan Ada
terkunci aman
Peralatan meja, kursi sesuai dengan
kebutuhan unit yang terkait
Pengatur ketinggian tempat tidur benar Tidak Pada bangsal kelas
terpasang dan tidak longgar ada tiga masih terdapat

24
bed yang tidak aman

Pegangan pintu aman dan mudah dijangkau Ada


Semua lampu menyala dengan baik Ada
Lantai bersih, kering dan tidak ada benda Ada
penghalang
Lantai rata dan tidak ada lubang atau pecah Ada
pada ubin
Bel/tombol panggilan mudah diakses Ada
Tempat tidur dalam posisi rendah Ada
Meja samping tempat tidur dalam jangkauan Ada
Tombol lampu dalam jangkauan Ada

Peneliti selama observasi mengenai jumlah tempat tidur di RS Pupuk Kaltim


menemukan sebanyak 26 buah tempat tidur tidak aman atau tidak terdapat
berpagar, sedangkan yang berpagar dan aman sebanyak 74 buah tempat tidur.
Seperti yang terlihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Tempat Tidur di Ruang Rawat Inap

Tempat tidur di perawatan Jumlah Persentase


(%)
Aman/sesuai standar 74 74
Tidak aman/tidak sesuai standar 26 26

Pada Tabel 11 menunjukkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap


perawat pelaksana di ruang rawat inap, unit gawat darurat, direktur, manajer
fasilitas, manajer keperawatan, ketua tim keselamatan pasien, terkait latar
belakang pembentukan tim keselamatan pasien, sosialisasi penerapan pencegahan
pasien risiko jatuh, hambatanhambatan dalam penerapan pencegahan pasien risiko

25
jatuh, evaluasi, monitoring, dan peran direktur dalam penerapan pencegahan
pasien risiko jatuh, dan kejadian pasien jatuh di rumah sakit.

Tabel 11. Hasil Coding Wawancara

Pertanyaan Coding Axial coding Selective


coding

Latar belakang - Surat keputusan direktur Regulasi: Dukungan


pembentukan tim tahun - Surat keputusan kebijakan
patient safety dan 2014 direktur tahun 2014 dalam rangka
kapan - Rumah sakit - Rumah sakit peningkatan
terbentuknya berorientasi keselamatan berorientasi mutu
pasien keselamatan pasien pelayanan
- Regulasi - Akreditasi kesehatan
- Mencapai akreditasi Mutu rumah sakit: rumah
- Meningkatkan - Meningkatkan sakit
kesadaran dan budaya di budaya
rumah sakit tentang - kesadaran
keselamatan pasien keselamatan pasien

Sosialisasi - Sering setiap pergantian - Belum terfokus Sarana,


penerapan jaga karena masih fasilitas dan
pencegahan pasien - Dilakukan diruangan disisipkan waktu perilaku
risiko jatuh sampai rapat pergantian jaga. perawat yang
manajemen - Dilakukan masih kurang
- Masih belum focus, bertingkat dimulai tentang
terkadang disisipkan oleh kepala ruang budaya
waktu pergantian waktu keselamatan
jaga pasien

26
Kejadian pasien Tidak pernah Kejadian jatuh: tidak
jatuh ada

Evaluasi, Rekomendasi:
monitoring dan - Rapat per minggu - Penerapan
peran direktur - Penerapan penilaian penilaian harian Alternatif
harian pasien risiko pasien risiko jatuh solusi
jatuh - Evaluasi SOP penerapan
- Evaluasi SOP terkait - Membudayakan pencegahan
penerapan pencegahan keselamatan pasien pasien risiko
pasien risiko jatuh jatuh
- Membudayakan patient
safety
Tabel 12 menunjukkan hasil FGD yang dilakukan oleh peneliti diikuti oleh
tiga kepala ruang rawat inap, satu kepala UGD, dua perawat pelaksana, satu
perwakilan tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien, satu moderator, yang
dilaksanakan di RS Pupuk Kaltim pada tanggal 17 Febuari 2017.

FGD yang dilakukan untuk menemukan alternatif solusi dari hambatan yang
ditemukan selama wawancara, observasi dan telusur dokumentasi serta konfirmasi
terkait masalah yang ditemukan selama penelitian berlangsung, antara lain
mengenai kelengkapan fasilitas pendukung penerapan pencegahan pasien risiko
jatuh, kelengkapan Standar Operasional Prosedur (SOP) pencegahan pasien risiko
jatuh, penerapan dan dokumentasi pencegahan pasien risiko jatuh.

Tabel 12. Hasil Coding dan Alternatif Solusi Dari FGD


Pertanyaan Coding Selective coding
Belum lengkapnya Pengadaan sarana dan fasilitas Peningkatan
fasilitas pendukung dalam rangka sarana dan
pendukung dalam penerapan pencegahan pasien jatuh prasarana dalam
penerapan pencegahan akan dilaksanakan pada tahun 2017 peningkatan mutu

27
pasien risiko jatuh? Pasien yang dirawat pada ruang pelayanan
rawat kelas 3 di kesehatan rumah
edukasi terkait alas kaki anti licin, sakit
karena manajemen belum bisa
menganggarkan.

Bagaimana SOP dan form penilaian harian pasien Evaluasi dan


kelengkapan SOP risiko jatuh akan di evaluasi dan revisi monitoring dalam
form penilaian peningkatan mutu
harian? pelayanan rumah
sakit
Bagaimana Akan disosialisasikan dalam
penerapan dan penerapan pencegahan pasien risiko
dokumentasi? jatuh

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pembahasan Karakteristik Pasien
Mengenai karakteritik pasien rawat inap di RS Pupuk Kaltim untuk periode
15 Januari-15 Febuari 2017 memiliki jumlah pasien rawat inap sebanyak
223 orang, dengan rincian usia 0-18 tahun sebanyak 50 orang, usia 19-60
tahun sebanyak 169 orang, usia >60 tahun sebanyak empat orang, jenis
kelamin pria sebanyak 109 orang, jenis kelamin wanita sebanyak 114 orang,
dari data tersebut peneliti mengetahui bahwa pasien di RS Pupuk Kaltim
cukup banyak dan bermacam usia, akan tetapi demi menjaga keselamatan
pasien, faktor pasien atau faktor intrinsik menjadi perhatian perawat ruang
rawat inap di RS Pupuk Kaltim terkait risiko pasien untuk jatuh diantaranya:
riwayat jatuh sebelumnya, gangguan kognitif/psikologis, usia>65 tahun,
jenis kelamin, lama rawat inap, osteoporosis, gangguan muskuloskeletal.
Hal ini sesuai dengan faktor pasien atau intrinsik adalah variabel-variabel
yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan
orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh.(6) Disebutkan juga

28
bahwa faktor intrinsik antara lain: adalah gangguan muskoloskeletal
misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstrimitas
bawah, kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala
lemah, penglihatan gelap, keringatan dingin, pucat, dan pusing.(7)

3.2.2 Karakteristik Perawat Pelaksana


Perawat pelaksana RS Pupuk Kaltim berjumlah 48 orang dengan jumlah
pendidikan diploma III sebanyak 37 orang di ruang rawat inap, 11 orang di
UGD, usia 20-25 tahun sebanyak 20 orang di ruang rawat inap dan dua
orang di UGD, usia 26-30 tahun sebanyak sembilan orang di ruang rawat
inap dan tujuh orang di UGD, usia >30 tahun sebanyak delapan orang di
ruang rawat inap dan dua orang di UGD. Data yang diperoleh bahwa
perawat ruang rawat inap dan UGD di RS Pupuk Kaltim mayoritas
berpendidikan diploma III keperawatan, dengan demikian diharapkan bahwa
perawat akan memberikan asuhan keperawatan dengan baik untuk
keselamatan pasien, sesuai dengan tingkat pendidikan merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, oleh sebab itu
perawat yang memliki tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat
pengetahuan yang baik.(8)

3.2.3 Sarana dan Fasilitas


Observasi mengenai sarana dan fasilitas menggunakan checklist masih
terdapat tempat tidur yang belum aman sebanyak 26 bed, brankar tidak
aman sebanyak tiga buah, alas kaki untuk pasien kelas tiga belum ada,
gelang penanda risiko masih sering kosong. Data tersebut dapat dikatakan
bahwa sarana dan fasilitas belum maksimal, fasilitas dan sarana merupakan
salah satu faktor risiko ekstrinsik yang dapat diantisipasi, yang menjadi
faktor ekstrinsik ialah antara lain lingkungan tidak mendukung meliputi

29
cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat berpegangan
yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC
yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu
berjalan.(9)

3.2.4 Proses Penilian Awal Pasien Risiko Jatuh dan Penilaian Ulang Pasien
RS Pupuk Kaltim masih belum maksimal melakukan penilaian awal hal ini
dapat dilihat secara dokumentasi bahwa proses penilaian awal pasien risiko
jatuh sebesar 0% atau tidak dilakukan di UGD selama bulan Oktober 2016
sampai 15 Febuari 2017, sedangkan untuk penilaian harian atau ulang
pasien juga belum maksimal karena selama bulan Oktober 2016 sampai 15
Febuari 2017, hasil wawancara disampaikan bahwa kurangnya sosialisasi
dan penerapan SOP penilaian harian pasien baru berjalan sejak awal Febuari
2017 baru sebesar 26%. Kurangnya sosialisasi memengaruhi kepatuhan
penerapan penilaian pasien risiko jatuh, karena patuh adalah taat atau tidak
taat terhadap perintah, dan merupakan titik awal dari perubahan sikap dan
perilaku individu.(10)

3.2.5 Intervensi Kepada Pasien yang Dianggap Berisiko


Data hasil penelitian didapatkan bahwa intervensi yang dilakukan
berdasarkan penilaian awal sudah berjalan baik diruang rawat inap, hal ini
terbukti juga dengan dibuatnya standar operasional prosedur tentang
pengurang risiko jatuh pada pasien anak terdapat intervensi yaitu standar
risiko rendah dan risiko tinggi, untuk pengurangan risiko jatuh pada pasien
dewasa terdapat intervensi yaitu jatuh standar dan jatuh risiko tinggi,
disebutkan pedoman pencegahan cedera dan pasien jatuh di RS Universitas
Birmingham bahwa untuk mengurangi risiko pasien jatuh dilakukan
beberapa cara diantaranya: skrining pasien risiko jatuh, pedoman dan respon
fisioterapi untuk pasien jatuh, tindakan okupasi untuk pasien yang berisiko
jatuh, pemberian obat yang meningkatkan risiko jatuh, penilaian pengaman

30
tempat tidur, penggunaan alas kaki yang aman, duduk yang aman, edukasi
menggunakan leaflet tentang risiko pasien jatuh, member bantuan
pengantaran dan menunjukan letak toilet.(11)

3.2.6 Langkah Monitoring Pengurangan Cedera Akibat Pasien Jatuh


RS Pupuk Kaltim belum berjalan maksimal dalam monitoring, baik
keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian, hal
ini dibuktikan dengan belum lengkapnya dokumentasi pelaksanaan
penilaian harian pasien risiko jatuh, dari hasil wawancara disampaikan
bahwa sosialisasi untuk monitoring harian pasien risiko jatuh baru berjalan
di awal Febuari 2017, jadi dalam pelaksanaannya belum maksimal.
Penerapan pengurangan cedera akibat pasien jatuh hal ini karena sosialisasi
baru diterapkan awal Febuari 2017. Penilaian harian pasien dengan risiko
jatuh dilakukan apabila pasien memiliki risiko untuk jatuh pada penilaian
awal pasien masuk rumah sakit. Hasil ini perlu segera dievaluasi dan
monitoring karena tidak sesuai dengan elemen penilaian sasaran
keselamatan pasien rumah sakit yang isinya adalah rumah sakit melakukan
langkah dimonitoringnya hasil, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat
jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.(12)

3.2.7 Kebijakan dan Prosedur Dikembangkan untuk Pengurangan Berkelanjutan


Risiko Pasien Cedera Akibat Jatuh
Kebijakan atau dan prosedur pengurangan berkelanjutan risiko pasien
cedera akibat jatuh di RS Pupuk Kaltim sudah berjalan hal ini dibuktikan
dengan telusur dokumen pada surat keputusan direktur tahun 2014 tentang
kebijakan pengurangan risiko pasien jatuh, standar operasional prosedur
penilaian awal pencegahan pasien risiko jatuh, langkah mengurangi risiko
pasien jatuh, langkah monitoring hasilnya baik keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan. Diketahui
penting pembuatan kebijakan atau standar operasional prosedur karena

31
merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang benar dilakukan
untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.(13)

3.2.8 Hambatan dalam Penerapan Pencegahan Pasien Risiko Jatuh


Hambatan yang didapatkan melalui observasi pelaksana pencegahan pasien
risiko jatuh, wawancara kepada narasumber, telusur dokumentasi dan FGD
adalah kelengkapan SOP, penilaian harian/monitoring pengurangan risiko
pasien jatuh belum dilakukan dengan baik, penilaian awal pasien risiko
jatuh di UGD. Pentingnya penilaian awal di UGD karena UGD adalah unit
yang rentan terhadap keselamatan pasien, karena UGD rumah sakit
mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan
keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien
yang datang dengan gawat darurat medis.(14) Penilaian pasien risiko jatuh
tidak cukup penilaian awal tapi harus dimonitor untuk pengurangan risiko
pasien untuk jatuh dan itu belum diterapkan secara baik oleh RS Pupuk
Kaltim, hal ini dijelaskan pada kebijakan yang menyebutkan bahwa rumah
sakit menerapkan proses penilaian awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan
melakukan penilaian ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan, dan lain-lain. Rumah sakit membuat langkah
monitoring hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan
dampak dari kejadian tidak diharapkan.(12)

Evaluasi terhadap SOP perlu segera dilakukan karena disebutkan tidak


maksimalnya pelaksanaan program manajemen pasien dengan risiko jatuh di
rumah sakit dipengaruhi faktor supervisi dan penyusunan SOP dalam
penerapan pencegahan pasien risiko jatuh.(15)

32
3.2.9 Mutu Pelayanan Kesehatan Terkait Penerapan Pencegahan Pasien Risiko
Jatuh
Hasil penelitian yang dilakukan melalui obervasi sarana, fasilitas, penerapan
pencegahan pasien risiko jatuh, wawancara yang dilakukan kepada
narasumber, serta dokumentasi mengenai kebijakan dan penerapan
pencegahan pasien risiko jatuh kemudian FGD memperoleh hasil mengenai
hambatan dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh dan alternatif
solusi dari hambatan-hambatan yang didapatkan, hal ini dilakukan dalam
rangka meningkatkan mutu pelayan kesehatan RS Pupuk Kaltim terkait
penerapan pencegahan pasien risiko jatuh.

Proses evaluasi suatu mutu pelayanan kesehatan rumah sakit perlu terus
dilakukan demi meningkatkan mutu pelayanan, hal ini sesuai dengan
pelaksanaan audit medis di rumah sakit merupakan salah satu upaya yang
efektif dan efisien untuk melakukan monitoring peningkatan kualitas
pelayanan. Pelayanan bermutu juga bisa diartikan sejauh mana realitas
pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kriteria, standar
profesional medis terkini, baik yang telah memenuhi atau melebihi
kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan tingkat efisiensi yang
optimal.(16)

4 Simpulan
Proses penilaian awal yang dilakukan UGD RS Pupuk Kaltim dan penilaian
harian untuk monitoring pengurangan risiko pasien jatuh belum maksimal. RS
Pupuk Kaltim telah melakukan langkah intervensi kepada pasien yang dianggap
berisiko berdasarkan penilaian awal yang dilakukan, hal ini terbukti dengan
dibuatnya standar operasional prosedur tentang pengurangan risiko jatuh pada
pasien anak dan dewasa. Langkah monitoring pengurangan cedera akibat pasien
jatuh di RS Pupuk Kaltim belum berjalan maksimal, hal ini disebabkan belum
maksimal pelaksanaan monitoring pengurangan risiko jatuh dan sosialisasi baru
diterapkan awal Febuari 2017.

33
RS Pupuk Kaltim telah melakukan kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh, hal ini dibuktikan
dengan surat keputusan direktur tahun 2014 tentang kebijakan pengurangan risiko
pasien jatuh. Hambatan dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh di RS
Pupuk Kaltim antara lain: belum dilaksanakannya penilaian awal pasien rawat
inap dari UGD, belum dilakukan secara rutin penilaian harian pasien rawat inap,
perlu dilakukan SOP, masih terdapat tempat tidur tidak aman sebanyak 26 buah,
brankar tidak aman/berpagar sebanyak tiga buah, pasien perawatan kelas tiga
tidak mendapatkan alas kaki anti licin, gelang penanda pasien risiko jatuh sering
kosong. Mutu pelayanan kesehatan RS Pupuk Kaltim terus diupayakan dan
ditingkatkan mulai dari mencari solusi alternatif dari hambatan, monitoring dan
evaluasi dari penerapan pencegahan pasien risiko jatuh dalam rangka keselamatan
pasien di RS.

34
Daftar Pustaka
1. LariSemnani B, Far RM, Shalipoor E, Mohseni M. Using Creative Problem
Solving (TRIZ) in Improving the Quality of Hospital Services. Glob J Health
Sci. 2015 Jan;7(1):88–97.
2. Hassani S, Lindman AS, Kristoffersen DT, Tomic O, Helgeland J. 30-Day
Survival Probabilities as a Quality Indicator for Norwegian Hospitals: Data
Management and Analysis. PLoS ONE. 2015 Sep 9;10(9).
3. Mulyadi HB. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2001.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Nasional Keselamatan
Pasien (Patient Safety). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik;
2006.
5. Thomas EJ, Studdert DM, Burstin HR, Orav EJ, Zeena T, Williams EJ, et al.
Incidence and Types of Adverse Events and Negligent Care in Utah and
Colorado. Med Care. 2000 Mar;38(3):261–71.
6. Hitcho EB, Krauss MJ, Birge S, Claiborne Dunagan W, Fischer I, Johnson S,
et al. Characteristics and Circumstances of Falls in a Hospital Setting: a
Prospective Analysis. J Gen Intern Med. 2004 Jul;19(7):732–9.
7. Oliver D, Daly F, Martin FC, McMurdo MET. Risk Factors and Risk
Assessment Tools for Falls in Hospital in-patients: A Systematic Review. Age
Ageing. 2004 Mar;33(2):122–30.
8. Lake ET, Shang J, Klaus S, Dunton NE. Patient Falls: Association With
Hospital Magnet Status and Nursing Unit Staffing. Res Nurs Health. 2010
Oct;33(5):413–25.
9. Connell BR. Role of the Environment in Falls Prevention. Clin Geriatr Med.
1996 Nov;12(4):859–80.
10. Suwarno S. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Suatu
Pendekatan Sistem. Jakarta: EGC; 2007.
11. Cameron ID, Murray GR, Gillespie LD, Robertson MC, Hill KD, Cumming
RG, et al. Interventions for preventing falls in older people in nursing care

35
facilities and hospitals. Cochrane Database Syst Rev. 2010 Jan
20;(1):CD005465.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
[Internet]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2011. Available from:
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/21%20PMK%20No.%201
691%20ttg

%20Keselamatan%20Pasien%20Rumah%20Sakit.pdf

13. Setyarini S, Ari E, Herlina LL. Kepatuhan perawat melaksanakan Standar


Prosedur Operasional Pencegahan Pasien Risiko Jatuh di Gedung Yosep 3
Dago dan Surya Kencana Rumah Sakit Borromeus. J Kesehat Stikes St
Borromeus. 2013;94–105.
14. Dykes PC, Carroll DL, Hurley A, Lipsitz S, Benoit A, Chang F, et al. Fall
Prevention in Acute Care Hospitals. JAMA J Am Med Assoc. 2010 Nov
3;304(17):1912–8.
15. Budiono S, Sarwiyata TW, Alamsyah A. Pelaksanaan Program Manajemen
Pasien dengan Risiko Jatuh di Rumah Sakit. J Kedokt Brawijaya. 2014 Aug
3;28(1):78–83.
16. Dwiyanto A. Penerapan Hospital by Laws Dalam Meningkatkan Patient
Safety di Rumah Sakit [Tesis]. [Semarang]: Universitas Katolik
Soegijapranata; 2007.

36
ANALISIS JURNAL

A. Alasan Pengambilan Jurnal


 Alasan Pengambilan : Alasan Kami mengambil Jurnal Evaluasi Penerapan
Pencegahan Pasien Beresiko Jatuh di Rumah Sakit yaitu Karena Jurnal ini
Isinya lebih detail tentang penerapan dan pencegahan resiko pasien jatuh yang
terdapat dalam sasaran keselamatan pasien
 Alasan Jurnal dibuat : Untuk mengevaluasi penerapan pencegahan pasien
jatuh
 Dengan metode :
Penelitian dari jurnal merupakan jenis penelitian kualitatif dengan desain
penelitian Case Study. Penelitian dilakukan melalui kegiatan observasi,
wawancara, dokumentasi, dan focus group discussion (FGD). Observasi
dilaksanakan secara langsung dengan menggunakan checklist untuk melihat
sarana, fasilitas, penerapan pencegahan pasien risiko jatuh, telusur
dokumentasi penerapan pencegahan pasien jatuh melalui rekam medis pasien,
standar operasional prosedur dan atau kebijakan terkait. Wawancara pada
penelitian ini dilaksanakan pada lima orang narasumber, yaitu direktur rumah
sakit, ketua TKPRS, kepala bidang keperawatan, manajer fasilitas, dan perawat
pelaksana. FGD dilakukan bersama satu moderator, tiga kepala ruangan rawat
inap, satu anggota tim keselamatan pasien rumah sakit, kepala Unit Gawat
Darurat (UGD), dan dua perawat pelaksana untuk menemukan hambatan atau
masalah, serta mengonfirmasi ulang informasi yang didapat sebelumnya.
Penelitian ini dilaksanakan pada ruang rawat inap, UGD, RS Pupuk Kaltim
pada Oktober 2016 sampai 15 Februari 2017.
B. Dampak atau Hasil dari Jurnal
Hasil dari penelitian Jurnal Evaluasi Penerapan Pencegahan Pasien Beresiko
Jatuh di Rumah Sakit adalah :
 Hasil penelitian dengan rancangan studi kasus ini, peneliti melakukan
observasi penerapan pencegahan pasien risiko jatuh selama 15 Januari
sampai 15 Febuari 2017 di ruang rawat inap dan UGD RS Pupuk Kaltim,

37
observasi mengenai fasilitas dalam rangka penerapan pencegahan psien
risiko jatuh. Wawancara kepada tim keselamatan pasien RS Pupuk Kaltim
yang terdiri dari ketua, direktur rumah sakit, manajer keperawatan, manajer
fasilitas, kemudian para perawat pelaksana di ruangan rawat inap dan UGD.
Peneliti melakukan telusur dokumentasi terkait penerapan pencegahan
pasien risiko jatuh antara lain: rekam medis selama 15 Januari sampai 15
Febuari 2017, standar operasional prosedur, dan kebijakan yang dibuat tim
keselamatan pasien. FGD yang terdiri atas satu moderator, satu anggota tim
keselamatan pasien rumah sakit, tiga kepala ruang rawat inap, dilakukan
untuk mendapat informasi hambatan penerapan pencegahan pasien risiko
jatuh, konfirmasi ulang mengenai data yang didapat sebelumnya untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan RS Pupuk Kaltim.
 hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan penecegahan
pasien risiko jatuh dan dokumentasi pencegahaan pasien risiko jatuh selama
15 Januari-15 Febuari 2017, untuk pasien rawat inap yang berasal dari
kamar bersalin atau VK sebanyak 17 orang, 32 orang dari poliklinik, 174
orang dari UGD.
 observasi penerapan pencegahan pasien risiko jatuh untuk assesmen awal
pasien rawat inap dari UGD tidak pernah dilaksanakan atau 0,223 orang
dilakukan assesmen awal di ruang rawat inap, dan 59 orang dilakukan
assesmen harian di ruang rawat inap pada 15 Januari-15 Febuari 2017.
 Hasil observasi fasilitas dalam rangka penerapan pencegahan pasien risiko
jatuh yang dilakukan di ruang perawatan dan UGD RS Pupuk Kaltim,
diketahui masih terdapat tempat tidur yang tidak bisa diatur tinggi
rendahnya dan tidak berpagar pengaman pada perawatan kelas tiga, dan
pasien perawatan kelas tiga tidak mendapatkan alas kaki anti licin selama
dirawat di RS Pupuk Kaltim.
 Peneliti selama observasi mengenai jumlah tempat tidur di RS Pupuk
Kaltim menemukan sebanyak 26 buah tempat tidur tidak aman atau tidak
terdapat berpagar, sedangkan yang berpagar dan aman sebanyak 74 buah
tempat tidur.

38
 hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap perawat pelaksana di
ruang rawat inap, unit gawat darurat, direktur, manajer fasilitas, manajer
keperawatan, ketua tim keselamatan pasien, terkait latar belakang
pembentukan tim keselamatan pasien, sosialisasi penerapan pencegahan
pasien risiko jatuh, hambatanhambatan dalam penerapan pencegahan pasien
risiko jatuh, evaluasi, monitoring, dan peran direktur dalam penerapan
pencegahan pasien risiko jatuh, dan kejadian pasien jatuh di rumah sakit.
 hasil FGD yang dilakukan oleh peneliti diikuti oleh tiga kepala ruang rawat
inap, satu kepala UGD, dua perawat pelaksana, satu perwakilan tim
peningkatan mutu dan keselamatan pasien, satu moderator, yang
dilaksanakan di RS Pupuk Kaltim pada tanggal 17 Febuari 2017.
FGD yang dilakukan untuk menemukan alternatif solusi dari hambatan
yang ditemukan selama wawancara, observasi dan telusur dokumentasi
serta konfirmasi terkait masalah yang ditemukan selama penelitian
berlangsung, antara lain mengenai kelengkapan fasilitas pendukung
penerapan pencegahan pasien risiko jatuh, kelengkapan Standar
Operasional Prosedur (SOP) pencegahan pasien risiko jatuh, penerapan
dan dokumentasi pencegahan pasien risiko jatuh.

C. Implikasi
Proses penilaian awal yang dilakukan UGD RS Pupuk Kaltim dan penilaian harian
untuk monitoring pengurangan risiko pasien jatuh belum maksimal. RS Pupuk Kaltim
telah melakukan langkah intervensi kepada pasien yang dianggap berisiko
berdasarkan penilaian awal yang dilakukan, hal ini terbukti dengan dibuatnya standar
operasional prosedur tentang pengurangan risiko jatuh pada pasien anak dan
dewasa. Langkah monitoring pengurangan cedera akibat pasien jatuh di RS Pupuk
Kaltim belum berjalan maksimal, hal ini disebabkan belum maksimal pelaksanaan
monitoring pengurangan risiko jatuh dan sosialisasi baru diterapkan awal Febuari
2017.
RS Pupuk Kaltim telah melakukan kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh, hal ini dibuktikan

39
dengan surat keputusan direktur tahun 2014 tentang kebijakan pengurangan risiko
pasien jatuh. Hambatan dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh di RS
Pupuk Kaltim antara lain: belum dilaksanakannya penilaian awal pasien rawat inap
dari UGD, belum dilakukan secara rutin penilaian harian pasien rawat inap, perlu
dilakukan SOP, masih terdapat tempat tidur tidak aman sebanyak 26 buah, brankar
tidak aman/berpagar sebanyak tiga buah, pasien perawatan kelas tiga tidak
mendapatkan alas kaki anti licin, gelang penanda pasien risiko jatuh sering kosong.
Mutu pelayanan kesehatan RS Pupuk Kaltim terus diupayakan dan ditingkatkan mulai
dari mencari solusi alternatif dari hambatan, monitoring dan evaluasi dari penerapan
pencegahan pasien risiko jatuh dalam rangka keselamatan pasien di RS.

40
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Memberikan keselamatan kepada pasien merupakan hal yang sangat
penting. Dan untuk mencapai keselamatan pasien diperlukan sasaran-
sasaran keselamatan pasien, salah satunya adalah mengurangi resiko pasien
cedera karena jatuh. Bila resiko pasien cedera karna jatuh ini bisa
dikurangi, maka proses penyembuhan klien akan lebih cepat. Tanggung
jawab sasaran ini terutama ada pada rumah sakit selaku penyedia fasilitas,
namun segala komponen yang terkait juga punya tanggung jawab yang
besar terhadap keselamatan pasien

B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yakni sebagai seorang
mahasiswa harus lebih banyak lagi belajar dan bertanya agar lebih bisa
mengerti dan memahami tentang keselamatan pasien ini. Karena ini
merupakan salah satu hal pokok yang harus dikuasai.

41
DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya D,P dkk. 2017. Jurnal Evaluasi Penerapan Pencegahan Pasien Berisiko
Jatuh di Rumah Sakit. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

42

Anda mungkin juga menyukai