Anda di halaman 1dari 3

STUDI KASUS DERMATITIS KONTAK ALERGI PUSKESMAS BINAMU

KOTA

A. Latar Belakang
Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang
disebabkan oleh faktor eksternal, substansi-substansi partikel yang
berinteraksi dengan kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat
bersifat akut maupun kronis Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan
kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi.
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering
berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang
juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi
oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di
kulit
Meskipun prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh
bahan kontaktannya dapat disingkirkan, prognosisdapat menjadi kurang baik
dan berlanjut kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen
(dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan
bahan iritan yang tidak mungkin dihindari Oleh karenanya penanganan dan
upaya pencegahan penyakit ini sangat penting dalam masyarakat.

B. Permasalahan Di Masyarakat
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang
kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi
mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat.
Angka kejadian dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak
dengan bahan-bahan di tempat pekerjaan mencapai 25% dari seluruh
dermatitis kontak akibat kerja (DKAK). Angka kejadian ini sebenarnya 20-
50 kali lebih tinggi dari angka kejadian yang dilaporkan.
Insiden dermatitis kontak alergi di wilayah kerja Puskesmas Binamu
Kota sendiri belum diketahui secara jelas, namun berdasarkan pengamatan
selama menjalani stase di puskesmas ini kasus dermatitis kontak alergi
cukup banyak sehubungan dengan daerah cakupan puskesmas yang sebagian
besar adalah daerah pesisr yang masyarakatnya banyak yang bekerja sebagai
petani rumput laut. Prevalensi penderita dermatitis kontak alergi yang
datang ke puskesmas lebih banyak adalah wanita paruh baya disbanding
pria.

C. Pemilihan Intervensi
Oleh karena permasalahan di atas, maka diadakan kegiatan intervensi
untuk mengobati sekaligus mencegah dermatitis kontal alergi lanjutan pada
pasien. Pasien-pasien yang datang berobat di poliklinik Puskesmas Binamu
Kota dengan keluhan gatal pada kedua tangan disertai timbulnya lesi kulit
akan diberikan tindakan berupa pengobatan medikamentosa dan eduaksi.

D. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan di Puskesmas Binamu Kota selama periode
Juni 2016 - Oktober 2016. Selama periode ini ditemukan banyak kasus
dermatitis kontak alergi, akan tetapi dalam laporan ini hanya akan
membahas salah satu pasien yang di-intervensi.
Pasien Tn. Z, Laki-laki, umur 68 tahun datang dengan gatal pada
kedua telapak tangan yang dirasakan sejak 4 bulan terakhir secara hilang
timbul. Keluhan disertai timbulnya bercak kemerahan dan kulit mengelupas
Riwayat pasien bekerja sebagai petani rumput laut yang sehari-harinya
kontak langsung dengan rumput laut. Dari hasil pemeriksaan fisis
didapatkan kulit tampak kering, terdapat bercak eritem berbatas tegas,
disertai vesikel dan erosi pada kedua telapak tangan.
Dari hasil ananmesis dan pemeriksaan fisis, dapat ditegakkan diagnosa
dermatitis kontak alergi yang disebabkan oleh paparan langsung dengan
rumput laut dalam jangka waktu lama. Setelah diagnosis ditegakkan, maka
dilakukanlah intervensi terhadap pasien berupa pemberian kortikosteroid
topical potensi rendah, yaitu krim hidrokortison yang dioleskan tipis secara
merata pada daerah lesi, 2 kali sehari. Hal yang perlu diperhatikan pada
pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak
kembali dengan alergen penyebab, namun karena kontak dengan allergen
dalam hal ini merupakan mata pencaharian sebagian besar pasien maka
diberikan edukasi penggunaan alat pelindung diri berupa sarung tangan saat
sedang bekerja.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi tersebut, sebagian besar pasien merasa
keluhannya telah teratasi. Namun demikian, masih terdapat hambatan
berupa ketersediaan sarung tangan bagi pasien yang merupakan petani
rumput laut. Faktor kebiasaan mempengaruhi perilaku pasien hanya
memakai alat pelindung diri saat keluhan timbul dan kembali tidak memakai
alat tersebut bila keluhan dirasakan telah sembuh. Oleh karenanya pasien
tetap diberikan edukasi terutama mengenai pemahaman tentang penyakitnya
dan pentingnya alat pelindung diri saat bekerja.

Jeneponto, Oktober 2016


Peserta Pendamping

dr. Riska Nur Aini dr. Imam Sofingi


NIP. 19770828 200902 1 004

Anda mungkin juga menyukai