Laporan Riset
Komodifikasi Ragam Buah Mangrove untuk Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Desa
Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Bali
Mutria Farhaeni*
STIE BIITM Kuta Badung
Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa terdapat lima jenis buah mangrove yang terdapat di areal
kawasan Tahura Ngurah Rai Tuban dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai produk olahan ragam buah
mangrove yaitu jenis api-api (Avicennia sp), lindur atau bako (Bruguiera gymnorrhiza), Nyirih
(Xylocarpus granatum), pidada (Sonneratia caseolaris), nipah (Nypa fruticans) dan pemanfaatan jenis-
jenis buah mangrove ini perlu dikembangkan dan disosialisasikan agar dapat meningkatkan kehidupan
dan perekonomian masyarakat disekitarnya.
© 2016 Komunitas Studi Kultural Indonesia. Diterbitkan oleh An1mage. All rights reserved.
Dengan demikian penulis mengkaji manfaat ekonomis 2003). Keberadaan hutan mangrove dalam ekosistem
ragam buah mangrove untuk pemberdayaan masyarakat pantai merupakan suatu persekutuan hidup alam hayati
pesisir di Desa Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan alam lingkungannya yang terdapat di daerah pantai
Bali dan di sekitar muara sungai pada kawasan hutan tropika,
yaitu kawasan hutan yang khas dan dipengaruhi oleh
2. Metode pasang surut air laut.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara yang terstruktur kepada kelompok Nelayan Hutan mangrove, baik di dalam maupun di luar kawasan
Wanasari Tuban dan pengambilan dokumentasi dengan alat hutan merupakan jalur hijau daerah pantai yang
kamera. mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomis yang
memiliki berbagai manfaat (Farimansyah, 2005). Adapun
Penelitian ini juga dilakukan dengan metode deskriptif tumbuhan yang dominan hidup di daerah hutan
dengan pendekatan kepustakaan seperti leaflet, brosur, buku mangrove adalah bakau. Bakau merupakan jenis pohon
panduan mangrove di Indonesia dan informasi singkat hasil yang tumbuh di daerah perairan dangkal dan daerah
hutan bukan kayu hutan mangrove dari Balai Pengelolaan intertidal yaitu daerah batas antara darat dan laut
Hutan Mangrove (BPHM) Wilayah I tentang pemanfaatan pengaruh pasang surut masih terjadi.
mangrove [3]. Hasil kajian ini kemudian dideskripsikan,
dinarasi serta diinterpretasi dan disusun dalam bentuk Hutan bakau tumbuh di daerah tropis dan subtropics,
makalah. yang berfungsi sebagai pelindung pantai dari terjangan
gelombang secara langsung. Oleh karena itu daerah
3. Telaah Pustaka hutan bakau dicirikan oleh adanya lapisan lumpur dan
3.1 Mangrove sedimen halus. Hutan bakau juga menjadi tempat hidup
Menurut Mac Nae (1968), pada mulanya hutan mangrove bagi habitat liar dan memberikan perlindungan alami
hanya dikenal secara terbatas oleh kawasan ahli terhadap angin yang kuat, gelombang yang dibangkitkan
lingkungan, terutama lingkungan laut. oleh angin (siklon atau badai), dan juga gelombang
tsunami.
Mula-mula kawasan hutan mangrove dikenal dengan
istilah vloedbosschen (hutan payau) karena sifat Menurut Marsoedi dan Samlawi (1997), hutan mangrove
habitatnya yang payau. Berdasarkan dominasi jenis adalah vegetasi hutan yang tumbuh di daerah pantai dan
pohonnya, yaitu bakau, maka kawasan mangrove juga di sekitar muara sungai, yang selalu atau secara teratur
disebut hutan bakau. digenangi oleh air laut serta dipengaruhi pasang surut.
Vegetasi hutan mangrove dicirikan oleh jenis-jenis
Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata tanaman bakau, api-api, prepat, dan tunjang.
Mangue (Bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan dan
Grove (Bahasa Inggris) yang berarti belukar atau hutan Areal mangrove tidak hanya sebagai koleksi tanaman,
kecil Arief (2003). Dalam Bahasa Inggris kata mangrove tetapi merupakan salah satu sumber daya alam yang
digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk Hutan mangrove juga berperan sebagai tempat hidup
individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun jenis udang dan ikan yang bernilai komersial.
komunitas tersebut.
Dengan demikian secara ringkas hutan mangrove dapat
Sedangkan dalam Bahasa Portugis kata mangrove didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di
digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, daerah pasang surut, yang tergenang pada saat pasang
dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas
tersebut (Anonim, 2003). Mangrove juga dapat tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.
digunakan untuk menyebut populasi tumbuh-tumbuhan
dari beberapa spesies yang mempunyai perakaran Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem
Pneumatophores (akar napas) dan tumbuh di antara garis yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang
pasang surut (Steenis, 1978). berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan
sesamanya di dalam suatu habitat mangrove [4].
Sehingga hutan mangrove juga disebut “hutan pasang”.
Berdasarkan SK Dirjen Kehutanan No. 3.2 Pemberdayaan
60/Kpts/Dj/I/1978, hutan mangrove dikatakan sebagai Kata “empowerment” dan “empower” diterjemahkan ke
hutan yang terdapat di sepanjang pantai dan dipengaruhi Bahasa Indonesia menjadi pemberdayaan dan
oleh pasang surut air laut, yakni tergenang pada waktu memberdayakan, menurut Merriam Webster dan Oxford
pasang dan bebas genangan pada waktu surut (Arief, English Dictionary (dalam Prijono dan Pranarka, 1996:3)
mengandung dua pengertian yaitu: pengertian pertama Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, menurut
adalah to give power or authority to, dan pengertian Kartasasmita (1996), harus dilakukan melalui beberapa
kedua berarti to give ability to or enable. kegiatan : pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang
Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi (enabling). Kedua, memperkuat potensi atau daya yang
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan dimiliki oleh masyarakat (empowering). Ketiga,
otoritas ke pihak lain. Sedang dalam pengertian kedua, memberdayakan mengandung pula arti melindungi.
diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan
atau keberdayaan. Konsep empowerment pada dasarnya Di sinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa pengenalan
adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil setiap manusia, setiap anggota masyarakat, memiliki
dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, suatu potensi yang selalu dapat terus dikembangkan.
baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tidak
regional, internasional, maupun dalam bidang politik, berdaya, karena kalau demikian akan mudah punah.
ekonomi dan lain-lain. Pemberdayaan merupakan suatu upaya yang harus diikuti
dengan tetap memperkuat potensi atau daya yang
Memberdayakan masyarakat menurut Kartasasmita dimiliki oleh setiap masyarakat.
(1996: 144) adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi Dalam rangka itu pula diperlukan langkah-langkah yang
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari lebih positif selain dari menciptakan iklim dan suasana.
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan
Pemberdayaan masyarakat merupakan konsep menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai membuka akses kepada berbagai peluang (opportunities)
sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru yang nantinya dapat membuat masyarakat menjadi
pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, semakin berdaya.[5]
participatory, empowering, and sustainable”.
4. Diskusi
Gagasan pembangunan yang mengutamakan 4.1 Pemanfaatan Jenis-Jenis Mangrove di Desa
pemberdayaan masyarakat perlu untuk dipahami sebagai Tuban
suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, Pemanfaatan mangrove sebagai bahan makanan,
ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. Perubahan minuman, kosmetik, obat dan sabun sebenarnya telah
struktur yang sangat diharapkan adalah proses yang berkembang sejak dulu dan merupakan salah satu
berlangsung secara alamiah, yaitu yang menghasilkan kearifan tradisional masyarakat sekitar ekosistem
dan harus dapat dinikmati bersama. Begitu pula mangrove. Namun dalam perkembangannya,
sebaliknya, yang menikmati haruslah yang pemanfaatan mangrove dilupakan begitu saja dan hanya
menghasilkan. beberapa daerah saja yang masih melakukan
pemanfaatan mangrove secara intensif [6].
Proses ini diarahkan agar setiap upaya pemberdayaan
masyarakat dapat meningkatkan kapasitas masyarakat Oleh sebab itu perlu didorong pemanfaatan mangrove
(capacity building) melalui penciptaan akumulasi modal sebagai bahan makanan, minuman dan lain-lain dengan
yang bersumber dari surplus yang dihasilkan, yang mana tetap menjaga kelestarian ekosistem mangrove itu
pada gilirannya nanti dapat pula menciptakan pendapatan sendiri, karena peranan ekosistem mangrove dalam
yang akhirnya dinikmati oleh seluruh rakyat. Dan proses keseimbangan ekosistem pesisir sangat penting.
transformasi ini harus dapat digerakan sendiri oleh Beberapa produk dari jenis-jenis hasil hutan bukan kayu
masyarakat. (HHBK) mangrove dapat dimanfaatkan antara lain:
makanan, minuman, sabun, dan kosmetik [7].
Menurut Sumodiningrat (1999), mengatakan bahwa
kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat secara umum 4.1.1 Api-api (Avicennia sp)
dapat dipilah dalam tiga kelompok yaitu : Deskripsi Umum
Pohon perdu tinggi capai 12 m. akar napas seperti
Pertama, kebijaksanaan yang secara tidak langsung pensil. Susunan daun tunggal elips bersilangan, ujung
mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar daun runcing hingga membundar, panjang daun 5-1
tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial cm, memiliki kelenjar garam, permukaan bawah daun
ekonomi masyarakat. Kedua, kebijaksanaan yang secara berwarna putih hingga kelabu. Kulit kayu halus,
langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelabu, hijau loreng (mengelupas pada bercak) seperti
kelompok sasaran. Ketiga, kebijaksanaan khusus yang pada citra 1.
menjangkau masyarakat miskin melalui upaya khusus.
Bunga
Panjang 25 cm, bunga betina berbentuk bola, bunga
jantan bergerombol rapat, warna merah bata hingga
kekuningan.
Citra 6. Bedak lulur dari buah Nyirih .Sumber : BPHM Wikayah I, 2007
Kelompok ini berharap usaha yang dilakukan dapat [6] Shozo Kitamura, Chairil Anwar, Amalyos Chaniago,
berkembang dan menjadi tambahan penghasilan Shigeyuki Baba. 1997. Panduan Mangrove di Indonesia-Bali
& Lombok. Dephut and JICA.
anggota-anggotanya.
[7] BPHM Wilayah I. 2007. Leaflet “Pengenalan Jenis
Dengan mengolah buah yang ada dan mendapatkan Mangrove”. BPHM I Denpasar .
manfaat ekonomis, masyarakat sekitar khususnya
[8] Nyoto Santoso, Bayu Catur Nurcahya, Ahmad Siregar, Ida
Anggota Poklahsar Wanalestari akan semakin antusias Farida. 2005. Resep Makanan Berbahan Baku Mangrove dan
menjaga hutan mangrove, melakukan penanaman Pemanfaatan Nipah 2005. Lembaga Pengkajian dan
kembali, dan menjaga lingkungan mangrove sehingga Pengembangan Mangrove Jakarta.
tidak ada lagi lingkungan mangrove yang rusak dan [9] BPHM. 2007. Leaflet “Manfaat Buah Mangrove”. BPHM
terbengkalai [10]. Wilayah I, Denpasar.
5.2 Saran
1. Sangat diperlukan pelatihan untuk mengembangkan
dan memasarkan produk buah mangrove.
Referensi
[1] Ardhana. IPG. 2000. “Pengelolaan Lingkungan Pesisir Dalam
Rangka Konservasi Sumberdaya Mangrove di Wilayah Bali”.
Konferensi BKPSL ke XV di Bandung.