Anda di halaman 1dari 8

IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

DARI FRAKSI ETIL ASETAT BATANG Dendropthoe falcata.

(THE IDENTIFICATION OF SECONDARY METABOLITE COMPOUNDS


FROM ETHYL ACETATE FRACTION OF Dendropthoe falcata)

Astuti Lestari dan Sri Atun


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
Jl. Colombo No. 1, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta 55281
email: sriatun@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dari fraksi
etil asetat batang Dendrophtoe falcata (L.f.) Ettingsh parasit tumbuhan mindi (Melia
azedarach L.). Penelitian ini dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol, partisi secara berurutan dengan n-heksana, kloroform, dan etil asetat. Fraksi etil
asetat dipisahkan secara kromatografi kolom gravitasi (KKG) dalam dua tahap. KKG
tahap I menggunakan eluen n-heksana : etil asetat (9 : 1). KKG tahap II menggunakan
eluen kloroform : metanol (9 : 1) sehingga diperoleh satu senyawa murni. Identifikasi
kemurnian menggunakan kromatografi lapis tipis. Karakterisasi senyawa murni yang
diperoleh dilakukan menggunakan UV-Vis dan IR. Berdasarkan hasil analisis dengan
spektrofotometer UV-Vis, senyawa hasil isolasi menunjukkan panjang gelombang
maksimum pada 351,20; 262,60; dan 207,20 nm yang sesuai dengan gugus sinamoil,
benzoil, dan kromofor fenol terkonjugasi. Data spektrum IR menunjukkan adanya
ikatan O-H, C-H alifatik, C=O karbonil, C=C aromatik, dan C-O. Dari data tersebut,
senyawa hasil isolasi menunjukkan golongan flavonoid jenis flavonol.
Kata kunci: batang benalu, Dendropthoe falcata, flavonoid, Melia azedarach

Abstract
This study was aimed at identifying secondary metabolites of ethyl acetate fraction
of Dendrophtoe falcata (L.f.) Ettingsh mindi plant parasite (Melia azedarach L.). This
research was conducted by maceration method using ethanol solvent, partitioning
sequentially with n-hexane, chloroform, and ethyl acetate. Ethyl acetate fraction was
separated by gravity column chromatography (GCC) in two stages. Phase I GCC used
n-hexane : ethyl acetate (9 : 1). Phase II GCC used chloroform : methanol (9 : 1) eluent
to obtain one pure compound. Purity identification used thin layer chromatography.
Characterization of pure compounds obtained was carried out using UV-Vis and IR.
The results show that the isolated compounds maximum wavelengths are at 351.20,
262.60, and 207.20 nm which corresponded to the conjugated synamoyl, benzoyl and
chromophore phenol. IR spectrum data shows the presence of O-H, C-H aliphatic, C =
O carbonyl, C = C aromatic, and C-O. From these data, the isolated compounds show
flavonoid type flavanols.
Keywords: parasitic plant, Dendropthoe falcata, flavonoid, Melia azedarach

PENDAHULUAN padahal luas wilayah Indonesia hanya


Indonesia mempunyai tingkat kebera- sekitar 1,3% dari luas bumi yaitu sekitar 9
gaman kehidupan yang sangat tinggi juta km2. Salah satunya adalah tumbuhan

13
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 24, Nomor 1, April 2019

obat (Kusmana & Hikmat, 2015). Tumbuhan nutrisi dan senyawa pertahanan diri dari
obat di Indonesia belum banyak dikaji secara tumbuhan inang, sehingga kebanyakan sifat
ilmiah. Tumbuhan yang dipakai dalam peng- benalu tergantung pada kualitas tumbuhan
obatan memerlukan kajian ilmiah untuk inang.
mendapatkan kebenaran khasiatnya dan data Salah satu spesies benalu adalah
ilmiah mengenai komponen aktif tumbuhan Dendrophthoe falcata (L.f.) Ettingsh yang
tersebut (Hanif, Kartika, & Simanjuntak, menempel pada tanaman mindi (Melia
2016). azedarach L.). Klasifikasi tumbuhan benalu
Salah satu tumbuhan yang belum banyak yang digunakan dalam penelitian ini telah
dikaji secara ilmiah tetapi berpotensi sebagai diidentifikasi di Laboratorium Sistematika
obat adalah benalu. Benalu merupakan tum- Tumbuhan Fakultas Biologi UGM adalah:
buhan semiparasit yang merugikan karena Divisi : Magnoliophyta
merusak tanaman komersial. Padahal benalu Kelas : Magnoliopsida
telah dimanfaatkan untuk mencegah dan Sub kelas : Rosidae
mengobati berbagai penyakit seperti batuk, Ordo : Santales
kanker, diuretik, antiradang, antibakteri, luka Famili : Loranthaceae
atau infeksi (Sembiring, Lenny, & Marpaung, Genus : Dendrophthoe
2016). Kandungan kimia pada benalu yang Spesies : Dendrophthoe falcata (L.f.)
sangat bermanfaat tersebut merupakan Ettingsh
senyawa metabolit sekunder. Senyawa Nama lokal : Benalu, kemlandean
tersebut merupakan produk metabolisme
yang ditemukan pada kelompok taksonomi Efek farmakologis dari Dendrophthoe
organisme tertentu dan dibiosintesis dari falcata (L.f.) Ettingsh adalah sebagai pe-
metabolit primer melalui jalur biosintesis nyembuh luka, asma, kelumpuhan, penyakit
(Raharjo, 2013). Secara farmakologis, kulit, imunomudulasi, tumor, dan gangguan
senyawa metabolit sekunder memiliki menstruasi (Sinoriya, Irchhaiya, Sharma,
berbagai aktivitas biologis seperti antibakteri, Sahu, & Kumar, 2011). Penelitian Sinoriya,
antiinfeksi, antikolesterol, antikanker, anti- Sharma, dan Sinoriya (2011) menunjukkan
diabetes, dan lain-lain (Saifudin, 2014). bahwa di dalam ekstrak berbagai macam
Adler (2002) menjelaskan bawha benalu pelarut batang Dendrophthoe falcata (L.f.)
yang hidup menumpang pada tanaman inang Ettingsh terdapat berbagai macam senyawa
kemungkinan mengandung senyawa yang metabolit sekunder dari golongan senyawa
mirip dengan inangnya. Benalu memperoleh fenolik, terpenoid, dan steroid.

14
Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder (Lestari, A. & Atun, S.)

Tanaman yang menjadi inang dari Den- UV-Vis (Ultraviolet-Visible) dan IR (Infra
drophthoe falcata (L.f.) Ettingsh adalah Red).
tanaman mindi (Melia azedarach L.). Hariana
(2013) menyatakan bahwa beberapa bahan METODE PENELITIAN
kimia yang terkandung dalam kulit batang Alat-alat dalam penelitian adalah
dan kulit akar tanaman mindi antara lain spektrofotometer Shimadzu UV-Vis 2450,
toosendanin, margosida, kaemferol, resin, spektrometer FTIR Thermo Scientific
tanin, n-tricontane, β-sitosterol, dan triterpen Nicolet iS 10, seperangkat alat evaporator
kulinone. Efek farmakologis tanaman mindi Buchi R-215, satu set alat kromatografi
di antaranya bersifat laksatif (obat pencahar), kolom gravitasi, lampu UV, neraca analitik,
diuretik (peluruh kencing), dan obat cacing chamber kromatografi, corong pisah, Erle-
(anthelmintic) (Sasmito, Darsono, Kamal, nmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur,
& Kristanto, 2001). Daun tanaman mindi corong, tabung reaksi, flakon, cawan petri,
digunakan untuk mengobati gatal, sakit pipet tetes, spatula, pipa kapiler, aluminium
kepala, dan nyeri perut. Bunga tanaman foil, dan kertas saring.
mindi juga dapat digunakan untuk obat nyeri Bahan-bahan dalam penelitian adalah
perut. Oleh karena itu, Dendrophthoe falcata serbuk batang Dendrophthoe falcata (L.f.)
(L.f.) Ettingsh yang hidup menumpang pada Ettingsh. pada tanaman mindi (Melia aze-
tanaman mindi kemungkinan mengandung darach L.), kloroform p.a (Merck), etanol
senyawa yang mirip dengan inangnya. 96%, n-heksana teknis, etil asetat teknis,
Isolasi senyawa metabolit sekunder aseton teknis, metanol teknis, serbuk silika gel
dilakukan dengan cara ekstraksi bahan yang Merck 60 (200-400 mesh), serbuk silika gel
akan diteliti. Ekstrak yang diperoleh kemu- Merck 60 (30-70 mesh), plat KLT, akuades,
dian dipartisi menggunakan pelarut secara dan kapas.
berurutan dimulai dari pelarut nonpolar Serbuk batang benalu (4 kg) diekstraksi
ke pelarut polar. Fraksi dari pelarut yang secara maserasi dengan pelarut etanol hingga
diinginkan kemudian dipisahkan dengan seluruh sampel terendam. Perendaman di-
kromatografi kolom gravitasi (KKG), se- lakukan selama 3x24 jam dalam sebuah
hingga diperoleh satu senyawa murni. jeriken tertutup dan dilakukan pengulangan
Identifikasi kemurnian dilakukan dengan (remaserasi) sebanyak dua kali sehingga
teknik kromatografi lapis tipis (KLT). diperoleh fraksi etanol batang benalu. Fraksi
Senyawa murni yang diperoleh selanjutnya etanol dipekatkan dan dipartisi dengan
dikarakterisasi dengan metode spektroskopi pelarut n-heksana sehingga diperoleh fraksi

15
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 24, Nomor 1, April 2019

n-heksana dan fraksi etanol. Fraksi etanol tersebut dianalisis dengan spektrofotometer
dipartisi dengan pelarut kloroform sehingga UV-Vis dan IR untuk memperkirakan jenis
diperoleh fraksi kloroform dan fraksi etanol. dan golongan senyawa isolat.
Fraksi etanol dipartisi lagi menggunakan
pelarut etil asetat sehingga diperoleh fraksi HASIL DAN PEMBAHASAN
etil asetat dan fraksi etanol. Fraksi etil asetat Senyawa isolat yang diperoleh berben-
dipekatkan hingga diperoleh fraksi etil asetat tuk serbuk berwarna kekuningan sebanyak
pekat (10,62 gram). 1,243 gram. Identifikasi kemurnian dengan
Fraksi etil asetat pekat dipisahkan dengan KLT menggunakan dua macam eluen ber-
KKG dalam dua tahap. KKG tahap I diawali beda menunjukkan bahwa senyawa isolat
dengan impregnasi fraksi etil asetat pekat merupakan senyawa murni. Eluen pertama
dalam silika gel 60 (30-70 mesh). Penentuan menggunakan campuran n-heksana : aseton
eluen untuk KKG dilakukan berdasarkan dengan perbandingan 1 : 4 memiliki harga
KLT. Eluen yang terpilih yaitu n-heksana Rf sebesar 0,825. Eluen kedua menggunakan
: etil asetat (9 : 1), dilanjutkan dengan etil campuran kloroform : aseton dengan per-
asetat 100%, dan aseton 100%. Hasil botol- bandingan 1 : 4 memiliki harga Rf sebesar
botol fraksi dari KKG tahap I diidentifikasi 0,85. Harga Rf (Retordation factor) dapat
dengan KLT pada masing-masing botol dan ditentukan dengan menghitung jarak yang
dikelompokkan berdasarkan harga Rf-nya. ditempuh senyawa terlarut dan jarak yang
Hasil akhir KKG tahap I diperoleh lima ditempuh eluen pada masing-masing plat
kelompok fraksi. Endapan pada fraksi V KLT.
dilakukan pemurnian lanjut dengan KKG
tahap II. Eluen yang digunakan pada KKG
tahap II adalah kloroform : metanol (9 : 1), Untuk menentukan jenis kromofor
etil asetat 100%, dan aseton 100%. Senyawa yang terdapat pada senyawa isolat dan
yang mempunyai noda tunggal dihasilkan mengetahui panjang gelombang maksimum
dari fraksi F6 (85-103). isolat dilakukan identifikasi menggunakan
Kemurnian senyawa dengan noda tung- spektrofotometer UV-Vis. Hasil identifikasi
gal (isolat) diuji dengan KLT dalam dua spektrofotometer UV-Vis diperoleh spek-
macam eluen yaitu n-heksana : aseton (1 : 4) trum pada Gambar 1.
dan kloroform : aseton (1 : 4). Pada uji tersebut, Data spektrum menunjukkan panjang
kedua macam eluen menunjukkan satu noda gelombang maksimum untuk senyawa
dengan nilai Rf yang berbeda. Senyawa murni isolat yaitu 351,20 nm sesuai dengan gugus

16
Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder (Lestari, A. & Atun, S.)

Gambar 1. Data Spektrum UV-Vis Senyawa Hasil Isolasi

sinamoil yang biasanya terdapat pada 350- bilangan gelombangnya. Spektroskopi


380 nm. Panjang gelombang pada 262,60 nm IR digunakan untuk menentukan adanya
sesuai dengan benzoil yang memiliki panjang gugus fungsional utama dalam suatu sampel
gelombang di sekitar 270 nm. Panjang gelom- yang diperoleh berdasarkan bilangan
bang pada 207,20 nm menunjukkan adanya gelombang yang dibutuhkan untuk vibrasi
kromofor fenol terkonjugasi (Atun, 2014). tersebut (Sitorus, 2009). Spektrum IR
senyawa yang memiliki panjang gelombang menunjukkan gugus-gugus yang terkandung
maksimum pada 250-280 nm dan 350-385 dalam senyawa isolat. Hasil identifikasi
nm merupakan salah satu senyawa golongan spektrofotometer IR diperoleh spektrum
flavonoid, yaitu flavonol (Markham, 1988). pada Gambar 2.
Analisis selanjutnya menggunakan Heneczkowski, Kopacz, Nowak,
spektrofotometer IR (Infra Red). Prinsip dan Kuźniar (2001) menjelaskan bahwa
spektroskopi IR adalah sinar IR dikenakan salah satu senyawa golongan flavonoid
pada senyawa sehingga menyebabkan vibrasi yaitu quercetin memiliki ikatan C=O pada
pada ikatan baik berupa rentangan maupun bilangan gelombang 1664 cm-1, gugus
bengkokan. Energi vibrasi setiap molekul aromatik pada bilangan gelombang 1429 cm-
1
adalah berbeda, demikian pula dengan , 1458 cm-1, 1524 cm-1, 1564 cm-1, dan 1612

17
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 24, Nomor 1, April 2019

Gambar 2. Data Spektrum IR Senyawa Hasil Isolasi

cm-1, dan C-OH pada bilangan gelombang adanya ikatan C=O, pada 1573 cm-1 dan
1368 cm-1, 1355 cm-1, 1348 cm-1, 1317 cm-1, 1412 cm-1 menandakan adanya cincin
dan 1296 cm-1. Pada ekstrak etanol Physalis aromatik, dan pada 2835 cm-1 menandakan
peruviana L mengandung berbagai senyawa adanya regangan C-H. Dasgupta, Mello,
golongan flavonoid seperti rutin, myricetin, dan Bhattacharya (2015) menyatakan bahwa
quercetin, dan kaempferol (Sathyadevi pada analisis myricetin, quercetin, dan
& Subramanian, 2015). Quercetin dan catechin memiliki pola spektrum yang sama
kaempferol memiliki bilangan gelombang yang menunjukkan adanya ikatan C=O pada
yang mirip dengan senyawa hasil isolasi. bilangan gelombang 1614 cm-1 dan 1660
Quercetin memiliki bilangan gelombang di cm-1, ikatan –OH pada bilangan gelombang
sekitar 3350 cm-1 yang menandakan adanya sekitar 3300 cm-1, dan gugus aromatik pada
gugus hidroksi fenolik, pada 1673 cm-1 1520 cm-1. Ekstrak etanol Viscum album yang
menandakan adanya ikatan C=O, pada 1489 merupakan famili Loranthaceae dan Allium
cm-1 menandakan adanya gugus aromatik. sativum yang merupakan famili Liliaceae
Kaempferol memiliki bilangan gelombang di menunjukkan adanya ikatan C=O di sekitar
sekitar 3367 cm-1 yang menandakan adanya 1630-1665 cm-1 spesifik untuk struktur
gugus –OH, pada 1679 cm-1 menandakan flavonoid, ikatan C-O di sekitar 1000-1350

18
Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder (Lestari, A. & Atun, S.)

cm-1, ikatan C-H di sekitar 600-980 cm-1 sebanyak 1,243 gram. Karakterisasi senyawa
(Trifunschi, Munteanu, Agotici, Pintea, & murni menggunakan spektrofotometer
Gligor, 2015). Penelitian Senthilkumar, UV-Vis dan IR. Data spektrum UV-Vis
Sivakumar, Arulmozhi, dan Mythili (2017) menunjukkan adanya senyawa flavonol
pada ekstrak metanol tanaman teh (Camellia pada senyawa hasil isolasi. Data spektrum
sinensis L.) menunjukkan adanya ikatan – IR menunjukkan adanya ikatan O-H, C-H
-1
OH pada 3270-3320 cm , ikatan C-H pada alifatik, C=O, C=C aromatik, dan C-O. Hasil
-1
2833-2946 cm , ikatan C=O pada 1629- analisis isolat berdasarkan data tersebut
-1 -1
1663 cm , ikatan C-C pada 1449 cm , dan menunjukkan bahwa kemungkinan struktur
ikatan C-O pada 1014-1019 cm-1. Senyawa senyawa hasil isolasi adalah senyawa
yang dianalisis pada penelitian-penelitian golongan flavonoid jenis flavonol.
yang telah dilakukan merupakan senyawa
golongan flavonoid. DAFTAR PUSTAKA
Data spektrum IR senyawa hasil iso- Adler, L. S. (2002). Host effects on herbivory
and pollination in a hemiparasitic plant.
lasi menunjukkan adanya ikatan –OH pada Ecology, 83(10), 2700-2710.
bilangan gelombang 3233,65 cm-1; C-H Atun, S. (2014). Metode isolasi dan iden-
alifatik pada bilangan gelombang 2873,23 tifikasi struktur senyawa organik bahan
alam. Jurnal Konservasi Cagar Budaya
cm-1; 2914,52 cm-1; 2929,71 cm-1; 2945,71 Borobudur, 8(2), 53-61.
cm-1; dan 2980,26 cm-1; C=O pada bilangan Dasgupta, T. K., Mello, P. D., & Bhattacharya,
D. (2015). Spectroscopic & chromato-
gelombang 1651,88 cm-1; C=C aromatik
graphic methods for quantitative
pada bilangan gelombang 1496,47 cm-1 analysis of phospholipid complexes
dan 1595,60 cm-1; dan C-O pada bilangan of flavonoids – A comparative study.
Pharmaceutica Analytica Acta, 6(1),
gelombang 1300,66 cm-1. Bilangan gelom- 1-14.
bang tersebut memiliki kemiripan dengan Hanif, R. M. A., Kartika, R., & Simanjuntak,
P. (2016). Isolasi dan identifikasi
senyawa flavonoid seperti yang dilakukan
senyawa kimia dari ekstrak n-heksan
peneliti terdahulu. Berdasarkan hasil batang benalu tanaman jeruk (Den-
analisis spektrum UV-Vis dan IR, senyawa drophtoe pentandra (L.)miq.). Jurnal
Kimia Mulawarman, 14(1), 36-41.
hasil isolasi merupakan senyawa golongan
Hariana, A. (2013). 262 Tumbuhan obat dan
flavonoid jenis flavonol. khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Heneczkowski, M., Kopacz, M., Nowak, D.,
& Kuźniar, A. (2001). Infrared spectrum
SIMPULAN analysis of some flavonoids. Acta Polon.
Berdasarkan penelitian yang telah di- Pharm-Drug Res, 58(6), 415-420.
lakukan, diperoleh satu senyawa murni Kusmana, C., & Hikmat, A. (2015). Keaneka-
ragaman hayati flora di Indonesia.

19
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 24, Nomor 1, April 2019

Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Senthilkumar, S. R., Sivakumar, T., Arul-


Alam dan Lingkungan (Journal of mozhi, K. T., & Mythili, N. (2017). FT-
Natural Resources and Environmental IR analysis and correlation studies on the
Management), 5(2), 187-198. antioxidant activity, total phenolics and
Markham, K. R. (1988). Cara mengidentifi- total flavonoids of Indian commercial
kasi flavonoid. Bandung: Penerbit ITB. teas (Camellia sinensis L.) – A novel
Raharjo, T. J. (2013). Kimia bahan alam. approach. International Research Jour-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. nal of Biological Sciences, 6(3), 1-7.
Saifudin, A. (2014). Senyawa alam meta- Sinoriya, P., Sharma, V., & Sinoriya, A.
bolit sekunder teori, konsep, dan teknik (2011). A review on Dendrophthoe
pemurnian. Yogyakarta: Penerbit Dee- falcata (Linn. F.). Asian Journal of
publish. Pharmaceutical and Clinical Research,
Sasmito, Darsono, Kamal, Z., & Kristanto, 4(2), 1-5.
J. (2001). Kemampuan fraksi ekstrak Sinoriya, P., Irchhaiya, R., Sharma, B.,
air dan etil asetat daun benalu mindi Sahu, G., & Kumar, S. (2011). Anti-
(Dendrophthoe falcata L.f Ettingsh) convulsant and muscle relaxant activity
melarutkan batu ginjal kalsium in vitro of the ethanolic extract of stems of
yang diuji dengan metode aktivasi Dendrophthoe falcata (Linn. F.) in
neutron cepat. Majalah Farmasi Indo- mice. Indian Journal of Pharmacology,
nesia, 12(3), 120-127. 43(6), 710-713.
Sathyadevi, M., & Subramanian, S. (2015). Sitorus, M. (2009). Spektroskopi elusidasi
Extraction, isolation and characteri- struktur molekul organik. Yogyakarta:
zation of bioactive flavonoids from the Graha Ilmu.
fruits of Physalis peruviana Linn extract. Trifunschi, S., Munteanu, M. F., Agotici,
Asian Journal of Pharma-ceutical and V., Pintea, S., & Gligor, R. (2015).
Clinical Research, 8(1), 152-157. Determination of flavonoid and poly-
Sembiring, H. B., Lenny, S., & Marpaung, L. phenol compounds in Viscum album and
(2016). Aktivitas antioksidan senyawa Allium Sativum extracts. International
flavonoida dari daun benalu kakao Current Pharmaceutical Journal, 4(5),
(Dendrophthoe pentandra (L.) miq.). 382-385.
Chimica et Natura Acta, 4(3), 117-122.

20

Anda mungkin juga menyukai