Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 2017 Vol.

19 (2): 96-105
ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-6626

Studi kasus: Pengawasan Kualitas Pangan Hewani melalui Pengujian Kualitas Susu Sapi
yang Beredar di Kota Yogyakarta

Case Study: Animal Food Quality Control through Moving Cow Milk Quality Testing in
Yogyakarta

N. S. Anindita* dan D. S. Soyi


Departemen Bioteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
*
E-mail: nosa.nindita@unisayogya.ac.id
(Diterima: 31 Maret 2017; Disetujui: 29 Mei 2017)

ABSTRAK

Pangan sebagai sumber gizi bagi manusia, dapat menjadi sumber penularan penyakit apabila telah
tercemar mikroba dan tidak dikelola secara higienis. Keamanan pangan merupakan salah satu masalah
penting yang menyangkut pangan. Cemaran mikroba patogen, kimia dan benda-benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia menyebabkan pangan menjadi tidak
aman untuk dikonsumsi. Pemalsuan susu dengan mencampur susu dengan bahan lain dan cemaran yang
dapat mengontaminasi susu menyebabkan perlu adanya manajemen pengawasan dan kontrol kualitas
terhadap peredaran susu di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kualitas susu sapi
segar yang beredar di Kota Yogyakarta Tahun 2017. Sampel susu diambil dari alur distribusi susu segar
di Kota Yogyakarta sebanyak 15 sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara langsung pada
peternak, agen, pengumpul dan pengecer di Kota Yogyakarta. Analisa data yang digunakan adalah statistik
deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa kualitas susu sapi segar yang beredar di Kota
Yogyakarta dalam keadaan baik, aman dan layak untuk dikonsumsi, karena telah sesuai dengan standar
kualitas susu segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia 01-3141.1-2011.
Kata kunci: pangan hewani, keamanan pangan, kontrol kualitas, susu

ABSTRACT

Food as a source of nutrition can be a source of disease if it was contaminated with microbes and
does not managed hygienically. Food safety is one of essential issues related to contamination of pathogenic
microbes, chemicals and other objects that can disrupt, harm, and endanger human health. Fabrication of
cow milk by mixing it with other ingredients causes lower quality of milk, so supervision to control over the
circulation of milk in the community is needed. This study aims to determine the quality of fresh cow’s milk
profile in the city of Yogyakarta in 2017. Fifteen cow milk samples were taken from distributors channel of
fresh milk in Yogyakarta City. Samples was taken directly from farmers, agents, collectors and retailers in
Yogyakarta City. The data were analyzed by using descriptive statistic. The result of this research showed
that the quality of fresh cow milk in Yogyakarta city is in good condition, safe and feasible to be consumed,
based on Indonesian National Standard Number 01-3141.1-2011 about fresh milk quality standard.
Keywords: animal food, food safety, quality control, milk

PENDAHULUAN dimanfaatkan oleh tubuh. Menurut Anjarsari


(2010), komposisi kimia yang terkandung
Susu merupakan bahan makanan yang dalam susu diantaranya lemak 3,8%, protein
istimewa bagi manusia karena kelezatan 3,2%, laktosa 4,7%, abu 0,855, air 87,25%,
dan komposisinya yang ideal selain air susu serta bahan kering 12,75%. Kandungan
mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh gizi yang lengkap menjadi alasan tingginya
tubuh, semua zat makanan yang terkandung kebutuhan dan permintaan masyarakat akan
didalam air susu dapat diserap oleh darah dan susu. Tingginya kebutuhan dan permintaan

96 Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi)


Vol. 19 (2): 96-105

susu di Indonesia masih berbanding terbalik reaksi kimia tertentu. Pemeriksaan kualitas
dengan rendahnya pemenuhan susu. susu secara biologis dapat dilakukan dengan
Produksi susu pada 5 tahun terakhir mikroskopis, bakteriologis dan biokemis.
mengalami penurunan rata-rata 1,03% per Pemeriksaan kualitas susu di Indonesia
tahun atau rata-rata sebesar 847,09 ribu ton. dilakukan tidak hanya terhadap susu, tetapi
Pada tahun 2017 hingga 2020, Indonesia juga terhadap perusahaan-perusahaan
diperkirakan akan mengalami defisit susu peternakan sapi perah, jadi tempat-tempat
sebesar 71 ribu hingga 103 ribu ton. Pada produk susu. Pengawasan perusahaan tersebut
tahun 2016, tercatat Daerah Istimewa dibagi dalam pengawasan mengenai peralatan
Yogyaakarta sebagai salah satu sentra perusahaan (ember, milk can, kandang,
produksi susu menghasilkan rata-rata 6,22 dan sapi-sapi) serta pengawasan terhadap
ribu ton. Konsumsi/kebutuhan susu segar pemeliharaannya (Waluyo, 2008).
maupun produk turunannya diperkirakan Pemeriksaan susu terhadap
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan kemungkinan pemalsuan tidak mudah. Hasil
populasi, pertumbuhan ekonomi, perbaikan pemeriksaan menunjukkan bahwa susu
tingkat pendidikan, kesadaran gizi dan yang diperiksa dibandingkan dengan hasil
perubahan gaya hidup baik secara kuantitas pemeriksaan susu kandang, yang langsung
maupun kualitas (Agustina, 2016). Kualitas berasal dari pemerahan sapi. Disamping itu
susu dari peternak sapi perah lokal secara susu setiap hari dapat berbeda, perbedaan ini
umum juga masih di bawah standar dimana lebih nyata pada seekor sapi dari pada susu
hal tersebut berdampak pada rendahnya campuran dari berbagai sapi. Perbedaan ini
harga jual ditingkat koperasi maupun industri disebabkan karena makanan dan keadaan
pengolahan susu (Utami et al., 2014; Usmiati sapi-sapinya sendiri. Pemalsuan dapat
dan Abubakar, 2009). dilakukan sedemikian rupa sehingga susu
Menurut Saleh (2004), flavour susu tidak memperlihatkan adanya penyingkiran
merupakan hasil dari kombinasi komposisi susunannya. Berbagai macam bahan yang
susu (lemak, protein, laktosa, mineral serta sering digunakan dalam proses pemalsuan
vitamin). Penyimpangan flavour susu akibat susu diantaranya: air, skim milk, santan, air
adanya pencampuran susu dengan bahan kelapa, air beras atau tajin, susu kambing,
lain oleh peternak (air, santan) dan cemaran susu kaleng atau penambahan gula dan tepung
mikroba, merupakan salah satu indikasi (Murti, 2010).
utama adanya kerusakan susu ataupun Beberapa indikator terkait pemalsuan
pencemaran susu yang mengarah pada tidak susu yang harus diperhatikan diantaranya
dapat dimanfaatkannya susu sebagai pangan yaitu: (1) Susu dengan BJ yang rendah
manusia yang sehat dan menyehatkan. harus diawasi misalnya lebih rendah dari
Pemalsuan susu dengan mencampur susu 1,0280, walaupun tidak semuanya dipalsukan
dengan bahan lain dan cemaran yang dengan penambahan air; (2) Bila disamping
dapat mengontaminasi susu menyebabkan itu didapatkan kadar lemak rendah, maka
perlu adanya manajemen pengawasan dan kemungkinan pemalsuan lebih besar; (3)
kontrol kualitas terhadap peredaran susu di Dalam hal itu % lemak dalam bahan kering
masyarakat. dapat dihitung. Bila kadar lemak dalam bahan
Pemeriksaan susu dapat dilakukan kering lebih rendah dari 2,5%, maka susu harus
secara fisik, kimia dan mikrobiologi. dikatakan abnormal; (4) Pemalsuan dengan
Pemeriksaan secara fisik dapat dilakukan air dapat dibuktikan selanjutnya, bila titik
dengan memeriksa warna, rasa dan aroma beku atau angka refraksi susu diperiksa. Susu
air susu dengan indera kita, sedangkan di Indonesia mempunyai titik beku normal
pemeriksaan kualitas air susu secara kimia diantara 0°C dan – 0,520°C, sedangkan angka
dilakukan dengan menggunakan zat kimia atau refraksi minimal harus 34 (Milk Codex).

Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi) 97


Vol. 19 (2): 96-105

Perubahan-perubahan susu dapat pula terjadi dengan cara mengaduk susu terlebih dahulu
karena perubahan makanan yang diberikan dengan alat pengaduk sampai ke dasar hingga
dan (5) Bila B.J susu normal, akan tetapi rata. Peralatan pemeriksaan sampel susu
kadar lemaknya rendah, maka biasanya hal yang digunakan saat pengambilan dalam
ini disebabkan oleh pengambilan kepala susu keadaan kering, bersih dan tidak berlemak
(krim), juga % lemak di dalam bahan kering yaitu alat pengaduk tahan karat dan kantong
sangat rendah. Dalam hal ini penetapan titik plastik (high density polyetilena) yang tidak
beku susu sangat penting (Murti, 2010). bereaksi dengan susu. Sampel susu kemudian
Kontrol kualitas sendiri merupakan hal dimasukkan dalam termos yang telah diisi
yang penting yang harus dilakukan secara dengan es sebagai pendingin, hal ini bertujuan
rutin untuk menjaga kualitas susu segar, untuk menjaga kualitas susu (keadaan dan
sehingga susu segar yang beredar di Kota susunan) khususnya kualitas mikrobia dan
Yogyakarta sesuai standar kualitas yang baik nilai nutrisi selama transportasi dari tempat
dan aman untuk dikonsumsi masyarakat pengambilan sampel hingga tempat pengujian.
tanpa menimbulkan gangguan kesehatan bagi Kegiatan yang dilakukan selama
konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk penelitian ini meliputi pengambilan sampel
mengetahui kualitas susu sapi segar pada level susu segar yang beredar di wilayah Kota
peternak, agen/pengumpul dan pengecer yang Yogyakarta, uji kualitas susu di laboratorium
terdapat di Kota Yogyakarta ditinjau dari uji dan pengumpulan data. Pengumpulan
organoleptik, fisik, kimia dan mikrobiologis data dilakukan dengan pengamatan secara
susu. Pentingnya pengawasan dan jaminan langsung, wawancara dengan peternak,
mutu terhadap kualitas susu segar, maka pengumpul, agen dan loper atau pengecer
peneliti merasa perlu melakukan penelitian susu. Pengawasan susu segar meliputi kontrol
terkait pengujian kualitas susu sapi segar yang kualitas fisik, kimia dan mikrobiologis susu
beredar di Kota Yogyakarta. segar yang berhubungan dengan pengawasan
peredaran susu segar di Kota Yogyakarta.
METODE Metode pengujian kualitas susu segar
mengacu pada Diastari dan Agustina (2013),
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Yusuf (2010) dan Soeparno et al. (2011).
Laboratorium Teknologi dan Pengolahan Pengujian kualitas organoleptik
Susu Telur Fakultas Peternakan, Universitas mengacu pada metode Diastari dan Agustina
Gadjah Mada, Yogyakarta selama 6 bulan. (2013), kualitas fisik dan sedimentasi susu
Wilayah dari penelitian ini adalah distributor terhadap kotoran dan benda asing dilakukan
susu yang melakukan peredaran susu sapi menggunakan metode Yusuf (2010).
segar di Kota Yogyakarta, sebanyak 20 Sedangkan pengujian kualitas kimia dan
sampel meliputi peternak (baik dari wilayah mikrobiologis susu menggunakan metode
Yogyakarta maupun dari luar Yogyakarta), Soeparno et al. (2011). Pengambilan sampel
pengecer dan agen. Peternak dan Agen yang diulang 3 kali dan data hasil penelitian
digunakan sebagai sampel merupakan agen dianalisis secara deskriptif.
yang paling banyak menyuplai kebutuhan
susu sapi segar di Kota Yogyakarta. Teknik HASIL DAN PEMBAHASAN
pengambilan sampel dilakukan secara
langsung dan segera dilakukan pengujian di Pemantauan dan Pengambilan Sampel
laboratorium. Sampling dilakukan pada setiap Susu
alur pemasaran susu dengan sampel susu yang
Pemantauan dan pengambilan sampel
diambil sebanyak 500 ml.
di lakukan secara langsung melalui alur
Pengambilan sampel susu di ambil pemasaran susu di lakukan pagi hari yaitu

98 Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi)


Vol. 19 (2): 96-105

Gambar 1. Pemantauan dan pengambilan sampel susu di tingkat pengumpul.


antara pukul 06.00 sampai pukul 08.30 susu sekitar 20 sampai 650 l/hari. Peredaran
WIB, hal tersebut dilakukan karena proses susu di Kota Yogyakarta juga dapat melalui
pemerahan dan pendistribusian susu dimulai pengumpul susu (Gambar 1).
di pagi hari. Waktu ataupun jadwal untuk Sampel susu yang diambil dari
sampling bersifat acak dan jadwal tidak tentu peternak, pengumpul, agen dan pengecer
karena merupakan sidak. Rata-rata sampling kemudian dilakukan uji kualitas di
susu yang dilakukan perminggu sebanyak 2 Laboratorium Teknologi dan Pengolahan Susu
sampai 3 kali sampling. Frekuensi sampling Telur. Fakultas Peternakan, UGM. Selama
susu yang paling sering dilakukan secara sampling, susu yang berasal dari daerah
berurutan adalah susu yang berasal dari Sleman mempunyai kualitas susu yang bagus.
daerah Sleman, Kota Yogyakarta dan Bantul,
Pengujian Kualitas Susu Sapi
sedangkan frekuensi sampling susu yang
paling jarang dilakukan adalah susu yang Susu disukai mahluk hidup, termasuk
berasal dari daerah Kulon Progo, karena bakteri karena selain komposisi gizinya yang
peternak Kulon Progo yang menyetorkan lengkap, juga karena pH susu mendekati pH
susu atau menyuplai susu ke Kota Yogyakarta normal, yaitu 6,6 sampai 6,8 dan kadar air
hanya satu orang. Pengujian sampel yang tinggi, yaitu 87 sampai 88% (Murti,
bertujuan untuk menjaga kualitas susu 2010). Susu di masyarakat dipakai sebagai
yang dijual, karena dikhawatirkan terjadi bahan pangan untuk pemenuhan gizi,
kecurangan yaitu mencampur susu dengan sehingga jaminan atas kualitas susu harus
bahan pengawet (garam), santan, air dan urea. lebih diperhatikan, seperti halnya dalam
Kontrol kualitas susu yang dilakukan yaitu proses pemerahan sapi hingga sampai ke
meliputi uji organoleptik, fisik, kimia dan tangan konsumen yang dalam hal ini adalah
mikrobiologis. Peternak di Kota Yogyakarta masyarakat itu sendiri.
sejumlah 7 peternak dengan produksi susu Kualitas organoleptik susu sapi
sekitar 6 sampai 24 l/hari. Peternak yang Pengujian organoleptik merupakan
berasal dari luar Kota Yogyakarta berjumlah salah satu cara mendasar dan pertama kali
5 peternak dengan produksi susu sekitar 10 dilakukan untuk mengetahui kualitas dari
sampai 60 l/hari. bahan tersebut. Pengujian organoleptik
Peredaran susu di Kota Yogyakarta merupakan pengujian yang subyektif, akan
dapat melalui agen dan pengecer. Pemantauan tetapi pengujian ini memiliki peran yang
dan pengambilan sampel di tingkat pengecer penting. Pengujian ini terdiri dari rasa, aroma
dan agen dilakukan antara pukul 07.00 sampai dan warna. Rasa dan aroma dapat bersinergi
pukul 09.00 WIB. Prosedur yang dilakukan membentuk citarasa. Citarasa susu sapi
sama dengan di tingkat produsen susu. dipengaruhi beberapa faktor. Berdasarkan
Jumlah pengecer dan agen yang ada di Kota hasil pengujian, sampel susu selama
Yogyakarta sebanyak 10 dengan penjualan penelitian dalam kondisi aman dan layak

Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi) 99


Vol. 19 (2): 96-105

Tabel 1. Hasil pengujian kualitas susu sapi yang beredar di kota Yogyakarta.
Bulan Pengujian
Parameter Uji Rerata
Jan 17 Feb 17 Mar 17
Organoleptik Tap Tap Tap Tap
Derajat Asam (°SH) 6,8 ± 0,1 6,5 ± 0,1 6,6 ± 0,1 6,63 ± 0,1
Alkohol - - - -
Didih - - - -
Lemak (%) 3,4 ± 0,2 3,5 ± 0,2 3,4 ± 0,2 3,4 ± 0,2
BJ, pada suhu 27,5°C 1,0265 ±0,0007 1,0245 ±0,0022 1,0269 ± ,0023 1,0259 ±0,0007
BKTL (%) 7,96 ± 0,21 7,29 ± 0,19 7,89 ± 0,21 7,71 ± 0,21
MBRT (jam) 2,89 ± 0,35 2,81 ± 0,23 3,00 ± 0,26 2,90 ± 0,06
Sedimentasi - - - -
Total bakteri (cfu/ml) 1,1 ± 0,5 x 104 4,8 ± 1,5 x 104 9,7 ± 5,1 x 104 5,2 ± 2,5 x 104

untuk dikonsumsi. Hasil uji organoleptik merah maka susu tercampur dengan darah
yaitu untuk warna susu putih kekuningan, (Yusuf , 2010).
memiliki aroma khas susu dan rasa susu Pengujian dengan menggunakan indra
normal yaitu gurih dan manis khas susu, penciuman dilakukan dengan membaui
dari hasil tersebut menunjukkan bahwa susu susu tersebut, apabila baunya normal maka
tidak mengalami perubahan. Hasil pengujian susu berkualitas baik. Aroma khas tersebut
tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai ditimbulkan karena adanya asam-asam
susu layak konsumsi sesuai SNI 01-3141.1- lemak. Aroma susu bisa berubah apabila ada
2011. Menurut Badan Standar Nasional pertumbuhan mikroba di dalam susu (susu
Indonesia (2011), bahwa susu segar dikatakan menjadi asam) atau aroma lainnya (bukan
masih baik apabila warna, aroma dan rasa aroma susu) akibat senyawa aroma ini diserap
tidak mengalami perubahan. Faktor-faktor oleh lemak susu (Lukman, 2009). Aroma
yang mempengaruhi citarasa susu antara lain pakan dan kotoran didekat wadah susu juga
adalah penyerapan bau, bahan pakan ternak, mudah mempengaruhi aroma susu. Rasa
kondisi ternak, pengaruh sinar matahari dan manis dari susu diakibatkan karena kandungan
penambahan bahan asing. karbohidrat (laktosa) yang cukup tinggi.
Hasil tersebut diperkuat dengan Kualitas fisik susu sapi
beberapa pendapat dari beberapa peneliti.
Kebersihan merupakan faktor penting
Pada waktu susu berada di dalam ambing
dalam menjaga kualitas susu. Lingkungan
ternak yang sehat atau beberapa saat setelah
yang tidak bersih mendukung pertumbuhan
keluar, susu merupakan suatu bahan murni,
bakteri di dalam susu, sehingga mempercepat
higienis, bernilai gizi tinggi, mengandung
kerusakan pada susu. Sampel susu penelitian
sedikit bakteri yang berasal dari ambing,
untuk uji sedimentasi kotoran dan benda
bau, rasa tidak berubah dan tidak berbahaya
asing dalam kondisi bersih dan layak untuk
untuk diminum (Sanam et al., 2014). Ciri
dikonsumsi. Selanjutnya sampel susu
khas susu yang baik dan normal adalah susu
dilakukan pengujian terhadap berat jenis.
tersebut terdiri dari konversi warna kolostrum
Tujuan dilakukannya uji berat jenis adalah
yang berwarna kuning dengan warna air susu
untuk mengetahui jika terjadi penyimpangan
yaitu putih, jadi susu normal itu berwarna
terhadap susu segar dalam hubungannya
putih kekuning-kuningan. Kriteria lainnya
dengan penambahan air. Rerata berat jenis
adalah jika berwarna biru maka susu telah
susu segar selama penelitian adalah 1,0259
tercampur air, jika berwarna kuning maka
± 0,0007. Apabila dibandingkan pada SNI
susu mengandung karoten, dan jika berwarna

100 Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi)


Vol. 19 (2): 96-105

(2011) nilai berat jenis selama penelitian Steptococcus thermophillus, Lactobacillus


masih kurang dimana berat jenis untuk susu laktis, dan Lactobacillus thermophillus (Umar
segar pada suhu 27,5 °C minimal 1,0280 g/ et al., 2014). Menurut Buckle et al. (2010)
ml. Nilai BJ yang kurang tersebut dapat aktivitas bakteri dalam susu akan menurunkan
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pH secara nyata. Menurunnya pH susu
perubahan kondisi lemak dan adanya gas menyebabkan protein susu seperti kasein
yang timbul di dalam air susu atau bisa juga berada pada titik isoelektriknya sehingga
susu dibiarkan dalam keadaan terbuka (tanpa protein tersebut akan menggumpal. Kenaikan
penutup) sehingga uap air akan masuk ke pH susu juga dapat menjadi tanda adanya
dalam susu. Kandungan yang terlarut didalam mastitis pada sapi.
susu dimana semakin banyak senyawa yang Kualitas kimia susu sapi
terdapat dalam susu maka berat jenis susu
Lemak merupakan sumber utama
akan meningkat.
nutrisi yang ada dalam susu. Pada umumnya
Selanjutnya sampel susu dilakukan komposisi susu sapi terdiri atas air dan bahan
pengujian alkohol dan uji didih, berdasarkan kering dimana salah satunya adalah lemak.
hasil pengujian sampel susu selama penelitian Lemak susu merupakan komponen yang
menunjukkan bahwa tanda negatif tidak ada sama pentingnya seperti protein maupun
gumpalan terlihat pada dinding tabung reaksi, karbohidrat. Tinggi rendahnya kandungan
maka susu masih dalam keadaan baik. Hasil lemak pada susu sapi sangat mempengaruhi
pengujian tersebut sesuai dengan SNI (2011) harga jual dari susu tersebut. Pengujian kadar
bahwa susu segar dengan kualitas baik ketika lemak susu ini menggunakan Metode Gerber.
dilakukan pengujian alcohol 70% dan uji didih Kadar lemak susu sapi dari bulan Januari hingga
menunjukkan tanda negatif. Hasil pengujian Maret 2017 tidak menunjukkan perubahan
yang sama juga diperoleh Nababan et al. yang terlalu signifikan dan bahkan cenderung
(2014), yang melakukan pengujian terhadap stabil, dengan rerata kadar lemak sebesar
kualitas susu segar di Kota Denpasar pada 3,40±0,20%. SNI (2011) mensyaratkan nilai
tingkat produsen. Pengujian dikatakan positif, kadar lemak minimum pada susu sapi sebesar
ditandai adanya gumpalan yang menempel 3,0%, berdasarkan standar tersebut susu sapi
di dinding tabung reaksi, yaitu partikel- yang beredar di Kota Yogyakarta memiliki
partikel kasar yang melekat pada dinding kadar lemak yang sesuai.
tabung (Suardana dan Swacita, 2009). Hal
Kandungan lemak hasil penelitian
ini disebabkan karena kestabilan kaseinnya
jauh lebih besar apabila dibandingkan hasil
berkurang sehingga terjadi koagulasi kasein
penelitian yang telah dilakukan Mirdhayati
dan akan mengakibatkan penggumpalan
et al. (2008) bahwa kadar lemak susu segar
susu. Pecahnya susu menyebabkan kualitas
di UPT Ruminansia Besar Riau sebesar 1,6%
susu rendah sehingga tidak layak dikonsumsi
di mana kadar lemak susu dipengaruhi oleh
karena adanya kemungkinan bahwa kadar
pakan karena sebagian besar dari komponen
asam yang terkandung dalam susu tinggi
susu disintesis dalam ambing dari substrat
(Sutrisna et al., 2014).
sederhana yang berasal dari pakan. Zurriyati
Susu yang tidak benar dapat et al. (2011), jenis pakan yang diberikan
menyebabkan daya simpan susu menjadi pada sapi juga berepengaruh terhadap tinggi
singkat (Zakaria et al., 2011). Kualitas fisik rendahnya kandungan lemak dalam susu
dan kimia susu sapi segar dipengaruhi oleh yang dihasilkan. Pakan hijauan merupakan
faktor bangsa sapi perah, pakan, system sumber serat, semakin banyak produksi
pemberian pakan, frekuensi pemerahan, asetat, semakin banyak sintesis asam lemak
metode pemerahan, perubahan musim dan yang kemudian menghasilkan peningkatan
periode laktasi (Lingathurai et al., 2009). kadar lemak susu. Kandungan lemak dalam
Bakteri pembusuk asam laktat adalah susu adalah komponen terpenting disamping

Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi) 101


Vol. 19 (2): 96-105

protein yang mempengaruhi harga jual susu total bakteri ini, dimana waktu reduksi (jam)
Susu sapi yang beredar di Kota yang lama menunjukkan jumlah bakteri yang
Yogyakarta juga dilakukan pengujian Berat sedikit, untuk sampel susu dengan rataan
kering Tanpa Lemak (BKTL/SNF). Pengujian MBRT sebesar 2,90 ± 0,06 jam memiliki
ini bertujuan untuk mengetahui kadar total perkiraan jumlah bakteri dalam jumlah satuan
padatan yang bukan lemak pada susu, ribuan sehingga tidak sampai dalam hitungan
sehingga kualitas susu segar dapat ditentukan. jutaan. Akan tetapi dari bulan Januari hingga
Padatan non lemak dalam susu yang terukur Maret 2017 secara berurutan masing-masing
dalam pengujian ini merupakan padatan yaitu 1,1 ± 0,5 x 104; 4,8 ± 1,5 x 104; dan
berupa laktosa, protein, vitamin, mineral dan 9,7 ± 5,1 x 104 cfu/ml (Tabel 1) mengalami
padatan-padatan lain. Selama bulan Januari kenaikan.
hingga Maret 2017 kadar BKTL tidak terjadi Menurut Nandy dan Vanketesh (2010),
perubahan yang signifikan yaitu berada pada melakukan studi bahwa waktu reduksi (jam)
kisaran 7,71 ± 0,21%. Rerata BKTL pada yang lama menunjukkan jumlah bakteri (cfu/
susu-susu sapi di Kota Yogyakarta telah ml) yang sedikit, sedangkan waktu reduksi
sesuai dibandingkan dengan SNI (2011) yang (jam) yang cepat menunjukkan jumlah
menyebutkan nilai BKTL minimum sebesar bakteri (cfu/ml) yang banyak. Semakin cepat
7,8%. waktu (<2 jam ) yang dibutuhkan untuk
Kualitas mikrobiologi susu sapi menetralkan warna biriu, semakin buruk
kualitas mikrobiologis susu segar. Akan tetapi
Selama pengujian sampel, susu segar
berdasarkan hasil pengujian, terdapat beberapa
yang beredar di Kota Yogyakarta selama
hasil pengujian menunjukkan korelasi yang
bulan Januari hingga Maret 2017 rata-rata
ada berkebalikan dari hasil pengujian susu
menunjukkan susu masih dalam keadaan yang
segar. Sehingga pengujian mikrobiologis
baik dan layak dikonsumsi dengan hasil uji
bervariasi, lamanya hasil MBRT ini dapat
MBRT adalah 2,90 ± 0,06 jam. Menurut SNI
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang
No. 01-3141.1-2011, angka reduktase pada
kurang bersih dapat mempermudah terjadinya
susu segar adalah 2 sampai 5 jam. Uji MBRT
pencemaran. Budyanto dan Usmiati (2008)
ini berhubungan dengan jumlah bakteri yang
menjelaskan bahwa keamanan pangan
berada dalam susu segar. Kontrol kualitas
susu ditentukan pada saat penanganan baik
mikrobiologis yaitu uji MBRT mempunyai
persiapan dan pemerahan susu, pengolahan
korelasi dengan jumlah bakteri, sehingga
produk menjadi bahan pangan, serta dalam
susu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
rantai pemasaran. Penanganan susu secara
mutu.
higienis akan meningkatkan mutu dan
Pengujian ini berkaitan dengan keamanan susu. Penanganan susu yang kurang
jumlah bakteri dalam susu segar, dimana higienis mengakibatkan rendahnya mutu dan
bakteri mempunyai kemampuan untuk keamanan susu sehingga menjadi penyebab
menghilangkan warna biru yang berasal dari utama kerugian dan mengurangi pendapatan
methylene. Hal ini di sebabkan kemampuan peternak susu
bakteri didalam susu untuk tumbuh dan
Selain dilakukan pengujian MBRT,
menggunakan oksigen yang terlarut sehingga
sampel susu juga dilakukan penghitungan
menyebabkan penurunan kekuatan oksidasi-
terhadap jumlah bakteri (TPC). Berdasarkan
reduksi dari campuran tersebut. Akibatnya
hasil penghitungan jumlah bakteri (TPC),
metylen blue akan direduksi menjadi warna
susu yang beredar di kota Yogyakarta selama
putih. Semakin. Semakin banyak bakteri
bulan Januari hingga Maret 2017 secara
dalam susu, maka aktivitasnya akan membuat
berurutan masing-masing sebesar 1,1 ± 0,5
warna biru dari methylene cepat hilang. Hasil
x 104; 4,8 ± 1,5 x 104; dan 9,7 ± 5,1 x 104 cfu/
pengujian dari uji MBRT berkorelasi dengan
ml, menunjukkan bahwa susu masih dalam

102 Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi)


Vol. 19 (2): 96-105

keadaan aman dan layak untuk dikonsumsi. (2009) bahwa kontaminasi bakteri dimulai
Rerata dari sampel susu yang diuji memiliki setelah susu keluar dari ambing. Susu akan
jumlah bakteri sebesar 5,2 ± 2,5 x 104 cfu/ml segera terkontaminasi oleh mikroorganisme
menunjukkan bahwa total bakteri yang ada di segera setelah keluar dari kelenjar susu oleh
bawah standar yaitu kurang dari 1,0 x 106 cfu/ mikroorganisme yang berasal dari saluran
ml. SNI No. 01-3141.1-2011 menyebutkan putting. Millogo et al. (2010) menambahkan
bahwa batas maksimum cemaran mikroba jumlah bakteri akan semakin meningkat
pada susu segar adalah 1 x 106 cfu/ml. pada jalur susu yang lebih panjang. Ketika
Rerata hasil TPC penelitian juga masih dilakukan pengamatan secara langsung
lebih rendah dibandingkan penelitian yang ditingkat peternak, pada saat pemerahan
dilakukan oleh Cahyono et al. (2013), kualitas pertama-tama peternak mengelap ambing
mikrobiologis susu segar di Kecamatan Krucil dan putting dengan menggunakan kain
Kabupaten Probolinggo yang mempunyai rata- hangat, setelah itu puting akan diolesi dengan
rata TPC 7,4x105 cfu/ml. Untuk meningkatkan vaselin maupun minyak. Pemberian vaselin
mutu dari susu sapi perah supaya layak untuk dimaksudkan agar susu mudah keluar serta
dikonsumsi dapat dilakukan pengujian secara cucuran pertama (fore milk) harus dibuang
mikrobiologik yang meliputi jumlah dan karena banyak mengandung mikroorganisme.
jenis bakteri dalam susu sapi. Rendahnya Sanjaya et al. (2007) juga menambahkan
jumlah TPC hasil penelitian ini kemungkinan bahwa sebelum memerah, tangan pemerah
disebabkan karena dilakukan pencucian terlebih dulu dicuci dengan sabun dan disikat
putting sebelum pemerahan. sampai bersih.
Apabila dilihat dari hasil penghitungan Sumber utama kontaminasi bakteri
setiap bulannya, menunjukkan adanya variasi berasal dari udara, debu, peralatan yang
jumlah bakteri dalam setiap bulannya dan kotor, petugas, dll, dengan demikian prosedur
cenderung mengalami kenaikan. Sumber pembersihan dan sanitasi merupakan
pencemaran maupun kontaminasi bakteri ini pengendali kualitas yang paling penting.
sebenarnya tidak hanya dimulai dari penjual Untuk dapat dikonsumsi, susu harus
saja akan tetapi dimulai dari peternak, proses memenuhi persyaratan keamanan pangan
pemerahan hingga susu tersebut sampai ke karena susu mudah terkontaminasi mikroba
tangan konsumen. Keragaman dalam jumlah (bakteri, kapang, dan khamir), baik patogen
TPC susu segar disebabkan perbedaan maupun nonpatogen dari lingkungan
dalam sanitasi peralatan, kandang dan (peralatan pemerahan, operator, dan ternak),
pemerahan. Pada penelitian ini jumlah TPC residu pestisida, logam berat dan aflatoksin
yang bervariasi ini mungkin disebabkan oleh dari pakan serta residu antibiotik saat
daerah buangan feses yang masih berdekatan pengobatan penyakit pada ternak. Kandungan
dengan kandang, sehingga ketika dilakukan mikroba yang tinggi menyebabkan susu cepat
pemerahan mikroorganisme dapat masuk rusak (Djaafar dan Rahayu, 2007).
melalui debu yang dibawa oleh angin selama Pemeriksaan terkait kualitas
proses pemerahan maupun jual beli. Peralatan mikrobiologis susu berdasarkan nilai TPC
dapat menjadi sumber kontaminasi apabila menjadi faktor penting, ketika susu segar
tidak dibersihkan secara maksimal terutama akan diolah menjadi produk olahan lain
bagian yang kontak langsung dengan susu. untuk menghasilkan produk yang berkualitas
Proses pencemaran mikroba pada susu dimulai baik dan memiliki daya simpan yang cukup
ketika susu diperah karena adanya mikroba lama. Tidak hanya itu pengujian mirobiologis
yang tumbuh di sekitar ambing, sehingga saat ini menjadi parameter penting terhadap
pemerahan bakteri tersebut terbawa dengan kelayakan susu sapi yang diterima oleh
susu. masyarakat sebagai bahan pangan yang
Hal ini didukung oleh pendapat Gustiani ASUH (Budiyono, 2009).

Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi) 103


Vol. 19 (2): 96-105

KESIMPULAN Menggunakan Alat Perah Sederhana.


Seminar Nasional Teknologi
Pengawasan kualitas pangan hewani Peternakan dan Veteriner.
dapat dilakukan secara rutin melalui pengujian Budiyono, H. 2009. Analisis Daya Simpan
kualitas susu sapi yang beredar di Kota Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan
Yogyakarta. Kualitas susu segar yang beredar Kualitas Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal
di Kota Yogyakarta dalam keadaan baik, aman Paradigma 10 (2): 198-211
dan layak untuk dikonsumsi, karena telah Cahyono, D., C. P. Masdiana dan E. S. Manik.
sesuai dengan standar kualitas susu segar 2013. Kajian Kualitas Mikrobiologis
berdasarkan SNI No. 01-3141.1-2011, namun (Total Plate Count (TPC)),
masih terdapat beberapa kekurangan yang Enterobacteriaceae dan Staphylococcus
perlu diperbaiki agar pengawasan peredaran aureus Susu Sapi Segar Di Kecamatan
susu segar lebih baik. Krucil Kabupaten Probolinggo. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 8(1):
UCAPAN TERIMA KASIH 1-8.
Diastari, I. G. A. F dan K. K. Agustina.
Kami ucapkan terima kasih kepada 2013. Uji Organoleptik dan Tingkat
LPPM Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Keasaman Susu Sapi Kemasan yang
(UNISA) melalui skema Hibah Grant Internal Dijual di Pasar Tradisional Kota
UNISA yang telah mendanai penelitian ini Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus
sehingga penelitian ini dapat terlaksana 2(4) : 453 – 460.
dengan baik.
Djaafar, T. F. dan S. Rahayu. 2007. Cemaran
Mikroba Pada Produk Pertanian,
DAFTAR PUSTAKA Penyakit yang Ditimbulkan dan
Pencegahannya. Jurnal Litbang
Agustina, T. 2016. Outlook Susu Komoditas Pertanian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Subsektor Peternakan. Pertanian. Yogyakarta. 26(2) : 67-75.
ISSN: 1907-1507. Pusat Data dan
Gustiani, E. 2009. Pengendalian cemaran
Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat
mikroba pada bahan pangan asal ternak
Jenderal, Kementrian Pertanian,
(daging dan susu) mulai dari peternakan
Jakarta. epublikasi.setjen.pertanian.
sampai dihidangkan. Jurnal Litbang
go.id. Diakses pada tanggal 15 Agustus
Pertanian 28 (3): 96-100.
2017.
Lingathurai, S., P. Vellathurai, S. E. Vendan
Anjarsari, B. 2010. Pangan Hewani.
and A. A. P. Anand. 2009. A comparative
Yogyakarta: Graha Ilmu
study on the microbiological and
Badan Standardisasi Nasional. 2011. Standar chemical composition of cow milk
nasional Indonesia susu segar. Bagian from different locations in Madurai,
1-Sapi SNI- 3141.1-2011. Badan Tamil Nadu. Indian Journal of Science
Standardisasi Nasional, Jakarta. www. and Technology 2(2): 51-54.
bsn.go.id. Diakses pada tanggal 2
Lukman, D. W., S M. udarwanto, A. W.
Maret 2017.
Sanjaya, T. Purnawarman, H. Latif dan
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, R. R. Soejoedono. 2009. Pemerahan
and M. Wooton. 2010. Ilmu Pangan, dan Penanganan. Fakultas Kedokteran
Diterjemahkan: H. Purnomo dan Hewan. Institut Pertanian Bogor,
Adiono. UI Press, Jakarta. Bogor.
Budiyanto, A. dan S. Usmiati. 2008. Millogo, V., K. S. Sjaunja, G. A. Ouedraogo
Pemerahan Susu secara Higienis dan S. Agenas. 2010. Raw milk

104 Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi)


Vol. 19 (2): 96-105

hygiene at farms processing units and Higiene Makanan. Kajian Teori Dan
local markets in Burkina Faso. Journal Prinsip Dasar. Fakultas Kedokteran
of Food Control 21:1070-1074. www. Hewan. Universitas Udayana,
elsevier.com/locate/foodcont. Denpasar.
Mirdhayati, I., H. Jully dan U. P. Khaidar. Sutrisna, D. Y., I. K. Suada dan I. P Sampurna.
2008. Mutu Susu Segar Di UPT 2014. Kualitas Susu Kambing Selama
Ruminansia Besar Dinas Peternakan Penyimpanan pada Suhu Ruang
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Berdasarkan Berat Jenis, Uji Didih, dan
Jurnal Peternakan 5(1): 14 – 21. Kekentalan. J Veteriner 3(1) : 60-67.
Murti, T. W. 2010. Pasca Panen dan Industri Umar, R. dan Novita A. 2014. Derajat
Susu. Fakultas Peternakan Universitas Keasaman Dan Angka Reduktase
Gadjah Mada, Yogyakarta. Susu Sapi Pasteurisasi Dengan Lama
Nababan, L. A., S. I Ketut dan B. N. S. Ida. Penyimpanan Yang Berbeda. J Veteriner
2014. Ketahanan Susu Segar pada 8(1) : 43-46.
Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau Usmiati, S dan Abubakar. 2009. Teknologi
dari Uji Tingkat Keasaman, Didih, dan Pengolahan Susu. Balai Besar
Waktu Reduktase. Indonesia Medicus Penelitian dan Pengembangan
Veterinus 3(4): 274-282. Pascapanen Pertanian. Bogor.
Nandy, S. K. and K. V. Venkatesh. 2010. Utami, K. B., L. E. Radiati dan P. Surjowardojo.
Application of methylene blue 2014. Kajian kualitas susu sapi
dye reduction test (MBRT) to perah PFH (studi kasus pada anggota
determine growth and death rates of Koperasi Agro Niaga di Kecamatan
microorganisms. African Journal of Jabung Kabupaten Malang). Jurnal-
Microbiology Research 4(1): 061-070 Jurnal Ilmu Peternakan 24(2): 58-66.
Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan susu Waluyo, L. 2008. Metode Teknik
dan hasil ikutan ternak. Available at : Dasar Mikrobiologi. Universitas
http://library.usu.ac.id/download/fp/ Muhammadiyah Malang, Malang.
ternak-eniza.pdf. Diakses hari minggu Yusuf, R. 2010. Kandungan protein susu sapi
24 Oktober 2016 pada pukul 19:25. perah friesian holstein akibat pemberian
Sanam, A. B., I. B. N. Swacita dan K. K. pakan yang mengandung tepung katu
Agustina. 2014. Ketahanan Susu (sauropus androgynus (l.) merr) yang
Kambing Peranakan Ettawah Post- berbeda. Jurnal Teknologi Pertanian 6
Thawing pada Penyimpanan Lemari Es (1): 1-6.
Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol. J Zakaria, Y., M. Y. Helmy dan Y. Safara.
Veteriner 3(1) : 1-8. 2011. Analisis Kualitas Susu Kambing
Sanjaya, A. W., M. Sudarwanto, R. R. Peranakan Etawah yang Disterilkan
Soejoedono, T. Purnawarman, D. W. pada Suhu dan Waktu yang Berbeda. J
Lukman dan H. Latif. 2007. Higiene Agripet 11(1): 29-31
Pangan. Departemen Ilmu Penyakit Zurriyati Y., R. R. Noor dan R. R. A.
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Maheswari. 2011. Analisis molekuler
Veteriner. FKH-IPB, Bogor. genotipe kappa kasein (κ kasein) dan
Soeparno, R.A. Rihastuti, S. Indratiningsih komposisi susu kambing Peranakan
dan Triatmojo. 2011. Dasar Teknologi Etawah, Saanen dan Persilangannya.
Hasil Ternak. Gadjah Mada University Bogor (ID): Jurnal Ilmu Ternak dan
Press. Yogyakarta Veteriner 16(1) : 61-70.
Suardana, I. W. dan I. B. N. Swacita. 2009.

Studi Kasus: Pengawasan Kualitas … (Anindita dan Soyi) 105

Anda mungkin juga menyukai