Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS RENDAH

SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN TEMATIK

Wulan Sri Wulandari


Program Studi Pendidikan Dasar SPS UPI/SDN Salamnunggal 02 Leles Kab.
Garut
tetehwlndari@gmail.com
ABSTRACT
Mathematics is a field of science that train of reasoning and logical thinking and
systematic in resolving the problem and take a decision. Study it in its own way
as it requires math is typical. By understanding the peculiarities and
characteristics of mathematics students, can be appropriate ways for the purpose
of learning mathematics, both are cognitive, psychomotor, and affective with
optimum can be achieved through this thematic approach. Thematic approach in
the form of a set of insights and activities thinking in designing grain of learning
which is aimed at string the theme, topic as well as understanding and skill
gained students as learning by intact and fused. or with other thematic learning
is an approach to learning that is connecting, assembling or connecting a number
of concepts of learning math, science, social science and other subjects that depart
from a specific theme as the center of attention to developing students '
knowledge and skills as a stimulant. Teachers must be totally professional in
carrying out his duties. It’s mean without the high dedication of teachers
profession implementation of the thematic approach will not achieve the optimal
goal.
Keywords: thematic approach, learning, math, students, teachers
ABSTRAK
Matematika adalah suatu bidang ilmu yang melatih penalaran supaya berpikir
logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.
Mempelajarinya memerlukan cara tersendiri karena matematika bersifat khas.
Dengan memahami kekhasan matematika dan karakteristik siswa, dapat
diupayakan cara-cara yang sesuai agar tujuan pembelajaran matematika, baik
yang bersifat kognitif, psikomotorik, dan afektif dapat tercapai dengan optimal
melalui pendekatan tematik ini. Pendekatan tematik berupa seperangkat
wawasan dan aktifitas berpikir dalam merancang butir-butir pembelajaran yang
ditujukan untuk menguntai tema, topik maupun pemahaman dan keterampilan
yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh dan padu. Atau dengan
pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari
pembelajaran matematika, IPA, IPS dan mata pelajaran lainnya yang beranjak
dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan. Guru harus benar-benar
profesional dalam menjalankan tugasnya. Artinya, tanpa dedikasi yang tinggi
dari profesi para guru implementasi pendekatan tematik tidak akan mencapai
sasaran yang optimal.
Kata Kunci : pendekatan tematik, pembelajaran, matematika, siswa, guru

1
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika yang diajarkan di kelas masih didominasi oleh
guru, siswa pasif menerima apapun yang diberikan guru, hanya terjalin
komunikasi satu arah saja, tanpa adanya umpan balik/feedback. Selama ini
pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang sulit dan sangat
ditakuti oleh siswa karena biasanya berkaitan dengan angka-angka atau
perhitungan-perhitungan yang membutuhkan pemahaman konsep berpikir dari
abstrak ke konkrit atau sebaliknya. Seiring perubahan zaman dengan
perkembangan teknologi gadget dan sebagainya sekarang ini, budaya instan
membuat anak serba mudah mendapatkan atau mengerjakan sesuatu, dikaitkan
dengan pembelajaran matematika yang membutuhkan penalaran dan
pemahaman konsep secara bertahap, membuat siswa langsung menyerah atau
malas mengerjakan soal-soal uraian pemecahan masalah matematika.
Padahal matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai
pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan untuk dapat mempersiapkan
dan mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir logis, sistematis, dan
tepat dalam memecahkan sebuah masalah yang terjadi di dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Sekarang dengan bergulirnya kurikulum KTSP menjadi
kurikulum 2013 terjadi perubahan pandangan tentang bagaimana seharusnya
pembelajaran matematika itu diajarkan “dari proses hanya mengajar menjadi ke
proses belajar” atau dengan kata lain “teacher centered ke student centered”
membawa perubahan yang mendasar dalam proses pembelajaran di kelas.
Perubahan tersebut menuntut agar guru tidak lagi sebagai sumber informasi,
melainkan sebagai fasilitator atau moderator belajar. Guru sebagai ujung tombak
pelaksana pendidikan bukanlah hanya sebagai penerima dan pelaksana
pembaruan, namun memiliki peranan sentral dalam perbaikan pendidikan
khususnya dalam peningkatan mutu pembelajaran. Guru juga dalam proses
pembelajaran bukanlah pemberi jawaban akhir atas pertanyaan-pertanyaan
siswanya, melainkan mengarahkannya untuk membentuk (mengkonstruksi)
pengetahuan matematika siswa.

2
Untuk mengarahkan dan memadukan pengetahuan siswa sebelumnya
dengan perolehan pengetahuan yang diajarkan oleh guru, maka guru haruslah
dapat menguasai kemampuan atau keterampilan dalam menggunakan berbagai
pendekatan pembelajaran sehingga dapat membangun berpikir kritis siswa dan
keaktifan siswa di kelas. Guru menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran,
metoda, teknik dan strategi untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Pendekatan pembelajaran yang dipilih haruslah pembelajaran yang dapat
menstimulasi kemampuan siswa seperti bentuk pemberian tugas proyek,
demonstrasi, pemecahan masalah, yang melibatkan partisipasi aktif siswa.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika berorientasi pada
kebutuhan siswa adalah peran guru bergeser dari menentukan “apa yang akan
dipelajari” ke “bagaimana belajar bermakna dan menyenangkan”. Pengalaman
belajar ini diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi
lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, sekolah dan nara
sumber lain. Pembelajaran matematika harus dipahami secara komprehensif dan
bermakna, mulai dari tujuan pembelajaran matematika, konsep matematika,
strategi pembelajaran, mengaitkan dan menghubungkan antar konsep
matematika dan alasan yang mendasarinya, serta pemanfaatan matematika
dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata.
Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 salah satunya adalah
penerapan pendekatan tematik di kelas rendah yaitu kelas I – III di Sekolah
Dasar (SD), Kemendikbud punya alasan antara lain sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak melihat dunia sebagai suatu
kebutuhan yang terlihat bukan penggalan-penggalan yang terlepas dan
terpisah.
2. Mata pelajaran-mata pelajaran Sekolah Dasar dengan definisi kompetensi
yang berbeda menghasilkan banyak keluaran yang sama.

3. Keterkaitan satu sama lain antar mata pelajaran Sekolah Dasar menyebabkan
keterpaduan konten pada berbagai mata pelajaran dan arahan bagi siswa
untuk mengaitkan antar mata pelajaran akan menghasilkan hasil
pembelajaran siswa.

3
4. Fleksibilitas pemanfaatan waktu dan menyesuaikannya dengan kebutuhan
siswa.

5. Menyatukan pemebelajaran siswa untuk konfergensi pemahaman yang


diperolehnya sambil mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran.

6. Merefleksikan dunia nyata yang dihadapi anak di rumah dan di


lingkungannya.

7. Selaras dengan cara anak berpikir di mana hasli penelitian otak mendukung
teori pedagogi dan psikologi bahwa anak menerima banyak hal dan
mengolah dan merangkumnya menjadi satu sehingga mengajarkan secara
holistik terpadu adalah sejalan dengan bagaimana otak anak mengolah
informasi.

Pendekatan tematik di Sekolah Dasar bukanlah merupakan suatu hal yang


baru, namun pemahamannya oleh guru belum mendalam, sehingga dalam
implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak guru
yang merasa sulit dalam melaksanakan pendekatan ini. Hal ini terjadi antara lain
karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pendekatan
tematik ini.
Di samping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasaan kegiatan
pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar pada saat ini difokuskan pada kelas awal
yaitu kelas I, II, dan III atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada kelas
rendah, walaupun sebenarnya pendekatan tematik ini bisa dilakukan di semua
kelas.
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1. Hakikat Pembelajaran Matematika
Menurut The National Strategy ( 2009), dalam Linda Pound dan Trisha Lee
(2011: 5)mengemukakan :
 Matematika membangun dari definisi sederhana dan proposisi yang
didasarkan pada pengamatan.

4
 Matematika melibatkan mengukur, membandingkan dan mengklasifikasikan
objek.
 Matematika menjelaskan pola, properti dan konsep-konsep umum.
 Matematika menyediakan alat untuk abstrak dan bekerja di sebuah dunia
khayalan.
 Matematika adalah subjek yang kreatif di mana ide-ide yang bisa dihasilkan,
diuji dan halus.
Matematika merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan
bukan hanya sekedar bisa berhitung atau memasukkan rumus saja tetapi
mencakup beberapa kompetensi yang menjadikan siswa dapat memahami dan
mengerti tentang konsep dasar matematika. Belajar matematika juga
membutuhkan kemampuan bahasa, untuk bisa mengerti soal-soal atau mengerti
logika, juga imajinasi dan kreativitas.
Pada kenyataannya diperkirakan banyak dari siswa pendidikan sekolah dasar
atau kelas rendah Sekolah Dasar dalam pembelajaran matematika masih
mementingkan ”Bisa dalam pengerjaan penghitungan dan memasukkan rumus
saja”. Disinilah guru harus berperan dalam menciptakan pembelajaran yang
kreatif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan diantaranya
adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar.
Menurut Suherman, dkk.(2003:300) guru semestinya memandang kelas sebagai
tempat di mana masalah-masalah yang menarik di-eksplore oleh siswa dengan
menggunakan idea-idea matematika. Sebagai contoh, dalam materi luas dan
keliling persegi dan persegi panjang siswa dapat mengukur benda-benda nyata
secara langsung, mengukur ruangan kelasnya, tegel, meja, dll, maka
pembelajaran matematika seyogyianya bersandarkan pada pemikiran bahwa
siswa yang harus belajar dan semestinya dilakukan secara komprehensif dan
terpadu. Kegiatan ini tidak akan ada artinya tanpa peranan dan kemampuan
guru untuk mengarahkan dan melakukan pendekatan-pendekatan pembelajaran
salah satunya yaitu melalui pembelajaran matematika terpadu.
2. Prinsip Pembelajaran Matematika di SD
Menurut NCTM (2000:12) dalam Van De Walle (2008: 2), ada enam prinsip untuk
pembelajaran matematika di sekolah dasar yaitu:

5
a. Prinsip Keseimbangan atau Kesetaraan (Equity Principle).
Keunggulan dalam pendidikan matematika mewajibkan adanya
keseimbangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang menjadi
pendukung/penyokong yang kuat untuk semua siswa. Semua siswa
mempunyai kesempatan dan dukungan yang cukup untuk belajar
matematika “tanpa memandang karakteristik personal, latar belakang,
ataupun hambatan fisik”
b. Prinsip Kurikulum (Curriculum Principle)
Kurikulum bukan sekedar kolektifitas kegiatan, bukan sekedar ‘bangunan
pemikiran’ raksasa yang diberlakukan di suatu wilayah hukum demi
keseragaman kegiatan pendidikan. Lebih dari itu, suatu kurikulum harus
koheren, berfokus pada (bagian) matematika yang penting, dan sebaran
materinya diatur sebaik mungkin (well articulated ) sesuai tingkatan usia
siswa. Para siswa dibantu untuk melihat bahwa matematika merupakan
sesuatu yang utuh dan terjalin, bukan kumpulan dari bagian-bagian yang
saling lepas.
c. Prinsip Pengajaran (Teaching Principle)
Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa
yang siswa ketahui dan perlukan untuk belajar dan kemudian memberi
tantangan dan mendukung mereka untuk mempelajarinya dengan baik.
d. Prinsip Belajar (Learning Principle).
NCTM (2000:20) dalam Van De Walle (2008: 3)menyatakan:
“Students must learn mathematics with understanding, actively building new
knowledge from experience and prior knowledge”. Ini berarti dalam belajar
matematika, siswa harus melakukan ‘belajar untuk memahami’ atau ‘belajar
pemahaman’, bukan sekedar belajar untuk mendapatkan nilai. Siswa
dituntut aktif membangun/mengembangkan pengetahuan berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.
e. Prinsip Penilaian (Assessment Principle).
“Assessment should support the learning of important mathematics and furnish
useful information to both teachers and students” (NCTM,2000:22). Dalam hal ini,
penilaian dan evaluasi memegang prinsip: harus memiliki efek menstimulasi

6
dan mendorong siswa untuk belajar matematika secara bermakna (important
mathematics) sekaligus sebagai sumber informasi baik bagi guru maupun
siswa. Informasi yang dimaksud adalah tentang capaian hasil belajar, bagian
materi mana yang belum diketahui, siswa-siswa mana yang belum berhasil,
dan seterusnya. Penilaian tidak sekedar rutinitas demi rapor.
f. Prinsip Teknologi (Technology Principle).
Hidup di dunia modern ini, fasilitas apa pun telah direkayasa dengan
teknologi canggih. Ini sebuah keuntungan bagi dunia pendidikan
matematika. Malahan teknologi adalah kebutuhan (essesntial) dalam
pendidikan matematika. Teknologi memengaruhi matematika di mana siswa
mengunakan produk teknologi (soft program) tertentu sebagai sumber atau
sarana belajar. Maka belajar menjadi lebih mudah dan memerluas akses
belajar siswa.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika di SD


Tiga tahap proses pembelajaran matematika menurut teori Bruner dalam
Suherman (2003:44), yaitu :
a. Tahap enaktif, suatu tahap pembelajaran di mana materi matematika yang
bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan benda-benda konkret,
melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi
(mengotak atik) objek. Pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan
menggunakan benda-benda konkrit/nyata atau menggunakan situasi yang
nyata. Misalnya untuk memahami konsep operasi pengurangan bilangan
cacah 7 – 4, anak memerlukan pengalaman mengambil/membuang 4 benda
dari sekelompok 7 benda.
b. Tahap ikonik, suatu tahap pembelajaran di mana materi matematika yang
bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunakan ikon, gambar, atau
diagram, grafik yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda
konkret pada tahap enaktif tadi. Dengan demikian, topik matematika yang
bersifat abstrak ini telah dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk
benda-benda nyata yang dapat diamati siswa, lalu dipresentasikan atau
diwujudkan dalam gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret.

7
c. Tahap Simbolik, suatu tahap pembelajaran di mana materi matematika yang
bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan simbol abstrak (abstrak
simbol, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan
orang-orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal
(misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang
matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.
Langkah-langkah pembelajaran matematika melalui pendekatan tematik
untuk di kelas rendah sekolah dasar menyajikan konsep-konsep matematika
tidak terpisah dengan mata pelajaran yang lain agar siswa memperoleh
pengalaman langsung dan keterlibatan dalam proses belajar maka teori
bruner bisa diterapkan pada tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik
sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajarinya
secara holistik dan bermakna. Oleh karena itu pemahaman dan pemaknaan
dalam pembelajaran matematika oleh siswa sangatlah penting untuk bisa
melanjutkan pada tahapan perolehan pengetahuan selanjutnya.
Langkah-langkah pembelajaran matematika di SD :
 Menentukan tujuan-tujuan instruksional
 Memilih materi pelajaran yang bisa dipadukan temanya
 Menentukan topik-topik yang akan diajarkan
 Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dan sebagainya yang dapat
digunakan peserta didik untuk bahan belajar
 Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang
abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
 Mengevaluasi proses dan hasil belajar

B. Pendekatan Tematik/Terpadu
1. Latar Belakang Pendekatan Tematik
Pendekatan pembelajaran untuk anak tingkat Sekolah Dasar kelas rendah
yaitu kelas 1,2 dan 3 adalah pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-
tema (tematik). Tema merupakan sarana untuk memperkenalkan berbagai
konsep materi kepada siswa secara menyeluruh. Tematik diberikan dengan
maksud mengabungkan konten kurikulum dalam satuan-satuan yang utuh

8
dan membuat pembelajaran lebih bermakna, terpadu dan mudah dipahami
oleh siswa sekolah dasar.
Menurut Rusman (2010:267) tema-tema yang bisa dikembangkan di kelas
awal atau kelas rendah sekolah dasar mengacu kepada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Pengalaman mengembangkan tema dalam kurikulum disesuaikan dengan
mata pelajaran yang akan dikembangkan.
b. Dimulai dengan lingkungan yang terdekat dengan anak (expanding
community approach).
c. Dimulai dari hal-hal yang mudah menuju sulit, dari hal yang sederhana
menuju yang kompleks, dan dari hal yang konkrit menuju yang abstrak.

2. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Tematik


Menurut Rusman (2010: 272) pembelajaran tematik merupakan salah satu
model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan
suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual
maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Menurut Poerwadarminta(1983) dalam Solihat,dkk (2010:303) Pembelajaran
Tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka pendekatan pembelajaran
tematik merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa baik
secara individual maupun kelompok secara aktif mencari, menggali,
mengeksplorasi, dan menemukan konsep-konsep yang terdapat dalam
beberapa mata pelajaran secara menyeluruh, otentik dan berkelanjutan.
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik
dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya
materi kurikulum. Di samping itu pendekatan pembelajaran tematik akan
memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada

9
partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

3. Jenis-Jenis Pembelajaran Tematik


Menurut Sukmadinata(2004 : 198-200) dalam Solihat (2010:300) jenis
pembelajaran tematik (terpadu) terdiri atas :
a. Desain Jaring atau Webbed. Pembelajaran difokuskan pada satu atau
beberapa tema. Tiap tema mencakup beberapa topik, konsep atau masalah
dalam sejumlah mata pelajaran. Umpamanya macam-macam pekerjaan,
dll dibahas dalam IPS, gaya dan gerak dibahas dalam IPA, FPB dan KPK
dibahas dalam matematika, sedang menjelaskan kegiatan gaya dan gerak
dalam kehidupan sehari-hari digambarkan dalam bahasa Indonesia atau
bahasa Sunda.
b. Desain Jalin atau Threaded. Pembelajaran diarahkan untuk menjalin
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, kecerdasan multiple, teknologi
dan keterampilan belajar dalam berbagai bidang studi. Umpamanya
keterampilan berpikir hubungan sebab-akibat. Dalam matematika
hubungan gerak loncat dengan kelipatan, dalam IPS bergerak dalam
bekerja, adanya pergerakan dan gaya dalam IPA, dalam bahasa akibat
langsung gerak dan gaya yang berlebihan.
c. Desain Terpadu atau Integrated. Pembelajaran didesain secara terpadu,
bahan ajaran dipadukan dari berbagai bidang studi, atau tema
pembelajaran merangkum materi dari berbagai bidang studi. Desain ini
disebut juga sebagai pembelajaran interdisiplin atau pembelajaran lintas
bidang studi (cross-disiplinary).
d. Desain Menyatu atau Immersed. Desain dan pelaksanaan pembelajaran
bersatu dengan diri siswa. Bidang studi, tema atau bahan pembelajaran
dipilih oleh siswa sendiri yang paling mereka senangi dan butuhkan.
Desain ini juga desain terpadu, tidak hanya terpadu antar bidang studi
juga terpadu antara pelajaran dengan diri siswa.

10
e. Desain jaringan atau networked. Desain pembelajaran tematik/terpadu
yang memadukan bahan ajaran atau pengetahuan dari berbagai bidang
studi adan berbagai jaringan sumber belajar. Siswa berperan sebagai
ekspert, dia mencari, menghimpun, dan menyeleksi pengetahuan yang
dibutuhkan.
f. Desain terpisah atau Fragmented. Desain pembelajaran seperti yang
umumnya digunakan dalam pembelajaran saat ini. Topik atau pokok
bahasan yang berisi bahan ajaran yang terpisah atau terlepas antara satu
dengan yang lainnya. Demikian juga dalam pelaksanaannya, hanya
membahas bahan yang tercakup dalam topik tersebut.
g. Desain Terhubung atau Connected. Pembelajaran dalam satu mata
pelajaran atau bidang studi didesain dengan cara menghubungkan satu
topik dengan topik lainnya, satu konsep dengan konsep lainnya pada
semester atau tahun yang sama ataupun berbeda.
h. Desain Sarang atau Nested. Masih dalam satu mata pelajaran atau bidang
studi, satu topik bahasan diarahkan untuk menguasai beberapa
kemampuan atau keterampilan, seperti keterampilan berpikir
(intelektual), keterampilan sosial, dan keterampilan motorik.
i. Desain Paralel atau Sequenced. Antara dua lebih mata pelajaran atau
bidang studi pada waktu yang bersamaan ada kesamaan atau ada
hubungan topik, bahan, konsep ataupun kemampuan yang memiliki
kesamaan atau keterkaitan, berbagai tugas dan mereka mengajar dalam
bentuk tim (team teaching)
j. Desain berbagi atau Shared. Guru-guru dari dua atau lebih mata pelajaran
atau bidang studi yang mengajarkan bahan, konsep, kemampuan yang
memiliki kesamaan atau keterkaitan, berbagai tugas dan mereka mengajar
dalam bentuk tim (team teaching).
4. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Rusman (2010:277) pembelajaran tematik memiliki karakteristik-
karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa

11
Menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b. Memberikan Pengalaman Langsung
Siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata atau konkrit sebagai dasar
untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak diperolehlah pengalaman
secara langsung.
c. Pemisahan Mata Pelajaran tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan Konsep dari berbagai mata pelajaran.
Siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e. Bersifat Fleksibel
Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa
dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f. Hasil Pembelajaran sesuai dengan Minat dan Kebutuhan Siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
5. Landasan Pembelajaran Tematik
Menurut Rusman (2010: 274) adapun landasan-landasan pembelajaran
tematik di sekolah dasar meliputi :
a. Landasan Filosofis
Kemunculan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat
yaitu
1) Progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang
alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.

12
2) Konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa sebagai kunci
dalam pembelajaran, pengetahuan yang diperoleh adalah hasil
konstruksi atau bentukan manusia melalui interaksi dengan obyek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannnya. Pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang instan, melainkan suatu proses yang
berkembang secara berkelanjutan, rasa ingi tahu siswa berperan dalam
menyusun ulang dan mengembangkan pengetahuan dan pengalaman
belajar yang dimilikinya.
3) Humanisme melihat siswa sosok yang unik, mempunyai ciri khas,
bakat, potensi dan motivasi yang dimilikinya.
b. Landasan Psikologis
Dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan
kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan
tahap perkembangan siswa. Melalui pembelajaran tematik diharapkan
adanya perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik,
mental/intelektual, moral maupun sosial.
c. Landasan Yuridis
Dalam UU No.23 tahun 2002 pasal 9 tentang Perlindungan Anak
dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Dalam UU No.20 tahun 2003 Bab V Pasal 1b tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya.
d. Landasan Sosial-Budaya dan IPTEKS
Pembelajaran selalu mengandung nilai yang harus sesuai dengan nilai
yang berlaku dalam masyarakat dan dipengaruhi juga oleh lingkungan.
IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni) diperlukan dalam
pengembangan pembelajaran tematik sebagai upaya menyelaraskan materi

13
pembelajaran dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi dalam
dunia IPTEKS baik secara langsung maupun tidak langsung.

C. Implementasi Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran Matematika di SD


kelas rendah.
Usia anak sekolah dasar rata-rata adalah 6 tahun atau 7 tahun dan biasanya
selesai pada usia 12 tahun. Piaget meyakini bahwa proses berpikir seorang anak
berkembang melalui serangkaian tahapan-tahapan perkembangan kognitif
manusia, dalam Desmita (2011: 101) anak usia sekolah dasar berada dalam tahap
konkret-operasional usia 7 sampai dengan 11 tahun, pada saat ini anak akan
dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.
Hal ini berarti bahwa anak usia sekolah dasar mempunyai kemampuan
berpikir dalam memahami lingkungan di sekitarnya tidak hanya mengandalkan
panca indera semata tapi sudah dapat membedakan dan menggunakan daya
nalarnya, seperti menghitung jumlah, mengukur banyak, dan lain-lain.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir terdapat kecenderungan belajar
anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri ( Rusman, 2010: 270) adalah sebagai
berikut:
a). Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang dapat
dilihat, didengar, diraba, diotak-atik, dirasa berbau, dengan titik penekanan
pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna
dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya yang dialami lebih nyata dan bermakna.
b). Integratif yaitu memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan
dan terpadu, karena anak usia sekolah dasar belum mampu memilah-milah
konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini menggambarkan masih cara
deduktif yakni dari hal umum ke bagian-bagian yang lebih kecil.
c). Hierarkis yaitu berkembang secara bertahap dari hal yang sederhana ke hal
yang kompleks.

14
Menurut NCTM dalam Suherman,dkk (2003:298) matematika secara fleksibel
dan memahami hubungan serta keterkaitan antara ide atau gagasan-gagasan
matematika dengan yang lainnya dan terdapat empat prinsip, yaitu :
a. Matematika sebagai pemecahan masalah
b. Matematika sebagai penalaran.
c. Matematika sebagai komunikasi
d. Matematika sebagai hubungan
Selain 4 prinsip ini, NCTM (1989) dalam Suherman,dkk (2003:298) estimasi dan
struktur matematika yang membantu dalam menggeneralisasikan matematika
secara komprehensif dan holistik.
Dimaksudkan bahwa pengembangan konsep dan materi-materi matematika
tidak dibatasi oleh topik yang sedang dibahas saja, akan tetapi dikaitkan dengan
topik-topik yang relevan bahkan dengan mata pelajaran lain jika memungkinkan
secara terpadu. Konsep pembelajaran matematika terpadu mempertimbangkan
siswa sebagai pembelajar dan proses yang melibatkan pengembangan berpikir
dan belajar. Karena para siswa sulit untuk berpikir parsial tentang apa yang
mereka pelajari, tetapi mereka cenderung memandang “dunia sekitar” secara
menyeluruh(holistik). Dalam Suherman,dkk (2003:299) pengaruh adanya
pembelajaran matematika terpadu dengan mata pelajaran yang lainnya antara
lain adalah :
a. Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik
matematika lainnya.
b. Lebih menyadari akan penting dan strateginya matematika bagi mata
pelajaran lain.
c. Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia.
d. Lebih mampu berpikir logis, kritis, dan sistematis.
e. Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah masalah
f. Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya

Alur dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pendekatan tematik yaitu


sebagai berikut:
1) Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan

15
2) Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan
dipadukan.
3) Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatu
4) Membuat matriks/bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik
pemersatu.
5) Menyusun silabus pembelajaran tematik
6) Menyusun rencana pembelajaran tematik
7) Pengelolaan Kelas
a. Pengaturan tempat belajar
b. Pengaturan siswa
c. Pemilihan bentuk kegiatan
d. Pemilihan Media Pembelajaran
e. Penilaian

Matematika adalah suatu bidang ilmu yang melatih penalaran supaya berpikir
logis dan sistematis dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.
Mempelajarinya memerlukan cara tersendiri karena matematika bersifat khas.
Dengan memahami kekhasan matematika dan karakteristik siswa, dapat
diupayakan cara-cara yang sesuai agar tujuan pembelajaran matematika, baik
yang bersifat kognitif, psikomotorik, dan afektif dapat tercapai dengan optimal
melalui pendekatan tematik ini.

KESIMPULAN
Implementasi pendekatan tematik dalam pembelajaran matematika di kelas
rendah sekolah dasar pada saat kurikulum KTSP hanya berlaku pada kelas 1,2
dan 3 dan pada kurikulum 2013 penerapan pendekatan tematik untuk semua
kelas dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 adalah upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik.
Pendekatan pembelajaran tematik yang menunjukkan kaitan unsur-unsur
konseptual baik didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi peluang
bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman
yang bermakna bagi anak. Pendekatan tematik berupa seperangkat wawasan

16
dan aktifitas berpikir dalam merancang butir-butir pembelajaran yang ditujukan
untuk menguntai tema, topik maupun pemahaman dan keterampilan yang
diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh dan padu. Atau dengan
pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari
pembelajaran matematika, IPA, IPS dan mata pelajaran lainnya yang beranjak
dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan
Harus diakui bahwa guru harus benar-benar profesional dalam menjalankan
tugasnya. Artinya, tanpa dedikasi yang tinggi dari profesi para guru
implementasi pendekatan tematik tidak akan mencapai sasaran yang optimal.
Guru dituntut agar pembelajaran menekankan pada kegiatan individual dan
kelompok, dengan memperhatikan perbedaan kompetensi siswa, mengupayakan
lingkungan belajar yang kondusif, dan mengelola kelas dengan baik serta tetap
harus memperhatikan hal-hal seperti perencanaan, alokasi waktu yang tersedia,
sumber belajar-media, materi, prasyarat yang harus dimiliki peserta didik, dan
sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuannya.

Pendekatan ini tidak akan berhasil jika seorang guru tidak mau mempelajari
dan mempraktekkannya, apalagi tidak mau merubah pandangannya tentang
peranannya memberikan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Jika
penyajian pembelajaran masih tetap berpusat pada guru dan pendekatan
pembelajaran hanya ceramah terus menerus, monoton, maka kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa pun tidak akan berkembang. Karena
mungkin saja kebanyakan guru-guru kita belum memahami atau bahkan belum
mengetahui tentang apa dan bagaimana pendekatan tematik ini.
Sejalan dengan penerapan kurikulum 2013 penggunaan pembelajaran tematik
akan lebih bermakna karena anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya
(hand-on) pada akhirnya pembelajaran yang diperoleh semakin mengalami
peningkatan karena terdapat peluang untuk siswa dapat membangun
pengetahuannya secara utuh, tidak terpecah-pecah dalam mata pelajaran. Dalam
hal ini, berarti siswa sebagai pembelajar aktif tidak hanya sekedar melihat,
mendengar, mengingat, menulis dan melakukan perhitungan sesuai dengan

17
telah dicontohkan dan dijelaskan oleh guru tetapi dengan mencoba
mengeksplorasi dan menemukan sendiri konsep penyelesaian masalah dari
persoalan-persoalan yang dimunculkan di awal pembelajaran sebagai titik awal,
sebaiknya persoalan yang diangkat adalah dari kehidupan nyata yang dekat
dengan diri siswa atau yang telah dialami siswa.
Bertitik tolak dengan pemaparan di atas tadi, Pembelajaran matematika
menggunakan tematik sebagai alternatif dari sekian banyak pendekatan yang
ada, meskipun tak ada cara yang terbaik dalam pembelajaran mengajar ataupun
cara belajar, sebagaimana yang dikemukakan Entwistle(1981) dalam Suherman
(2003:150) “There can be no right way to study or best way to teach” maka
pendekatan tematik perlu mendapat perhatian khusus atau perlu
dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran
matematika pada kelas rendah di Sekolah Dasar

DAFTAR PUSTAKA

Desmita.(2009).Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Panduan bagi Orang Tua dan

Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya

Pound, L and Lee, T.(2011). Teaching Mathematics Creatively. Learning To Teach In


Primary School Series. Canada: Routledge

Rusman.(2010). Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Model-Model Pembelajaran.


Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung : Mulia Mandiri Pers

Solihat, I.,dkk(2010). Implementasi Pembelajaran IPA di Kelas Rendah dengan


Pendekatan Tematik. Makalah. Problematika Pendidikan Dasar. Kebijakan,
Strategi, dan Metode Pembelajaran. Bandung: Ilmu Cahaya Hati

Suherman, E, dkk. (2003). Common Textbook: Strategi Pembelajaran Matematika


Kontemporer. (edisi revisi). Bandung: JICA Jurusan Pendidikan
Matermatika UPI.

18
Van De Walle, J.A.(2008). Jilid 1 Edisi Keenam Sekolah Dasar dan Menengah.
Matematika. Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Erlangga

19

Anda mungkin juga menyukai