Anda di halaman 1dari 18

KEADAAN GIZI ANAK USIA DINI

Makalah Ini Disusun Guna untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah:

GIZI DAN KESEHATAN AUD

Dosen Pembimbing :
Siti Makhmudah, MA

Disusun Oleh :
Fitria Khofifah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
Jl. K.H ABDUL FATTAH NGLAWAK KERTOSONO
NGANJUK
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan taufiq-Nya
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul Keadaan Gizi
Anak Usia Dini, dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gizi dan
Kesehatan AUD.

Ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya saya sampaikan kepada Ibu Siti


Makhmudah, MA. selaku desen pembimbing Gizi dan Kesehatan AUD, yang telah
memeberi tugas kepada saya, sehingga saya bisa memahami tentang Keadaan Gizi Anak
Usia Dini.

Saya sangat berharap makalah ini berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Keadaan Gizi Anak Usia Dini. saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangannya, Oleh sebab itu, saya
berharap kritik, dan saran demi perbaikan makalah yang telah saya buat, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi saya dan siapapun yang
membaca dan umumnya bagi dunia pendidikan.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....…………………………………..........….………… i

DAFTAR ISI………………...…………………………………..........……… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah……………………….…………....…... 1


B. Rumusan masalah…………………………….…………….…... 2
C. Tujuan penelitian…………………………….……………….… 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Gizi...........................................…....……...………... 3
B. Masalah Gizi dan Dampaknya terhadap kesehatan...................... 3
C. Gizi Seimbang Untuk Anak Usia Dini......................................... 10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…............................................................................... 14
B. Saran............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa anak-anak merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan


perlu perhatian yang serius. Masa ini berlangsung proses tumbuh kembang
yang sangat pesat yaitu pertumbuhaan fisik, perkembangan psikomotorik,
mental dan sosial. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak adalah faktor gizi. Kekurangan gizi pada anak akan berdampak
pada keterbatasan pertumbuhan, kerentanan terhadap infeksi, dan akhirnya
dapat menghambat perkembangan anak sehingga anak perlu memperoleh gizi
dari makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas.

Pada saat ini, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah
gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan, serta adanya daerah miskin gizi. Sedangkan masalah
gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu
yang disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan.

Gizi dan masalah gizi selama ini dipahami sebagai hubungan sebab
akibat antara makanan (input) dengan kesehatan (output). Oleh karena itu
masalah gizi tidak akan terlepas dari masalah kesehatan, karena masalah gizi
berhubungan erat dengan masalah kesehatan.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka makalah ini dapat merumuskan


masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Gizi ?
2. Apa Saja Masalah Gizi dan Dampaknya terhadap kesehatan ?
3. Bagaimana Gizi Seimbang Untuk Anak Usia Dini ?

C. Tujuan Makalah

Dari rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah:


1. Mengetahui Apa Pengertian Gizi.
2. Mengetahui Masalah Gizi dan Dampaknya terhadap kesehatan.
3. Mengetahui Gizi Seimbang Untuk Anak Usia Dini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Gizi

Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yang berarti “makanan”.
Ilmu gizi bisa berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia. Dalam bahasa
Inggris, food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan. Secara umum
ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan
antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Gizi adalah elemen yang terkandung didalam makanan dan dapat


dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral dan air. Begitupun dengan gizi yang seimbang
dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam masa
pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung secara cepat
dibutuhkan makanan dengan kualitas yang tepat dan seimbang.

Setiap zat gizi yang terkandung didalam makanan mempunyai fungsi


khusus bagi tubuh manusia. Secara umum fungsi zat gizi dalam makanan bagi
tubuh dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai sumber energi, untuk
pertumbuhan dan pembangun jaringan tubuh, dan sebagai pengatur proses
didalam tubuh.1

B. Masalah Gizi dan Dampaknya terhadap kesehatan

1. Masalah Kurang Gizi

Masalah kurang gizi sampai saat ini terutama diderita oleh bayi,
anak-anak usia sekolah dan wanita. Anak-anak yang kekurangan gizi akan
mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan mental yang pada akhirnya
akan menyebabkan tingginya angka kematian dan kesakitan serta
berkurangnya potensi belajar dan daya tahan tubuh.

1
Cecep Triwibowo, Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Nuha Medika, Yogyakarta,
2015, hlm. 73.
Status gizi anak balita secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut tinggi
badan dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut
umur sesuai dengan standar, anak disebut mempunyai gizi baik. Kalau
sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah
standar sikatakan mempunyai gizi buruk.
Masalah kurang gizi dan dampaknya terhadap kesehatan yang
dipandang sebagai masalah kesehatan umum di Indonesia, yang terdiri
dari:2

a) Kekurangan Energi dan Protein (KEP)

Dari masalah gizi yang terjadi di Indonesia pada umumnya,


sampai saat ini yang paling mendapat perhatian dihampir semua
negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah KEP.

KEP adalah salah satu bentuk kekurangan energi yang dapat


menurunkan kualitas fisik dan mental serta meningkatkan resiko
kesakitan dan kematian terutama pada anak balita dan wanita hamil.

Pada orang dewasa, KEP umumnya timbul pada anggota


keluarga dari rumah tangga yang miskin karena kelaparan.
Kemiskinan dan kelaparan ini dapat diakibatkan oleh gagal panen,
hilangnya mata pencaharian, gempa bumi atau faktor lainnya. Bentuk
berat dari KEP dibeberapa daerah di Jawa dikenal sebagai penyakit
busung lapar atau HO (Henger Oedeem). Pada anak-anak balita, KEP
dalam bentuk ringan (gizi kurang) atau dalam bentuk berat (gizi
buruk).

Busung lapar atau gizi buruk adalah kondisi kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam asupan
makanan sehari-hari hingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi
(AKG). Ada beberapa cara untuk mengatahui seorang anak terkena
busung lapar yaitu : Pertama, dengan cara menimbang berat badan

2
Achmad Djaeni, Ilmu Gizi, Dian Rakyat, Jakarta, 2000, hlm. 57.
secara teratur setiap bulan, bila perbandingan berat badan dengan
umurnya dibawah 60% standar maka dapat dikatakan anak tersebut
terkena busung lapar. Kedua, dengan mengukur tinggi badan dan
lingkar lengan atas, bila tidak sesuai dengan standar anak normal
waspadai akan terjadi gizi buruk.

b) Kurang Vitamin A (KVA)

Masalah yang kedua yaitu kekurangan vitamin A (KVA).


Kekurangan vitamin A dapat timbul karena kekurangan konsumsi
vitamin A atau karena penyerapan dan transpor vitamin A yang
kurang baik dalam tubuh. Kekurangan vitamin A sangat
mempengaruhi fungsi tubuh.

KVA primer disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin


A, sedangkan penyebab KVA sekunder disebabkan karena absorpsi
dan utilitas yang terhambat. Sebagian besar masalah KVA yang
terjadi di Indonesia menyangkut anak balita, karena kurangnya
konsumsi vitamin A dan karena hambatan absropi. Salah satu indikasi
KVA adalah gangguan kemampuan penglihatan pada senja hari (senja
buja) yang terjadi karena simpanan vitamin A dalam hati hampir
habis.

Dampak atau akibat dari KVA antara lain, yaitu buta senja,
perubahan pada mata yang terjadi keratinisasi pada mata, infeksi
saluran pernapasan, perubahan pada kulit menjadi kering, perubahan
pada saluran gastrointestinal dan gangguan pada lapisan email gigi.
Kekurangan vitamin A juga berhubungan dengan meningkatnya
kemudahan untuk terkena infeksi khususnya pada saluran pernapasan
dan saluran pencernaan.

Berdasarkan uraian diatas nampak bahwa KVA mempunyai


dampak yang sangat besar terhadap pengembangan kualitas sumber
daya manusia. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya fungsi
vitamin A bagi kesehatan.
Salah satu upaya yang paling tepat untuk meningkatkan taraf
gizi vitamin A suatu masyarakat adalah dengan meningkatkan
konsumsi makanan yang memperoleh vitamin A dan zat gizi lainnya
misal protein, lemak (dalam jumlah yang cukup dan sesuai
kebutuhan).

c) Kekurangan Iodium (GAKI)

Gangguan akibat keurangan iodium (GAKI) merupakan salah


satu masalah gizi yang serius. Karena dapat menyebabkan penyakit
gondok (pembesaran kelenjar gondok) dan kretin. Kekurangan unsur
iodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat
kecerdasan seseorang. Kekurangan iodium pada tingkat berat dapat
mengakibatkan cacat secara fisik dan mental seperti tuli, bisu tuli,
pertumbuhan badan terganggu, badan lemah, kecerdasan dan
perkembangan mental terganggu.

Berdasarkan dampak GAKI terhadap kesehatan anak-anak dan


ibu hamil, maka perlu upaya untuk menumbuhkan kepedulian anak-
anak dan ibu hamil khususnya anak-anak didaerah gondokendemik,
diantaranya yaitu dengan mengkonsumsi garam yang beriodium
setiap hari dan meminum kapsul iodium sesuai dosis yang dianjurkan.
Pemberian iodium yang paling sederhana dan aman secara fisiologis
adalah melalui makanan. Salah satu bahan pangan yang berhasil
difortifikasi dengan iodium adalah garam.

Dampak yang timbul akibat kurangnya iodium adalah


hipofungsi kelenjar gondok. Akibat muncul kondisi kretin hipofungsi
kelenjar gondok yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik
dan mental, sehingga menjadi kerdil dan kecerdasan berkurang. Oleh
karena itu, pencapaian garam beriodium 100% untuk segala lapisan
masyarakat mendesak dilakukan.

d) Kekurangan Zat Besi / Anemia Gizi (AGB)

Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan


kacang-kacangan Serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama
untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah adalah rendahnya tingkat
penyerapan zat besi didalam tubuh, terutama sumber zat besi nabati
hanya diserap 1-2%. Sedangkan tingkat penyerapan zat besi makanan
asal hewani dapat mencapai 10-20%. Hal ini menunjukkan bahwa zat
besi pangan asal hewani lebih mudah diserap dari pada zat besi asal
nabati.

Dinegara maju, pemenuhan zat besi seimbang untuk bayi


nampaknya bukanlah hal yang sulit. Secara umum, bayi yang diberi
ASI cenderung mendapatkan cukup zat besi dari ibu hingga mereka
mulai mengenal makanan dan minuman lain. Selain itu, bayi yang
diberi susu formula yang kaya zat besi juga biasanya mendapatkan
cukup asupan zat besi.

Masalah anemia defisiensi besi juga dapat dialami oleh balita


yang terlalu banyak minum susu sapi (lebih dari 24 ons sehari) dan
kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah
dan sayuran berdaun hijau. Pada dasarnya, susu sapi bukan sumber zat
besi yang baik. Bahkan, susu sapi menghambat tubuh untuk menyerap
zat besi sehingga memicu anemia.

Anemia defisiensi besi terjadi secara bertahap. Pertama, jumlah


zat besi dalam tubuh menurun dan anak mulai memiliki kekurangan
zat besi yang memengaruhi fungsi otot dan otak. Sel-sel darah merah
tidak banyak berubah pada tahap ini karena tubuh menggunakan
sebagian besar zat besi untuk membuat hemoglobin. Namun seiring
waktu, tubuh mulai membuat lebih sedikit sel darah merah sehingga
memicu anemia. Pada tahap itu, gejala anemia yang mungkin dialami,
termasuk tubuh lelah dan lemah, Kulit pucat (terutama di sekitar
tangan, kuku, dan kelopak mata), Denyut jantung yang cepat, Rewel,
Nafsu makan rendah, Kepala pusing atau berkunang-kunang.

Untuk mengembalikan kadar zat besi yang normal, pemberian


multivitamin yang mengandung besi serta perubahan pola makan anak
dapat membantu, namun biasanya langkah tersebut belum cukup.
Konsultasikan pada dokter sebelum memberikan suplemen zat besi
bagi anak , karena terlalu banyak zat besi justru dapat menyebabkan
masalah kesehatan. Zat besi harus dikonsumsi pada saat perut kosong
atau baru diisi sedikit makanan.

Jika pengobatan tidak berhasil, itu tandanya tubuh anak tidak


menyerap zat besi secara optimal atau dosis yang diberikan salah.
Dalam kasus ini, dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk
melihat bagaimana kadar zat besi setelah pengobatan terakhir. Anak-
anak dengan kasus anemia defisiensi besi yang berat mungkin
memerlukan transfusi darah atau pengobatan dari spesialis.

2. Masalah Gizi Lebih

Gizi lebih adalah kondisi yang terjadi ketika jumlah asupan


makanan anak terlalu banyak, sehingga melampaui kebutuhan gizi
hariannya. Atau dengan kata lain, energi dari makanan yang masuk ke
dalam tubuh tidak sebanding dengan energi yang dipakai untuk
beraktivitas. Anak yang mengalami gizi lebih biasanya cenderung hobi
makan, bahkan dengan porsi yang banyak. Ada beberapa masalah yang
timbul ketika anak mengalami gizi lebih, yaitu :3

a) Overweight (kelebihan berat badan)

Berat badan lebih atau lebih akrab disebut sebagai overweight,


merupakan kondisi ketika bobot badan anak melebihi tinggi
badannya. Hal ini yang kemudian membuat perawakan anak kurang
ideal karena tampak gemuk. Anak dikatakan mengalami overweight
atau kegemukan, ketika hasil pengukurannya WHO berada di rentang
nilai >2 SD sampai dengan 3 SD (standar deviasi).

Selain tubuh yang gemuk dan besar, adapun gejala yang muncul
jika anak mengalami gizi lebih karena kegemukan:

3
Hamam Hadi, Beban Ganda dan Implikasinya, Dian Rakyat, Jakarta, 2005, hlm. 24.
1) Ukuran Lingkar Pinggang dan Pinggul Besar

Besarnya ukuran lingkar pinggang dan pinggul


menunjukkan simpanan lemak perut yang berlebih. Tanpa
disadari, tumpukan lemak di bagian ini dapat meningkatkan risiko
serangan penyakit kronis di kemudian hari.

2) Nyeri Sendi

Dibandingkan anak dengan berat badan normal, gizi lebih pada


anak membuat tulang dan sendinya harus menopang beban ekstra.
Tentu saja beban ekstra tersebut berasal dari tumpukan lemak di
tubuhnya. Akibatnya, anak kerap mengeluhkan nyeri pada otot
dan persendian karena tekanan yang diberikan oleh tubuhnya
selama beraktivitas.

3) Mudah Lelah

Kelebihan bobot tubuh dari rentang normalnya, membuat


anak dengan gizi lebih mau tidak mau harus mengeluarkan tenaga
lebih saat beraktivitas. Kondisi inilah yang kerap membuat anak
menjadi mudah lelah, bahkan mungkin tidak seaktif teman-teman
sebayanya.

Bukan hanya itu. Kelebihan berat badan juga memberikan


kerja tambahan bagi organ-organ tubuh, salah satunya paru-paru.
Anak dengan gizi lebih karena kegemukan dapat mengalami
peradangan kronis akibat kondisinya ini. Lambat laun, muncul
peradangan pada saluran pernapasan, sehingga membuatnya sulit
bernapas dengan lega.

b) Obesitas
Obesitas adalah status gizi anak yang sudah lebih parah dari
sekadar overweight atau kelebihan berat badan. Anak dengan obesitas
bisa dibilang mengalami kegemukan. Artinya, kategori gizi lebih pada
anak yang mengalami obesitas terpaut jauh dari rentang normal yang
seharusnya.
Mungkin pada awalnya sang buah hati Anda mengalami
kelebihan berat badan atau overweight saja. Namun, karena tidak
diatur pola makannya dan terus-terusan diberikan makanan yang
berlebihan, berat badan anak akan kian bertambah.
Hal tersebut yang kemudian membuat anak berubah dari
overweight menjadi obesitas. Sama seperti overweight, obesitas
terjadi akibat asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh anak jauh
lebih banyak ketimbang kalori yang dipakai sehari-hari untuk
beraktivitas. Namun, masih ada beragam penyebab obesitas lainnya,
seperti:

1) Gemar makan makanan tinggi lemak dan kalori.

2) Males bergerak atau beraktivitas.

3) Kurang tidur. Mengakibatkan perubahan hormon sehingga


memicu timbulnya rasa lapar, dan ngidam makanan berkalori
tinggi.

Gejala obesitas pada anak tidak jauh berbeda dengan


overweight. Hanya saja, gizi lebih akibat obesitas pada anak membuat
ukuran tubuhnya jauh lebih besar ketimbang anak overweight. Jika
diukur menggunakan grafik WHO untuk anak usia kurang dari 5
tahun, indikator berat badan berdasarkan tinggi badannya akan
menunjukkan angka lebih dari 3 SD.

Oleh karena postur tubuhnya yang sangat gemuk, gizi lebih


karena obesitas pada anak dapat membuatnya sulit melakukan
berbagai aktivitas. Bahkan meski baru melakukan kegiatan yang
ringan saja, anak sangat mudah mengalami kelelahan.

C. Gizi Seimbang Untuk Anak Usia Dini

Sejak tahun 1950-an masyarakat Indonesia telah mengenal pedoman


“empat sehat lima sempurna” yang , masih sering digunakan sampai saat ini.
Slogan tersebut telah kita kenal sejak kita duduk dibangku TK/SD bahkan
sampai SMA.
Sejak tahun 1995 Departemen Kesehatan mengeluarkan Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS). Kelahiran PUGS pada dasarnya adalah
penjabaran secara operasional dari slogan empat sehat lima sempurna. PUGS
terdiri dari 13 pesan dasar, merupakan pedoman bagi setiap individu agar selalu
mengonsumsi makanan yang sehat, seimbang dan aman guna untuk
mempertahankan status gizi dan kesehatan secara optimal. Ke-13 pesan itu
adalah :4

1. Makanlah Aneka Ragam Makanan

Bila kita makan makanan yang beraneka ragam maka sangant besar
manfaatnya bagi kesehatan. Mengapa ? karena kekurangan zat gizi tertentu
pada satu jenis makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan
lain. Semakin beraneka ragam makanan yang dikonsumsi, maka semakin
terjamin keseimbangan zat gizi dalam tubuh.

2. Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi

Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung


sumber zat tenaga atau energi, agar dapat hidup dan melaksanakan
kegiatannya sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolahraga dan aktivitas
yang lainnya. Kecukupan energi bagi seseorang ditandai dengan berat
badan yang normal. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak cukup
mengandung energi atau kekurangan energi yang berlangsung lama, maka
akan mengakibatkan penurunan berat badan.

3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat

Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks dan


karbohidrat sederhana. Bahan makanan sumber karbohidrat kompleks
adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), ubi-ubian (singkong, ubi
jalar, kentang). Sedangkan karbohidrat sederhana yaitu yang tidak
mengandung gizi lain seperti gula.
4. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak

4
Leily Amalia, dkk, Ilmu Kesehatan dan Gizi, Modul, Vol. 5 No. 3, Universitas Terbuka,
Tangerang Selatan, 2014, hlm. 36.
Lemak dan minyak yang terdapat didalam makanan berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, mengonsumsi lemak dan minyak paling
sedikit 10% dari kebutuhan energi. Dan dianjurkan mengonsumsi lemak
dan minyak dalam makanan sehari-hari tidak lebih dari 25% dari
kebutuhan energi.

5. Gunakan Garam Beriodium

Garam beriodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3


(kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Garam yang beredar diseluruh
Indonesia harus mengandung beriodium. Garam beriodium yang
dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah timbulnya Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).

6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi

Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara


berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia. Anemia dapat diderita
oleh semua golongan umur, oleh karena itu konsumsi makanan sumber zat
besi perlu diperbanyak.

7. Berikan ASI Pada Bayi

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik untuk bayi karena
ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang.

8. Biasakan Makan Pagi

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang.


Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi
kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan makan pagi akan lebih baik
bila terdiri dari empat sehat lima sempurna.

9. Minumlah Air Bersih, Aman dan Cukup


Air minum harus bersih dan bebas kuman. Seseorang minimal
mengonsumsi cairan terutama minum, 2 liter atau setara dengan delapan
gelas setiap harinya. Mengonsumsi cukup cairan, dapat mencegah
dehidrasi.

10. Lakukan Kegiatan Fisik atau Olahraga Teratur


Apabila kita melakukan olahraga atau kegiatan fisik teratur maka
dapat membantu mempertahankan kesehatan yang optimal bagi tubuh.

11. Hindari Minuman yang Beralkohol

Kebiasaan minum minuman yang beralkohol secara berlebihan dapat


menimbulkan terhambatnya proses penyerapan zat gizi, disamping itu
minum minuman yang beralkohol dapat menyebabkan ketagihan, mabok
dan tak mampu mengendalikan diri.

12. Makanlah Makanan yang Aman Bagi Kesehatan

Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercampur, tidak


mengandung bakteri dan bahan kimia yang berbahaya, dan telah diolah
secara benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak.

13. Bacalah Label pada Makanan yang Dikemas

Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis dan
ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi dan kadaluarsa dan
keterangan penting lainnya. Semua keterangan yang rinci pada label
makanan kemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan
menggunakannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Gizi adalah elemen yang terkandung didalam makanan dan dapat


dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Begitupun dengan gizi yang
seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam
masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung
secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas yang tepat dan
seimbang.

2. Masalah gizi tidak lepas dari masalah makanan karena masalah gizi timbul
sebagai akibat kekuranagan atau kelebihan kandungan gizi dalam
makanan. Kekurangan gizi pada umumnya terdiri dari kurang energi
protein (KEP), gangguan akibat kurang iodium (GAKI), anemia gizi besi
(AGB), kurang vitamin A (KVA). Dan kelebihan gizi pada umumnya
terdiri dari overweight (kelebihan berat badan) dan obesitas.

3. Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) merupakan acuan bagi setiap


individu agar selalu mengonsumsi makanan yang sehat, seimbang dan
aman. PUGS memuat 13 pesan dasar tentang perilaku makanan yang
diharapkan agar dapat mencegah permasalahan gizi dan menghindari
terjadinya penyakit.

B. Saran

Kurangnya ilmu pengetahuan orang tua dalam hal gizi pada anak itulah
yang menyebabkan anak mengalami gizi buruk,untuk mencegah gizi buruk
pada anak berikanlah makanan yang seimbang agar anak tumbuh dan
berkembang dengan baik. Seharusnya orang tua diberi sosialisasi tentang
asupan gizi yang pas dan benar agar tidak salah dalam memberikan makanan
pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Leily, dkk. (2014). Ilmu Kesehatan dan Gizi. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. Modul Edisi 1. Vol. 5.

Djaeni, Achmad. (2000). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Hadi, Hamam. (2005). Beban Ganda dan Implikasinya. Jakarta: Dian Rakyat.

Triwibowo, Cecep. (2015). Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai