Anda di halaman 1dari 6

Nama : Syah Amri Nasution

NIT : 16252963

TUGAS

Sengketa Pertanahan

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala


Badan Pertanahan Nasional No. 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus
Pertanahan (“Permen ATR No.11/2016”), yang dimaksud dengan kasus pertanahan
sebagai berikut:

“Kasus Pertanahan adalah Sengketa, Konflik, atau Perkara Pertanahan untuk


mendapatkan penanganan penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau kebijakan pertanahan”.

Unsur-unsur yang terdapat pada Pasal 1 angka 1 di atas, menunjukan unsur-unsur


kasus pertanahan, yang terdiri dari:

1. Sengketa

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Permen ATR No.11/2016, yang dimaksud Sengketa


Pertanahan yang selanjutnya disebut Sengketa adalah perselisihan pertanahan
antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak
luas.

2. Konflik Pertanahan

Berdasakan Pasal 1 angka 3 Permen ATR No.11/2016, yang dimaksud dengan


Konflik Pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan,
kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau lembaga yang mempunyai
kecenderungan atau sudah berdampak luas.

3. Perkara Pertanahan

Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Permen ATR No.11/2016, yang dimaksud dengan


perkara tanah adalah perselisihan pertanahan yang penanganan dan
penyelesaiannya melalui lembaga peradilan. Untuk membahas difinisi dan
ketentuan-ketentuan perihal sengketa pertanahan, penulis mengunakan dasar
hukum Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan (“Permen
ATR No.11/2016”). Berdasarkan pada bagian “menimbang” huruf “a” dan huruf “b”
Permen ATR No.11/2016, penerbitan Permen ATR No. 11/2016 diterbitkan
dikarenakan dianggap atau dipandang tidak efektifnya peraturan sebelumnya
sebagai landasan hukum untuk penyelesaian sengketa tanah, konflik dan perkara
pertanahan. Sebelum diterbitkan Permen ATR No. 11/2016 dalam sengketa
pertanahan mengunaka landasan hukum Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan, Pengkajian (Perkap BPN
No.3/2011”), dan Penanganan Kasus Pertanahan dan Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2013 tentang Eksaminasi Pertanahan
(Permen ATR No.12/2013”).
FILSAFAT

Apa yang dimaksud dengan filsafat (philosophy)? Pengertian filsafat adalah suatu
ilmu pengetahuan yang menggunakan logika, metode, dan sistem untuk mengkaji
masalah umum dan mendasar mengenai berbagai persoalan, seperti; pengetahuan,
akal, pikiran, eksistensi, dan bahasa.

Pendapat lain mengatakan bahwa arti filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup
(filosofia) untuk memberikan suatu pandangan hidup secara menyeluruh
berdasarkan refleksi terhadap pengalaman hidup dan pengalaman ilmiah. Dengan
kata lain, dalam filsafat tidak terdapat eksperimen atau percobaan, tapi
mengemukakan masalah secara persis, mencari solusi, serta memberikan
argumentasi atas solusi tersebut.

Secara etimologi, istilah ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani,


yaitu philosophia dan philoshophos. Philo artinya cinta, sedangkan shopia atau
shopos artinya kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Sehingga dalam hal ini,
pengertian filsafat adalah sejumlah gagasan yang penuh dengan kebijaksanaan,
pengetahuan, dan hikmah.

Agar lebih memahami apa arti filsafat, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:

1. Aristoteles

Menurut Aristoteles, pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi


kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi, politik dan
estetika (filsafat keindahan).

2. Cicero

Menurut Cicero, filsafat adalah ‘ibu’ dari semua seni (the mother of all the arts) dan
merupakan seni kehidupan.

3. Plato

Menurut Plato, arti filsafat adalah suatu ilmu yang mencoba untuk mencapai
pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.
4. Imanuel Kant

Menurut Imanuel Kant, pengertian filsafat adalah suatu ilmu (pengetahuan) yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup
empat persoalan yaitu metafisika, etika agama, dan antropologi.

5. Johann Gotlich Fickte

Menurut Johann Gotlich Fickte, pengertian filsafat adalah dasar dari segala ilmu
yang membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk mencari kebenaran
dari seluruh kenyataan.

Ciri-Ciri Filsafat

Seorang ahli logika bernama Clarence I. Lewis mengatakan bawah filsafat adalah
suatu proses refleksi dari bekerjanya akal yang di dalam prosesnya terkandung
berbagai kegiatan. Adapun ciri-ciri pemikiran filsafat adalah sebagai berikut:

1. Bersifat Universal

Pemikiran filsafat cenderung bersifat universal (umum) dan tidak bersangkutan


dengan objek-objek khusus. Misalnya pemikiran tentang manusia, keadilan,
kebebasan, dan lain-lain.

2. Tidak Faktual

Dalam hal ini, tidak faktual adalah sesuatu yang spekulatif dengan membuat
berbagai dugaan yang masuk akal tentang suatu hal, namun tanpa bukti karena
telah melampaui batas dari fakta-fakta ilmiah.

3. Berhubungan dengan Nilai

Menurut C. J. Ducasse, pengertian filsafat adalah upaya manusia untuk mencari


pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut dengan penilaian. Dalam hal ini
penilaian yang dimaksud adalah sesuatu yang baik dan buruk, susila dan asusila,
dimana akhirnya filsafat menjadi suatu usaha untuk mempertahankan nilai-nilai.

4. Berhubungan dengan Arti


Mengacu pada poin 3, sesuatu yang memiliki nilai tentunya memiliki arti. Itulah
sebabnya para filsuf menciptakan berbagai kalimat yang logis dan bahasa yang
tepat (ilmiah), agar ide-idenya sarat dengan arti.

5. Implikatif

Pemikiran filsafat selalu terdapat implikasi (akibat), sehingga diharapkan akan dapat
melahirkan pemikiran baru yang dinamis dan menyuburkan intelektual.

Cabang-Cabang Filsafat

Secara umum, para ahli membagi bidang studi filsafat menjadi beberapa cabang
atau bagian. Adapun cabang-cabang filsafat adalah sebagai berikut:

1. Epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan.


Misalnya; asal mula, validitas, metodologi, bentuk atau struktur, yang secara
bersama-sama membentuk pengetahuan manusia (Ensiklopedia Indonesia).

2. Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat
fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya. Kajian
mengenai metafisika umumnya berporos pada pertanyaan mendasar mengenai
keberadaan dan sifat-sifat yang meliputi realitas yang dikaji (Wikipedia).

3. Logika

Logika (logike episteme) adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang


kecakapan dalam berpikir secara teratur, lurus, dan tepat (Wikipedia).

4. Etika

Etika adalah cabang filsafaat yang mempelajari tentang norma atau aturan yang
digunakan sebagai pedoman berperilaku di dalam masyarakat terkait dengan sifat
baik dan buruk.
5. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang mempelajari dan membahas tentang


keindahan, bagaimana keindahan dapat terbentuk, dan bagaimana keindahan
tersebut dapat disadari dan dirasakan oleh manusia.

6. Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan menjawab berbagai
pertanyaan terkait hakikat ilmu, dan penerapan berbagai metode filsafat dalam
upaya mencari akar persoalan dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan
oleh bidang ilmu tersebut untuk mendapatkan kejelasan.

Tujuan Filsafat

Keberadaan filsafat dapat membantu persoalan manusia di berbagai bidang


kehidupan. Mengacu pada pengertian filsafat, adapun tujuan filsafat adalah sebagai
berikut:

1. Agar manusia menjadi lebih terdidik dan memiliki pengetahuan, serta mampu
menilai hal-hal di sekitarnya secara objektif.

2. Agar manusia menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupannya.

3. Agar manusia memiliki pandangan yang luas dan terhindar dari


sifat egosentrisme.

4. Agar manusia dapat berpikir sendiri, memiliki pendapat sendiri, mandiri secara
rohani, dan dapat bersikap kritis.

5. Agar manusia dapat mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga dapat


memahami sumber, hakikat, dan tujuan ilmu.

6. Agar manusia memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan


ilmu pengetahuan di berbagai bidang.

7. Agar tenaga pengajar dan siswa memiliki pedoman dalam mendalami suatu ilmu
pengetahuan, khususnya untuk membedakan persoalan ilmiah dan non-ilmiah.

8. Agar para ilmuwan terdorong untuk mendalami dan mengembangkan ilmu


pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai