Anda di halaman 1dari 51

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Kimia Kertas Karya Diploma

2019

Analisa Kuantitatif Asam Lemak dari


Minyak Kelapa Sawit Stearin (Refined
Bleached Deodorized Palm Stearin) di
PT.Soci Secara Kromatografi Gas

R, Sonia Uli Sari


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16477
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA KUANTITATIF ASAM LEMAK DARI MINYAK
KELAPA SAWIT STEARIN (Refined Bleached Deodorized Palm
Stearin)
DI PT.SOCI SECARA KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

SONIA ULI SARI R


162401027

PROGRAM STUDI D3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

ANALISA KUANTITATIF ASAM LEMAK DARI MINYAK


KELAPA SAWIT STEARIN (Refined Bleached Deodorized Palm
Stearin)
DI PT.SOCI SECARA KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH
Diajukan umtuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar
Ahli Madya

SONIA ULI SARI R


162401027

PROGRAM STUDI D3 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

ANALISA KUANTITATIF ASAM LEMAK DARI MINYAK KELAPA


SAWIT STEARIN (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin)
DI PT.SOCI SECARA KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2019

Sonia Uli Sari R

162401027

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Segala puji serta syukur tak henti-hentinya penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus
Kristus yang selalu mengalirkan semangat dan berkat kepada penulis hingga
akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah ini dengan baik, adapun
judul Karya Imiah penulis iyalah ANALISA KUANTITATIF ASAM LEMAK
DARI MINYAK KELAPA SAWIT STEARIN (Refined Bleached Deodorized
Palm Stearin) DI PT.SOCI SECARA KROMATOGRAFI GAS. Karya Imiah ini
disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program
Diploma III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Kerista Sibayang, M.S., sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam , Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan
fasilitas pendidikan bagi penulis.

2. Dr. Minto Supeno, MS., sebagai Ketua Program sudi D-III Kimia , Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Universitas Sumatera Utara yang
telah mengarahkan penulis pada masa perkuliahan.
3. Drs. Albert Pasaribu, M.Sc., sebagai Dosen pembimbing yang telah
menyediakan banyak waktu dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dengan penuh tanggung jawab, serta memberikan motivasi dan
nasihat kepada penulis.
4. Bapak terkasih Pukka Hasiholan Rajagukguk, mamak terkasih Mesteria
br.Siahaan, kakak terkasih Siska, adik terkasih Adryan, Aprillia, Sahabat
terkasih Alona Elliora, Lyunigeti, dan Hurang Roha yang selalu penuh kasih
untuk mendampingi penulis, memberikan didikan dan motivasi kepada
penulis, serta melantunkan doa yang tiada hentinya bagi penulis disepanjang
kehidupan penulis. Kalian adalah sumber semangat dan suka cita terbesar
bagiku. Aku mencintai kalian sepanjang masa.
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu penulis dalam proses penyelesaian Karya Ilmiah ini. Semoga
kiranya kasih setia-Nya selalu beserta kita sepanjang waktu. Amin.

Medan, Juli 2019


Penulis,
Sonia Uli Sari

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA KUANTITATIF ASAM LEMAK DARI MINYAK KELAPA
SAWIT STEARIN (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin)
DI PT.SOCI SECARA KROMATOGRAFI GAS

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian Analisa Kuantitatif Asam Lemak Dari Minyak Kelapa
Sawit Stearin (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) Secara Kromatografi
Gas Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis asam lemak yang
terdapat dalam sampel dengan menggunakan alat instrumen yaitu Kromatografi Gas.
Asam lemak yang terdapat dalam sampel dapat berupa asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh. Dimana sampel RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm
Stearin) tersebut diperoleh dari proses hidrogenasi selanjutnya difraksinasi sehingga
dihasilkan campuran asam lemak yang akan dianalisa dengan menggunakan
Kromatografi Gas. Hasil analisa produk mengandung jenis asam lemak yaitu asam
lemak jenuh berupa asam laurat (C12) 0,114%, asam miristat (C14) 1,084%, asam
palmitat (C16) 60,015%, asam stearat (C18) 4,878%, asam arakidat (C20) 0,377% dan
asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat (C18F1) 26,639%, asam linoleat (C18F2)
6,430%,dan asam linolenat (C18F3) 0,117%. Kadar dari hasil analisis asam lemak ini
telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

Kata kunci : Asam Lemak, Kromatografi gas, dan Minyak Kelapa Sawit

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
QUANTITATIVE ANALYSIS OF FATTY ACID FROM STEARIN PALM OIL
(Refined Bleached Deodorized Palm Stearin)
IN PT.SOCI GAS CHROMATOGRAPHY

ABSTRACT

Quantitative Analysis of Fatty Acids from Stearin Palm Oil (Refined Bleached
Deodorized Palm Stearin) by Gas Chromatography has been carried out. The
purpose of this study was to determine the types of fatty acids contained in the
sample using an instrument namely Gas Chromatography. The fatty acids contained
in the sample can be saturated fatty acids and unsaturated fatty acids. Where the
sample of RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) was obtained from
the hydrogenation process then fractionated so that a mixture of fatty acids was
produced which would be analyzed using Gas Chromatography. The results of the
analysis of products containing fatty acid types are saturated fatty acids in the form
of lauric acid (C12) 0.114%, myristic acid (C14) 1.084%, palmitic acid (C16)
60,015%, stearic acid (C18) 4,878%, arachidic acid (C20) 0.377 % and unsaturated
fatty acids in the form of oleic acid (C18F1) 26,639%, linoleic acid (C18F2) 6.430%,
and linolenic acid (C18F3) 0.117%. The levels of the results of the analysis of fatty
acids have met the prescribed specifications.

Keywords: Fatty Acids, Gas Chromatography, and Palm Oil

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR SINGKATAN x
DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Perusahaan 4
2.1.1 Sejarah Perusahaan 4
2.1.2 Lokasi Perusahaan 5
2.1.3 Standar Mutu Bahan/Produk 5
2.1.4 Bahan Baku 6
2.1.5 Proses Produksi 7
2.2 Kelapa Sawit 8
2.3 Pemurnian (Refening) Minyak 10
2.3.1 Pemurnian (Refening) Kimia 13
2.3.2 Pemurnian (Refening) Fisika 14
2.4 Lemak dan Minyak 14
2.4.1 Asam Lemak (fatty acid) 15
2.4.2 Sifat-sifat Asam Lemak 19
2.4.3 Pembuatan Metil Ester Asam Lemak 19
2.5 Kromatografi 21
2.6 Kromatografi Gas 22
2.6.1 Prinsip Dasar Kromatografi Gas 22
2.6.2 Cara Kerja Peralatan Kromatografi Gas 22
2.7 Analisa Asam Lemak 24

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Alat 26
3.2 Bahan 26
3.3 Prosedur 26
3.3.1 Penentuan Asam Lemak 26
3.3.2 Penentuan Lemak dan Minyak 27

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data hasil analis 28
4.2 Perhitungan 29
4.3 Pembahasan 30

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan 31
5.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 35

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel

2.1 Bahan baku CPO 5


2.2 Bahan baku RBDPO 6
2.3 Bahan baku RBDPS 6
2.4 Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti sawit 10
2.5 Asam lemak yang penting terdapat dalam minyak dan lemak 17
4.2 Data hasil analisa 28
5.1 Komposisi asam lemak pada minyak kelapa sawit 32

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar

2.1 Proses pemurnian/refining dari CPO secara kimia dan fisika 12


2.2 Proses kondensasi 1 molekul gliserol dengan 3 molekul asam lemak 15
2.3 Reaksi Transesterifikasi 20
2.4 Skema Instrumen Kromatografi Gas 23

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN

CPO = Crude Palm Oil


CPKO = Crude Palm Kernel Oil
PKO = Palm Karnel Oil
RBDPO= Refined Bleached and Deodrized Bleached Palm Oil)
RBDPS = Refined Bleached Deodorized Palm Stearin
SOCI = Sinar Oleochemical Internasional
FFA = Free Fatty Acid
NP = Nilai Pemurnian
GC = Gas Chromatography
AOCS = American Oil Chemists’ Society
FAME = Fatty Acids Methyl Esters

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran

1.1 Alat-alat Instrumentasi 36


1.2 Alat-alat Gelas (kaca) 36
1.3 Analisa Kromatografi Gas 37

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak kelapa sawit adalah salah satu tanaman yang cukup banyak tumbuh
di Indonesia terutama di Sumatera Utara yang dapat menghasilkan dua jenis
minyak yaitu minyak yang berasal dari daging (mesocarp) kelapa sawit disebut
dengan minyak sawit (Crude Palm Oil, CPO) dan minyak yang berasal dari inti
kelapa sawit disebut dengan minyak inti sawit (Crude Palm Kernel Oil, CPKO)
(Ketaren, 1986).
Pada kelapa biasa, minyak diambil dari daging buah yang berada di dalam
tempurung disebut kernel. Hasil ektraksi sabut kelapa sawit adalah CPO,
sedangkan hasil ekstraksi inti buah adalah PKO. Crude Palm Oil (CPO) dan PKO
merupakan minyak kelapa sawit mentah dan merupakan hasil industri hulu yang
selanjutnya dapat diolahkan menjadi berbagai produk pangan, non pangan, dan
industri (Mustafa, 2004).
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam rantai
panjang palmitat (C16:0), oleat (C18:1) dan linoleat (C18:2) jika dibandingkan
dengan minyak inti sawit. Minyak kelapa sawit merupakan gliserida yang terdiri
dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung
pada kejenuhan maupun posisi asam lemaknya.Semakin panjang rantai karbon
asam lemaknya semakin tinggi tingkat kejenuhannya, sehingga titik lebur dari
minyak sawit tersebut semakin tinggi. CPO dapat diolah dalam industri melalui
proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau menghasilkan RBDPO
(Refined Bleached and Deodrized Bleached Palm Oil). CPO dapat diuraikan
untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak
sawit cair (RBD Olein).RBD olein terutama digunakan untuk bahan pembuatan
minyak goreng, sedangkan RBD Stearin yang merupakan lemak padat dengan
nilai harga jual dibawah CPO terutama digunakan untuk bahan pembuatan
margarin atau shortening, disamping itu juga untuk bahan baku industri sabun
dan deterjen (Harjono, 2009).

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

PT. Sinar Oleochemical Internasional (SOCI) merupakan salah satu


perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit untuk menghasilkan produk asam-
asam lemak dan gliserin.
Bahan baku yang digunakan dalam PT. SOCI untuk memproduksi asam
lemak dan glisein adalah terdiri dari :
1. Palm Kernel Oil (PKO)
2. Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS)
3. Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO)
Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) merupakan CPO yang
sudah dibleaching (tinggal oleinnya). Refined Bleached Deodorized Palm Stearin
(RBDPS) dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan kromatografi gas.
Dengan kromatografi gas kadar dari asam lemak yang terdapat pada produk
ditentukan oleh sensor elektronik yang sangat akurat. Respon yang ditangkap oleh
sensor kemudian dikonversikan ke sistem digital dan diekspresikan secara grafik dan
numerik. Oleh karena itu untuk mengetahui kualitas dari produk Refined Bleached
Deodorized Palm Stearin (RBDPS) dapat ditentukan oleh jenis asam lemak dan
jumlah kadarnya. Jadi asam lemak tersebut perlu dianalisa kandungan asam-asam
lemak apa saja yang terdapat di dalam produk dengan menggunakan kromatografi
gas. Dari kromatogram jenis asam lemak jumlah atom C berbeda antara satu dengan
yang lain dapat diketahui kadar asamnya, apakah sesuai dengan standar mutu yang
telah ditetapkan (www.socimas.com).

1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penulisan Karya Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah produk Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS)
tersebut mengandung asam lemak?
2. Jenis asam lemak apa saja yang terdapat dalam produk Refined Bleached
Deodorized Palm Stearin (RBDPS)?
3. Apakah asam lemak dalam produk Refined Bleached Deodorized Palm
Stearin (RBDPS) PT. SOCI yang diperoleh sudah memenuhi standar
spesifikasi kelapa sawit menurut para ahli?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah produk Refined Bleached Deodorized Palm
Stearin (RBDPS) mengandung asam lemak atau tidak.
2. Untuk mengetahui jenis asam lemak beserta kadarnya yang terdapat
dalam produk Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS)
dengan menggunakan Kromatografi gas.
3. Untuk mengetahui apakah produk Refined Bleached Deodorized Palm
Stearin (RBDPS) sudah memenuhi standar spesifikasi minyak kelapa
sawit menurut para ahli.

1.4 Manfaat
Manfaat dari Karya Imiah ini adalah untuk mengetahui kandungan dan
kualitas asam-asam lemak dengan standar mutu spesifikasi minyak kelapa sawit
dari produk Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) dengan
menggunakan Kromatografi gas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perusahaan

2.1.1 Sejarah perusahaan

Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati
termasuk diantaranya adalah minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit.
PT. Sinar Oleochemical International (SOCI) merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang pengolahan minyak sawit, RBDPS, dan RPDPO menjadi fatty
acid dan glycerin. Ide pendirian pabrik ini didasarkan pada peluang pasar dari
oleochemical sangat besar dan bahan baku untuk pembuatan oleochemical ini banyak
terdapat di Indonesia. Ide ini dicetuskan oleh investor Indonesia pada sebuah
pertemuan antara investor Indonesia dengan investor asing di Jakarta Convention
Center, Jakarta, pada tahun 1991.
Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam
lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester dan gliserin. Bahan-bahan tersebut
mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri kosmetik dan aspal.
Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan deterjen (Fauzi, 2004)
Melihat besarnya kebutuhan pasar akan oleochemical ini maka didirikanlah
PT. Sinar Oleochemical International (SOCI) yang memproduksi Beading yang
merupakan bahan baku pembuatan deterjen, sabun, minyak wangi dan lain-lain.
Perusahaan ini merupakan kerja sama antara investor Indonesia dengan investor
Jepang.
Rekan utama PT. Sinar Oleochemical International (SOCI) ini adalah Nippon
Oil and Fat (NOF) yang menguasai bidang teknologi dan pengolahan. Dengan
melihat prospek yang cerah dari perusahaan ini maka invertor Jepang tersebut juga
mencari mitra usaha yang berasal dari Jepang sendiri.
Dengan semakin majunya persaingan industri dalam pengolahan fatty acid
(asam lemak), maka pada awal tahun 1996 PT. Sinar Oleochemical International
(SOCI) mengembangkan produksinya dengan memproduksi Beading dan Flaker.
Menyongsong era perdagangan bebas PT. SOCI juga telah memperoleh sertifikat

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5

ISO 9002 pada tanggal 7 Oktober 1996. ISO yang dipelopori oleh negara-negara
Eropa ini mengawasi manajemen kualitas yang bertujuan untuk menghasilkan
produk yang berkualitas tinggi. Dengan adanya sertifikat ISO 9002 ini maka akan
menjamin kualitas produk sehingga diharapkan mampu bersaing di pasar
International.
2.1.2 Lokasi Perusahaan
PT. Sinar Oleochemical International (SOCI) berlokasi di Kawasan Industri
Medan (KIM) Jl. KL. Yos Sudarso Km. 10,5 Medan. PT. SOCI memilih lokasi
Kawasan Industri Medan (KIM) didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan :
1. Mudah dalam pengadaan bahan baku yang diperoleh dari PT. Ivomas Tunggal
yang juga merupakan anak perusahaan Sinar Mas Group yang berlokasi di Gabion
Belawan.
2. Dekat dengan pelabuhan Belawan yang digunakan sebagai sarana pengiriman
produk jadi
2.1.3 Standar Mutu Bahan/Produk
Untuk memperlancar proses produksinya dan untuk menjamin mutu
produknya PT. Sinar Oleochemical International (SOCI) mengadakan pemeriksaan
yang selektif terhadap mutu bahan baku yang diterima. Standard mutu dapat dilihat
seperti pada Tabel 2.1, Tabel 2.2, dan Tabel 2.3

Tabel 2.1. Bahan Baku PKO

No Parameter Standar

1 %FFA Max 5%

2 Moisture Max 1%

3 Smell Tidak berbau

4 Appearance Clear

Sumber : PT. Sinar Oleochemical International (SOCI)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Tabel 2.2. Bahan Baku RBDPO

No Parameter Standar

1 %FFA Max 2 %

2 Colour Max 3R

3 Moisture Max 1 %

4 Iodine value 50-55

5 Melting point 33-39

6 Smell Tidak berbau

7 Apperance Clear

Sumber : PT. Sinar Oleochemical International (SOCI)

Tabel 2.3. Bahan Baku RBDPS

No Parameter Standar

1 %FFA Max 0,2%

2 Colour Max 3R

3 Moisture Max 0,15- 1%

4 Iodine value 32-48

5 Melting point 44-53,5

6 Smell Tidak berbau

7 Apperance Clear

Sumber : PT. Sinar Oleochemical International (SOCI)

2.1.4 Bahan baku


Bahan Baku adalah bahan yang paling penting digunakan dalam pembuatan
suatu produk dimana keberadaan bahan tersebut sangat mempengaruhi nilai produk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Dengan kata lain, bahan baku adalah bahan utama dalam pembuatan suatu produk.
Bahan baku pembuatan fatty acid dan glycerin adalah :
a. Palm Kernel Oil (PKO) / Minyak inti sawit.
b. Refine Bleached Deodorized Palm Olein (RBDPO) : CPO yang sudah
diambil oleinnya (tinggal stearinnya) dan sudah di bleaching.
c. Refine Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) : CPO yang sudah di
bleaching (tinggal oleinnya).

2.1.5 Proses Produksi


Proses pembuatan fatty acid pada PT. Sinar Oleochemical International (SOCI)
berlangsung secara kontinu melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Proses Hidrolisa (Splitting )
Hidrolisa adalah proses pemisahan fatty acid (asam lemak) dan gliserin dari
lemak atas (oil) yang hasil sampingannya adalah free fatty acid, gliserin
mono, dan digliserida, tetapi bila didestilasi dapat hilang. Dalam reaksi
hidrolisa minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak dan gliserin
2. Proses Hidrogenasi (Hydrogenation )
Proses Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan
jalan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari fatty acid (asam
lemak), sehingga akan mengurangi tingkat kejenuhan minyak atau lemak.
3. Proses Destilasi (Destilation )
Proses Destilasi pada tahap ini berfungsi untuk :
1. Memperbaiki warna fatty acid
2. Menghilangkan bau tengik
3. Mengurangi kadar air
Proses Destilasi adalah proses penguapan zat-zat pengotor dengan cara
pemanasan fatty acid pada suhu 215-245dengan menggunakan thermal oil.
4. Proses Fraksinasi (Fractination )
Proses Fraksinasi adalah proses mengubah fatty acid menjadi kombinasi
tunggal, dan bertujuan untuk memisahkan satu campuran bahan untuk
mendapatkan zat asalnya, dimana fraksi-fraksinya didasarkan titik didih.
5. Granulasi (Granulation )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Proses Granulasi adalah proses pengkristalan fatty acid, dimana fatty acid
(cair) berubah menjadi padat (solid) dalam bentuk butiran dan lempengan
(bentuk butiran dinamakan beading, dan bentuk lempengan dinamakan
flaker).

2.2 Kelapa Sawit

Kelapa sawit (elais guineensis jacq) merupakan tanaman industri penghasil


minyak masak, minyak industi dan bahan bakar (biodiesel), selain itu kelapa sawit
merupakan bahan baku untuk industri sabun, industri lilin, industri pembuatan-
pembuatan lembaran timah, dan industri kosmetik. Tanaman kelapa sawit termasuk
dalam famili palmae, subkelas monocotyledoneae. Beberapa varietas unggul kelapa
sawit umumnya banyak ditanam diantaranya dura, psifera, dan tenera.
(Effendi,2011).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada bagian buahnya terdiri dari
eksokarp (kulit paling luar), mesokarp (serabut, mirip serabut kelapa), endokarp
(tempurung), dan kernel (inti sawit). Pengolahan bagian serabutnya (mesokarp)
dengan cara ekstraksi dapat menghasilkan minyak sawit (crude palm oil), sedangkan
pengolahan bagian kernel (inti) dapat menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel
oil,PKO). (Haryati, 1999).
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di
hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit
hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua
Nugini (Fauzi,2004).Kelapa sawit saat ini berkembang pesat di Indonesia. Masuknya
bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1848 hanya sebanyak 4 batang yang
berasal dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Keempat batang bibit kelapa sawit
ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara.
(Risza, 1994).
Minyak dari buah kelapa sawit terdiri dari minyak inti sawit (Crude Palm)
kernel Oil (PKO) dan minyak kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO) yang diperoleh
dari inti sawit (Fox, etal,1982). Dengan kandungan asam lemak tidak jenuh (50,2%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

minyak kelapa sawit juga dapat difraksinasi sehingga diperoleh fraksi padat (stearin)
dan fraksi cair (olein). Karakteristik yang berbeda pada fraksifraksi tersebut
menyebabkan aplikasinya sangat luas untuk produk-produk pangan ataupun non
pangan, Karena konsumen lebih menyukai minyak jernih berwarna kuning keemasan
maka dilakukan pemurnian kelapa yang membutuhkan beberapa proses pemurnian
sehingga diperoleh RBDPO.(Choo,et al,2001).
Tanaman sawit menghasilakan buah yang disebut tandan buah segar (TBS0.
Setelah diolah tandan buah segar akan menghasilkan minyak. Minyak yang bearsal
dari kelapa sawit terdiri atas dua macam. Pertama minyak yang berasal dari daging
buah (mesocarp). Kedua minyak yang berasal dari inti sawit dikenal sebagai minyak
inti sawit atau palm karnel oil (PKO) ( Pardamean,2008).
Beberapa manfaat kelapa sawit :
a.Bahan baku makanan
Lebih dari 80% minyak goreng yang ada diindonesia terbuat dari minyak
kelapa sawit. Kelebihan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng
adalah kandungan aswam oleat yang sangat tinggi yaitu sekitar 40%. Asam oleat
adalah asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap, sehingga selama proses
penggorengan relatif lebih stabil dibandingkan dengan minyak kedele
(Sulistyo,dkk.2006).
Minyak kelapa sawit dapat juga diolah menjadi bahan makanan seperti mentega,
lemak untuk masakan (shortening), bahan tambahan coklat, bahan baku es krim,
pembuatan asam lemak,vanaspati,bahan baku berbagai industri ringan, bahan makan
ternak
b.Bahan baku kosmetika dan obat-obatan
Krim,shampoo,lotion dan vitamin A adalah beberapa contoh produk yang berasal
dari minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit jauh lebih mudah diserap kulit
dibandingkan minyak lainnya.
c.Bahan baku industri berat dan ringan
Pada industri kulit, minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan pelembut
dan pelunak. Minyak kelapa sawit juga digunakan pada industri tekstil karena
miudah dibersihkan. Sebagai pelumas, minyak kelapa sawit cukup baik digunakan
karena tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi.Minyak kelapa sawit digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

sebagai “ cold rolling” dan “flixing agent” pada industri kawat dan perak dan sebagai
bahan flotasi pada pemisahan biji tembaga dan kobalt. Pada indutri ringan, minyak
kelapa sawit dijadikan salah satu bahan baku pembuatan sabun, semir sepatu, lilin,
detergen, dan tita cetak (Pardamean,M.2008).
Komposisi asam lemak minyak sawit cenderung lebih banyak mengandung
asam palmitat dan linoleat, sedangkan pada minyak inti sawit lebih banyak
mengandung asam laurat yang dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut :

Tabel 2.4 Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti kelapa sawit (Ketaren,
1986)
Asam Lemak Minyak kelapa sawit(%) Minyak kelapa inti(%)
Asam Kaprilat - 3–4
Asam kaproat - 3-7
Asam laurat - 46 -52
Asam Meristat 1.1 – 2.5 14 - 17
Asam Palmitat 40 – 46 6.5 - 6
Asam Stearat 3.6 – 4.7 1 – 2.5
Asam Oleat 39 – 45 13 - 19
Asam Linolenat 7 – 11 0.5 – 2

Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor,
kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan,
sliping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik keruhan ( turbidity
point). titik asap, titik nyala dan titik api (Ketaren, 1986).

2.3 Pemurnian minyak

Proses pemurnian merupakan langkah yang perlu dilakukan dalam produksi


edibble oil dan produk berbasis lemak. Tujuan dari proses ini adalah untuk
menghilangkan pengotor dan komponen lain yang akan mempengaruhi kualitas dari
produk akhir/jadi. Kualitas produk akhir yang perlu diawasi adalah bau, stabilitas
daya simpan, dan warna produk.

Dalam sudut pandang industri, tujuan utama dari pemurnian adalah untuk
merubah minyak kasar/mentah menjadi edibble oil yang berkualitas dengan cara
menghilangkan zat pengotor yang tidak diinginkan sampain level yang diinginkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

dengan cara yang paling efesien. Bahan yang tidak diinginkan atau pengotor dalam
minyak mungkin biogenic misalnya disintesis oleh tanaman itu sendiri tanpa bahan
tersebut bisa jadi bahan pengotor yang diambil oleh tanaman dari lingkungannya.
Pengotor tersebut mungkin diperoleh selama proses hulu, yaitu ekstaksi,
penyimpanan atau transportasi dari minyak kasar/mentah dari lapang pabrik. Proses
pemurnian yang tepat sangat penting dilakukan dalam rangka untukn memproduksi
produk akhir yang berkualitas tinggi dalam rentan spesifikasi yang telah ditentukan
dan sesuai dengan keinginan pelanggan. Ada 2 tipe dasar teknologi pembersihan
yang tersedia untuk minyak :

1. Pembersihan secara kimia (alkali)


2. Pembersihan secara fisik

Perbedaan diantara kedua tipe tersebut didasarkan pada jenis bahan kimia yang
digunakan dan cara penghilangan FFA. Pembersihan secara fisik tampaknya pada
prakteknya menggantikan pengguanakan teknik pembersihan menggunakan bahan
kimia (alkali) karena tingginya asam lemak bebas (FFA) pada minyak yang
dibersihkan secara kimia. Proses deasidifikasi (deodorisasi) pada proses pembersihan
secara fisik mampun mengatasi masalah tersebut. Terpisah dari hal tersebut, menurut
literatur, metode ini dosarankan karena diketahui cocok untuk minyak tumbuhan
dengan kadar fosfat yang rendah seperti minyak sawit. Dengan demikian,
pembersihan secara fisik terbukti memiliki efesiensi yang tinggi, kehilangan yang
lebih sedikit (Nilai Pemurnian < 1,3), biaya operasi yang lebih rendah, modal yang
lebih rendah dan lebih sedikit bahan untuk ditangani.Nilai pemurnian (NP) adalah
parameter yang digunakan untuk memperkirakan berbagai tahap pada proses
pemurnian. Faktor ini tergantung pada hasil produk dan kualitas dari input yang
dihitung yaitu :

Nilai Pemurnian

NP biasanya dikuantifikasi untuk berbagai tahap dalam proses pemurnian


secara sendiri-sendiri dan pengawasan NP dalam pemurnian biasanya berdasarkan
berat yang dihitung dari pengukuran volumetrik yang disesuaikan dengan suhu atau
menggunakan accurate cross-checked flow meters.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Secara umum, pemurnian secara kimia memerlukan tahap proses,peralatan


dan bahan kimia yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pemurnian secara
fisik. Diagram proses untuk proses pemurnian secara kimia dan secara fisik
digambarkan pada Gambar 2.1 berikut :

Crude Palm Oil

Pysical Refining Chemical Refining

Degumming Gums Degumming

Bleaching Soap stock AlkilNeutralization

Deodorization Bleaching
spilitting

FFA Deodorization

Palm Refined
Fatty Acid Bleached
Distillates Deodorise
(PFAD) d Palm Oil
Neutralized
(RBDPO)
Bleached

Deodorized

Gambar 2.1 Proses pemurnian/refining dari CPO secara kimia dan fisika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Secara umum, pemurnian secara kimia memerlukan tahap proses,peralatan dan bahan
kimia yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pemurnian secara fisik. Diagram
proses untuk proses pemurnian secara kimia dan secara fisik digambarkan pada
Gambar 2.1
2.3.1 Pemurnian (Refening) Kimia
Pemurnian secara kimia atau pemurnian basa adalah metode konversional yang
digunakan untu memurkan CPO. Ada tiga tahap pada proses refening secara kimia,
yaitu 1. Degummint, 2. Penjernian dan Filtrasi, 3. Penghilangan bau.
1. Degumming dan Netralisasi
Pada tahap ini, bagian fosfatida dari minyak dihilangkan dengan
menambahkan aditif dibawah kondisi reasksi yang spesifik. Aditif yang
paling umum digunakaan adalah asam fosfat dan asam sitrat. Setelah itu,
dilakukan proses netralisasi dengan menggunakan basa untuk menghilangkan
asam lemak bebas. Larutan kemudian dimasukkan kedalam labu pemisah
sehingga akan terpisah antara bagian minyak dengan sabun hasil reaksi antara
basa dengan asam lemak bebas. Untuk menghilangkan kelebihan basa,
minyak tersebut dicuci dengan air panas.
2. Penjernihan dan Filtrasi

Minyak yang telah dicuci kemudian dilakukan tahap kedua, yaitu


penjernihan. Pada tahap ini, minyak dimasukkan kedalam bejana silindris
dengan pengaduk yang dinamakan “ Bleacher”. Minyak tersebut kemudian
dipanaskan pada suhu 90oC dibawah kondisi vakum. Minyak tersebut
dievaporasi hingga kering. Minyak yang kering kemudian ditambahkan
karbon aktif sehingga karbon aktif tersebut akan mengadsorpsi warna dari
minyak. Campuran minyak dan agen pemutih dilakukan tahap filtrasi untuk
memisahkan adsorben dari minyak. Minyak yang diperoleh lebih jenih dari
awal.
3. Penghilangan Bau

Minyak setelah dilakukan tahap penjernihan masih mengandung beberapa


bahan yang menyebabkan bau, sehingga perlu dilakukan tahap deodorisasi.
Minyak yang jenih dimasukkan kedalam bejana silindris yang dinamakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

“Deodoriser”. Deodoriser dijaga pada kodisi vakum yang tinggi kemudian


dipanaskan pada suhu 200oC dengan tekanan yang tinggi. Senyawa yang
folatil akan menguap dengan bebrapa pembawa. Minyak ini kemudian
didinginkan dan dijernihkan melewati mesin penyaring untuk mendapatkan
minyak yang bening.
2.3.2 Pemurnian (Refining) Fisika
Pemurnian secara fisika adalah metode3 alternatif dimana cara
penghilangan asam lemak bebas dilakukan dengan destilasi pada temperatur
yang tinggi dan vakum yang rendah. Cara ini menggantikan penambahan
basa pada metode pemurnian kimia. Penjernihan secara fisika juga dapat
dikatakan sebagai deasifiaksi dengan destilasi uap dimana asam lemak bebas
dan senyawa volatil lainnya dipisahkan dari minyak menggunakan agen
stripping yang lebih efektif. Pada tahap pemurnian fisika, FFA dihilangkan
pada tahap akhir. Kelebihan pemurnian fisika dibandingakan kimia adalah :
a. Mendapatkan hasil yang lebih baik
b. Asam lemak yang dihasilkan sebagai produk samping memilki
kualitas yang tinggi
c. Stabilitas minyak yang baik
d. Peralatan yang digunakan murah
e. Operasinya sederhana
(Hui, 1996)

2.4 Lemak dan Minyak

Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu
ruang berada dalam keadaan rapat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam
suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk
membedakan minyak dan lemak ini.
Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu
ruang berada dalam keadaan rapat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam
suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk
membedakan minyak dan lemak ini.Dalam proses pembentukannya, trigliserida
merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

asam lemak (umumnya ketiga asam lemak berbeda-beda) yang membentuk satu
molekul air (Suarmadji,1989).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau trigliserol yang berarti triester dari
gliserol yang merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini
merupakan senyawa hasil kondensasi dari molekul gliserol dengan tiga molekul
asam lemak seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Proses kondensasi 1 molekul gliserol dengan 3 molekul asam lemak
(Mangoensoekarjo, 2003)

Bila R1 = R2 = R3, maka trigeliserida yang terbentuk adalah trigliserida


sederhana dan bila berbeda disebut trigliserida campuran. Jika satu molekul asam
lemak berikatan dengan satu molekul gliserol, akan terbentuk mono gliserida, bila
berikatan dengan dua asam lemak maka terbentuk digliserida (Parkin, 1991).
Apabila satu molukul gliserol hanya mengikat satu molekul asam lemak maka
hasilnya disebut monogliserida dan kalau dua asam lemak disebut digliserida. Mono
dan digliserida ini sengaja dibuat misalnya dari sintesa gliserida yang tak sempurna
atau dengan hidrolisa tak sempurna bahan trigliserida (Sudarmadji, 1989).
2.4.1 Asam Lemak (Fatty Acid)
Asam lemak merupakan oleokimia yang dasar yang paling banyak
digunakan. Dapat dikatakan bahwa asam lemak merupakan induksi dari oleokimia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

dasar, karena beberapa oleokimia dasar yang lain seperti fatty ester, fatty alcohol dan
fatty amina dapat disintesis dari asam lemak. Akibatnya meningkatkan kebutuhan
oleokimia dasar tersebut, diperkirakan kebutuhan asam dunia meningkat 3% per
tahun, dari 2,65 juta ton per tahun 1995 menjadi 4 juta ton pada tahun 2010. Asam
lemak yang berasal dari Amerika dan eropa pada umumnya disintesis dari tallow,
minyak kelapa, minyak kedelai, dan lain-lain.
Produk turunan asam lemak seperti fatty ester, fatty alcohol dan fatty amina
lainnya digunakan untuk menggantikan produk-produk petrokimia. Dengan semakin
meningkatnya kesadaran akan lingkungan, maka permintaan untuk produk asam
lemak nabati akan meningkat. Disamping itu harga produk-produk asam lemak
nabati akan meningkat karena dibebani biaya pencemaran lingkungan (Sulistyo,dkk.
2006).
Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus tanpa cabang yang
mengandung atom karbon genap mulai dari C-4, tetapi yang paling banyak adalah C-
16 dan C-18. Asam lemak digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan panjang rantai
asam lemak, tingkat kejenuhan, dan bentuk isomer geometrisnya. Berdasarkan
panjang rantai asam lemak dibagi atas; asam lemak rantai pendek (short chain fatty
acids, SCFA) mempunyai atom karbon lebih rendah dari 8, asam lemak rantai
sedang mempunyai atom karbon 8 sampai 12 (medium chain fatty acids, MCFA) dan
asam lemak rantai panjang mempunyai atom karbon 14 atau lebih (long chain fatty
acids, LCFA). Semakin panjang rantai C yang dimiliki asam lemak, maka titik
lelehnya akan semakin tinggi (Silalahi, 2000; Silalahi dan Tampubolon, 2002).
Asam-asam yang ditemukan dialam, biasanya merupakan asam-asam
monokarboksilat dengan rantai tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon
genap. Pembentukan ALB pada umumnya banyak terjadi dilapangan, sebelum buah
mulai diolah dipabrik. Faktor yang paling mempengaruhi adalah derajat kematangan
buah. Kenaikan ALB mulai dari pengolahan dipabrik sampai dipelabuhyan
sebaliknya kurang dari 1 persen. Jika kadar ALB sangat ditentukan oleh mutu panen
yang masuk ke pabrik. Oleh karena itu, ALB merupakan parameter terhadap mutu
produksi minyak kelapa sawit (Naibaho, 1998).
Berdasarkan tingkat kejenuhan asam lemak dibagi atas; asam lemak jenuh
(SFA) karena tidak mempunyai ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh tunggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

(MUFA) hanya memiliki satu ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh jamak
(PUFA) memiliki lebih dari satu ikatan rangkap. Semakin banyak ikatan rangkap
yang dimiliki asam lemak, maka semakin rendah titik lelehnya (Silalahi, 2000;
Silalahi dan Tampubolon, 2002).
Berdasarkan bentuk isomer geometrisnya asam lemak dibagi atas asam lemak
tak jenuh bentuk cis dan trans. Pada isomer geometris, rantai karbon melengkung ke
arah tertentu pada setiap ikatan rangkap. Bagian rantai karbon akan saling mendekat
atau saling menjauh. Jika saling mendekat disebut isomer cis (berarti berdampingan),
dan apabila saling menjauh disebut trans (berarti berseberangan). Asam lemak alami
biasanya dalam bentuk cis. Isomer trans biasanya terbentuk selama reaksi kimia
seperti hidrogenasi atau oksidasi. Titik leleh dari asam lemak tak jenuh bentuk trans
lebih tinggi dibanding asam lemak tak jenuh bentuk cis karena orientasi antar
molekul dengan bentuk cis yang membengkok tidak sempurna sedangkan asam
lemak tak jenuh trans lurus sama seperti bentuk asam lemak jenuh (Silalahi, 2000;
Silalahi dan Tampubolon, 2002).

Adapun asam-asam lemak yang penting yang terdapat dalam minyak dan lemak
dapat dilihat pada table 2.5 (Krischenbauer, 1960) sebagai berikut :

Tabel 2.5 Asam Lemak yang penting terdapat dalam minyak dan lemak
Atom Karbon Sumber/hasil Titik cair
Jenis Asam

Asam Lemak Jenuh

CH3(CH2) 2COOH Susu sapi -7,6


n-Butirat
(CH3)2CHCH2COOH Minyak ikan lumba- -37,6
Isovalerat lumba
CH3(CH2)4COOH Minyak kelapa, -1,5
n-Koprat Minyak kelapa sawit
CH3(CH2)6COOH Minyak kelapa, 1,6
n-Karprilat Minyak kelapa sawit
CH3(CH2)8COOH Susu sapi, 31,5
Kaprat Susu kambing,
Minyak kelapa,
Minyak kelapa sawit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

CH3(CH2)10COOH Minyak kelapa, 44


Laurat Minyak inti sawit
CH3(CH2)12COOH Minyak pala, 58
Miristat Minyak ikan hiu
CH3(CH2)14COOH Minyak kelapa sawit 64
Palmitat
CH3(CH2)16COOH Minyak kelapa sawit 69,4
Stearat
CH3(CH2)18COOH Minyak kacang tanah 76,3
Arakidat
CH3(CH2)22COOH Minyak kacang tanah 8
Lignoserat

Atom Karbon Sumber/hasil Titik cair


Jenis Asam

Asam Lemak Tidak Jenuh

CH3(CH2)7=CH- Minyak kacang tanah, 14


Oleat CH2(CH2)7COOH Minyak jambu mente
CH3(CH2)7=CH- Lemak babi, minyak 33
Erukat CH2(CH2)11COOH hati ikan hiu, minyak
bijik lobak

2 Ikatan rangkap atau lebih


CH3(CH2)4=CH- Minyak biji kapas, -11
Linoleat CH2CHCH=CH- Minyak jagung,
(CH2)7COOH Minyak kacang kedelai
CH3CH2CH=CH- Minyak ikan tuna -11
Linolenat CH2CH=CHCH2- Minyak ikan kcd
CH=CH(CH2)7COOH Minyak bunga
matahari
C2OH32O2 Lemak babi, minyak
Arakidat

Semakin panjang rantai atom C asam lemak semakin tinggi titik


cairnya. Namun apabila ada ikatan tak jenuhnya, maka titik cair rantai C
asam lemak yang sama akan turun. Dengan prinsip perbedaan titik cair
asam-asam lemak ini trigliserida dapat dipisahkan secara fisis antara
komponen minyak dan lemaknya. Komponen-komponen minyak umumnya
terdiri dari trigliserida yang memiliki asam-asam lemak yang jenuh
(Sudarmadji , 1989).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.4.2 Sifat- sifat asam lemak


Sifat asam lemak ditentukan oleh rantai hidrokarbonnya. Asam lemak
berantai jenuh yang mengandung 1 sampai 8 atom karbon berupa cairan sedangkan
lebih dari 8 atom karbon berupa padatan. Asam stearat mempunyai titik cair 70 °C
tetapi dengan adanya satu saja ikatan tidak jenuh seperti pada asam oleat, titik
cairnya menurun sampai 14 °C. Dengan tambahan beberapa ikatan rangkap, titik cair
bisa lebih rendah lagi.
Struktur asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh sangat berbeda sekali.
Apabila ada ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak, maka akan didapat
isomer geometri. Pada asam lemak jenuh ujung rantai hidrokarbon berkonfirmasi
tidak terbatas karena tiap ikatan tulang karbonnya dapat dengan bebas berotasi.
Sedangkan asam lemak tidak jenuh berotasi kaku karena adanya rantai ikatan
rangkap. Bentuk cis kurang stabil jika dibandingkan dengan bentuk trans, karena itu
dengan katalis, bentuk cis bisa berubah jadi bentuk trans. Sebagai contoh asam oleat
dapat berubah jadi isomer transnya yaitu asam elaidat yang memiliki titik didih lebih
tinggi.
Pada asam lemak yang mengandung banyak ikatan rangkap, konfigurasi cis
menyebabkan rantai hidrokarbon membengkok sehingga rantainya lebih pendek.
Tetapi kalau diperhatikan senyawa berantai hidrokarbon yang tidak berikatan
rangkap, maka terlihat bahwa senyawa ini tidak berupa rantai lurus yang dapat
mengisi ruangan yang sempit. Sampai menarik perhatian para ilmuwan ialah karena
membran sel hewan dan tumbuhan banyak mengandung asam lemak tak jenuh
(Girindra, 1990).

2.4.3 Pembuatan metil ester asam lemak

Pada prinsipnya proses pembuatan metil ester asam lemak sangat sederhana.
Metil ester dihasilakan melalui proses transesterifikasi minyak atau lemak dengan
alkohol. Alkohol akan menggantikan gugus alkohol pada struktur ester minyak
dengan bantuan katalis. NaOH dan KOH adalah katalis yang umum digunakan. Metil
ester umumnya diproduksi dari refined vegetable oil (minyak murni) melalui proses
transesterifikasi. Pada dasarnya, proses ini bertujuan untuk mengubah trigliserida

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

menjadi metil ester asam lemak. Reaksi transesterifikasi dapat di lihat pada gambar
2.3 sebagai berikut :

Gambar 2.3 Reaksi Transesterifikasi

~ Transesterifikasi

Metode transesterifikasi merupakan metode yang umum digunakan untuk


memproduksi biodiesel. Metode ini biasanya menghasilkan biodiesel hingga
rendemen 95% dari bahan baku minyak tumbuhan. Metode transesterifikasi pada
dasarnya terdiri atas 4 tahapan :

1. Pencampuran katalis alkalin(umumnya NaOH atau KOH) dengan alkohol(metanol


atau etanol) pada konsentrasi katalis antara 0,5-1 wt% dan 10-20 wt%metanol
terhadap massa minyak

2. Pencampuran alkohol dan katalis dengan minyak pada temperatur 55 oC dengan


kecepatan pengadukan konstan. Reaksi dilakukan sekitar 30-45 menit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

3. Setelah reaksi berhenti, campuran didiamkan hingga terjadi pemisahan antara


metil ester dan gliserol. Metil ester yang dihasilkan pada tahap ini sering disebut
sebagai crude biodiesel, karena metil ester yang dihasilkan mengandung zat-zat
pengotor, seperti sisa metanol, sisa katalis alkalin, gliserol dan sabun

4. Metil ester yang dihasilkan pada tahap ketiga dicuci dengan menggunakan air
hangat untuk memisahkan zat-zat pengotor dan kemudian dilanjutkan dengan
pengering (drying) untuk menguapkan air yang terkandung dalam metl ester
(Hambali.et al, 2007)

2.5 Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam


sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat
berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan
yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase
gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak, maka
prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan jika
kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair.

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada


pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi
dibedakan menjadi :
a) Kromatografi adsorbsi

b) Kromatografi partisi

c) Kromatografi pasangan ion

d) Kromatografi penukar ion

e) Kromatografi eksklusi ukuran, dan

f) Kromatografi afinitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas :


a) Kromatografi kertas

b) Kromatografi lapis tipis

c) Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), dan

d) Kromatografi gas (Rohman, 2007).

2.6 Kromatografi Gas


Gas Chromatography (GC) merupakan metode yang dinamis untuk
pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu
campuran. GC merupakan teknik instrumental yang saat ini merupakan alat utama
yang digunakan oleh laboratorium untuk melakukan analisis. GC dapat secara
diotomatisasi untuk analisis sampel-sampel padat, cair maupun gas. Sampel padat
dapat diekstraksi atau dilarutkan dalam suatu pelarut sehingga dapat diinjeksikan
kedalam sistem GC demikian juga sampel gas dapat langsung diambil dengan
penyuntik yang ketat terhadap gas.

2.6.1 Prinsip dasar Kromatografi Gas


Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang
mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung rasio distribusinya.
Pada umunya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya,
kecuali jika ada interaksi khusus antara solut dan fase diam. Pemisahan pada
kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua
interaksi yang mungkin terjadi antara solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya
ke detektor (Rohman, 2007).
2.6.2 Cara kerja peralatan Kromatografi Gas
Skema peralatan alat instrument Kromatogfari gas dapat dilihat pada gambar
2.4 berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Gambar 2.4 Skema Instrumen Kromatografi Gas (Rohman, 2007)

1. Suatu suplai gas dari tabung bertekanan tinggi


Tujuan utama dari gas pembawa adlah membawa sampel ke dalam kolom.
Dan gas pembawa ini adalah fase gerak dan inert dan tidak berinteraksi secara kimia
dengan sampel. Tujuan kedua adalah menyediakan untuk memberikan matriks cocok
untuk detektor untuk mengukur komponen sampel (McNair, 1990).
Gas pengemban yang digunakan adalah helium, nitrogen, hidrogen atau
argon; pemilihan gas bergantung pada faktor seperti ketersediaan, kemurnian yang
dituntut, konsumsi dan tipe detektor (Vogel, 1994).
2.Sistem Menginjeksi
Komponen kromatografi gas yang utama selanjutnya adalah ruang suntik atau
inelt. Fungsi dari ruang suntik ini adalah untuk menghantarkan sampel ke dalam
aliran gas pembawa. Penyuntikan sampel dapat dilakukan manual atau secara
otomatis (yang dapat menyesuaikan jumlah sampel) (Rohman, 2007).
Sampel dimasukkan dengan menggunakan spuit mikro dengan jarum
hipodermik. Jarum ditusuk pada sekat karet silikon yang mengendap sendiri dan
contohnya diinjeksikan dengan merata ke dalam blok logam yang dipanasi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

ujung kolom. Manipulasi spuit dapat dianggap sebagai suatu seni yang
dikembangkan dengan latihan dan sasarannya haruslah bagaimana memasukkan
contoh dengan cara yang dapat direproduksi (Vogel, 1994).
3.Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya
terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral dalam
kromatografi gas. Ada 2 jenis kolom pada kromatografi gas yaitu kolom kemas
(packing column) dan kolom kapiler (capillary column) (Rohman, 2007).
Pemisahan sebenarnya dari komponen-komponen contoh dilaksakan dalam
kolom dimana sifat dasar dari penompang padat, tipe dan banyaknya fase cair,
metode kemasan, panjang dan temperatur merupakan faktor-faktor penting dalam
memperoleh daya pisah yang diinginkan (Vogel, 1994).
4.Detektor
Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor.
Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase
gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan (Rohman, 2007).
Fungsi detektor, yang terletak pada ujung keluar dari kolom pemisahan
adalah untuk merasakan dan mengukur kuantitas kecil dari komponen yang telah
terpisahkan yang ada dalam aliran gas pengemban yang meninggalkan kolom.
Keluaran dari detektor diumpan ke sebuah perekam yang menghasilkan suatu jejak
pena yang disebut kromatogram.

2.7 Analisa asam lemak

Kromatografi gas merupakan metode secara fisika kimia yang digunakan


untuk senyawa – senyawa volatil. Pada cara ini komponen – komponen campuran
mengalami partisi antara fase gerak dan fase diam. Fase gerak adalah gas yang
murni, sedangkan fase diam berupa padat Gas Solid Chromatografy (GSC).
Pemisahan disini berdasarkan pada tekanan uap dan dan kelarutan. Komponen –
komponen yang kurang larut dalam fase diam dan lebih volatil pada suhu kerjaakan
bergerak lebih cepat didalam kolom dibandingkan dengan komponen –komponen
yang mudah larut dan kurang volatil, sehingga persyaratan yang harus dipenuhi oleh
komponen – komponen agar ia dapat dianalisa atau dipisahkan dengan kromatografi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

gas adalah mempunyai volatilitas tinggi dan kestabilan termal yang tinggi. Dalam
menganalisa senyawa – senyawa organik, maka dilakukan perubahan senyawa –
senyawa tersebut menjadi derivatnya yang volatil sehingga memenuhi persyaratan
untuk pemisahan kromatografi.Adapun bagan dari kromatografi gas dapat
digambarkan sebagai berikut (Horwitz and William,1975).

Berdasarkan (American Oil Chemists’ Society (AOCS), 1997), penentuan


kualitatif dan kuantitatif untuk saturated fatty acid (SFA), monounsaturated fatty
acid (MUFA), dan polyunsaturated acid (PUFA) secara kromatografi gas dapat
menggunakan kolom kapiler. AOCS Ce Ie-91 juga menetapkan bahwa kolom yang
dapat digunakan bisa pendek (50-60 m) atau panjang (100-120 m) dengan fase diam
yang kepolarannnya tinggi. Selain itu, detektor yang dapat digunakan yaitu flame
ionization detector (FID) dengan suhu pengoperasian 250 °C. Gas pembawa yang
dapat digunakan yaitu helium, nitrogen, atau hidrogen. Metode boron triflorida
merupakan metode yang dapat digunakan untuk menghasilkan asam lemak metil
ester dari trigliserol minyak atau lemak (Moss dan Wilkening, 2005).

Untuk mengetahui asam lemak dalam minyak, maka asam lemak terlebih
dahulu dipisahkan dari gliserolnya dengan cara menambahkan minyak
denganmethanol sehingga terbentuk gliserol dan berbagai asam lemak.
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah proses yang mereaksikan
trigliserida dalam minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek
seperti metanol atau etanol menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty Acids Methyl
Esters / FAME) dan gliserol (gliserin) sebagai produk samping. Katalis yang
digunakan pada proses transeterifikasi adalah basa/alkali, biasanya digunakan
natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH), dan hasil metil esterasam
lemak dapat dilakukan dengan menggunakan kromatografi gas sehingga
menghasilkan komposisi asam lemak (Zulyana, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat
 Gas Chromatography (Shimadzu 14B dan 7A)
 Screw botol 5 mL (vial GC)
 Pemanas aluminium blok
 Neraca analitik

3.2 Bahan
 Produk RBDPS
 BF3 – metanol kompleks
 N – heksan
 NaCl jenuh
 NaOH - metanol 0,5 N

3.3 Prosedur
3.3.1 Penentuan Asam Lemak
 Diambil sampel RBDPS dan ditentukan asam asam lemak dengan
kromatografi gas
 Timbang sampel sebanyak (20±2) mg kedalam botol tertutup
 Tambahkan 1 mL BF3 - metanol kompleks dan dikocok sampai larut
 Letakkan pada blok pemanas aluminium dengan temperatur 65 oC selama
15 menit
 Tambahkan 1 mL NaCl jenuh dan dikocok dengan kuat selama 30 detik
 Kemudian tambahkan 1 mL N – heksan dan koocok lagi selama 1 menit
dan diamkan 5 menit
 Injeksikan 1 µL lapisan atas ke alat kromatografi dengan menggunakan
suntik injeksi

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27

3.3.2 Penentuan Minyak dan Lemak


 Diambil sampel RBDPS dan ditentukan asam asam lemak dengan
kromatografi gas
 Timbang sampel sebanyak (20±2) mg kedalam botol tertutup
 Tambahkan 0,8 mL larutan NaOH – metanol 0,5 N dan dikocok
dalam botol sampai larut
 Letakkan pada blok pemanas aluminium dengan temperatur 65 oC
selama 10 menit
 Setelah didinginkan 5 menit tambahkan BF3 – metanol kompleks 1
mL, kemudian kocok
 Letakkan pada blok pemanas aluminium dengan temperatur 65 oC
selama 10 menit
 Tambahkan 1 mL NaCl jenuh dan dikocok dengan kuat selama 30
detik
 Kemudian tambahkan 1 mL N – heksan dan koocok lagi selama 1
menit dan diamkan 5 menit
 Injeksikan 1 µL lapisan atas ke alat kromatografi dengan
menggunakan suntik injeksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data hasil analisa

Hasil asam-asam lemak dalam produk RBDPS yang diperoleh dengan


menggunakan kromatografi gas dapat dilihat pada table 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hasil analisa asam-asam lemak dalam produk RBDPS

Hasil analisa
No Asam lemak Luas Puncak Waktu Konsentrasi(%)

1 C12 2458 4,785 0,114


2 C14 24253 5,785 1,084
3 C16 1362135 6,724 60,015
4 C18 108637 7,532 4,878
5 C18F1 625695 7,653 26,639
6 C18F2 137813 7,847 6,430
7 C18F3 2387 8,094 0,117
8 C20 7713 8,301 0,377

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29

4.2 Perhitungan
Untuk mengetahui persentase asam-asam lemak dari kromatogram dapat dihitung
dengan persamaan dibawah ini :

Sehingga perhitungannya sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

4.3 Pembahasan

Analisa asam lemak dengan Kromatografi ini bertujuan melakukan reaksi


transesterifikasi pada minyak kemudian dianalisis dengan kromatografi gas. Minyak
sulit dianalisis langsung dengan kromatografi gas karena memiliki berat molekul
yang yang besar. Sehingga diperlukan suhu yang tinggi untuk mengubah sampel
menjadin gas. Setelah dilakukan transesterifikasi berat molekul sampel manjadi lebih
ringan. Jadi, transesterifikasi berfungsi untuk menurunkan titik didih sampel dengan
cara menurunkan berat molekul trigliserida dan menghilangkan ikatan hidrogen yang
berpotensi membentuk asam lemak bebas.

Pada percobaan ini minyak ditambahkan dengan NaOH - metanol dimana untuk
menjalani reaksi transesterifikasi. Lalu kedalam larutan ditambahkan BF3 – metanol
sebagai katalis, reaksi esterifikasi pada dasarnya dapat berlangsung tanpa katalis
namun membutuhkan pemanasan untuk menaikkan energi kinetik reaktan agar dapat
melewati energi aktivasi dan bereaksi membentuk produk. Namun, agar reaksi
berjalan dengan cepat maka diperlukannya suatu katalis. Setelah produk terbentuk,
larutan diekstraksi dengan menggunakan n – heksan dan akuades terlebih dahulu
karena produk metil ester cenderung bersifat non-polar dan larut didalam n – heksan.
Ekstraksi berguna untuk memisahkan produk dari hasil samping seperti gliserol yang
lebih larut dalam air. Selain itu, katalis BF3 – metanol dan NaOH – metanol juga
larut dalam air, sehingga didalam fasa organik (n–heksan) diinginkan hanya ada
metil ester saja. Sehingga ada kemungkinan didalam fasa organik terdapat sedikit air
maka ditambahkan NaCl jenuh untuk menarik air.

Produk akhir ini selanjutnya akan dianlisa dengan menggunakan kromatografi gas
shimadzu 14B dan 7A. Hasil pemisahan tersebut mengandung jenis-jenis asam lemak
besrta kadarnya. Adapun asam-asam lemak yang terdapat didalam RBDPS setelah
dianalisa dengan kromatografi gas adalah asam laurat (C12) 0,114 %, asam miristat
(C14) 1,084 %, asam palmitat (C16) 60,015 %, asam stearat (C18) 4,878 %, asam oleat
(C18F1) 26,639 % , asam linoleat (C18F2) 6,430 %, dan asam linolenat (C18F3) 0,117
%. asam arakidat (C20) 0,377 %.
Dari data yang diperoleh jumlah kadar dari masing-masing asam lemak telah
memenuhi standard spesifikasi yangb ditetapkkan sehingga kualitasnya baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpula dari Karya Ilmiah ini adalah :
1. Terdapatnya asam lemak dalam produk RBDPS (Refined Bleached
Deodorized Palm Stearin) tersebut yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak
tak jenuh.
2. Dari hasil analisa dengan menggunakan Kromatografi Gas diperolehnya jenis
asam-asam lemak dari produk RBDPS(Refined Bleached Deodorized Palm
Stearin) adalah sebagai berikut :
o Asam laurat (C12) 0,114%
o Asam miristat (C14) 1,084%
o Asam palmitat (C16) 60,015%
o Asam stearat (C18) 4,878%
o Asam oleat (C18F1) 26,639%
o Asam linoleat (C18F2) 6,430%
o Asam linolenat (C18F3) 0,117 %.
o Asam arakidat (C20) 0,377%.
3. Asam-asam lemak yang dihasilkan dari Produk RBDPS (Refined Bleached
Deodorized Palm Stearin) sudah memenuhi standar menurut para ahli, yaitu
menurut Godin dan Spensley, 1971 yang dapat dilihat pada table 5.1 sebagai
berikut :

Table 5.1 Komposisi asam lemak pada minyak kelapa sawit


Jenis asam lemak Komposisi Komposisi
Laurat (C12:0) < 1,2 Laurat (C12:0) < 1,2
Miristat (C14:0) 0,5 - 5,9 Miristat (C14:0) 0,5 - 5,9
Palmitat (C16:0) 32 – 59 Palmitat (C16:0) 32 – 59
Palmitoleat (C16:1) < 0,6 Palmitoleat (C16:1) < 0,6
Stearat (C18:0) 1,5 – 8 Stearat (C18:0) 1,5 – 8
Oleat (C18:1) 27 – 52 Oleat (C18:1) 27 – 52
Linoleat (C18:2) 5,0 – 14 Linoleat (C18:2) 5,0 – 14
Linolenat (C18:3) < 1,5 Linolenat (C18:3) < 1,5

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32

5.2 saran

1. Saran penulis untuk penelitian selanjutnya sebelum melakukan analisa hendaknya


diperhatikan alat-alat yang digunakan sudah benar dalam keadaan bersih.

2. Disarankan agar penelitian selanjutnya dapat melakukan analisa RBDPS (Refined


Bleached Deodorized Palm Stearin) dengan menggunakan metode yang lainnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Choo, Y.M; A.N. Ma; H.Yahaya; Y.Yamauchi; M. Bounoshita dan M.


Saito.2001Kuala Lumpur: Proc. Of Int. Palm Oil Conf. PORIM., Kuala
Lumpur

Effendi, R.dan Widanarko, A.2011.Kelapa Sawit.Jakarta:Agromedia Pustaka.


Fauzi, Yan, dkk. 2006.Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Gandjar, I G. Dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Girindra, A.1990. Biokimia I.Jakarta, PT. Gramedia.
Godin. VJ. and Spensley, PC. 1971. TPI Crop Product Digest Oil Seeds. The
Tropical Product Institute, Foreign and Commonwealth Office. 246 hal.
Hambali, E., Mujdalifah. S., Tambunan, A. H., Pattiwiri, A. W., Hendroko,
R.2007.Teknologi Bioenergi. Jakarta:Agromedia Pustaka.
Harjono. 2009.Pembuatan Sabun Mandi,Penebar Swadya.Jakarta.
Haryati, T. (1999). Development and Application of Differential Scanning
Calorimetric Methods for Physical and Chemical Analysis of Palm Oil.
Disertation of PhD. Malaysia: University Putra Malaysia.
Horwitz, W.1975.Official Methods of analysis of The Association of Analitycal
Chemistry.12th Edition. Washington.
Hui, Y., H.1996.Bailey’s Industrial Oil and Fat Product.Vol 1,5 ed,pp,46-53, John
Willey and Sons.New York.
Ketaren, S.1986.Minyak dan Lemak Pangan.Jakarta:UI Press.
Krischenbauer.1960. Fat and Oil At Outline of Thier Chemistry and Technology.
New York: Reinhold Publishing CO.
Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.

Moss, J. S. dan Wilkening, V. (2005). Trans Fats Alternatives: Trans Fat-New FDA
Regulations. United States of America: AOCS Press. Hal. 26-29.
Mustafa, H.2004.Teknik Berkebun Kelapa Sawit.Jakarta, Adi Cita Karya Nusa.
Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan.

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34

Pardamean, M.2008., Panduan Lengkap Pengolahan Kebun dan Pabrik Kelapa


Sawit. Jakarta:Agromedia Pustaka.
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Kanisus.
Rohman, A.2007.Kimia farmasi analisis. Yogyakarta : Pustaka belajar.
Silalahi, J., dan Tampubolon, S.D.R. (2002). Asam Lemak Trans dalam Makanan
dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Jurnal Teknloogi dan Industri Pangan.
8(2): 184-188.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi.1989.Analisa Bahan Makanan dan
Petanian.Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Sulistyo, B.. Purba, A., Siahaan, D., Harahap, R .2006., Teknologi Pengolahan
Kelapa Sawit dan Turunannya.Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Vogel. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi
Keempat.Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran.
Zulyana dan Hikmah, M.H.2010.Pembuatan Metil Ester dari Minyak Dedak dan
Metanol dengan proses Esterifikasi dan Transesterifiasi. Skripsi. Tekim:
Semarang:UNDIP

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36

Lampiran 1. Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian

1.1 Alat-alat Instrumentasi

A B C

1.2 Alat-alat Gelas (kaca)


Keterangan :
A = Kromatografi Gas
B = Pemanas Aluminium Blok
C = Neraca Analitik
D = Screw botol 5 mL (vial GC)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

1.3 Analisa Kromatografi Gas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai