Anda di halaman 1dari 2

 ISI KAIDAH HUKUM

Apabila ditinjau dari sudut isinya, maka dapatlah dikenal adanya tiga isi kaidah
hukum, yaitu:
1. Kaedah-kaedah hukum yang berisikan suruhan ("gebod"),
2. Kaedah-kaedah hukum yang berisikan larangan ("verbod),
3. Kaedah-kaedah hukum yang berisikan kebolehan ("mogen").

 Kaedah-kaedah hukum yang berisikan suruhan ("gebod"),


Contoh dari kaedah hukum yang berisikan suruhan dan bersal dari
bidang hukum tata negara adalah, misalnya, pasal 22 ayat 1 Undang-
undang Dasar 1945, yang isinya adalah sebagai berikut: Dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapka peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

 Kaedah-kaedah hukum yang berisikan larangan ("verbod),


Contoh lainnya adalah di bidang hukum perdata, misalnya, pasal 45 ayat
1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, yaitu bahwa
kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya. Pasal 8 dari undang-undang yang sama secara tegas
berisikan larangan, oleh karena didalam pasal tersebut dinyatakan,
bahwa perkawinan dilarang antara dua orang yang berhubungan darah
dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas,

 Kaedah-kaedah hukum yang berisikan kebolehan ("mogen").


Contoh dari kaedah hukum yang berisikan kebolehan, antara lain, dapat
dijumpai pada pasal 29 ayat 1 dari undang-undang yang sama. Pasal
tersebut menyatakan, bahwa fihak-fihak yang menikah dapat
mengadakan, perjanjian tertulis pada waktu atau seblum perkawinan
dilangsungkan, asalkan tidak melanggar batas-batas hukum, agama dan
kesusilaan
 SIFAT KAIDAH HUKUM

Secara umum kaidah hukum mempunyai dua sifat, meliputi :


1. imperatif yaitu suatu kaidah hukum dalam keadaan berbuat tidak
dapat dikesampingkan. Sifat : mengikat atau memaksa
2. facultative yaitu suatu kaidah hukum yang dalam keadaan konkret
dapat dikesampingkan dengan perjanjian oleh para pihak. Sifatnya
mengatur/menambah

Apabila isi kaedah hukum dihubungkan dengan sifat kaedah


hukum, maka kedah-kaedah hukum yang berisikan suruhan dan larangan
adalah imperatif; sedangkan keadah hukum yang berisikan kebolehan
adalah fakultatif.

 Sifat Imperatif Kaidah Hukum


Yang dimaksudkan dengan kaedah-kaedah hukum imperatif, adalah
kaedah-kaedah hukum yang secara a priori harus ditaati. maksudnya
kaidah hukum itu bersifat a priori harus ditaati, bersifat mengikat dan
memaksa. Contoh : apabila seorang guru Sekolah Dasar akan
mengadakan pungutan, maka ia tidak boleh melanggar peraturan undang-
undang yang mengatur tentang PNS, pendidikan, korupsi dan sebagainya.
Bila ia terbukti melakukan pelanggaran hukum karena pungutan tersebut,
maka ia dapat dilaporkan kepada pihak yang berwenang.

 Sifat Fakultatif kaidah Hukum


Kaedah-kaedah hukum fakultatif tidaklah secara a priori mengikat atau
wajib dipatuhi. maksudnya kaidah hukum itu bersifat a priori harus
ditaati, bersifat mengikat dan memaksa. Contoh : apabila seorang guru
Sekolah Dasar akan mengadakan pungutan, maka ia tidak boleh
melanggar peraturan undang-undang yang mengatur tentang PNS,
pendidikan, korupsi dan sebagainya. Bila ia terbukti melakukan
pelanggaran hukum karena pungutan tersebut, maka ia dapat dilaporkan
kepada pihak yang berwenang.

DISARIKAN DARI : http://zakaakaz.blogspot.co.id


Tentang Resume Buku PIH Titik Triwulan Tutik, S. H., M. H

Anda mungkin juga menyukai