Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka


kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai
penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6 %
penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Saat ini
terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain
dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan),
kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar
lemaknya.

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan


ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot
(satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita
yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan
secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun
akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya.
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan
sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari
penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer
berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan
aktivitas renin plasma yang rendah.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak
ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi.
Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki
hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007,
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun


atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih
awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya
pada situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali
ke normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya mungkin hanya naik saat
bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini kita
membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatas kesasaran
normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas
normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil”
hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak,
bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan
darah yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi 250-140. (Hans p. wolf. 2006 :
h 63)

B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah hipertensi ini antara lain :
1. Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi.
2. Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi.
3. Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi.
4. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
5. Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg
dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi
jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih
besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80
mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang
dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali
dalam jangka beberapa minggu.
B. Epidemiologi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika
Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita hipertensi, dan
insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya
mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu.
C. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan
penyebab tertentu (hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar
5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-
2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu
tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
- Stenosis arteri renalis
- Pielonefritis
- Glomerulonefritis
- Tumor-tumor ginjal
- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
- Hiperaldosteronism
- Sindroma Cushing
- Feokromositoma
3. Obat-obatan
- Pil KB
- Kortikosteroid
- Siklosporin
- Eritropoietin
- Kokain
- Penyalahgunaan alkohol
- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
- Koartasio aorta
- Preeklamsi pada kehamilan
- Porfiria intermiten akut
- Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
- Peningkatan kecepatan denyut jantung
- Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
- Peningkatan TPR yang berlangsung lama
D. Faktor Predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam
terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan
ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara
stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis
adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah
saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi
Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan
terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
F. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual
- Muntah
- Sesak nafas
- Gelisah
- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
G. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel berikut:
Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-150 90-99
stage I
Hipertensi >150 >100
stage II
(Arif Muttaqin, 2009).
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub group: Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi 160-179 100-109
Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sub group: Perbatasan 140-149 <90
(Andy Sofyan, 2012)
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <180
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap 140-159 Atau 90-99
I
Hipertensi Tahap ≥160 Atau ≥100
II
Hipertensi Sistol ≥140 Dan <90
Terisolasi
(Andy Sofyan, 2012)
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *


Kategori Sistolik Diastolik
(mmhg) (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †

Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99


Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik
dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori
yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih
yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang
dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali
dalam jangka beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis.
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced
hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya
reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi
peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah
meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah
diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap hormon-hormon
vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada
kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak
terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut,
sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah
jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan
imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya
bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.

H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya:
- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA).
- Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut
(IMA).
- Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
- Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran
USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:
- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,
kolesterol total, HDL, LDL.
- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan
pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan
ekordiografi.
- Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose
(DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat),
kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan
tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal),
asam urat (factor penyebab hipertensi)
- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
J. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena
olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah
raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi
asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam
lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan
darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-
kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk
mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada
pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45
menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar
saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya
adalah Hidroklorotiazid.
2. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis
(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah :
Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah
diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh
obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita
diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia
(kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang
bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah
: Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
5. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan
obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang
mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin
II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan).
Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan
mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko
terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 60 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jalan Raya Lintas Ambawang,
Desa Lingga, Dusun Lingga Timur, No 3
Tanggal Masuk : 18 Agustus 2019
No.Register : 19 – 0012 - 89
Ruangan/Kamar : Ruang Perawatan Pria
Golongan Darah : O (+)
Tanggal Pengkajian : 20 Agustus 2019
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Medis : Hipertensi

b. Penanggung Jawab
Nama : Ny L
Hubungan dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : PNS
Umur : 52 Tahun
Alamat : Jalan Raya Lintas Ambawang,
Desa Lingga, Dusun Lingga Timur, No 3
Keluhan Utama
Pasien datang ke Puskesmas Lingga, mengatakan kapala pusing, nyeri pada
tungkai, sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dirawat di Puskesmas (Rawat Inap) Lingga, Ruang Pria dengan keluhan
kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien
mengatakan sulit beraktivitas.
3. Riwayat Masa Lalu
Pasien pernah dirawat Puskesmas Lingga selama 4 hari pada tahun 2016 dengan
kasus yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien
adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu
pasien juga pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat
penyakit hipertensi dan serangan stroke.
5. Riwayat Keadaan Psikososial
Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien
sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada
Tuhan, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.
Genogram
Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal,
orang tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati,
sedangkan ibu pasien meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan
ke-2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah saudara pasien, dari kesepuluh jumlah
saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai beriku : anak pertama perempuan,
dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan tersebut meninggal karena
menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki adalah pasien
yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum
Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan
meninggal karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki,
anak kedelapan laki-laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh
perempuan. Anak kesepuluh ini meninggal karena menderita penyakit stroke.
Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang
sudah menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka
tinggal dalam satu rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga.
Istri merawat pasien dirumah sementara kedua orang tuanya itu sudah meninggal
dan orang tua laki-laki dari istri meninggal dikarenakan menderita penyakit kanker
hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum ada yang meninggal dari
delapan saudara pasien tersebut.
6. Pemeriksaan Fisik
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 350c
Keadaan umum : Lemah
Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih
Kesadaran : Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal
(dengan prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaannya
TB : 178 cm
BB : 94 Kg
Ciri Tubuh : Gemuk
7. Pengkajian Pola Fungsional
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat
ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik
tidak dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan
bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai
adanya peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan
maupun peradangan
f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama,
tidak adanya dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit
beraktivitas, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
 Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan
kesukaan yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak
ada.
 Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang
disajikan habis 1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan
makanan yang banyak mengandung minyak dan lemak.
2) Eliminasi
BAB :
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi
lembek
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi
lembek
BAK :
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari
3) Pola Istirahat
 Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur
siang + 1-2 jam,
 Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari
pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang
nyaman, sehingga klien tampak kusam dan pucat.
4) Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah
dan jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya
hospitalisasi suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
5) Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari
sekali kulit kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6) Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Furosemide : 1 amp/12 jam
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp :3x1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1
8. Data Penunjang
Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
No Kimia Darah Hasil Normal Unit
1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL
No Gula Darah Hasil Normal
1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp <120
3 dd random 92
4 serologi

B. Diagnosa Keperawatan.

Berdasarkan dari data pengkajian diatas, diagnose untuk klien tersebut adalah

a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir yang
meningkat, vasokontruksi, iskemi miokard, hipertropi ventrikel kiri.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan peningkatan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri/sakit kepala berhungan dengan peningkatan
tekanan vascular serebral.
d. Gangguan nutrisi melebihi kebutuhan tubuh berhungan dengan pemasukan
berlebihan sehubung dengan kebutuhan metabolik, keyakinan budaya, pola
hidup monoton.
e. Tidak efektinya koping individu berhubungan dengan krisis situasional,
perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak
adekuat, kerja berlebihan, persepsi tidak realistic.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, rencana pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi informasi, menyangkal diagnose,
keterbatasan kognitif.

C. Perencanaan. (Doenges Marilynn E)

a. Diagnosa keperawatan Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan


dengan beban akhir yang meningkat, vasokontruksi, iskemi miokard, hipertropi
ventrikel kiri.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko


tinggi penurunan curah jantung dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja


jantung, mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,
memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri: Perbandingan dari tekanan memberikan


gambaran yang lebih lengkap tentang
Pantau tekanan darah. ukur pada
keterlibatan/bidang masalah vascular.
kedua tangan/paha untuk evaluasi
Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang
awal. Gunakan ukuran manset tepat
dewasa sebagai peningkatan tekanan darah
dan teknik yang akurat.
diastolic sampai 130, dipertimbangkan
sebagai peningkatan pertama, kemudian
maligna. Hipertensi sitolik juga merupakan
faktor faktor
risiko yang ditentukan untuk penyakit
serebrovaskular dan penyakit iskemi
jantung bila tekanan diastolik.

Catat keberadaan, kualitas denyutan Denyutan karotis, jugularis, radialis dan


sentral dan perifer. femoralis mungkin teramati. Denyut pada
tungkai mungkin menurun, mencerminkan
efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR)
dan kongesti vena.

Auskultasi tonus jantung dan bunyi S4 umun terdengar pada pasien hipertensi
nafas. berat karena adanya hipertrofi atrium
(peningkatan volume/tekanan atrium).
Peningkatan S3 menunjukkan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya
krakles, mengi dapat mengiindikasikan
kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik.

Amati warna kulit, kelembaban, suhu, Adanya pucat dingin, kulit lembab dan masa
dan mas pengisian kapiler. pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan
dengan vasokontriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung.

Catat edema umum/tertentu. Dapat mengindikasikan gagal jantung,


kerusakan ginjal atau vaskular.

Berikan lingkungan tenang, nyaman, Membantu untuk menurunkan rangsang


kurangi aktivitas/keributan meninggkat relaksasi.
lingkungan. Batasi jumlah pengunjung
dan lamanya tinggal.
Pertahankan pembatasan aktivitas, Menurunkan stress dan ketegangan yang
seperti: istirahat di tempat tidur, jadwal mempengaruhi tekanan darah dan
periode istirahat tanpa gangguan, perjalanan penyakit hipertensi.
bantu pasien melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan.

Lakukan tindakan-tindakan yang Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat


nyaman, seperti : pijatan punggung menurunkan rangsang simpatis.
dan leher, meninggikan kepala saat
tidur.

Anjurkan teknik relaksasi, panduan dapat menurunkan rangsangan yang


imajinasi, aktivitas pengalihan. menimbulkan stress, membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan TD.

Pantau respons terhadap obat untuk Respons terhadap obat “stepedd” (yang
mengontrol tekanan darah. terdiri atas deuretik, inhibitor simpatis dan
vasodilator) tergantung pada individu dan
efek sinergis obat. Karena efek samping
tersebut. Maka penting untuk menggunakan
obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis
paling rendah.

Kolaborasi : Tiazid mungkin digunakan sendiri atau


dicampur dengan obat lain untuk
Berikan obat-obatan sesuai indikasi,
menurunkan TD pada pasien dengan fungsi
contoh :
ginjal yang relative normal. Diuretik ini
Diuretik tiazid, mis, klorotiazid. memperkuat agen –agen anthihipetensi lain
Hidroklorotiazid, bendriflumentiazid dengan membatasi retensi cairan.
(naturetin)
Diuretik Loop, mis, furosemide Obat ini menghasilkan diuresis kuat dengan
(Lasix), asam etacrinic (Edecrin), menghambat resorpsi natrium dan klorida
bumetamid dan merupakan anthihipertensi efektif,
khususnya pada pasien yang resisten
(Burmex)
terhadap tiazid atau mengalami kerusakan
ginjal.

Diuretix hemat kalium, mis, Dapat diberikan dalam kombinasi dengan


spironolakton (Aldactone), diuretic tiazid untuk menimbulkan
triamterene (Dyrenium), amilioride kehilangan kalium.

Inhibator simpatis, mis, proponalol Kerja khusus obat ini bervariasi, tetapi
(Inderal), metoprolol (Lopressor), secara umum menurunkan TD melalui efek
atenolol(terornim), nadolol kombinasi penurunan tahanan total perifer,
(corgard),metidopa, reserpine, menurunkan curah jantung, menghambat
klonidin. aktivitas simpatis, dan menekan pelepasan
renin.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan peningkatan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan intoleransi aktivitas b/d


kelemahan peningkatan ketidakseimbangan suplai dan keburuhan oksigen dapat
teratasi.

Kriteria Hasil :

 Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.


 Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat di ukur.
 Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri : Menyebutkan parameter membantu


dalam mengkaji respons fisiologi
Kaji respons pasien terhadap aktivitas,
terhadap stress aktivitas dan bila ada
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20
merupakan indikator dari kelebihan kerja
kali permenit di atas frekuensi istirahat,
yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
peningkatan TD yang nyata
selama/sesudah aktivitas (tekanan
sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolik meningkat 20 mmHg)
dyspnea atau nyeri dada keletihan dan
kelemahan yang berlebihan,
diaphoresis, pusing atau pingsan.

intruksikan pasien tentang teknik Teknik menghemat energy mengurangi


penghematan energy, mis, penggunaan energy, juga membantu
menggunakan kursi saat mandi, duduk keseimbangan antara suplai dan
saat menyisir rambut atau menyikat gigi, kebutuhan oksigen.
melakukan aktivitas dengan perlahan.
Berikan dorongan untuk melakukan Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
aktivitas/perawatan diri bertahap jika peningkatan jantung tiba-tiba.
dapat ditoleransi. Berikan bantuan Memberikan bantuan hanya sebatas
sesuai kebutuhan kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.

c. Gangguan rasa nyaman : nyeri/sakit kepala berhungan dengan peningkatan


tekanan vascular serebral.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nyeri kepala b/d


peningkatan tekanan vascular serebral dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

 Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol.


 Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
 Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri

Mempertahankan tirah baring selama Menimimalkan stimulasi/meningkatkan


fase akut. relaksasi.

Berikan tindakan nonfarmakologi untuk Tindakan yang menurunkan tekanan


menghilangkan sakit kepala, mis, vaskular serebral dan yang
kompres dingin pada dahi, pijat memperlambat/memblok respons simpatis
punggung dan leher, tenang, redupkan efektif dalam menghilangkan sakit kepala
lampu kamar, teknik relaksasi dan komplikasinya.
(panduan imajinasi, distraksi)dan
aktivitas waktu senggang.
Hilangkan/minimalkan aktivitas Aktivitas yang meningkat vasokontriksi
vasokontriksinya yang dapat menyebabkan sakit kepala pada adanya
meningkatkan sakit kepala, mis., peningktan tekanan vaskular serebral.
mengejan saat BAB,

batuk panjang, membungkuk.

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai Pusing dan penglihatan kabur sering
kebutuhan. berhubungan dengan sakit kepala. Pasien
juga dapat mengalami episode hipotensi
postural.

Berikan cairan, makanan lunak, Meningkatkan kenyamanan umum.


peraawatan mulut yang teratur bila Kompres hidung dapat mengganggu
terjadi perdarahan hidung/kompres menelan atau membutuhkan napas dengan
hidung telah dilakukan untuk mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral
menghentikan perdarahan. dan mengeringkan membrane mukosa.

Kolaborasi

Berikan sesuai indikasi: Menurunkan/mengontrol nyeri dan


menurunkan rangsang sistem saraf
Analgesik:
simpatis
Antiansietas, mis., lorazepam (Ativan), Dapat mengurangi tegangan dan
diazepam (Valium). ketidaknyamanan yang diperberat oleh
stress.

d. Gangguan nutrisi melebihi kebutuhan tubuh b/d pemasukan berlebihan


sehubung dengan kebutuhan metabolik, keyakinan budaya pola hidup monoton.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan nutrisi melebihi


kebutuhan tubuh b/d pemasukan berlebihan sehubung dengan kebutuhan
metabolik masalah dapat teratasi.

Kriteria hasil :

 Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.


 menunjukkan perubahan pola makan ( miss, pilihan makanan, kuantitas dan
sebagainya).
 Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan memeliharaan
kesehatan optimal.
 Melakukan dan mempertahannkan program olahraga yang tepat secara
individual.

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri :

Kaji pemahaman pasien tentang Kegemukkan adalah resiko tambahan


hubungan langsung antara hipertensi pada tekanan darah tinggi karena
dan kegemukan. disproposi antara kapasitas aotra dan
peningkatan curah jantung berkaitan
dengan peningkatan massa tubuh.
Bicarakan pentingnya menurunkan Kesalahan kebiasaan menunjang
masukan kalori dan batasi masukan terjadinya aterosklerosis dan
lemak, garam, dan gula sesuai indikasi. kegemukkan, yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, mis, stroke, penyakit ginjal,
gagal jantung. Kelebihan masukkan
garam memperbanyak volume cairan
intravaskuler dan dapat merusak ginjal.
Yang lebih memperburuk adalah
hipertensi.

Tetapkan keinginan pasien Motivasi untuk penurunan berat badan


menurunkan berat badan. adalah internal, individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat
badan

Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan


Kaji ulang masukan kalori harian dan
adalah dalam program diit terakhir
pilihan diet. membantu dalam menentukan kebutuhan
individu untuk menyesuaian/penyuluhan.

Tetapkan rencana penurunan berat Penurunan masukkan kalori seseorang


badan yang realistik dengan pasient, sebanyak 500 kalori perhari secara teori
miss.. penurunan berat badan 0,5 kg dapat menurunkan berat badan 0,5
perminggu. kg/minggu. Penurunnan berat badan yang
lambat mengindikassikan kehilangan
lemak memelalui kerja otot dan umumnya
dengan cara mengubah kebiasaan
makan.
Dorongan pasien untuk Memberi data dasar keadekuatan
mempertahankan pemasukkan nutrisiyang dimakan, dan kondisi emosi
makanan harian termasuk kapan, dan saat dimakan. Membantu untuk
dimana makan dilakukan dan memfokuskan perhatian pada faktor mana
lingkungan dan prasaan sekitar saat pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
makanan dimakan.

Intruksikan dan bantu milih makanan


Menghindari makanan tinggi lemak jenuh
yang tepat hindari makanan dengan
dan kolekstrol penting dalam mencegah
kejenuhan lemak tinggi dan kolekstrol.
perkembangan aterogenesis.

e. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan krisis situasional,


perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak
adekuat, kerja berlebihan, presepsi tidak realitik.

Tujuan : setelah dilakukan tindakkan keperawatan ketidak efektifan koping


individu berhubungan dengan krisis situasional, perubahan hidup beragam,
relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, kerja berlebihan,
presepsi tidak realitic dapat teratasi.

Kriteria hasil :

 mengidentifikasi perilaku koping efektifnya dan konsekuensinya.


 menyatakan kesadaran kemampuan koping dan kekuatan pribadi.
 Menidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari / mengubahnya.
 Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.
Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri :

Kaji kefektifan strategi koping Mekanisme adaktif perlu untuk


dengan mengobservasi perilaku, mengubah pola hidup seseorang,
mis, kemampuan menyatakan hipertensi kronik, dan
perasaan dan perhatian, keinginan mengintegrasikan terapi yang
berpartisipasi dalam rencana diharuskan kedalam kehidupan
pengobatan. sehari-hari.

Catat laporan gangguan tidur, Manifestasi mekanisme koping


peningkatan keletihan kerusakan maladaptif mungkin merupakan
konsentrasi, peka indikator marah yang ditekan dan
rangsang,penurunan konsentrasi diketahui menjadi penemu utama TD
sakit kepala, ketidakmampuan untuk diastolik.
mengatasi masalah.

Bantu pasien untuk mengatasi


Pengenalan terhadap stresor adalah
stresor spesifik dan kemungkinan
langkah utama dalam mengubah
strategi untuk mengatasinya.
respon seseorang terhadap stresor.

Libatkan pasien untuk rencana


Keterlibatan memberikan pasien
keperawatan dan berikan dorongan
prasaan kontrol diri yang
untuk berpartisipasi maksimum
berkelanjutan, memperbaiki
dalam rencana pengobatan.
keterampilan koping, dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam
regimen terapeutik.

Dorongan pasien untuk


mengevaluasi priorotas atau tujuan Fokus perhatian pasien yang realitas
hidup. Tanyakan pertanyaan seperti situasi yang ada relatif terhadap
“ apakah yang anda lakukan pandangan pasien terhadap apa
merupakan apa yang anda yang diinginkan terhadap etika kerja
inginkan?” keras, kebutuhan untuk “kontrol” dan
fokus keluar dan dapat mengarah
pada kurang perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan personal.

Bantu pasien untuk Perubahan yang perlu diprioritaskan


mengidentifikasikan dan mulai secara realistik untuk menghindari
merencanakan perubahan hidup rasa tidak menentu dan tidak
yang perlu. Bantu untuk berdaya.
menyesuaikan ketimbang untuk
membatalkan tujuan diri/keluarga.

f. Kurangnya pengetahuan untuk kondisi, rencana pengobatan berhubungan


dengan informasin, misininterplestasi informasi, menyangkal diagnose,
keterbatasan kognitif.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan kurangnya pengetahuan


untuk kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan informasin,
misininterplestasi informasi, menyangkal diagnose, keterbatasan kognitif masalah
dapat teratasi.

Kriteria hasil :

 Menyatakan pemahaman proses penyakit dan regimen pengobatan.


 Mengidentifikasi efeksamping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.
 Pertahankan hipertensi TD dalam parameter normal.
Tindakan / intervensi Rasional

Kaji kesiapan dan hambatan dalam Kesalahan konsep dan menyangkal


belajar. Temasuk orang terdekat diagnosis karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minat pasien/oeang
terdekat untuk mempelajari penyakit,
kemajuan, dan prognosis. Bila pasien
tidak menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan kontinu maka
perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.

Tetapkan dan nyatakan batas TD Memberikan dasar untuk pemahaman


normal. Jelaskan tentang hipertensi dan tentang peningkatan TD dan
efeknya pada jantung, pembuluh mengklarifikasi istilah media yang sering
darah,ginjal dan otak digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi
dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika merasa
sehat.

Hindari mengatakan TD” normal” dan Karena pengobatan untuk hipertensi


gunakan istilah “ terkontrol dengan baik” adalah sepanjang kehidupan maka
saat mengambarkan TD pasien dalam dengan penyampaian ide “terkontrol”
batas yang diingkinkan. akan membantu pasien untuk memahami
kebutuhan untuk melanjutkan
pengobatan/medikasi.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi Factor-faktor resiko telah menunjukan
factor-faktor resiko kardovaskuler yang hubungan dalam menunjang hipertensi
dapat diubah mis obesitas diri tinggi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
lemak jenuh dan kolesterol,pola hidup
monoton, merokok dan minum alcohol
(lebih dari 60cc/hari dengan teratur)pola
hidup penuh stress.

Atasi masalah dengan pasien untuk Factor-faktor resiko dapat meningkatkan


mengidentifikasi cara di mana proses penyakit atau memperburuk
perubahan gaya hidup yang tepat dapat gejala. Dengan mengubah pola perilaku
dibuat untuk mengurangi factor-faktor yang “ biasa/memberikan rasa aman”
diatas. dapat sangat menyusahkan. Dukungan
petunjuk dan empati dapat meningkatkan
keberhasilan pasien dalam
menyelesaikan tugas ini.

Bahas pentingnya menghentikan Nikotin meningkatkan pelepasan


merokok dan bantu pasien dalam katekolamin, mengakibatkan peningkatan
membuat rencana untuk berhenti frekuensi jantung,TD, dan vasokontriksi,
merokok. mengurangi oksigenasi jaringan, dan
meningkatkan beban kerja miokardium

Beri penguatan pentingnya kerja sama Kurangnya kerja sama adalah alasan
dalam regimen pengobatan dan umum kegagalan. Oleh karena evaluasi
mempertahankan perjanjian tindak yang berkelanjutan untuk kepatuhan
lanjut. pasien adalah penting untuk keberhasila
pengobatan. Terapi yang efektif
menurunkan insiden gagal jantung,
gangguan ginjal dan kemungkinan IM

Intruksikan dan peragakan untuk Dengan mengajarkan pasien atau orang


pemantauan TD mandiri. Evaluasi terdekat memantau TD adalah
pendengaran, ketajaman penglihatan menyakinkan untuk pasien. Memberikan
dan keterampilan manual serta pengobatan visual/positif.
koordinasikan pasien

Bantu pasien untuk mengembangkan Dengan mengidualisasikan jadwal


jadwal yang sederhana memudahkan pengobatan sesuai dengan
untuk minum obat. kebiasaan/kebutuhan pribadi pasien
memudahkan kerjasama dengan regimen
jangka panjang

Jelaskan tentang obat yang diresep Informasi yang adekuat dan pemahaman
bersamanan dengan rasional, dosis, bahwa efek ( mis perubahan suasana
efek samping yang diperkirakan serta hati, mulut kering) adalah umum dan
efek yang merugikan dan idiosinkrasi sering
mis,

Diuretik: minum dosis harian ( dosis yang


Penjadwalan yang menimbulkan
lebih besar) pada pagi hari.
berkemih

Indikator utama keefektifan terapi diuretic.

Ukur dan catat berat badan sendiri pada


Dehidrasi dapat terjadi dengan cepat dan
jadwal teratur hindari/batasi masukan
pasien terus diuretic.
alcohol.
Beritahu dokter bila tak dapat Penghentian obat mendadak
mentoleransi makanan atau cairan

Antihipertensi: minum dosis yang


Ukur penurunan keparahan hipotensi
resepkan pada jadwal teratur, hindari
ortotatik yang hubungan dengan
melalaikan dosis, mengubah atau
penggunaan vasodilator dan diuretik
melebihi dosis dan jangan menghentikan
tanpa memberi asuhan kesehatan
bangun dengan perlahan dan berbaring
ke posisi berdiri, duduk untuk beberapa
menit sebelum berdiri. Tidur dengan
kepala agak ditinggikan.

Sarankan untuk sering mengubah posisi, Menurunkan bendungan vena perifer


olahraga kaki saat berbaring. dapat ditimbulkan oleh vasodilator dan
duduk/berdiri terlalu lama

Rekomdasikan untuk menghindari mandi Mencegah vaodilatasi yang tak perlu


air panas, ruang penguapan dan dengan bahaya samping yaitu pingsan
penggunaan alcohol yang berlebihan. dan hipotensi

Anjurkan pasien untuk berkonsultasi Tindak kewaspadaan penting dalam


dengan pemberi perawatan sebelum pencegahan obat yang kemungkinan
menggunakan obat-obatan yang berbahaya. Setiap obat yang
diresepkan atau tidak diresepkan . mengandung stimulant saraf simpatis
dapat meningkatkan atau dapat melawan
efek antihipersensitif
Instruksikan pasien tentang peningkatan Diuretic dapat menurunkan kadar kalium
masukan makanan/cairan tinggi kalium pengambilan lebih baik daripada obat dan
mis jeruk, pisang,tomat,kentang dan semua ini diperlukan memperbaiki
minuman yang mengandung tinggi kekurangan, beberapa penelitian bahwa
kalsium mis susu rendah lemak, yogurt mengkomsumsi kalium 400-2000 mg per
atau tambahan kalsium sesuai indikasi. hari dapat menurunkan TD sistolik dan
diastolic. Kekurangan mineral dapat juga
mempengaruhi TD.

Resiko tanda-tanda/gejala-gejala yang Deteksi dini terjadinya komplikasi


memerlukan pelaporan pada pemberian penurunan efektivitas atau reaksi yang
asuhan kesehatan, mis, sakit kepal yang merugikan dari regimen atau obat
terjadi saat bangun, peningkatan TD memungkinkan untuk intervensi
tiba-tiba dan terus neberus nyeri
dada/sesak napas. Frekuensi nadi
meningkat/tak teratur, peningkatan berat
badan yang signifikan (1kg/hari atau
2,5kg/minggu) atau pembengkakan
perifer abdomen , gangguan penglihatan
, sering pendarahan hidung tar terkontrol
depresi/emosi labil, pusing yang hebat
atau episode pingsan kelemahan/kram
ototmual/muntah , haus berlebihan,
penurunan libid0/impoten.
Jelaskan rasional regimen diit yang Kelebihan lemak jenuh
diharuskan (biasanya diit rendah kolestrol,natrium,alcohol dan kalori telah
natrium, lemak jenuh dan kolesterol). didentifikasikan sebagai risiko nutrisi
dalam hipertensi. Diet rendah lemak dan
tinggi lemak poli-tak jenuh menurunkan
TD kemungkinan melalui keseimbangan
postagladin pada orang-orang
normosentif dan hipertensi

Bantu pasien untuk mengidentifikasi Diet rendah garam selama 2 tahun


sumber masukan natrium (mis garam memungkinkan sudah mencukupi untuk
meja,makanan bergaram ,daging dan mengkontrol hipertensi sedang atau
keju olahan, saus kaleng dan sayuran, mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan
soda kue, baking powder, MSG).
tekankan pentingnya membaca label
kandungan makanan dan obat yang
dijual bebas

Dorong pasien untuk menurunkan atau Kafein adalah stimulus jantung dan dapat
menghilangkan kafein mis, memberikan efek merugikan pada fungsi
kopi,the,cola,coklat. jantung.

Tekankan pentingnya Dengan menyelingi istirahat dan aktivitas


perencanaan/penyelesaian periode akan meningkatkan toleransi terhadap
istirahat harian. kemajuan aktivitas
Anjurkan pasien untuk memantau Keterlibatan pasien dalam memantau
respons fisiologi sendiri terhadap toleransi aktivitasnya sendiri penting
aktivitas ( mis frekuensi nadi, sesak untuk keamanan dan/atau memodifikasi
napas)laporkan penurunan toleransi aktivitas kehupan sehari-hari
terhadap aktivitas dan hentikan aktivitas
yang menyebabkan nyeri dada , sesak
napas, pusing, keletihan berat atau
kelemahan.

Dorong pasien untuk membuat program Selain membantu menurunkan TD


olahraga”sendiri seperti olahraga serobik aktivitas serobik merupakan alat
(berjalan,berenang) yang pasien mampu menguatkan sitem kardiovaskuler.
lakukan . tekankan pentingnya Latihan isometric dapat meningkatkan
menghidariaktivitas isometric. kadar katekolamin serum, akan lebih
meningkatkan TD

Peragakan penerapan kompres es pada Kapiler nasal dapat rupture sebagai


punggung leher dan tekan pada akibat dari tekanan vaskuler berlebihan.
sepertiga ujung hidung, dan anjurkan Dingin dan tekanan mengkontriksikan
pasien menundukan kepala ke depan kapiler yang melambatkan pendarahan,
bila terjadi pendarahan hidung. menundukan ke depan menurunkan
jumlah darah yang tertelan

Berikan informasi tentang sumber- Sumber-sumber dimasyarakat seperti


sumber di masyarakat dan dukungan yayasan jantung Indonesia “coronary
pasien dalam membuat perubahan pola club”, klinik berhenti merokok rehabilitasi
hidup. Lakukan untuk rujukan bila ada alcohol, program penurunan berat badan
indikasi kelas penanganan stress dan
pelayanan konseling dapat membantu
pasien dalam upaya mengawali dan
mempertahankan perubahan pola hidup

E. Implementasi (Doenges Marilynn E)

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukkan oleh
derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup dengan
sehubungan dengan terapi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk


penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium, dan tembakau, latihan dan
relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (ria
peroko) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85/95 mmHg dan
sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu diterapi obat-obatan.

Algoritma penanganan tyang dikeluarkan Joint National On Detection, evaluation,


and Treatment of High Blood Pressure memungkinkan dokter memilih kelompok
obat yang mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil, dan
penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi
pilihan utama diuretikka dan penyekat beta. Apabila pasien dengan hipertensi
ringan sudah terkontrol selama setahun, terapi dapat diturunkan. Agar pasien
mematuhi regiment terapi yang diresepkan, maka harus dicegah pemberian jadual
terapi obat-obatan yang rumit.

F. Evaluasi (Brunner & Suddarth, 2002)

Hasil yang diharapkan :

1. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.

a. Tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima dengan


pengobatan terapi diet, dan perubahan gaya hidup.
b. Tidak menunjukkan gejala agnina, palpitasi atau penurunan
penglihatan.
c. Kadar BUN dan kreatinin serum stabil.
d. Teraba denyut nadi ferifer,

2. Mematuhi program asuhan dini

a. Meminum obat sesuai resep dan melaporkan setiap ada efek


samping.
b. Mematuhi aturan diet sesuai yang dianjurkan : pengurangan
natrium,kolekstrol, dan kalori
c. Berlatih secara teratur dan cukup
d. Mengukur tekanan darahnya sendiri secara teratur.
e. Berhenti mengkomsumsi tembakau, kafein, dan alkohol
f. Menepati jadual kunjungan klinik atau dokter.

3. Bebas dari komplikasi

a. Tidak terjadi penurunan ketajaman penglihatan


b. Dasar mata tidak memperlihatkan pedarahan retina
c. Kecepatan dan irama denyut nadi dan kecepatan napas dalam batas
normal.
d. Tidak terjadi dipsnu dan edema
e. Menjaga haluaran urine sesuai dengan pemasukkan cairan
f. Pemeriksaan fungsi ginjal dalam batas normal
g. Tidak memperlihatkan defisit motorik, bicara atau sensorik.
h. Tidak mengalami sakit kepala, pusing atau perubahan cara berjalan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi di
definisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal jantung.
Menurut penyebabnya hipertensi dapat dibagi dua Hipertensi esensial atau
hipertensi perifer. Faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas,alcohol,merokok serta polisitemia. Hipertensi sekunder penyebab
spesifiknya diketahui: Kelainan ginjal, Kelainan hormone, Kelainan neurologi, dan
lain-lain. Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas premature, yang
meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik.

Laporan Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment


of High Blood pressure (1993) yang kelima mengeluarkan panduan baru mengenai
deteksi, evaluasi dan penanganan hipertensi. Hipertensi esensial biasanya dimulai
sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an
dan secara bertahap “menetap”. Pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan
berat, perjalannanya dipercepat atau “maligna” yang menyebabkan kondisi pasien
memburuk dengan cepat. Asuhan keperawatan pada penyakit hipertensi yang
utama adalah mengangkat diagnosa resiko tinggi penurunan curah jantung
berhubungan dengan beban akhir yang meningkat, vaskontruksi, iskemi miokard,
hipertropi ventrikel kiri karena di Indonesia mungkin banyak yang terjadi pada
hipertensi dengan diagnose tersebut.
B. Saran.

Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit hipertensi ini dilakukan


dengan menghindari penyebab di atas diperlukan tindakan yang secara continue
pada pasien dengan hipertensi.
Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta
:EGC
Marilynn E, Doengoes. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Nicnoc. Nanda. 2015-2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medical-Bedah. EGC :


Jakarta

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. EGC : Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf diakses
tgl 14-10-17 jam 09.20
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312017/bab2.pdf diakses tgl 14-
10-17 jam 15.00

Anda mungkin juga menyukai