Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Pengertian Masalah
Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk
menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut
langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai masalah.
Beberapa ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan
yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak setiap pertanyaan otomatis merupakan
suatu masalah. Suatu pertanyaan disebut masalah tergantung kepada pengetahuan yang
dimiliki penjawab. Dapat terjadi bahwa bagi seseorang, pertanyaan itu dapat dijawab
dengan menggunakan prosedur rutin tetapi bagi orang lain untuk menjawab pertanyaan
tersebut memerlukan pengorganisasian pengetahuan yang telah dimiliki secara tidak rutin.
Jadi suatu pertanyaan dapat menjadi masalah bagi seseorang tetapi bisa hanya menjadi
pertanyaan biasa bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schoenfeld (1985)
yaitu bahwa definisi masalah selalu relatif bagi setiap individu. Kategori pertanyaan
menjadi masalah atau pertanyaan hanyalah pertanyaan biasa ditentukan oleh ada atau
tidaknya tantangan serta belum diketahuinya prosedur rutin pada pertanyaan tersebut.
Hal ini dikatakan oleh Cooney, 1975 bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah
hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya tantangan yang tidak dapat dipecahkan
oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku.
Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai
aturan/hukum tertentu yang dapat segera dipergunakan untuk menemukan jawaban
pertanyaan tersebut.
Suatu pertanyaan merupakan masalah bergantung kepada individu dan waktu. Artinya,
suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi seorang anak, tetapi mungkin bukan
suatu masalah bagi anak lain. Demikian juga suatu pertanyaan merupakan suatu masalah
bagi seorang anak pada suatu saat, tetapi bukan merupakan suatu masalah lagi bagi anak
tersebut pada saat berikutnya, bila anak tersebut sudah mengetahui cara dan proses
penyelesaian masalah tersebut.
Syarat suatu masalah bagi seorang siswa adalah :
1. Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh
siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk
menjawabnya.
2. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui
siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah janganlah dipandang
sebagai hal yang esensial.
Pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa disebut soal. Soal-soal matematika dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Latihan yang diberikan pada saat belajar matematika adalah bersifat berlatih agar
terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja diajarkan
2. Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus menguasai hal-hal yang
telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan dan pemahaman.
Menurut Polya (1973), terdapat dua macam masalah, yaitu :
1. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau konkrit,
termasuk teka-teki. Bagian utama dari masalah ini adalah :
a. Apakah yang dicari?
b. Bagaimana data yang diketahui?
c. Bagaimana syaratnya?
Ketiga bagian utama tersebut sebagai landasan untuk dapat menyelesaikan masalah jenis
ini.
2. Masalah untuk membuktikan adalah untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan
itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya. Bagian utama dari masalah ini adalah
hipotesa dan konklusi dari sebuah teorema yang harus dibuktikan kebenarannya.
Kedua bagian utama tersebut sebagai landasan untuk dapat menyelesaikan masalah jenis
ini.
Masalah untuk menemukan lebih penting dalam matematika elementer, sedangkan
masalah untuk membuktikan lebih penting dalam matematika lanjut.
g. Jelaskan mengapa?
h. Mengapa bilangan-bilangan ganjil dikalikan dengan bilangan genap selalu
menghasilkan bilangan genap?
i. Mengapa setiap persegi adalah pesegi panjang?
j. Mengapa sebuah relasi belum tentu merupakan fungsi?
Dari soal-soal di atas soal no a-e merupakan masalah penemuan, sedangkan soal no 6-10
merupakan masalah pembuktian, karena :
a. Pada soal poin a siswa akan menentukan langkah pertama untuk mendapatkan nilai
dari 3 ½ : 5 ¼ (masalah penemuan).
b. Pada soal poin b siswa akan mencari nilai dari 1/4 x 6 : 2 1/2 (masalah penemuan).
c. Pada soal poin c siswa akan menentukan mana yang lebih luas dengan mencari luas
kebun dan kolam renang dengan ukuran masing-masing yang sudah di tentukan (masalah
penemuan).
d. Pada soal poin d siswa akan menentukan kondisi yang sesuai soal dengan yang
diberikan (masalah penemuan).
e. Pada soal poin e siswa akan mencari, menentukan, dan mendapatkan hubungan
bangun geometri datar yang diberikan dalam diagram peta konsep (masalah penemuan).
f. Pada soal poin f siswa akan menunjukkan bahwa 6 dibagi 3 adalah 2 merupakan
pernyataan yang bernilai benar (masalah pembuktian).
g. Pada soal poin g siswa akan menunjukkan bahwa adalah benar (masalah
pembuktian).
h. Pada soal poin h, i dan j merupakan masalah pembuktian diserahkan kepada Anda
sebagai latihan.
Pemecahan masalah memerlukan strategi dalam
menyelesaikannya.Kebenaran,ketepatan,keuletan dan kecepatan adalah suatu hal yang
diperlukan dalam penyelesaian masalah.Keterampilan siswa dalam menyusun suatu
strategi adalah suatu kemampuan yang harus dilihat oleh guru.Jawaban benar bukan
standar ukur mutlak,namun proses yang lebih penting darimana siswa dapat mendapatkan
jawaban tersebut.Variasi strategi yang diharapkan muncul dalam pembelajaran siswa SD.
Penyelesaian :
Pemecah masalah biasanya memulai mengerjakan soal ini dengan membuat sistem
persamaan tiga variabel. Namun, soal menuntut banyak peran dari pengurangan dan
penyederhanaan tanda kurung sehingga dikhawatirkan kemungkinan terjadi kesalahan
menjadi lebih besar.
Lain halnya jika dikerjakan dengan cara mundur. Pemecah masalah tidak perlu
berhadapan dengan sistem aljabar.
Evelyn Henry Al
Akhir ronde 3 24 24 24
Akhir ronde 2 12 12 48
Akhir ronde 1 6 42 24
Awal Bermain 39 21 12
2. Mencari Pola
Salah satu kecantikan matematika adalah kelogisan dan keteraturan yang menjadi sifat
alaminya. Kelogisan tersebut dapat terlihat secara ‘fisik’ sebagai pola maupun
serangkaian pola.
Bergitupula permasalahan matematika, dengan meluangkan sedikit waktu untuk berpikir,
pola dari permasalahan akan muncul dan memberi jalan bagi pemecah masalah untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Contoh :
Tentukan besar digit satuan dari jumlah 1325 + 481 + 5411!
Penyelesaian :
Untuk perpangkatan dari 13, ditemukan:
Nilai satuan dari perpangkatan bilangan 13 akan berulang yaitu 3,9,7,1,3,9,7,1,. . . setiap
4 periode. Oleh karena itu 135 akan sama bilangan satuannya dengan 131 yaitu 3.
Nilai bilangan satuan dari perpangkatan bilangan 4 akan terulang, yaitu 4,6,4,6,4,6 . . .
Setiap 2 periode. Oleh karena itu, 481 akan sama bilangan satuannya dengan 41, yaitu 4.
Nilai satuan dari perpangkatan 5 pastilah 5. ( 5, 25, 125, 625, . . .)
Jadi nilai satuan dari 1325 + 481 + 5411 adalah 3 + 4 + 5 = 12, yang mempunyai nilai
satuan 2.
3. Mengadopsi Sudut Pandang yang Berbeda
Mengerjakan soal matematika dengan menyelesaikan secara langsung memang
memberikan solusi tetapi belum tentu cara tersebut efesien. Terkadang, akan sangat
menguntungkan bagi pemecah masalah ketika mencoba mengadopsi sudut pandang yang
berbeda dari suatu permasalahan.
Contoh :
Pada gambar dibawah, ABCD adalah sebuah persegi, P dan Q adalah titik tengah dari
sisi-sisinya. Berapakah perbandingan dari luas segitiga DPQ terhadap luas persegi.
Penyelesaian :
Penyelesaian umum terhadap permasalahan ini yaitu dengan meninjau sebuah persegi
dengan sisi x, kemudian mencari luas daerah dari 3 segitiga siku-siku dan
menjumlahkannya serta mengurangkannya dengan luas persegi untuk memperoleh luas
segitiga DPQ.
Namun, jika kita lihat dari sudut pandang yang lain, soal ini akan lebih mudah dikerjakan.
Pilihlah E dan F sebagai titik tengah dari CD dan AD,
bahwa mobil kedua tepat km di belakangnya. Mobil kedua tersebut berhasil mendahului
mobil pertama, tepat 1 menit kemudian. Berapakah kecepatan mobil kedua berjalan?
Penyelesaian :
Asumsikan bahwa mobil pertama berjalan dengan kecepatan sangat lambat, yaitu 0
km/jam. Dalam kondisi ini, mobil kedua berjalan km dalam 1 menit untuk mendahului
mobil pertama. Maka, mobil kedua berjalan dengan kecepatan 30 km/jam. Ketika mobil
pertama beranjak dari 0 km/jam, maka mobil kedua akan berjalan 30 km/jam lebih cepat.
Sehingga, jika mobil pertama melintas dengan kecepatan 55 km/jam, maka mobil kedua
akan melintas pada kecepatan 85 km/jam.
ternyata .
8. Menghitung Semua Kemungkinan
Strategi ini seringkali disebut dengan “mengeliminasi/menghilangkan kemungkinan”
yakni strategi di mana pemecah masalah menghilangkan kemungkinan jawaban sampai
menyisakan jawaban yang benar.
Tentunya cara ini membutuhkan waktu lebih lama daripada cara-cara lainnya. Tapi ada
kalanya suatu permasalahan lebih baik diselesaikan dengan cara ini ketika cara yang lain
tidak menjanjikan sebuah jawaban atau terlalu abstrak.
Terkadang proses pengeliminasian kemungkinan jawaban dapat terjadi secara mental
(tanpa melibatkan tulisan).
Contoh :
Jika 4 koin dilempar, berapakah peluang bahwa paling sedikit 2 angka muncul ?
Penyelesaian :
Satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah dengan mendata semua kemungkinan
kejadian karena akan terlalu rumit untuk mencoba memformulasi permasalahan ini.
Adapun semua kemungkinannya adalah sebagai berikut:
AAAA AAAG AAGA AGAA
GAAA GGAA AGAG GAAG
AGGA GAGA GGAA AGGG
GAGG GGAG GGGA GGGG
Terdapat 11 kemungkinan kejadian bahwa minimal 2 angka muncul. Oleh karena itu,
peluang kejadiannya adalah 11/16.
9. Mengorganisasi Data
Beberapa orang kadang kebingungan mengerjakan soal yang memuat atau mengandung
unsur-unsur informasi seperti data dsb. Mengorganisasi ulang data yang diberikan
mungkin bisa menjadi alternatif dalam memandang suatu soal/permasalahan secara visual.
Contoh :
Berapa banyak segitiga pada gambar berikut:
Penyelesaian :
Mulai dengan segitiga ABC, terdapat 1 segitiga.
Kemudian perhatikan segitiga ABC dengan 1 garis dalam, AD. Terdapat 2 segitiga.
(ABD, ADC)
Kemudian tambahkan garis BE, maka terdapat 5 segitiga. (ABG, BGD, AGE, BEC,
ABE)
Lanjutkan dengan menambahkan garis CF, maka terdapat 9. (FBH, AFC, BHC, AFK,
KDC, AKC, FBC, HKG, EHC)
Sehingga total
segitiga adalah 17
Penyelesaian :
Dengan penalaran logis dan pengetahuan kita terhadap sistem bilangan. Sebuah
persamaan yang berbentuk (dimana a dan b bilangan real) adalah benar jika
dan hanya jika a = 0 dan b = 0, maka:
dan
dan
Dengan mensubtitusikan x didapat:
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa manfaat atau nilai tambah yang diperoleh guru atau siswa sebagai hasil
pembelajaran yang melibatkan representasi matematik adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang menekankan representasi akan menyediakan suatu konteks yang kaya
untuk pembelajaran guru.
2. Meningkatkan pemahaman siswa
3. Menjadikan representasi sebagai alat konseptual
4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menghubungkan representasi matematik dengan
koneksi sebagai alat pemecahan masalah
5. Menghindarkan atau meminimalisir terjadinya miskonsepsi
Berikut adalah salah satu bentuk rubrik penilaian pada kemampuan representasi
matematika:
Kompetensi dasar : Menerapkan konsep barisan dan deret aritmatika
Indikator : Menggunakan konsep barisan dan deret dalam menyelesaikan
masalah dan mengidentifikasikan masalah.
Contoh soal :
Pada malam pertunjukkan dalam rangka membantu korban bencana alam, ruangan tempat
duduk untuk para penonton dibagi atas beberapa baris. Masing-masing baris terdiri dari 200
tempat duduk. Harga karcis baris terdepan Rp. 150.000,00 per orang dan harga kacis baris
paling belakang sebesar Rp. 50.000,00 per orang. Selisih harga karcis untuk tiap baris itu
sama. Jika semua karcis habis terjual maka panitia berharap akan memperoleh uang sebesar
Rp. 120.000.000,00. Berapakah harga karcis per orang dari sebelum baris paling belakang?
Jawab :
Karena selisih harga karcis untuk tiap baris selalu sama maka masalah itu akan diselesaikan
menggunakan deret aritmatika. Perolehan uang dari karcis kelompok paling depan sebagai
suku pertama (a) dan perolehan uang dari karcis kelompok paling belakang sebagai suku
terakhir (Un).
a = (200)(150.000) = 30.000.000
Un = (200)(50.000) = 10.000.000
Sn = 120.000.000
Ruangan tempat duduk dibagi atas 6 kelompok, maka harga karcis sebelum kelompok paling
belakang adalah merupakan suku kelima (U5).
Jadi harga karcis per orang pada baris sebelum baris paling belakang adalah Rp. 70.000,00.
Alasan :
1. Siswa dapat melakukan perhitungan dan representasi dalam menyelesaikan masalah dengan
meggunakan konsep barisan dan deret.
2. Siswa dapat menemukan pola dan hubungan antara permasalahn dengan konsep barisan dan
deret.
Rubrik penilaian representasi
Uraian Penskorannya
Kriteria Penjelasan 1 2 3 4
Ketepatan 1. Banyak kesalahan perhitungan
perhitungan2. Ada beberapa kesalahan perhitungan
a. Salah menggunakan rumus
b. Sangat sedikit melakukan kesalahan
perhitungan
c. Penggunaan rumus sudah benar
d. Sangat sedikit melakukan kesalahan
perhitungan
e. Penggunaan rumus sudah tepat
f. Penyelesaian disajikan dengan
rapi dan baik
Jawaban yang
1. Tidak benar sama sekali atau tidak
didapat menjawab sama sekali
2. Tidak menggambarkan representasi
dengan dunia nyata atau dengan symbol
matematika
a. Sebagian jawaban benar
b. Sedikit menggambarkan representasi
dengan dunia nyata atau dengan symbol
matematika
c. Jawaban hampir sebagian besar benar
d. Hampir sebagian besar
menggambarkan representasi dengan
dunia nyata atau dengan symbol
matematika
e. Jawaban yng diperoleh benar dan
tepat
f. Sudah menggambarkan representasi
dengan dunia nyata atau dengan symbol
matematika
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Representasi adalah ungkapan-ungkapan dari ide matematika yang ditampilkan
siswa sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk
menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi
pikirannya. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, kata-kata (verbal), tabel,
benda konkrit, atau simbol matematika. Hiebert dan Carpenter mengemukakan bahwa pada
dasarnya representasi dapat dinyatakan sebagai representasi internal dan representasi
eksternal.
Representasi sangat berperan, yaitu untuk mengubah ide abstrak menjadi konsep yang
nyata, misalkan dengan gambar, simbol, kata-kata, grafik dan lain-lain.