Anda di halaman 1dari 36

PERKEMBANGAN KURIKULUM SETELAH OTONOMI DAERAH

Disusun Oleh : Kelompok 5


Nama – Nama Kelompok :
1. Widerman Zega
2. Pniel Sozawato Zendrato
3. Tiwarni Zai
4. Yenilia Telaumbanua
5. Otafi Ranto Telaumbanua

MATA KULIAH : TELAAH KURIKULUM


DOSEN PENGAMPU : NETTI KARIANI MENDROFA, S.Pd,M.Pd.

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, sehingga
kamidapat menyelesaikan Makalah kami ini dengan sangat sederhana, semoga Makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembacanya.

Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir, terutama Dosen Pegampu Mata
Kuliah Telaah Kurikulum Oleh Ibu Netti Kariani Mendrofa, M.Pd.

Didalam Makalah ini membahas tentang Perkembangan Kurikulum Setelah Otonomi


Daerah sehingga dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pembelejaran, yang dijabarkan
berdasarkan pelaksanaannya dalam tingkat satuan pendidikan yang ada di Indonesia.

Kamimenyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kamiharapkan demi
kesempurnaan Makalah ini , Akhir kata kami ucapkan Terimakasih.

Gunungsitoli, 23 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................
A. Latar belakang ..............................................................................................................
B. Rumusan masalah .........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................
A. Kurikulum Berbasis Kompetensi .................................................................................
1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi .........................................................
2. Faktor pengembangan ............................................................................................
3. Landasan.................................................................................................................
4. Acuan Pengembangan Kurikulum .........................................................................
5. Karakteristik KBK..................................................................................................
6. Implementasi Kbk (Kurikulum Dan Hasil Belajar) ...............................................
7. Landasan Kurikulum Berbasis Kompetensi ...........................................................
8. Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi ...............................................................
9. Prinsip Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi .....................................
10. Kelebihan Dan Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi………………..
11. Komponen Utama …………………………………………………………….
12. Ciri-ciri KBK ………………………………………………………………….
13. Sktrutur KBK ………………………………………………………………….
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 .................................................
1. Pengertian dan Karateristik KTSP ........................................................................
2. Landasan Formal Pengembangan KTSP ...............................................................
3. Prinsip- Prinsip Pengembangan KTSP ..................................................................
4. Komponen KTSP ..................................................................................................
5. Kelebihan dan Kelemahan KTSP ..........................................................................
6. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ....................................................
7. Sktrutur KTSP …………………………………………………………………. .
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
LAMPIRAN ...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum di Indonesia telah
mengalami banyak sekali perubahan. Mulai dari kurikulum tradisional pasca kemerdekaan
sampai kurikulum modern.
Kemudian dikenal kurikulum modern hingga pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK), Kuikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan yang terakhir yaitu Kurikulum
2013. Dari ketiga kurikulum ini terjadi banyak perubahan dan perkembangan dalam
pendidikan di Indonesia.
Pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK), siswa dituntut untuk memiliki suatu
kompetensi yang dihasilkan dari proses pembelajaran di sekolah, dan guru dalam kurikulum
ini hanya menjalankan kurikulum yang telah dirancang oleh pusat. Pada kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP), siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran dan kurikulum
yang digunakan adalah hasil dari rancangan tiap satuan pendidikan masing-masing dengan
melihat dari beberapa aspek. Kurikulum 2013 merupakan penyempurna dari kurikulum-
kurikulum yang ada sebelumnya.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih banyak tentang kurikulum KBK, KTSP . Yang
manadua kurikulum inilah yang banyak menjadi permasalah dalam ranah pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Prosedur Kurikulum Yang Berbasis Kompetesi dan Hakikat
pada umumnnya ?
2. bagaiman Prosedur Kurikulum yang berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan hakikat pada umumnnya ?
C. Tujuan Pembahasan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, dapat disebutkan beberapa tujuan
pembahasan sebagai berikut :
1. Untuk mengtahui Bagaiamana Prosedur Kurikulum Yang Berbasis Kompetesi dan Hakikat
pada umumnnya ?
2. Untuk mengetahui bagaimana Prosedur Kurikulum yang berbasis Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan hakikat pada umumnnya ?
BAB II PEMBAHASAN

A. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI


1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
a. Menurut Depdiknas tahun 2004, kurikulum berbasis kompetensi adalah
merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan.
b. Kurikulum berbasis kompetensi yaitu suatu konsep kurikulum yang menekankan
pada pengembangan dan penguasaan kompetensi bagi peserta didik melalui
berbagai kegiatan dan pengalaman sesuai dengan standar nasional pendidikan
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, orangtua, dan masyarakat,
baik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, memasuki dunia kerja
maupun sosialisasi dengan masyarakat (Arifin, 2014).
c. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan program pendidikan yang dapat
mengantarkan siswa untuk berkompeten dalam berbagai bidang kehidupan yang
dipelajarinya, baik aspek sosial maupun budaya. Arifin menjelaskan tiga landasan
teoritis yang melandasi kurikulum berbasis kompetensi. Pertama, adanya
pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Kedua,
pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai
penguasaan (learning of mastery).
d. Kurikukulum 2004 atau KBK dikembangkan mengacu pada UU No. 22 Tahun
1999 tentang Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah
Otonomi. Kurikulum KBK tidak lama berlaku karena ditengah perjalanannya
harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang baru yaitu
Peraturan Pemerintah NO. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP) yang merupakan penjabaran dari UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003 tentang
SPN).
2. Faktor pengembangan
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya. Upaya
peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup
pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya , yakni aspek moral, akhlak, budi
pekerti, pengetahuan, keterampilan, seni, olahraga, dan perilaku.

3. Landasan
Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang dimaksudkan
di atas diamantkan dalam perundang-undangan :

a. Perubahan keempat UUD 1945 Pasal 31 tentang Pendidikan


b. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara
c. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
d. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
e. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonomi Daerah.
4. Acuan Pengembangan Kurikulum
a. Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional dikembangkan berdasrkan landasan filosofis, sosiologis dan
yuridis. Secara filosofis pendidikan nasional dipandang sebagai suatu pranata
sosial yang berinteraksi dengan prnata-pranta sosial lainnya seperti ekonomi,
hukum dan politik. Secara sosiologis pendidikan nasional dirancang untuk
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan rekonstruksi sosial dan segala
persoalan kemasyarakatan yang muncul, mengurangi disparitas sosial ekonomi
yang semakin tajam akibat dari perbedaan akses terhadap sumber daya yang
terjadi di masyarakat, memperkuat jati diri dalam cara komunikasi tanpa batas,
b. Era Globalisasi
Globalisasi membawa dampak terhadap dunia pendidikan terutama sebagai suatu
wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu mengendalikan
dan memanfaatkan perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh proses globalisasi
itu. Pendidikan menyiapkan peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang
diperlukan bagi kehidupan seperti competensi keagamaan, akademik, ekonomi
dan sosial-pribadi.
c. Wajib belajar 9 tahun
Program wajib belajar 9 tahun ini diluncurkan oleh pemerinatah pada tahun 1994
dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama dilihat dari
kualitas intelektualnya. Pada pelaksanaannya terdapa beberapa kendala sehingga
diajidkan acuan dalam perubahan kurikulum.
d. Standar Pelayananan Minimal (SPM)
Standar pelayananan minimal penyelenggaraan persekolahan bidang pendidikan
dasar dan menengah adalah spesifikasi teknis yang dijadikan patokan minimal
yang wajib dilakukan oleh daerah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan
kegiatan persekolahan di bidang pendidikan dasar dan menengah. Dalam
menyusun standar pelayanan minimal di antara aspek-aspek yang harus dimuat
adalah standar kompetensi dan kurikulum kegiatan belajar.
e. Teori kurikulum
Berdasarkan studi yang dilakukan model kurikulum yang digunakan di berbagai
Negara dapat dikelompokkan ke dalam 3 model yaitu : kurikulum yang berbasis
konten atau topik, kurikulum yang berbasis hasil atau kompetensi dan campuran
dari kedua model tersebut.
5. Karakteristik KBK
Gordon dalam Efendi menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam
konsep kompetensi, yaitu:

a. Pengetahuan (Knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, contoh seorang


guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana
melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
b. Pemahaman (Understanding), yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh
individu, misalnya seorang pendidik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
harus memiliki pemahaman yang baik mengenai karakteristik dan kondisi peserta
didik, agar proses pembelajaran bisa efektif dan efisien.
c. Kemampuan (Skill), yaitu sesuatu keahlian yang dimiliki individu untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya seorang
pendidik yang mampu dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk
memberi kemudahan belajar peserta didik.
d. Nilai (Value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri individu, misalnya standar perilaku pendidik dalam proses
pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokkratis, dan lain-lain).
e. Sikap (attitude), yaitu perasaan senang–tidak senang, suka–tidak suka atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, misalnya reaksi dari krisis ekonomi,
perasaan terhadap kenaikan upah/gaji dan sebagainya.
f. Minat (Interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Misal: minat untuk mempelajari dan melakukan sesuatu. Misalnya minat untuk
mempelajari atau melaksanakan sesuatu.

Jadi, kompetensi dalam hal ini merupakan tindakan yang harus dikuasai dengan penuh
tanggung jawab oleh seseorang dalam melaksanakan tugas tertentu. tindakan tersebut tampak
pada tingkat keberhasilan yang dicapai, dan tanggung jawab ditunjukkan dengan ketepatan
dan kebenaran tindakan.
6. Implementasi Kbk (Kurikulum Dan Hasil Belajar)
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dilaksanakan pada tahun 2001
di beberapa sekolah yang dijadikan mini pilot. Implementasi KBK merupakan salah satu
bagian penting untuk mendapatkan masukan dalam rangka penyempurnaan KBK baik dari
aspek keterbacaan, keluasan, kedalaman, dan keterlaksanaannya di lapangan. Dalam
implementasi tersebut ada beberapa aspek yang menjadi perhatian utama, yaitu penilaian
berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.

a. Penilaian Berbasis Kelas


Merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar
siswa yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan
mengukur apa yang hendak diukur dari siswa. Salah satu prinsip penilaian berbasis kelas
yaitu penilaian dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa juga mengetahui
tingkat ketercapaian yang sudah dicapai sehingga dapat meningkatkan prestasi sesuai dengan
kemampuannya.

b. Kegiatan Belajar Mengajar


Kegiatan belajar mengajar merupakan proses aktif bagi siswa dan guru untuk
mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan tahu terhadap pengetahuan dan
akhirnya mampu melakukan sesuatu. Prinsip dasar KBM adalah memberdayakan semua
potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka akan mampu mengembangkan pengetahuannya
dan meningkatkan pemahamannya terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang
dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Prinsip tersebut akan mencapai hasil yang maksimal apabila dalam pelaksanaannya
memadukan berbagai teknik dan metode yang memungkinkan untuk digunakan dalam
pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi serta karakteristik setiap pelajaran.

c. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah


Tujuannya untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi
mereka. Prinsip pengelolaan kurikulum berbasis sekolah mengacu pada kesatuan dalam
kebijaksanaan dan keberagaman dalam pelaksanaan. Dengan adanya prinsip ini maka banyak
pihak/instansi yang akan berperan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya.
7. Landasan Kurikulum Berbasis Kompetensi
a. Landasan Filosofis
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bertolak pada tiga unsur
landasan filosofis, yaitu:

1. Ontologis

Secara ontologis manusia memiliki potensi jismiyah, nafsiyah yang mengandung


dimensi, an-nafsu, al-aql dan al-qalb dan potensi ruhiyah yang memancar dari dimensi al-ruh
dan al-fitrah, sehingga ia siap mengadakan hubungan vertikal dengan-Nya.

2. Epistemologis

Dasar rasional yang diperhatikan dalam pengambangan kurikulum berbasis


kompetensi adalah keragaman peserta didik dan kompetensi yang harus dikembangkan dalam
proses belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan. Sehingga anak didik dapat
diterima oleh pengguna jasa hasil pendidikan (Stake holder) sesuai kompetensi yang dimiliki
dan peluang yang tersedia.

3. Aksiologis

Secara aksiologis, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi diarahkan pada


pengembangan kemampuan menjalankan tugas-tugas yang berbasis pada segala aspek
kebutuhan yang ada dalam kehidupannya kelak. Oleh karena itu setiap peserta didik harus
memiliki kecakapan-kecakapan hidup (life skill) sebagai bekal masa depannya.

b. Landasan Psikologis
Kurikulum harus dipandang sebagai suatu sistem yang di dalamnya merupakan reaksi
terhadap proses yang ditentukan oleh orang dewasa dengan memperhatikan kebutuhan dan
minat anak. Setiap anak memiliki potensi-potensi dasar yang perlu diaktualisasikan dan
ditumbuh kembangkan secara berkelanjutan untuk melaksanakan fungsinya sebagai hamba
Allah dan khalifah-Nya di bumi. Setiap peserta didik memiliki bakat, minat dan kemampuan
yang berbeda-beda. Sehingga memerlukan treatment yang berbeda-beda pula.
c. Landasan Sosiologis
Israel Scheffer mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal
peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa
yang akan datang. Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan, merespons dan
berlandaskan pada perkembangan sosial–budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks
lokal, nasional maupun global.

d. Landasan Hukum
Secara hukum didalam GBHN telah dijelaskan bahwa bidang pendidikan kurikulum
berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan
kurikulum yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta
diversifikasi jenis secara nasional. Pernyataan tersebut juga didukung dengan kebijakan-
kebijakan yang tertuang dalam perundang-undangan sebagai berikut :

1. Undang – Undang 1945 dan perubahannya


2. Tap MPR No. 4/MPR/1999 tentang GBHN
3. Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah.
4. Peraturan pemerintah no. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonom.
5. UU Sisdiknas/No.20/2003.

8. Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi.


Adanya pengembangan kurikulum ke KBK adalah upaya untuk memperbaiki mutu
pendidikan di Indonesia. Melalui reformasi sekolah dalam dengan partisipasi orangtua,
kerjasama dengan dunia industri, ketentuan pengelolaan sekolah, profesionalisme guru,
hadiah, dan hukuman sebagai kontrol dan lain-lain. Selain itu, karena kurikulum pada
dasarnya merupakan rencana/program tertulis untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diterapkan langsung dalam sistem pendidikan di lembaga pendidikan maka KBK bertujuan
untuk membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut.

Adapun tujuan umum KBK adalah memandirikan atau memberdayakan sekolah


dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai
dengan kondisi lingkungan. Dengan otonomi sekolah diharapkan dapat melakukan
pengambilan keputusan secara parsitipatif.
9. Prinsip Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan
serta perubahan yang sedang berlangsung saat ini, maka dalam perkembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip–prinsip sebagai
berikut:

a. Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur.


b. Penguatan Integritas Nasional.
c. Keseimbangan Etika, Estetika, dan Kinestetika.
d. Kesamaan Memperoleh Kesempatan.
e. Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi.
f. Pengembangan Keterampilan Untuk Hidup.
g. Belajar Sepanjang Hayat
h. Berpusat Pada Anak Dengan Penilaian Yang Berkelanjutan dan Komperhensif
i. Pendekatan Menyeluruh Dan Kemitraan.
10. Kelebihan Dan Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Beberapa kelebihan KBK antara lain:

a. Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek mata pelajaran dan


bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri
b. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Siswa dapat
bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indera seoptimal mungkin
dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian,
siswa dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan
mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan
memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh melalui
kegiatan mengindera, mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan
menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis.
c. Guru diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di sekolah/daerah masing-masing.
d. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran
memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik.
e. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada
konten.

Disamping kelebihan, kurikulum berbasis kompetensi juga terdapat kelemahan.


Kelemahan yang ada lebih banyak pada penerapan KBK di setiap jenjang pendidikan, hal ini
disebabkan beberapa permasalahan antara lain :

a. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum


sebelumnya yang lebih pada teacher oriented
b. Kualitas guru, hal ini didasarkan pada statistik, 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43%
SMA, 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing.
Selain itu 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang
studinya. Sarana dan pra sarana pendukung pembelajaran yang belum merata di setiap
sekolah, sehingga KBK tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif.
c. Kebijakan pemerintah yang setengah hati, karena KBK dilaksanakan dengan uji coba
di beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2001/2002 tetapi tidak ada payung hukum
tentang pelaksanaan tersebut.

11. Komponen Utama KBK


Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat
komponen dasar yaitu: 1) Kurikulum dan Hasil Belajar, 2) Penilaian Berbasis Kelas, 3)
Kegiatan Belajar Mengajar, dan 4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah. Keempat
komponen dasar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Kurikulum Hasil Belajar (KHB).

Memuat perencanaan pengembangan peserta didik yang perlu dicapai secara


keseluruhan. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan
keberhasilan. KHB memberikan suatu rentang kompetensi dan hasil belajar siswa yang
bermanfaat bagi guru untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana
seharusnya mereka dievaluasi, dan bagaimana pembelajaran disusun.
b. Penilaian Berbasis Kelas (PBK).

Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat
dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan belajar
mengajar di kelas (berbasis kelas) dengan mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya
(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Penilaian ini
mengidentifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang
jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan
pelaporan.

c. Kegiatan Belajar Mengajar

Memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk


mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis yang
mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.

d. Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah.

Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain
untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan pembentukan
jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara lain silabus), pembinaan
profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum.

12. Ciri-Ciri KBK


Ciri-ciri KBK sesuai dengan Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas yaitu:

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun


klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang
memenuhi unsur edukasi.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
13.Sktrutur KGB

a. Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah


Strukur Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
Mata Pelajaran Alokasi Waktu
Kelas I dan II Kelas III-VI
1. Pendidikan Agama 3
2. Bahasa Indonesia 6
3. Metematika 6
4. Sains 3
5. Pengetahuan Sosioal 6
6. Kerajinan tangan dan 6
social
7. Pendidikan Jasmani
Jumlah 27 31

Ketentuan untuk kelas I dan II


1. Alokasi waktu yang telah disediakan adalah 27 jam pelajaran per minggu.
2. Satu pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit.
3. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran adalah 34 minggu.
4. Alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan
komposisi 20% agama, 50% untuk membaca dan menulis pemulaan serta berhitung,
30% untuk sains, pengetahuan sosial, kerajinan tangan dan kesenian, serta pendidikan
jasmani.

5. Pendekatan tematik yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai


hasil belajar yang bermakna dan pengelolaan waktunya ditetapkan sekolah.
6. Pemilihan tema-tema tersebut dilakukan secara bervariasi.
7. Penekanan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek peningkatan kemampuan
membaca dan menulis permulaan.
8. Penekanan mata pelajaran Matematika pada aspek kemampuan berhitung.
9. Penekanan mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian menekankan menggambar,
menganyam, membuat mozaik, membuat model, music dan menyanyi dengan
menggunakan alat yang sesuai.
10. Penekanan pendidikan jasmani pada kegiatan olahraga sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan.
11. Sekolah dapat mengenalkan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan
kemampuannya.
Ketentuan untuk kelas III-VI
1. Alokasi waktu total yang disediakan adalah 31 jam pelajaran per minggu.
2. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 40 menit.
3. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran adalah 34 minggu.
4. Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk melaksanakan kegiatan sekolah, seperti
kunjungan perpustakan, olahraga, bakti sosial, dan sejenisnya
5. Mulai dari kelas III menggunakan pendekatan mata pelajaran tunggal sesuai dengan
jenis mata pelajaran dala struktur kurikulum.
6. Penekanan mata pelajaran bahasa Indonesia pada aspek yang meningkatkan
kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan.
7. Penekanan mata pelajaran matematika pada aspek kemampuan berhitung.
8. Penekanan mata peajaran sains pada aspek kerja dan sikap ilmiah, serta penguasaan
konsep sains.
9. Penekanan mata pelajaran pengetahuan sosial pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan sosial dan kewarganegaraan.
10. Penekanan mata pelajaran kerajinan tangan dan kesenian, yakni kemampuan
menggambar, menganyam, membuat mozaik, membuat model dan bernyanyi dengan
menggunakan alat yang sesuai.
11. Pendekatan pendidikan jasmani, yaitu kegiatan olahraga yang sesuai dengan
kebutuhan dan tersedia alat pendukungnya.
12. Sekolah dapat memberikan mata pelajaran bahasa inggris mulai kelas IV sesuia
dengan kemampuan. Penekanan bahasa inggris diarahkan pada pengembangan minat
belajar bahasa asing dan bukan mata pelajaran prasyarat.
13. Sekolah dapat mengenalkan teknologi informasi dan komunikasi sesuia kemampuan.
b. Sekolah menengah pertama dan Madrasah Tsanawiyah
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah

Mata Pelajaran Alokasi Waktu


Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa dan Sastra Indonesia 5 5 5
4. Matematika 5 5 5
5. Sains 5 5 5
6. Pengetahuan Sosial 5 5 5
7. Bahasa Inggris 4 4 4
8. Pendidikan Jasmani 3 3 3
9. Kesenian 2 2 2
10. Teknologi Informasi dan 2 2 2
KomunikasiKeterampilan
Jumlah 35 35 35

Ketentuan untuk kelas VII,VIII dan IX


1. Alokasi waktu total yang disediakan adalah 35 jam pelajaran per minggu.
2. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45 menit.
3. Minggu efektif dalam satu tahun adalah 34 minggu.
4. Sekolah dapat mengalokasikan waktu untuk melaksanakan kegiatan sekolah,
seperti kunjungan perpustakaan, olahraga, bakti sosial, dan sejenisnya.
5. Mata pelajaran sains mencakup materi fisika, biologi, dan aspek kimia.
6. Mata pelajaran pengetahuan sosial mencakup materi ekonomi, sejarah, sosiologi,
dan geografi yang diorganisasikan secara terpadu.
7. Mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi/keterampilan diatur oleh
sekolah dengan menggunakan sistem blok.
STRUKTUR KURIKULUM SMA

KELAS X

Mata Pelajaran Alokasi Waktu


Semester 1 Semester 2
11. Pendidikan Agama 2 2
12. Kewarganegaraan 2 2
13. Bahasa dan Sastra Indonesia 4 4
14. Bahasa InggrIs 4 4
15. Matematika 4 4
16. Kesenian 2 2
17. Pendidikan Jasmani 2 2
18. Sejarah 3 -
19. Geografi - 3
20. Ekonomi 2 2
21. Sosiologi 2 2
22. FisIka 3 3
23. KImIa 3 3
24. BiologI 3 3
25. Teknologi Informasi Dan - -
KomunikasiKeterampilan
Jumlah 36 36

Struktur Kurikulum Program Studi Ilmu Alam

Mata Pelajaran Alokasi Waktu


Kelas XI Kelas XII
Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 2
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Kewarganegaraan 2 2 2 -
3. Bahasa dan Sastra 3 3 3 3
Indonesia
4. Bahasa Inggris 4 4 4 4
5. Matematika 5 5 5 5
6. Kesenian 2 2 - -
7. Pendidikan Jasmani 2 2 2 2
8. Sejarah 2 - 2 -
9. Geografi - 2 - 2
10. Fisika 5 5 5 5
11. Kimia 4 5 4 5
12. Biologi 5 4 5 4
13. Teknologi Informasi - - - -
Dan Komunikasi
Keterampilan
Jumlah 36 36 36 36
Struktur Kurikulum Program Studi Ilmu Sosial

Mata Pelajaran Alokasi Waktu


Kelas XI Kelas XII
Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 2
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Kewarganegaraan 3 3 3 2
3. Bahasa dan Sastra 4 4 4 4
Indonesia
4. Bahasa Inggris 4 4 4 4
5. Matematika 4 4 4 4
6. Kesenian 2 2 - -
7. Pendidikan Jasmani 2 2 2 2
8. Sejarah 3 3 3 3
9. Geografi 3 3 3 3
10. ekonomi 5 5 5 5
11. sosiologi 4 4 4 4
12. Teknologi Informasi - - - -
Dan Komunikasi
Keterampilan
Jumlah 36 36 34 32

Struktur Kurikulum Program Studi Bahasa

Mata Pelajaran Alokasi Waktu


Kelas XI Kelas XII
Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 2
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Kewarganegaraan 2 2 3 3
3. Bahasa dan Sastra 4 4 4 4
Indonesia
4. Bahasa Inggris 6 6 5 5
5. Matematika 2 2 2 2
6. Kesenian 3 3 2 2
7. Pendidikan Jasmani 2 2 2 2
8. Sejarah 3 3 3 3
9. Antropologi 2 2 2 -
10. sastra Indonesia 4 4 4 4
11. Bahasa Asing Lainnya 4 4 4 4
12. Teknologi Informasi - - - -
Dan Komunikasi
Keterampilan
Jumlah 36 36 34 32
B. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 2006
1. Pengertian Dan Karakteristik KTSP
a. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP
dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan.
b. Penyusunan KTSP yang diserahkan kepada setiap tingkat satuan pendidikan sejalan
dengan prinsip implementasi kurikulum berbasis kompetensi yakni memberdayakan
daerah dan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, mengelola, dan menilai
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan aspirasi mereka. Dengan penyusunan KTSP
ini kewenangan tingkat satuan pendidikan untuk mengembangkan dan mengelola
kurikulum memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan dengan penyusunan
kurikulum sebelumnya.
2. Landasan Formal Pengembangan KTSP
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum di
kembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kurikulum tingkat satuan
pendidikan dilandasi oleh Undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional .
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
c. Standar Isi.
Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. termasuk dalam SI adalah kerangka
dasar dan struktur kurikulum, standar kompetensi (SK), dan kompetensi dasar (KD) setiap
mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan
menengah. SI ditetapkan dengan Permendiknas No.22 Tahun 2006.
d. Standar Kompetensi Lulusan.
Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Permendiknas
No. 23 Tahun 2003.
3. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya
b. Beragam dan terpadu
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
4. Komponen KTSP
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu pada tujuan umum pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan dasar, tujuan
pendidikan menengah, tujuan pendidikan menengah kejuruan.

b. Struktur Program dan Muatan Kurikulum


Sruktur dan muatan KTSP pada pendidikan tingkat dasar meliputi lima kelompok
mata pelajaran sebagai berikut:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia


2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran dan keluasan dan kedalamannya
merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi
muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.

1. Mata pelajaran
2. Muatan lokal
3. Kegiatan pengembangan diri
4. Pengaturan beban belajar
5. Ketuntasan belajar
6. Kenaikan kelas dan kelulusan
7. Penjurusan
8. Pendidikan kecakapan hidup
9. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pedidikan sesuai
dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat
dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagai tercantum dalam standar isi (Efendi,
2009).
d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Berdasarkan silabus yang telah disusun guru bisa mengembangkannya menjadi kegiatan
belajar mengajar (KBM) bagi siswanya.
5. Kelebihan Dan Kelemahan KTSP
A. Kelebihan KTSP

1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.


Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di
masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat
kepada situasi riil di lapangan dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Dengan
adanya penyeragaman ini, sekolah di kota sama dengan sekolah di daerah pinggiran
maupun di daerah pedesaan.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
yang dibuat oleh BSNP, sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengembangkan,
dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi
keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa mengembangkan
standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitik beratkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sesuai
dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Peraturan
Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Peraturan Mendiknas No. 23
tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sekolah diwajibkan menyusun
kurikulumnya sendiri.
4. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Pola kurikulum baru (KTSP) akan memberi angin segar pada sekolah-sekolah yang
menyebut dirinya nasional plus. Sekolah-sekolah swasta yang kini marak bermunculan itu
sejak beberapa tahun terakhir telah mengembangkan variasi atas kurikulum yang
ditetapkan pemerintah. Sehingga ketika pemerintah kemudian justru mewajibkan adanya
pengayaan dari masing-masing sekolah, sekolah-sekolah plus itu jelas akan menyambut
gembira.
b. Kelemahan KTSP.

1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada. Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih
minimnya kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan
memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan
kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh
rendahnya kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang
kreativitas guru.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif
merupakan salah satu syarat yang paling urgen bagi pelaksanaan KTSP. Sementara
kondisi di lapangan menunjukkan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat
peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan
KTSP.
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.Masih rendahnya kuantitas guru yang
diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan karena
pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh. Jika tahapan
sosialisasi tidak dapat tercapai secara menyeluruh, maka pemberlakuan KTSP secara
nasional yang targetnya hendak dicapai paling lambat tahun 2009 tidak memungkinkan
untuk dapat dicapai.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurang pendapatan para guru. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) akan menambah persoalan di dunia pendidikan. Selain menghadapi ketidak
siapan sekolah berganti kurikulum, KTSP juga mengancam pendapatan para guru.
Sebagaimana diketahui rekomendasi BSNP terkait pemberlakuan KTSP tersebut
berimplikasi pada pengurangan jumlah jam mengajar. Hal ini berdampak pada
berkurangnya jumlah jam mengajar para guru. Akibatnya, guru terancam tidak
memperoleh tunjangan profesi dan fungsional. Untuk memperoleh tunjangan profesi dan
fungsional semua guru harus mengajar 24 jam, jika jamnya dikurangi maka tidak akan
bisa memperoleh tunjangan.
5. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
patisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP
adalah untuk :

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam


mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan
yang akan dicapai.
6.Sktrutur KTSP

Sktrutur KTSP berdasrkan Pemdiknas no 22 tahun 2006 dapat digambarkan sebagai berikut :

Struktur Kurikulum Tahun 2006 KTSP jenjang SD/MI

a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri
seperti tertera pada Tabel 2. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada.Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan
“IPS Terpadu”.
c. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik,
sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat
jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Kelas dan Alokasi Waktu


Komponen
I II III IV, V, dan VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga


4
dan kesehatan

B. Muatan Lokal 2

C. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah 26 27 28 32

Struktur Kurikulum Tahun 2006 KTSP jenjang SMP

a. Kurikulum SMP/MTs memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan


diri seperti tertera pada Tabel 3. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada.
b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat
jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
c. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.
d. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

JJM Kurikulum Tahun 2006 KTSP jenjang SMP/MTs


Kelas dan Alokasi Waktu
Komponen
VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4

5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2

10. Keterampilan/Teknologi Informasi dan


2 2 2
Komunikasi

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)

Jumlah 32 32 32

Struktur Kurikulum Tahun 2006 KTSP jenjang SMA

a. Kurikulum SMA/MA Kelas X

1) Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 4. Muatan lokal merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan.
2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat
jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.

3) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.


4) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Struktur Kurikulum 2006 KTSP untuk SMA/MA Kelas X


Alokasi Waktu
Komponen Semester Semester
1 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4
5. Matematika 4 4
6. Fisika 2 2
7. Biologi 2 2
8. Kimia 2 2
9. Sejarah 1 1
10. Geografi 1 1
11. Ekonomi 2 2
12. Sosiologi 2 2
13. Seni Budaya 2 2
14. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2
16. Keterampilan /Bahasa Asing 2 2
B. Muatan Lokal 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*)
Jumlah 38 38
b. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII

1) Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS, Program Bahasa,
dan Program Keagamaan terdiri atas 13 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri.
2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera
dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum
empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
3) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
4) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Struktur Kurikulum 2006 KTSP untuk SMA/MA Kelas XI dan XII program IPA
Alokasi Waktu

Komponen Kelas XI Kelas XII

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2


A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Fisika 4 4 4 4

7. Kimia 4 4 4 4

8. Biologi 4 4 4 4

9. Sejarah 1 1 1 1

10. Seni Budaya 2 2 2 2


11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2 2 2 2
Kesehatan
12. Teknologi Informasi dan
2 2 2 2
Komunikasi
13. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39
2
Struktur Kurikulum 2006 KTSP untuk SMA/MA Kelas XI dan XII program IPS
Alokasi Waktu
Komponen Kelas XI Kelas XII
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2
A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Sejarah 3 3 3 3

7. Geografi 3 3 3 3

4 4 4 4
8. Ekonomi
9. Sosiologi 3 3 3 3

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan


2 2 2 2
Kesehatan

12. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2 2

13. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
Jumlah 39 39 39 39

Struktur Kurikulum 2006 KTSP untuk SMA/MA Kelas XI dan XII program Bahasa
Alokasi Waktu

Komponen Kelas XI Kelas XII

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2


A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5

4. Bahasa Inggris 5 5 5 5

5. Matematika 3 3 3 3
6. Sastra Indonesia 4 4 4 4
7. Bahasa Asing 4 4 4 4

8. Antropologi 2 2 2 2

9. Sejarah 2 2 2 2

10. Seni Budaya 2 2 2 2


11. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
2 2 2 2
Kesehatan
12. Teknologi Informasi dan
2 2 2 2
Komunikasi
13. Keterampilan 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39
Secara umum dari penjabaran diatas Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dibedakan dalam tabel dibawah ini:

Perbedaan kurikulum 1994 dengan kurikulum berbasis kompetensi dapat di jelaskan pada
tabel
No KBK KTSP

1 Menggunakan pendekatan Pendekatan yang digunakan adalah


kompetensi yang menekankan pada kompetensi lulusan antara lain (1) Berpusat
pemahaman, kemampuan atau pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kompetensi tertentu di sekolah, yang kepentingan peserta didik dan
berkaitan dengan pekerjaan yang ada lingkungannya; (2) Beragam dan terpadu; (3)
di masyarakat. Tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni; (4)
Relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5)
Menyeluruh dan berkesinambungan; (6)
Belajar sepanjang hayat; (7) Dan seimbang
antara kepentingan nasional dan daerah

2 Standar kompetensi yang KTSP memberi kesempatan peserta didik


memperhatikan perbedaan individu, untuk
baik kemampuan, kecepatan belajar,
maupun konteks sosial budaya. 1. belajar untuk beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. belajar untuk memahami dan
menghayati,
3. belajar untuk mampu melaksanakan
dan berbuat secara efektif,
4. belajar untuk hidup bersama dan
berguna untuk orang lain, dan
5. belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri melalui proses
belajar yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
3 Berbasis kompetensi, sehingga KTSP memberikan keleluasaan yang lebih
peserta didik berada dalam proses luas kepada guru dan sekolah untuk
perkembangan yang berkelanjutan membuat kurikulum sendiri yang disesuaikan
dari seluruh aspek kepribadian, dengan keadaan siswa, keadaan sekolah, dan
sebagai pemekaran terhadap potensi- keadaan lingkungan. Sekolah bersama
potensi bawaan sesuai dengan dengan komite sekolah dapat bersama-sama
kesempatan belajar yang ada dan merumuskan kurikulum yang sesuai dengan
diberikan oleh lingkungan. kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan
sekolah. Sekolah dapat bermitra dengan
stakeholder pendidikan, misalnya, dunia
industri, kerajinan, pariwisata, petani,
nelayan, organisasi profesi, dan sebagainya
agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah
benar-benar sesuai dengan kebutuhan di
lapangan
4 Pengembangan kurikulum dilakukan Pengembangan KTSP mengacu pada standar
secara desentralisasi, sehingga isi (SI) dan standar kompetensi lokal (SKL)
pemerintah dan masyarakat bersama- dan berpedoman pada panduan penyusunan
sama menentukan standar pendidikan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar
yang dituangkan dalam kurikulum. Nasional Pendidikan (BSNP), serta
memperhatikan pertimbangan komite
sekolah/madrasah.
5 Sekolah diberi keleluasaan untuk Sekolah diberi keleluasaan merancang,
menyusun dan mengembangkan mengembangkan, dan mengimple-
silabus mata pelajaran sehingga dapat mentasikan kurikulum sekolah sesuai dengan
mengakomodasi potensi sekolah, situasi, kondisi, dan potensi keunggulan
kebutuhan dan kemampuan peserta lokal yang dapat dimunculkan oleh sekolah
didik, serta kebutuhan masyarakat
sekitar sekolah.
6 Guru sebagai fasilitator yang bertugas Guru dituntut harus kreatif dalam
mengkondisikan lingkungan untuk menentukan segala sesuatu yang terjadi
memberikan kemudahan belajar didalam kelas. Namun tidak banyak guru
peserta didik. yang kreatif dan siap dalam spirit perubahan
zaman yang disyaratkan KTSP.
7 Pengetahuan, keterampilan, dan sikap Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
dikembangkan berdasarkan dikembangkan untuk mencapai standar isi
pemahaman yang akan membentuk dan standar kompetensi lulusan
kompetensi individual.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Kurikulum 2004 atau yang sering disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
sudah mulai dilaksanakan hampir di seluruh sekolah di Indonesia. KBK merupakan
salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulam masyarakat bangsa dalam
penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara. Namun
pelaksanaan KBK yang belum final, sudah digantikan dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
2. KTSP yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan/sekolah. sekolah diberi keleluasaan merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi
keunggulan lokal yang dapat dimunculkan oleh sekolah. Sekolah dapat
mengembangkan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi
lulusanSekolah bersama dengan komite sekolah dapat bersama-sama merumuskan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi lingkungan sekolah.
Sekolah dapat bermitra dengan stakeholder pendidikan, misalnya, dunia industri,
kerajinan, pariwisata, petani, nelayan, organisasi profesi, dan sebagainya agar
kurikulum yang dibuat oleh sekolah benar-benar sesuai dengan kebutuhan di
lapangan.
3. Kelemahan KTSP dibandingkan KBK adalah pada rendahnya kurangnya guru yang
kreatif dan pelaksanaan evaluasi, sehingga perlu dilakukan pengkajian yang lebih
mendalam tentang peningkatan kreativitas guru dan peninjauan ulang terhadap sistem
Ujian Nasional (UN). .
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, H Oemar. 2007. Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan
Pengembangannya.Bandung: Mandar Maju

Hasibuan Lias, H.2010.Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan .Jakarta. Garuda Persada

Widyastono Harry, 2013. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah Dari Kurikulum
2004,2006, ke Kurikulum 2013.Jakarta. Bumi Aksara
LAMPIRAN

Buku Hasibuan Lias,


H.2010.Kurikulum dan Pemikiran
Pendidikan

Widyastono Harry, 2013.


Pengembangan Kurikulum di Era
Otonomi Daerah Dari Kurikulum
2004,2006, ke Kurikulum 2013
Buku Hamalik, H Oemar.
2007. Pengembangan Kurikulum, Dasar-
dasar dan Pengembangannya.

Anda mungkin juga menyukai