Anda di halaman 1dari 10

Mata Kuliah : Komunikasi Pemerintahan

Nama Dosen : Mhd. Rafi Yahya, S.IP.,M.Si

KOMUNIKASI INTERNAL KELEMBAGAAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 :

1. ZIKMAL PUADI
2. MILA ZURIAH
3. SISI ANDIRANI
4. PUTRI NURPAZILA
5. DEO PALENZA

UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Makalah Komunikasi dan
Koordinasi Pemerintahan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Pekanbaru,10 April 2014

Penulis,
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................... i
B. PERUMUSAN MASALAH ....................................................................... i

BAB II KOMINIKASI INTERNAL KELEMBAGAAN


1. Defenisi Komunikasi Internal ...................................................................... 1
2.Pendapat Para Ahli……………………………………………………….
3.Kominikasi Internal ...................................................................................... 1
a. Komunikasi Vertikal…………………………………………………
b. Komunikasi Horizontal………………………………………………
4. Tujuan Komunikasi Internal ....................................................................... 1
5. Manfaat Komunikasi Internal ...................................................................... 4
6. Dampak dari Komunikasi Internal ............................................................... 4
7. Studi Kasusu…………….……………………………………………….. 5
BAB III
PENUTUP........................................................................................................

REFERENSI ....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. PERUMUSAN MASALAH








BAB II
KOMUNIKASI INTERNAL KELEMBAGAAN

1. DEFINISI KOMUNIKASI INTERNAL


Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin, “comunis”, yang berarti membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya
“cumunis” adalah communico yang artinya berbagi. (verdiansyah,2004). Cangara 2010
menyatakan komunikasi adalah suatu transaksi, dimana terjadi sebuah proses simbolik
yang mengatur lingkungan nya dengan :
1. Membangun hubungan antar sesame manusia
2. Melalui pertukaran informasi
3. Untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain
4. Berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu

Pendapat para ahli

Beberapa para ahli mengkonsepkan komunikasi internal sebagai fungsi komunikasi yang secara
khusus di rancang oleh peruhaan untuk membangun dan membina hubungan dengan stakeholder
internal, sehingga tercipta kedekatan emosional yang di wujudkan melalui komitmen dan keterlibatan
yang bermanfaat bagi kesuksesan terkait pencapaian tujuan perusahaan.

a. Bovee dan Thill (2000) menyatakan bahwa komunikasi internal merupakan pertukaran
informasi dan ide-ide dalam sebuah organisasi.
b. Menurut Argenti (2003) Mengatakan bahwa komunikasi internal adalah menciptakan
suasa hormat untuk semua karyawan yang berada dalam kelompok. Pengelolaan
komunikasi dating langsung dari salah satu manajer kedepan, dan dari suoervisor untuk
karyawan tetapi ketika perusahaan tumbuh lebih besar dan lebih kompleks, pengelolaan
komunikasi sulit di tangani,sehingga diperlukan sebuah komunikasi internal.
c. Effendy (2004) mengatakan bahwa komunikasi internal adalah pertukaran gagasan di
antara administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan yang menyebab kan
terwujudnya perusahaan tersebut lengkap dengan struktur nya yang khas (organisasi)
dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan yang
menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).
2. DIMENSI KOMUNIKASI INTERNAL
Effendy (2005) menyatakan bahwa kimunikasi ionternal terbagi dalam dua dimensi,
yaitu:
a. Komunikasi vertical
Komunikasi secara timbal balik dari atas (pimpinan) kebawah (karyawan)
disebut sebagai downward communication dan komunikasi dari bawah
(karyawan) keatas (pimpinan atau manajer) disebut upward communication.
Dalam proses komunikasi vertical secara downward communication tersebut
pimpinan memberikan intruksi, petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan,
teguran, dan lain-lain pada bawahan. Dalam proses komunikasi vertical secara
upward communication tersebut bawahan memberikan laporan, gagasan, usul
atau saran kepada pimpinan. Komunikasi secara dua arah secara timbal balik
dalam organisasi sangat penting sekali.
Pimpinan harus mengetahui laporan, tanggapan, gagasan, saran dari bawahan
sebagai petunjuk efektif tidaknya atau efisien tidaknya kebijakan yang telah
dilakukan. Oelh karena itu jika komunikasi hanya satu arah saja dari pimpinan
kebawah maka proses manajemen organisasi besar kemungkinan tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Komunikasi vertical dapat dilakukan secara
langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh karyawan, atau juga dapat
dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh karyawan,
atau juga dapat dilakukan secara berjenjang melalui kepala biro, bagian, sub
bagian, seksi, dan sub seksi.

b. Komunikasi horizontal
Komunikasi secara mendatar diantara karyawan dalam satu unit atau antara staf
dengan anggota staf lainnya. Kalau dalam komunikasi verbal lebih bersifat
formal, makan dalam komunikasi horizontal seringkali berlamgsung dalam
suasana tidak formal. Sering tampak dalam waktu istirahat, sedang dalam
perjalanan pulang, atau waktu rekreasi. Yang dibicarakan lebih banyak hal-hal
yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan sering muncul dalam
komunikasi horizontal, kadang tidak mempunyai dasar sama sekali.
3. TUJUAN KOMUNIKASI INTERNAL
RUSLAN (1999) mengatakan bahwa tujuna dari komunikasi internal adalah:
 Sebagai sarana komunikasi internal secara timbal balik yang dipergunakan
dalam suatu organisasi/perusahaan
 Untuk menghilangkan kesalah pahaman/hambatan komunikasi antara
manajemen perusahaan antara manajemen perusahaan dengan karyawannya.
 Sebagai sarana saluran atau alat komunikasi dalam upaya menjelaskan tentang
kebijakan, peraturan dan ketatakerjaan dalam sebuah organisasi.
 Sebagi sarana saluran atau alat komunikasi internal bagi pihak karyawan untuk
menyampaikan keinginan-keinginan atau sumbang saran dan informasi serta
laporan kepada pihak manajemen perusahaan (pimpinan).
4. MANFAAT KOMUNIKASAI INTERNASIONAL
Sunarto (2003) menyatakan bahwa komunikasi internal sangat penting karena:
 Komunikasi internal merupakan sebuah forum strategis bagi manajemen dalam
menyampaikan kebijaksanaan organisasi. Apabila organisasi internal tidak dilaksanakan
maka mudah sekali terjadi kesalahpahaman serta terbentuk desas-desus yang tidak
benar. Individu akan membuat asumsi sendiri, bahkan mendengar informasi yang tidak
benar dari sumber luar.
 Komunikasi dengan karyawan merupakan langklah awal dari membina hubungan baik
dengan masyarakat sekitar. Terdapat kecendrungan bahwa masyarakat sekitar lebih
percaya kepada karyawan dari manajemen,.
 Komuniaksi internal yang dilakukan secara intensif akan mampu mendorong motivasi
dan kinerja seseorang. Apabila motivasi dan kinerja karyawan meningkat maka pada
giliran berikutnya akan diikuti pula dengan meningkatkan prokdutivitas selanjutnya.
 Komunikasi internal menjadi sarana terbentuknya rasa saling percaya antara karyawan
dan manajemen. oleh karena itu perlu ditingkatkan komunikasi dua arah yang mampu
menghubungkan antara manajemen dengan karyawan.
5. DAMPAK DARI KOMUNIKASI INTERNAL
Levi (2001) menyatakan bahwa suatu fondasi suatu komunikasi yabng sukses terdiri dari
pengirim, penerima, dan pesan atau informasi tetapi hal ini juga dapat membuat
kesalahpahaman. Pihak pengirim bias gagal utnuk mengirim pesan atau tidak benar untuk
mengirim pesan yang bermanfaat. Pihak penerima bias mengubah atau salah mengartikan
pesan tersebut. Pesan dapat menjadi tidak akurat atau berubah.

Panuju dan Redi (2001) menyatakan bahwa komunikasi dalam tim sering terjadi kesalahan hal
ini bisa terjadi karena adanya ketidakmengertian (misunderstanding) yang merupakan sumber
disintegrasi dan konflik. Hal ini juga dapat memicu atau menimbulkan rangsangan (stimulus)
yang dapat menimbulkan suatu prasangka (prejudice). Berbagai aksi unjuk rasa yang dilakukan
oleh karyawan terjadi bukan hanya karena ketidakpuasan terhadap pendapatan dan reward
saja, melainkan karena ketidakmengertian mereka terhadap eksistensi organisasinya.

6. STUDI KASUS
INTERNAL BRANDING PADA PERUSAHAAN SAMPOERNA
INTERNAL BRANDING CORPORATE PT.SAMPOERNA Tbk.
Sebuah perusahaan akan melakukan pencitraan untuk menciptakan karakter dan ciri
khas yang dapat membedakannya dengan perusahaan-perusahaanlain. Hal tersebut juga dapat
dimanfaatkan suatu perusahaan untuk menarik segmentasi pangsa pasar demi kemajuan dan
perkembangannya. Selai menjaga hubungan baik dengan pihak eksternal perusahaan sebagai
cara pencitraan yang baik, perusahaan atau organisasi juga melakukan rebranding pada bagian
internalnya. Hal tersebut digunakan untuk mendukung terbentuknya kualitas yang baik pada
perusahaan. Kampanye rebranding dalam internal perusahaan biasanya dilakukan dengan cara
mengkomunikasikan kepada karyawannya mengenai segala aspek dalam membangun, sehingga
pada karyawannya dapat membentuk perilaku yang sesuai dengan misi perusahaan itu sendiri.
Hal tersebut juga dilakukan oleh perusahaan rokok terbesar diindonesia, yaitu PT.
Sampoerna,Tbk. Perusahaan rokok ini juga memiliki cara-cara tersendiri untuk melakukan
internal branding pada perusahaannya. Berbagai cara dikemas oleh PT. Sampoerna untuk
meningkatkan kualitas perusahaan agar tercipta citra baik dimata eksternal perusahaan. Dalam
melakukan internal branding perusahaan, PT. Sampoerna memiliki media internal yang
bertujuan untuk peningkatan hubungan antara karyawan dengan pihak manjemen perusahaan.
Dengan membangun hubungan yang harmonis, maka akan tercipta kerjasama antara karyawan
dan seluruh managemen perusahaan. PT. Sampoerna memilik beberapa bentuk internal
branding seperti yang disebutkan dibawah ini.
a. Dresscode yang sama pada semua keluarga besar sampoerna pada hari jumat
(mulai dari karyawan terbawah hingga atasan)

Salah satu bentuk internal branding sebuah perusahaann adalah


membangun brand personality. Salah satu bentuk brand personality dari
sampoerna adalah ditunjukan pada penggunaan dresscode yang sama antara
karyawan hingga atasan. Pada bagian ini, terlihat bahwa PT. Sampoerna ingin
menjadikan sistem personality pada perusahaannya dengan menujukan tinggi
kekeluargaan. Kekeluargaan tergambar dari dresscode yang digunakan sengaja
didesaign oleh sampoerna untuk dipakai oleh semua kalangan, pada hari jum’at.

Dengan menggunakan desscode yang sama, sehingga PT. Sampoerna


diibaratkan menjadi sebuah satu kesatuan keluarga besar tanpa memandang
strata sosial dan pangkat pada hari jum’at. Hal ini akan membentuk sebuah
“brand” yang baik bagi internal perusahaan, karena karyawan akan mersa
dianggap dan akan meningkatkan hubungan kekerabatan antara kryawan
dengan seluruh manajemen perusahaan. Karyawan merasa ikut berperan
dengan adanya hari “kekeluargaan” ini. Hal ini menjadikan karyawan untuk lebih
nyaman dan dapat miningkatkan kerjasama untuk mewujudkan visi PT.
Sampoerna dengan misi yang baik.

b. Internal Communications Contributor

Bentuk internal branding PT. Sampoerna yang kedua yakni internal


communications sebuah workshop yang mendatangkan karyawan-karyawan
dari PT. Sampoerna untuk menceritakan pengalamannya yang telah
berkonribusi pada media internal Sampoerna, seperti TV Sampoerna, majalah
internal Sampoerna-Lentera, dan internet yang didesaign untuk seluruh
manajemen perusahaan Sampoerna.

PT. Sampoerna sengaja membentuk value perusahaan dan memberi


apresiasi kepada para karyawan perusahaan yang sudah melibatkan diri dan
berkontribusi pada media internal sampoerna yang memiliki program dan acara
yang berwarna. Dari media internal itu juga, Sampoerna dapat melakukan
tugasnya untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai seluk beluk
sampoerna dan peristiwa yang terjadi didalam perusahaan. Hal tersebut akan
membentuk internal branding corporate yang baik melalui alat kominikasi
berupa media elektronik dan new media tersebut.

c. Internal Writing (Majalah Internal PT. Sampoerna-Lentera)


Berhubungan dengan internal branding, tidak luput dari bentuk-bentuk
media cetak yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Begitu pun PT. Sampoerna
yang memiliki majalah internal yang bernama “Lentera” yang berisi informasi-
informasi yang berhubungan dengan karyawan misalnya peraturan atau
kebijakan yang akan berlaku dan juga kegiatan serta program yang rutin dan
sukses diselenggarakan oleh PT. Sampoerna.

Majalah lentera ini sengaja dibuat untuk menampung seluruh aspirasi


dan pengalaman dari keluarga PT. Sampoerna, khususnya karyawan. Karyawan
turut aktif berkontribusi untuk membuat cerita dan menulis pengalaman
pribadinya dan kemudian dikemas dalam majalah lentera. Cerita-cerita unik
tersebut nantinya dapat menjadi pembelajaran dan juga berbagi pengalaman
dengan sesama karyawan atau divisi lainnya.

Selain berkontribusi dalam pembuatan konten majalah lentera, atasan


dan manajemen sampoerna secara khusus memberikan penghargaan kepada
siapa saja baik karyawan mau pun divisi lain yang berkontribusi akan
mendapatkan hadiah berupa notebook. Hal tersebut sengaja dibentuk oleh PT.
Sampoerna untuk membentuk brand identity yang baik, karena telah
menampung aspirasi karyawan dalam melibatkannya pada pembuatan majalah
internal perusahaan. Sehingga perusahaan juga telah menjalankan tujuan dari
internal branding corporate dan menciptakan loyalitas pada karyawan dengan
penghargaan yang diberikan perusahaan

d. Managing and Appraising Performance

Mpa (managing and Appraising Performance) dan FTO (Feedback Tool


for Operations) adalah sebuah program penilaian kinerja terpadu yang
diberlakukan secara global dengan menyelaraskan kinerja individu terhadap
kerja usaha. Program ini diwujudkan dalam sebuah rapat rutin. Bermanfaat pula
untuk mengembangkan individu dan kemampuan organisasi dalam menghadapi
tantangan sepanjang perjalanan bisnis.

Melalui MAP, proses penilaian kinerja akan menjadi lebih konsisten dan
terpadu diseluruh tingkat organisasi. Selain itu hasi penilaian yang lebih terarah
karena dilakukan berdasarkan kinerja yang jelas dan penilaian yang dihasilkan
dari dialog terbuka dan objektif diantara karyawan dan atasannya.

e. Poster dan kota saran

Poster digunakan untuk memberi penekanan pada sebuah ide serta


menyediakan pesan yang dapat dipahami secara cepat. Poster diletakan
ditempat yang banyak dilewati keramaian sehingga mudah dilihat oleh para
karyawan. (Baskin, 2010: 246). Pada perusahaan Sampoeran, terdapat
beberapa poster yang disebut oleh PR Sampoerna dan ditempatkan diloby, dan
sekitar wilayah sampoerna yang sering menjadi tempat berkumpulnya
karyawan.

Anda mungkin juga menyukai