Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

DOKTER INTERNSIP

OTITIS MEDIA AKUT STADIUM SUPURATIF AURICULA


DEXTRA

Disusun Oleh:
Nama : dr. Millatiazmi Maulida Ardiani
Wahana : RSUD Ungaran

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN


KABUPATEN SEMARANG
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Millatiazmi Maulida Ardiani


Judul Portofolio : Otitis Media Akut Stadium Supuratif Auricula Dextra
Topik : Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan

Ungaran, 15 Oktober 2019

Dokter Pendamping I Dokter Pendamping II

dr. Widuri dr. Windi Artanti

2
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS

Pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 telah dipresentasikan laporan kasus oleh :
Nama presentan : dr. Millatiazmi Maulida Ardiani
Judul Kasus : Otitis Media Akut Stadium Supuratif Auricula Dextra
Nama Wahana : RSUD UNGARAN

NO NAMA TANDA TANGAN


1 dr. Windi Artanti 1.
2 dr. Widuri 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya
Dokter Pendamping I Dokter Pendamping II

dr. Widuri dr. Windi Artanti

BAB I
STATUS PASIEN

3
I. Identitas
1. Pasien
a. Nama : An. S
b. Umur : 6 Tahun
c. Alamat : Babadan, ungaran
d. Pekerjaan : Pelajar
e. Tgl masuk : Kamis, 22 Agustus 2019
II. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Nyeri telinga
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Ungaran diantar orangtuanya dengan
keluhan nyeri telinga. Nyeri telinga dirasakan pasien pada telinga kanan.
Keluhan ini muncul 1 hari SMRS, saat akan tidur malam hari pasien tiba-
tiba menangis dan mengatakan telinga kanan nya begitu sakit. Keluhan ini
muncul selama 30 menit sampai 1 jam. Setelah itu keluhan mereda ketika
ibu pasien memberikan syrup paracetamol, karena pasien juga sedang
demam. Demam dirasakan 3 hari ini. Kemudian pasien dapat tidur, saat
bangun pagi keluhan kembali muncul, pasien menangis dan mengatakan
telinganya sangat sakit. Lalu pasien dibawa ke IGD RSUD. 1 minggu
SMRS pasien juga mengalami batuk dan pilek, dan sudah diobatkan ke RS
lainnya. Namun keluhan batuk dan pilek belum juga sembuh sampai
berobat dua kali. Keluhan lain yang dirasakan pasien saat ini adalah pusing
(+), batuk (+), pilek (+), mual (-), muntah (-), telinga berdenging (-),
keluar cairan telinga (-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat keluhan serupa sebelumnya : disangkal
b. Asma : disangkal
c. Alergi : disangkal
d. Sering batuk pilek : diakui
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Hipertensi : disangkal
c. Diabetes Melitus : disangkal
d. Asma : disangkal
e. Alergi : disangkal
f. Penyakit jantung : disangkal
III.Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis

4
1. Keadaan umun : Tampak sakit, Compos Mentis
2. Suhu badan : 39,4 oC
3. Respirasi : 24x/menit
4. Nadi : 94x/menit
5. Berat Badan : 19 kg

Kepala : Bentuk normocephal, rambut tidak rontok dan tidak


mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Sianosis (-), Halitosis (-), Bibir kering (-), stomatitis (-)
Leher : Retraksi suprasterna (-), deviasi trachea (-), peningkatan
JVP (-), pembesaran kelenjar limfe (+)
Thorax : Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-),
Bunyi jantung I dan II murni reguler
Abdomen : Distended (-), nyeri tekan (-), peristaltik (+), timpani (+)
Ekstremitas : Edema tungkai (-/-), akral hangat (+/+)
B. Status Lokalis
1. Telinga
Bagian Kanan Kiri
Telinga
Daun Kelainan kongenital (-), Trauma Kelainan kongenital (-), Trauma
Telinga (-), Radang (-), Kelainan (-), Radang (-), Kelainan
Metabolik (-), Nyeri tarik (-), Metabolik (-), Nyeri tarik (-),
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Dinding Cukup lapang (N), Sempit (-), Cukup lapang (N), Sempit (-),
Liang Hiperemi (-), Edema (-), Massa (-) Hiperemi (-), Edema (-), Massa (-)
Telinga
Sekret / Bau (-), Warna (-), Jumlah Bau (-), Warna (-), Jumlah
serumen (sedikit), Jenis (serumen) (sedikit), Jenis (serumen)
Membran Warna (hiperemis), pelebaran Warna (putih), pelebaran
Timpani pembuluh darah kurang jelas, pembuluh darah (-), refleks cahaya
refleks cahaya kurang jelas, (+), Bulging (-), Retraksi (-), Atrofi
Bulging (+), Retraksi (-), Atrofi (-) (-)
Mastoid Tanda radang (-), Fistel (-),Tanda radang (-), Fistel (-),
Sikiatrik (-), Nyeri tekan (-), Nyeri Sikiatrik (-), Nyeri tekan (-), Nyeri
ketok (-) ketok (-)
Tes Rinne (+), Schwabah (samaRinne (+), Schwabah (sama dengan
Garputala dengan pemeriksa), Weber (tidakpemeriksa), Weber (tidak ada
ada lateralisasi), telinga Normal lateralisasi), telinga Normal

5
2. Hidung
a. Pemeriksaan hidung luar

Pemeriksaan Kanan Kiri


Hidung Luar Deformitas (-), Kelainan Deformitas (-), Kelainan
kongenital (-), Trauma (-), kongenital (-), Trauma (-), Radang
Radang (-), Massa (-) (-), Massa (-)
Sinus Paranasal Nyeri tekan (-), Nyeri ketok (-) Nyeri tekan (-), Nyeri ketok (-)

b. Rhinoskopi Anterior
Pemeriksaan Kanan Kiri
Vestibulum Vibrise (-), Radang (-) Vibrise (-), Radang (-)
Kavum Nasi Cukup lapang (N), sempit (-), Cukup lapang (N), sempit (-),
Sekret Lokasi (di kavum nasi), Jenis Lokasi (di kavum nasi), Jenis
(mukopurulent), Jumlah (sedikit), (mukopurulent), Jumlah (sedikit),
Bau (-) Bau (-)
Konka inferior Ukuran (hipertrofi), warna Ukuran (hipertrofi), warna (sedikit
(sedikit kemerahan), permukaan kemerahan), permukaan (licin),
(licin), edema (+) edema (+)
Konka media Ukuran (hipertrofi), warna Ukuran (hipertrofi), warna (sedikit
(sedikit kemerahan), permukaan kemerahan), permukaan (licin),
(licin), edema (+) edema (+)
Septum Deviasi (-), permukaan (licin), Deviasi (-), permukaan (licin),
warna (merah muda), spina (-), warna (merah muda), spina (-),
krista (-), abses (-), perforasi (-) krista (-), abses (-), perforasi (-)
Massa Lokasi (-), bentuk (-), ukuran (-), Lokasi (-), bentuk (-), ukuran (-),
konsistensi (-), mudah konsistensi (-), mudah
digerakkan(-) digerakkan(-)

3. Tenggorok
a. Orofaring dan Mulut

Pemeriksaan Kanan Kiri


Palatum mole + Simetris (+), warna (merah Simetris (+), warna (merah
arkus faring muda), edema (-), bercak/eksudat muda), edema (-), bercak/eksudat
(-), (-),
Dinding faring Warna (merah muda), permukaan Warna (merah muda), permukaan
(-) (-)
Tonsil Ukuran (T1), warna (merah Ukuran (T1), warna (merah
muda), permukaan (licin), muara muda), permukaan (licin), muara
kripti (tidak melebar), detritus (-), kripti (tidak melebar), detritus (-),

6
eksudat (-), perlengketan pilar (-) eksudat (-), perlengketan pilar (-)
Peritonsil Warna (merah muda), edema (-), Warna (merah muda), edema (-),
abses(-) abses(-)
Tumor Lokasi (-), bentuk (-), ukuran (-), Lokasi (-), bentuk (-), ukuran (-),
permukaan (-), konsistensi (-) permukaan (-), konsistensi (-)
Gigi Karies/radiks (-), kesan (-) Karies/radiks (-), kesan (-)
Lidah Warna (merah muda), bentuk Warna (merah muda), bentuk
(normal), deviasi (-), massa (-) (normal), deviasi (-), massa (-)

4. Kepala dan leher


a. Kepala
1) Konjungtiva anemis : -/-
2) Nafas cuping hidung : -/-
3) Wajah perot : -/-
4) Sensibilitas menurun : -/-
b. Leher
 Pembesaran kelenjar getah bening (+).

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah Rutin
Hb 12 g/dL
Hematocrit 32.7 %
Leukosit 11.44 103/uL
Trombosit 300 103/uL
MCV 82 Fl
MCH 29 Pg
MCHC 36.7 g/dL

V. Diagnosis Banding
Otitis Media Akut Stadium Supurasi Auricula Dextra
Otitis Media Akut Stadium Hiperemis Auricula Dextra
VI. Diagnosis
Otitis Media Akut Stadium Supurasi Auricula Dextra
VII. Terapi
1. Trifed ½ tab + asvex ½ tab = 3x 1 pulv
2. Paracetamol syrup 3 x 1,5 cth
3. Amoxicilin syrup 3x 2 cth
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam

7
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

OTITIS MEDIA AKUT

A. DEFINISI
OMA merupakan infeksi inflamasi pada telingga tengah. Hal ini dapat
terjadi berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya. Terdapat tiga tipe :
1. Non-supuratif : sembuh sebelum stadium supuratif.
2. Supuratif : membran timpani perforasi dengan discharge supuratif.
3. Kambuhan : tiga atau lebih episode akut dari otitis media pada 6 bulan
atau lebih dari 4 episode dalam 12 bulan.
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring
dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya
mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim
dan antibodi. Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh
terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari
otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi
kuman ke dalam telinga tengah juga tergganggu, sehingga kuman masuk ke
dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran
napas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas,
makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA
dipermudah oleh karena tuba Eustachius nya pendek, lebar dan letaknya agak
horisontal.
B. EPIDEMIOLOGI

8
OMA merupakan satu penyakit tersering pada anak dengan puncak
insidensi anatara 6-11 bulan. Pada usia 3 tahun 50-85 % pada anak
didapatkan OMA. Pada usia 7 tahun paling sedikit pada anak ditemui OMA.
Pada dewasa terjadi sekitar 16 % kasus.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Usia : Menyerang pertama kali sebelum usia 6 bulan, merupakan faktor
risiko paling kuat untuk menyebabkan episode kekambuhan.
2. Jenis Kelamin: Kejadian tertinggi pada laki-laki.
3. Ras : Biasa terjadi pada Asli Amerika, Kanadians, Alaskans dan
Australians.
4. Terpapar dari anak lain : seringnya berada pada fasilitas publik perhari
merupakan faktor risiko mayor, akan lebih sering terpapar dibandingkan
di rumah.
5. Asap rokok : perokok pasif dapat menyebabkan inflamasi mukosa pada
ruang telinga tengah dan memperburuk fungsi mukosiliary.
6. Perubahan cuaca : lebih banyaki terjadi pada musim penghujan.
7. Genetik : OMA kambuhan tampaknya berkaitan dengan penanda
Imunoglobulin genetik.
8. Menyusu : efek dari anatomi tuba pada anak berbeda dengan dewasa,
ketika menyusui akan lebih mudah tersedak, dan cairan susu akan masuk
ke ruang telinga.
D. ETIOLOGI
Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti
Streptokokus pneumonia (35 %), Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus
aureus, Pneumokokus, Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus
influenza (25 %), Moraxella catarhalis (15 %), Escherichia colli,
Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa.
Virus yang biasanya terlibat adalah RSV, Parainfluenza, Rhinovirus,

9
Enterovirus, Adenovirus, dan Hemofilus influenza sering ditemukan pada
anak yang berusia di bawah 5 tahun.
E. PATOGENESIS
Biasanya infeksi virus lebih dulu menyebabkan inflamasi pada mukosa
telinga tengah dan gangguan pada fungsi tuba Eustachius. Efusi pada telinga
tengah menjadi media yang baik untuk bakteri patogen, yang berpindah dari
nasofaring lewat tuba Eustachius. Organisme menyerang dan menekan dari
cairan exudate akan menggembungkan dan menegangkan membran timpani
pada beberapa kasus. Membran timpani akan perforasi dan akan mengurangi
tekanan dan penyebab utama membaik dalam beberapa minggu.
F. MANIFESTASI KLINIS
Temuan klinis pada OMA berdasarkan Symptom dan Sign
Symptom Sign
 Nyeri telinga, dari ringan sampai  Demam, anak kesakitan, demam
berat berdenyut dan nyeri yang dapat lebih dari 40oC.
berkurang saat Membran  Lunak dan kadang nyeri tekan
Timpani Perforasi. pada mastoid.
 Iritable / terganggu saat tidur,  Membran Timpani pada
anak akan menangis / ketakutan pemeriksaan otoscopy tampak
 Otorhea merah dan kongesti pada
 Tuli-tipe konduktif stadium awal, jika tidak diobati
 Tinitus (benging) menjadi tegang dan
menggembung dan dapat
perforasi dengan keluar
discharge dan nanah.

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi seperti pada


Otitis Media Akut, dapat dibagi atas 5 stadium: (1) stadium oklusi tuba
Eustachius, (2) stadium hiperemis, (3) stadium supurasi, (4) stadium perforasi
dan (5) stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran
timpani yang diamati melalui liang telinga luar.
1. STADIUM OKLUSI TUBA EUSTACHIUS

10
Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi
membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga
tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak
normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin
telah terjadi, tetapi tidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar dibedakan
dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2. STADIUM HIPEREMIS (STADIUM PRE-SUPURASI)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta
edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serosa sehingga sukar terlihat.
3. STADIUM SUPURASI
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superfisial. Serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum
timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang
telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit nadi dan suhu
meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan
nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat
tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul trombofebitis pada vena vena
kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran
timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna
kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi
membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan
besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telingan luar
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,
sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi)
tidak mudah menutup kembali.
4. STADIUM PER FORASI
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika
atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke lang telinga luar.

11
Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang suhu badan turun dan
anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut
stadium perforasi.
5. STADIUM RESOLUSI
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka
sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik
atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat
menimbulkan gejala sisa (sequel) berupa otitis media serosa bila sekret
menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur


pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa
nyeri di dalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya
terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau
pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran
berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak
kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC (pada
stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur tiba tiba anak menjerit waktu
tidur, diare, kejang kejang dan kadang-kadang anak memegang
telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir
ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat diberikan untuk pasien dengan OMA
adalah :
1. Analgetik
Pengobatan simptomatik dengan analgetik dan antipiretik sangat
diperlukan. Pada anak sehat lebih dari 2 tahun dengan sakit ringan, demam
< 39oC diberikan analgetik yang adekuat.
2. Antibiotik

12
Amoxicilin dosis tinggi merupakan terapi pilihan (80-90 mg / kgBB /
hari). Amoxicilin – asam clavulanat (40 mg / kgBB / hari komponen
amoxicillin) merupakan terapi pilihan kedua.
Pada kasus alergi penisilin (non-IgE). Cefuroxime 50 mg / kgBB / hari
dapat digunakan. Pada kasus tertentu, macrolida seperti Azitromicin /
Claritromicin dapat menjadi pilihan. Lama pengobatan dapat bervariaasi
antara 1-2 minggu.
3. Terapi pembedahan
a. Miringotomi, direkomendasikan untuk mencegah komplikasi, sakit
berat, kegagalan respon antibiotik dan untuk membantu diagnosis.
b. Timpanostomi tube, untuk anak dengan OMA kambuhan untuk
mengurangi angka kekambuhan.
c. Adenoidectomi, dapat mengurangi angka kekambuhan atau untuk
penggantian tabung timpanoplastomi setelah jatuh, bermanfaat banyak
pada anak lebih dari 2 tahun. Risiko yang dapat terjadi adalah
perdarahan dan transient velopharyngeal insufisiensi.
H. KOMPLIKASI
 Intratemporal
a. Mastoiditis : komplikasi tersering, dapat diterapi dengan antibiotik
intravena, miringotomi atau mastoidektomi kortikal segera saat respon
inisiasi.
b. Abses Subperiosteal : diterapi dengan insisi dan drainase dengan atau
tanpa mastoidektomi kortikal.
c. Nervus fasial palsy : sangat jarang, diterapi dengan miringotomi dan
antibiotik intravena, 95 % hampir mengalami perbaikan.
d. Labrinitis : labirinitis bakterial biasanya menyebabkan ketulian.
 Intrakranial
a. Meningitis : komplikasi intrakranial paling sering. Relatif jarang pada
dewasa.
b. Trombosis sinus lateral : hal ini terdeteksi dari scan MRI
c. Abses otak : akan memerlukan bedah neurological.

13
d. Hidrosefalus otic : tersangka sakit kepala dan tanda peningkatan
tekanan intrakranial.
I. PROGNOSIS
 Insidensi komplikasi sangat rendah 1: 1.000 pada anak dengan infeksi
tanpa pengobatan dan 0.25 / 100.000 pada dewasa.
 Angka kejadian meningkat pada anak kecil kurang dari 2 tahun, dengan
OMA kambuhan, pada pasien dengan faktor predisposisi yang menyertai
dan dengan symptom klinis yang berat.
 Gejala sisa yang termasuk :
- Penurunan pendengaran / tuli
- Perforasi membran timpani
- OMK/OMA
- Ossicular discontinuity / Fixatio

14
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis pada pasien didapatkan keluhan nyeri telinga.


Nyeri telinga dirasakan pasien pada telinga kanan. Keluhan ini muncul 1 hari
SMRS, saat akan tidur malam hari pasien tiba-tiba menangis dan mengatakan
telinga kanan nya begitu sakit. Keluhan ini muncul selama 30 menit sampai 1 jam.
Setelah itu keluhan mereda dan ibu pasien memberikan syrup paracetamol, karena
pasien juga sedang demam. Demam dirasakan 3 hari. Kemudian pasien dapat
tidur, saat bangun pagi keluhan kembali muncul, pasien menangis dan
mengatakan telinganya sangat sakit. 1 minggu SMRS pasien juga mengalami
batuk dan pilek, dan sudah diobatkan ke RS lainnya. Namun keluhan batuk dan
pilek belum juga sembuh sampai berobat dua kali. Keluhan lain yang dirasakan
pasien saat ini adalah pusing (+), batuk (+), pilek (+), mual (-), muntah (-), telinga
berdenging (-), keluar cairan telinga (-).
Diagnosis pada pasien mengarah kepada Otitis Media Akut, karena
terdapat nyeri telinga yang terjadi secara akut dan didahului dengan keluhan
batuk dan pilek. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan buldging pada membran
timpani dan terlihat hiperemis pada membran timpani. Pada OMA terjadi
sumbatan pada tuba Eustachius dan menyebabkan telinga tengah mengalami
tekanan negatif, akibatnya membran timpani akan tertarik karena adanya tekanan
negatif tersebut. Setelah terjadi retraksi pada membran timpani kemudian terjadi
proses inflamasi karena kuman dari saluran nafas atas atau nasofaring akan ikut
masuk kedalam telinga tengah melalui saluran tuba Eustachius. Akibatnya akan
terjadi pengeluaran eksudat dari pembuluh darah yang ada pada mukosa telinga
tengah, dan kuman akan berkembang biak membentuk eksudat. Pembuluh darah
pada membran timpani akan melebar menandakan adanya proses inflamasi pada

15
telinga tengah. Saat proses ini terjadi, mediator-mediator inflamasi yaitu sitokin-
sitoki seperti Interleukin, TNF dan lainnya akan masuk ke dalam pembuluh darah
dan akan menyebabkan set point pada hipotalamus meningkat, sehingga anak
akan mengalami demam.
Pengobatan yang diberikan dapat sesuai dengan stadiumnya, pasien
membutuhkan antibiotik yang adekuat dan analgetika untuk menghilangkan
penyebab dan untuk mengurangi keluhan yang muncul. Pilihan antibiotik pada
kasus OMA adalah Amoxicillin. Bila pemberian antibiotik secara adekuat maka
dapat mencegah proses berlanjut menjadi stadium perforasi membran timpani.

BAB V
KESIMPULAN

Otitis Media Akut merupakan infeksi dan inflamasi pada telinga tengah dan
berhubungan dengan symptom sistemik lain. Sesuai dengan epidemiologi pasien
terjadi pada usia dibawah 7 tahun sebesar 50-80% kasus. Pasien berusia 6 tahun,
masih merupakan usia epidemi untuk mengalami OMA.

16
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis
media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan
tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena
fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga
tengah juga tergganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan
terjadi peradangan.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas
atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar
kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh
karena tuba Eustachius nya pendek, lebar dan letaknya agak horisontal.
Pada OMA stadium supuratif, tampak pembuluh darah yang melebar,
buldging di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis
serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serosa sehingga sukar terlihat. Anak akan demam biasanya lebih dari 39,5 oC,
rewel, sulit tidur karena nyeri pada telinga, tiba-tiba menangis atau menjerit
karena telinga sakit.
Pemberian pengobatan pada pasien adalah Antibiotika, Analgetika,
Dekongestan, Mukolitik. Antibiotika yang diberikan adalah Amoxicilin 40 mg /
kgBB / hari dibagi dalam 3 dosis. Anak tersebut memiliki BB sebesar 19 kg, jadi
diberikan amoxicillin sebesar 253 mg / 8 jam. Pilihan analgetik pada anak yang
dapat diberikan adalah ibuprofen dan paracetamol.

DAFTAR PUSTAKA

Bhattacharyya, A., Patel, N., 2012. Otolaryngology Pocket Tutor. London : JP


Medical.
Chu, C, H., Wang, M, C., Lin, L, Y., Tu, T, Y., Huang, C, Y., Liao, W, H., Ho, C,
Y., Shiao, A, S., 2014. High-Dose Amoxicillin with Clavulanate for the
Treatment of Acute Otitis Media in Children. The Scientific World Journal.

17
Hafil, A, F., Sosialisman., Helmi., Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi ke Tujuh.
Jakarta : FKUI.
Kimberly, K., 2014. Update Guidelines For The Diagnosis And Management Of
Acute Otitis Media. EB Medicine. Volume 6 (3), p : 1-8.

18

Anda mungkin juga menyukai