Kel 1 - ILFANI - Menganalisis Penyakit Stroke
Kel 1 - ILFANI - Menganalisis Penyakit Stroke
Disusun Oleh :
Kelompok I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Stroke dalam bahasa Inggrisnya stroke, cerebrovascular accident, CVA adalah suatu
kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam
jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat
merusak atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan tersebut.
Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinis mengenai gangguan fungsi serebral
secara fokal ataupun global yang berkembang dengan cepat dengan gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau mengarah ke kematian tanpa penyebab yang kelihatan, selain
tanda-tanda yang berkenaan dengan aliran darah di otak. Sedangkan Menurut Neil F Gordon,
stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak. Tidak ada satupun
bagian tubuh manusia yang dapat bertahan bila terdapat gangguan suplai darah dalam waktu
relatif lama sebab darah sangat dibutuhkan dalam kehidupan terutama oksigen pengangkut bahan
makanan yang dibutuhkan pada otak dan otak dalah pusat kontrol sistem tubuh termasuk
perintah dari semua gerakan fisik.
Penyakit stroke ialah suatu kondisi yg terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak
tiba-tiba terganggu. Di dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian
reaksi biokimia yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Jika otak telah
terganggu maka otomatis seluruh anggota tubuh akan sulit untuk berfungsi dan salah satunya
akan mengakibatkan penyakit stroke karena tidak ada rangsangan dari otak untuk menggerakan
anggota tubuh kita.
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia
atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang
menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi
(Hacke, 2003). Munculnya tanda dan gejala fokal atau global pada stroke disebabkan oleh
penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus
menyebabkan hipoksia sampai anoksia pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di
otak tersebut. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau perdarahan
subrakhnoid.
Gejala stroke yang masih dalam tahap ringan mirip dengan gejala stroke biasa. Berikut
beberapa gejala penyakit stroke yang mesti diwapadai dan hal ini juga bergantung pada sistem
peredaran darah dan otak yang terkena penyakit stroke tersebut:
a. Terdapat gangguan penglihatan disalah satu mata atau keduanya, termasuk juga
gangguan penglihatan ganda dan bisa terjadi buta sementara.
c. Mengalami kesulitan dalam berbicara, mencakup juga berbicara dengan intonasi yang
kacau.
Sebagian faktor risiko dapat dikendalikan atau dihilangkan sama sekali baik dengan
cara medis, misalnya minum obat tertentu atau dengan cara nonmedis, misalnya perubahan
gaya hidup. Diperkirakan bahwa hampir 85% dari semua stroke dapat dicegah dengan
mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi tersebut. Namun, terdapat
sejumlah faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
mencakup penuaan, kecenderungan genetis dan suku bangsa.
Dari penelitian epidemiologi telah dibuktikan bahwa sejumlah faktor risiko stroke
diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya manifestasi penyakit. Faktor
risiko penyakit stroke terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol
Umur
Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan bertambahnya
usia hingga makin bertambah usia makin tinggi kemungkinan mendapat stroke.
Dalam statistik faktor ini menjadi 2 kali lipat setelah usia 55 tahun. Menurut hasil
penelitian Framingham studi menunjukkan resiko stroke meningkat sebesar 20%,
32%, 83% pada kelompok umur 40-55, 55-64, 65-74 tahun.
Jenis Kelamin
Stroke diketahui lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Akan tetapi, karena
pemakaian alat kontrasepsi dan usia harapan hidup wanita lebih tinggi daripada laki-
laki, maka tidak jarang pada studi-studi tentang stroke lebih banyak penderitanya
adalah perempuan.
Ras
Orang kulit hitam, Hispanik Amerika, Cina, dan Jepang memiliki insiden stroke
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih. Di Indonesia sendiri, suku
Batak dan Padang lebih rentan terkena stroke dibandingkan dengan suku Jawa. Hal
ini disebabkan oleh pula makan dan jenis makanan yang lebih banyak mengandung
kolestrol.
Faktor genetik
Riwayat stroke pada orang tua akan meningkatkan risiko stroke. Peningkatan
risiko stroke ini dapat diperantarai oleh beberapa mekanisme, yaitu: penurunan
genetis faktor risiko stroke, penurunan kepekaan terhadap faktor risiko stroke,
pengaruh keluarga pada pola hidup dan paparan lingkungan, interaksi antara faktor
genetik dan lingkungan. Penelitian pada anak kembar memperlihatkan peran faktor
genetik pada risiko stroke.
Stroke merupakan penyebab ketiga angka kematian di dunia dan penyebab pertama
kecacatan. Angka morbiditas lebih berat dan angka mortalitas lebih tinggi pada stroke
hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang dapat kembali
melakukan kegiatan. Angka mortalitas dalam bulan pertama pada stroke hemoragik mencapai
40-80%, dan 50% kematian terjadi dalam 48 jam pertama.
5. Rehabilitasi
Rehabilítasí stroke merupakan sebuah program komprehensíf yang terkoordínasí
antara medís dan rehabílítasí dengan tujuan mengoptímalkan dan mernodifikasi
kemampuan fungsíonal yang ada. Gejala sísa fungsíonal yang dísebabkan karena
densimotorik merupakan fokus utama program rehabílitasí stroke. Program
rehabílítasí stroke sendírí telah terbukti dapat mengoptímalkan pemulíhan sehingga
penyandang stroke mendapat keluaran fungsíonal dan kualitas hídup yang lebíh baík
(Widiyanto, 2009).
Salah satu program rehabílítasí yang sering dipergunakan untuk mengembalíkan
fungsí karena defisit motorik adalah program latíhan gerak. Dalam tekník ini
dílakukan latíhan fungsíonal dan ídentífíkasí kunci utama tugas-tugas motorik. Setiap
tugas motorik dianalisis, ditentukan komponen-komponen yang tidak dapat
dilakukan, melatih penderita untuk hal-hal tersebut serta memastikan latihan ini
dilakukan pada aktivitas sehari-hari pasien. Latihan motorik harus dílakukan dalam
bentuk aktivitas fungsíonal karena tujuan dari rehabílítasi tídak hanya sekedar
mengembalíkan suatu pergerakan akan tetapi mengembalíkan fungsi .
9. Pengobatan Penyakit Stroke
Penangan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh dokter saraf tergantung pada
jenis stroke yang dialami pasien, apakah stroke disebabkan gumpalan darah yang
menghambat aliran darah ke otak (strok iskemik) atau stroke yang disebabkan perdarahan
di dalam atau di sekitar otak (stroke hemoragik).
Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk
menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
Penyuntikan rtPA. Penyuntikkan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator)
melalui infus dilakukan untuk mengembalikan aliran darah. Namun, tidak semua
pasien dapat menerima pengobatan ini.
antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat antiplatelet, seperti
aspirin.
antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-
obatan antikoagulan, seperti heparin.
antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak diturunkan
terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah keadaan stabil
tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Obat hipertensi juga digunakan
untuk mencegah stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor risiko
terbanyak penyebab terjadinya stroke. Contoh obat hipertensi, seperti obat
penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), antagonis kalsium
(calcium channel bloker), dan lainnya.
Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke hemoragik, penanganan awal
bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada
beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke hemoragik antara lain:
Obat-obatan.
Operasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013).
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Hartanto, OS. 2009. Pencegahan Primer Stroke Iskemik Dengan Mengendalikan Faktor Risiko.
Hasnawati, Sugito, Purwanto H. dan Brahim R. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Junaidi, I.2005. Panduan praktik Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta : PT.Bhuana Ilmu
Populer kelompok Gramedia.
Bustan, M. N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Pandji, Dewi. 2011. Stroke Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Anggota IKPI.