Anda di halaman 1dari 2

PENERAPAN ARSITEKTUR TROPIS PADA BANGUNAN

HIGH TECH DI INDONESIA

BAB 1

A. LATAR BELAKANG
satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam
atau iklim di mana manusia berada, tidak selalu dapat menunjang aktifitas yang dilakukannya
secara baik. Kadangkala alam menurunkan hujan lebat, kadang menjatuhkan sengatan matahari
yang sangat tajam, atau menghembuskan angin yang terlalu keras. Sementara aktifitas manusia
yang sangat bervariasi memerlukan kondisi iklim tertentu di sekitarnya yang bervariasi pula.

Permainan sepak bola masih dapat dilangsungkan di bawah guyuran hujan, tapi tidak demikian
halnya dengan tennis, tennis meja dan lainnya. Aktifitas bermain layang-layang mengharapkan
angin yang relatif kencang sementara permainan bulu tangkis tidak dapat berlangsung di bawah
hembusan angin yang melaju dengan cepat.

Demikian pula dengan aktifitas manusia lainnya: mengetik, melukis, tidur, makan, membaca,
dan sebagainya pada umumnya memerlukan kondisi-kondisi fisik iklim tertentu agar aktifitas
tersebut dapat dilangsungkan secara baik. Untuk melangsungkan aktifitas kantor misalnya
diperlukan ruang dengan kondisi visual yang baik di mana intensitas cahaya mencukupi,
diperlukan kondisi termal yang mendukung di mana suhu udara berada dalam rentang nyaman
tertentu, demikian pula diperlukan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi yang rendah
yang tidak mengganggu pengguna bangunan.(Karyono, 2016)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh yang besar di dalam
kehidupan manusia, begitu pula di dunia arsitektural. Perilaku manusia yang cenderung mengikuti
perkembangan jaman juga ikut mempengaruhi keiinginan mereka untuk mendapatkan fasilitas-
fasilitas yang berteknologi tinggi dan mempermudah aktifitas mereka diberbagai tempat yang
mereka kunjungi. Disinilah peran dari para arsitek dan desainer dibutuhkan, yaitu dengan
merancang suatu tempat yang dapat memenuhi kebutuhan konsumerisme manusia akan teknologi
terkini dan kemudahan fasilitas. Arsitektur high tech muncul dari buah pemikiran seperti ini.
Walaupun arsitektur high tech cenderung dikatakan sebagai arsitektur yang “mahal”, tetapi pada
penerapannya tujuan utama dari arsitektur high tech adalah untuk memudahkan aktifitas manusia.
Jadi yang diutamakan bukanlah penggunaan elemen-elemen berteknologi tinggi dalam bangunan,
tetapi elemen-elemen arsitektural lebih ditonjolkan agar lebih mudah dimengerti fungsi dan
penggunaanya oleh pemakainya. Tujuan dari penerapan arsitektur high tech yakni menampilkan
unsur-unsur teknik bangunan yang kemudian diekspose sehingga aspek-aspek tekniklah yang akan
menciptakan estetika dari bangunan. Pada dasarnya arsitektur high tech dalam penerapannya selain
menekankan pada kecanggihan teknologi juga menggunakan elemen- elemen struktural yang
sangat dominan dengan material pabrikasi pada elemen interior, eksterior maupun struktur dan
utilitas bangunan. Dalam arsitektur high tech, penggunaan warna-warna mencolok pada tiap
elemen arstektural juga diterapkan untuk membedakan fungsi dari tiap elemen arsitektural agar
lebih mudah dimengerti penggunaanya oleh pemakai.(TANDAL & EGAM, 2011)

Melihat daerah dindonesia yang beriklim tropis permasalahan matahari, curah hujan, dan
kelembaban merupakan permasalahan yang sangat serius dalam sebuah desain, maka dari itu
arsitektur diindonesia cenderung memiliki atap yang menjulang dan lebar untuk menanggulangi
permasalahan iklim tropis tersebut.

Pada perkembangan desain, sejak tahun 1970-an karya arsitektur postmodern high-tech
muncul yakni Juga dikenal sebagai Modernisme Akhir atau Ekspresionisme Struktural, yakni
menggabungkan elemen-elemen dari industri berteknologi tinggi dan system teknologi ke dalam
desain bangunan. Arsitektur High Tech muncul sebagai modernisme yang mengalami perubahan
dari ide-ide sebelumnya yang dibantu olehkemajuan teknologi bahkan lebih dalam mencapai
teknologi. Arsitektur High Tech ini berfungsi sebagai jembatan antara modernisme dan post-
modernisme, namun seringkali muncul kesalahan desain jika dilakukan pada daerah beriklim
tropis, sampai akhirnya muncul bangunan kaca tetapi dengan pertimbangan iklim seperti yang
telah dilakukan ken yeang pada bangunan spire edge, menahan matahari dengan tanaman dan
lubang - lubang pada bangunan untuk menciptakan sun shadding Sebagai seorang Arsitek kita
perlu memahami hal apa sajakah yang perlu diperhatikan saat mendesain bangunan high tech pada
Negara beriklim tropis, sehingga implementasinya dapat berjalan dengan baik, maka disini penulis
mencoba merangkum dan menggambarkan desain high-tech yang mampu diterapkan pada daerah
beriklim tropis.(Arsitektur, 2014)

DAFTAR PUSTAKA
Arsitektur, P. S. (2014). Penerapan arsitektur tropis pada bangunan high tech.
Karyono, T. H. (2016). Mendefinisikan Kembali Arsitektur, (July).
TANDAL, A. N., & EGAM, I. P. P. (2011). Media Matrasain. Media Matrasain, 8(1), 29–39.

Anda mungkin juga menyukai