FKL Bu Fauna D-4
FKL Bu Fauna D-4
PENDAHULUAN
1
- Berapa aminofilin injeksi yang harus diambil dan berapa jumlah pelarut yang
ditambahkan, serta berapa laju infus yang harus diberikan (dalam volume per
waktu) ?
- Apakah perlu loading dose? Berapakah jumlah ampul aminofilin yang
diberikan? Berikan penjelasan dan analisisnya!
- Apabila pasien akan pulang dan diberikan teofilin tablet, bagaimana dosis
teofilin tablet pada saat keluar RS (KRS), aturan pakai dan perhitungannya?
- Apakah rekomendasi sediaan yang beredar di Indonesia?
1.3. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Aktivasi t-limfosit menyebabkan pelepasan sitokin dari sel T 2 pembantu
(TH2) yang menengahi peradangan alergi (interleukin [IL] -4, IL-5, dan IL-
13). Sebaliknya, sel T-helper (TH1) tipe 1 menghasilkan IL-2 dan interferon-
γ yang penting untuk mekanisme pertahanan seluler. Peradangan asma alergi
dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara sel TH1 dan TH2.
Degranulasi sel mast sebagai respons terhadap alergen mengakibatkan
pelepasan mediator seperti histamin; eosinofil, dan faktor kemotaktik
neutrofil; leukotrien C4, D4, dan E4; prostaglandin; dan platelet-activating
factor (PAF). Histamin mampu mendorong penyempitan otot polos dan
bronkospasme dan mungkin berperan dalam edema mukosa dan sekresi
lendir.
Makrofag alveolar mengeluarkan sejumlah mediator inflamasi, termasuk PAF
dan leukotrien B4, C4, dan D4. Produksi faktor chemotactic neutrofil dan
faktor kemotaksis eosinofil mempengaruhi proses inflamasi.
Neutrofil juga merupakan sumber mediator (PAFs, prostaglandin,
tromboksan, dan leukotrien) yang berkontribusi terhadap BHR dan
peradangan saluran udara.
Jalur 5-lipoksigenase metabolisme asam arakidonat bertanggung jawab atas
produksi suksinil leukotrien. Leukotrien C4, D4, dan E4 dilepaskan selama
proses inflamasi di paru-paru dan menghasilkan bronkospasme, sekresi
lendir, permeabilitas mikrovaskuler, dan edema jalan nafas.
Sel epitel bronkial berpartisipasi dalam peradangan dengan
melepaskaneikosanoid, peptidase, protein matriks, sitokinin, dan oksida
nitrat. Penularan epitel menghasilkan responsivitas saluran napas yang
meningkat, permeabilitas mukosa mukosa saluran napas yang menurun,
penipisan faktor relaksasi yang berasal dari epitel, dan hilangnya enzim yang
bertanggung jawab untuk merendahkan neuropeptida inflamasi.
Proses inflamasi eksudatif dan pelepasan sel epitel ke dalam lumen saluran
nafas mengganggu transportasi mukosiliar. Kelenjar bronkial meningkat
dalam ukuran, dan sel goblet meningkat dalam ukuran dan jumlah. Lendir
ekspektasis dari penderita asma cenderung memiliki viskositas tinggi.
4
Jalan napas diinervasi oleh saraf penghambat parasimpatis, simpatik, dan
nonadrenergik. Perut normal otot polos saluran nafas dipelihara dengan
aktivitas vagal efferent, dan bronkokonstriksi dapat dimediasi oleh stimulasi
vagal pada bronki kecil. Otot jalan nafas mengandung reseptor adrenergik β2
noninnervated yang menghasilkan bronkodilasi. Sistem saraf nonadrenergik
dan noncholinergic di trakea dan bronkus dapat memperkuat peradangan pada
asma dengan melepaskan oksida nitrat.
(Dipiro et al., 2009)
Pemerian teofilin yaitu bubuk kristal putih atau hampir putih,sedikit larut
dalam air; larut dalam alkohol dehidrasi, larut dalam larutan hidroksida alkali,
amonia, dan asam mineral (Sweetman, 2009). Stabilitas teofilin meliputi cairan
teofilin bebas alkohol yang dikemas ulang dalam semprotan polipropilena bening,
dapat disimpan pada suhu kamar di bawah penerangan fluorescent terus menerus
selama paling sedikit 180 hari tanpa perubahan signifikan dalam konsentrasi
teofilin. Namun, disarankan agar larutan terlindungi dari cahaya karena dari
potensi perubahan warna. Persiapan oral teofilin 5 mg/mL dalam suspensi
komersial dinyatakan stabil selama 90 hari dalam kemasan plastik amber yang
disimpan pada suhu 23° sampai 25° C (Sweetman, 2009).
5
2.2.2 Efek Samping Teofilin
Efek samping teofilin yaitu aritmia, stimulasi SSP, kejang, diare, iritasi
lambung, sakit kepala, insomnia, mual, debaran jantung, takikardia,dan muntah
(BNF 73, 2017).
6
protein eosinofil, penurunan proliferasi T-limfosit, penurunan pelepasan sitokin T-
sel, dan penurunan eksudasi plasma (Dipiro et al., 2009).
7
dalam wadah kedap udara yang kedap air.Lindungi dari cahaya (Sweetman,
2009).
Aminofilin adalah anhidrat atau mengandung NMT dua molekul air
hidrasi. Aminofilin mengandung NLT 84,0% dan NMT 87,4% teofilin anhidrat
(C7H8N4O2), dihitung berdasarkan anhidrat (USP 32 ed., 2008).
8
BAB III
9
Tabel 2. Klasifikasi BMI Berdasarkan Populasi di ASIA
= 50 + 133,884
= 63,884 kg
Perhitungan dosis pada pasien ini menggunakan IBW (Ideal Body Weight)
karena pasien memiliki berat badan berlebih. Pasien dengan berat badan berlebih
cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak, sehingga pasien memiliki
proposi cairan tubuh total yang lebih kecil dan hal ini dapat mempengaruhi
volume distribusi obat (Shargel, ed. V, hal 643). Selain itu, teofilin merupakan
obat yang bersifat polar sehingga cenderung terdistribusi ke dalam air
dibandingkan lemak sehingga yang perlu dipertimbangkan dalam perhitungan
dosis adalah Ideal Body Weight (IBW) berdasarkan tinggi pasien dan berat badan
aktual (total) (Shargel, ed V, hal 684).
10
Data Farmakokinetika
MEC teofilin = 10 – 20 mcg/mL
Dipakai Cpss = 10 mcg/mL → diharapkan dengan kadar terendah telah
memberikan efek terapi dan lebih murah dari segi biaya (cost-effectiveness)
Vd = 0,45 L/kgBB = 0,45 L/kg × IBW
= 0,45 L/kg × 63,884 kg = 28,7478 L
t ½ populasi = 8-12 jam → dipilih t ½= 8 jam
0,693 0,693
K= = 8 =0,086625/jam
t1⁄2
11
Indikasi : Meringankan dan mengatasi gejala obstruktif saluran pernafasan
karena serangan asma bronchial dan penyakit paru obstruktif
Harga : 1 Boks 10 ampul Rp 38.636,00 @ Rp 3.864,00
= 29,2974 mg/jam
Stabilitas teofilin dalam larutan NS hanya selama 24 jam, maka akan
dipersiapkan pemberian infus selama 24 jam yang diberikan dalam bentuk
aminofilin.
R (aminofilin) = 29,2974 mg/jam x 24 jam
= 703,1379 mg (÷ 240 mg/ampul)
= 2,9297 ampul ≈ 3 ampul untuk 1 hari
Maka aminofilin injeksi yang harus diambil adalah 3 ampul untuk 1 hari.
Pengecekan Ulang
3 ampul x 240 mg/ampul = 720 mg (untuk 24 jam)
R (aminofilin) = 720 mg/24 jam = 30 mg/jam
85%
R (teofilin) = 100% x 30 mg/jam = 25,5 mg/jam
R 25,5 mg⁄jam
Cpss (teofilin) = = = 11,0065 mg/L (masuk
Vd x K 26,7453 L x 0,086625⁄jam
rentang MEC).
12
b. Aminofilin injeksi yang harus diambil dan jumlah pelarut yang
ditambahkan, serta laju infus yang harus diberikan (dalam volume per
waktu)
1. Laju Infus
Diketahui:
Rteo = Cpss x Vd x K
= 10mg/L x 31,95L x 0,0866/jam
= 27,6687 mg/jam
Aminofilin mengandung 85% teofilin
100%
Rsmino = x 27,6687mg /jam = 32,5514 mg/jam
85%
13
3. Pelarut yang Dibutuhkan
Pemilihan kemasan infus
1. Infus 100 mL
Volume infus = 100 mL
Volume aminofilin injeksi = 40 mL (4 ampul, masing-masing 10 mL)
Volume total pemberian = 140 mL
Konsentrasi aminofilin = 4 ampul x 240 mg/ampul
= 960 mg/4 ampul
Konsentrasi aminofilin dalam infus = 960 mg/140 mL = 6,86 mg/mL
Ramino = 140 mL/24 jam
= 5.83 mL/jam : 60
= 0.0972 mL/menit x 20 tetes/ml(macrodrip)
= 1,944 tetes/menit 2 tetes/menit
Jadi, infus yang digunakan sebanyak:
Ramino = 2 tetes/menit x 60
= 120 tetes/jam : 20 tetes (macrodrip)
= 6 mL/jam
Infus aminofilin akan dipasang selama 24 jam, sehingga infus 100 mL
140 ml
akan habis dalam: = 23,33 jam/pasang
6 ml/jam
24 jam
Jumlah infus yang disiapkan adalah = 1.0287 pasang 2
23,33 jam
pasang.
2. Infus 250 mL
Volume infus = 250 mL
Volume aminofilin injeksi = 40 mL (4 ampul masing-masing 10 mL)
Volume total pemberian = 290 mL
Konsentrasi aminofilin = 4 ampul x 240 mg/mL = 960 mg/4 ampul
Konsentrasi aminofilin dalam infus = 960 mg/290 mL = 3,3103 mg/mL
Ramino = 290 mL/24 jam
= 12,083 mL/jam : 60
14
= 0.2014 mL/menit x 20 tetes/ml(macrodrip)
= 4,0278 tetes/menit 5 tetes/menit
Jadi, infus yang digunakan sebanyak :
Ramino = 5 tetes/menit x 60
= 300 tetes/jam : 20 tetes/ml (macrodrip)
= 15 mL/jam
Infus aminofilin akan dipasang selama 24 jam, sehingga infus 250 mL
290 ml
akan habis dalam: = 19,333 jam/pasang
15 ml/jam
24 jam
Jumlah infus yang disiapkan adalah = 1.2414 pasang 2
19.333 jam
pasang.
3. Infus 500 mL
Volume infus = 500 mL
Volume aminofilin injeksi = 40 mL (4 ampul masing-masing 10 mL)
Volume total pemberian = 540 mL
Konsentrasi aminofilin = 4 ampul x 240 mg/mL = 960 mg/4 ampul
Konsentrasi aminofilin dalam infus = 960 mg/540 mL = 1.7778 mg/mL
Ramino = 540 mL/24 jam
= 22.5 mL/jam : 60
= 0.375 mL/menit x 20 tetes/ml (macrodrip)
= 7,5 tetes/menit 8 tetes/menit
Jadi, infus yang digunakan sebanyak :
Ramino = 8 tetes/menit x 60
= 480 tetes/jam : 20 tetes/ml (macrodrip)
= 24 mL/jam
Infus aminofilin akan dipasang selama 24 jam, sehingga infus 500 mL
540 ml
akan habis dalam: = 22,5 jam/pasang
24 ml/jam
24 jam
Jumlah infus yang disiapkan adalah = 1.0667 pasang 2
22,5 jam
pasang.
15
4. Infus 1000 mL
Volume infus = 1000 mL
Volume aminofilin injeksi = 40 mL (4 ampul masing-masing 10 mL)
Volume total pemberian = 1040 mL
Konsentrasi aminofilin = 4 ampul x 240 mg/mL = 960 mg/4 ampul
Konsentrasi aminofilin dalam infus = 960 mg/1040 mL = 0.9231 mg/mL
Ramino = 1040 mL/24 jam
= 43,333 mL/jam : 60
= 0.7222 mL/menit x 20 tetes/ml(macrodrip)
= 14,4444 tetes/menit 15 tetes/menit
Jadi, infus yang digunakan sebanyak :
Ramino = 15 tetes/menit x 60
= 900 tetes/jam : 20 tetes (macrodrip)
= 45 mL/jam
Infus aminofilin akan dipasang selama 24 jam, sehingga infus 1000 mL
1040 ml
akan habis dalam: = 23.1111 jam/pasang
45 ml/jam
24 jam
Jumlah infus yang disiapkan adalah = 1.0385 pasang 2
23.1111 jam
pasang.
c. Loading Dose
Untuk menentukan suatu obat perlu loading dose atau tidak, maka perlu
diketahui waktu untuk mencapai steady state obat tersebut. Apabila waktu
16
untuk mencapai steady state tersebut lama, maka perlu diberikan loading dose,
sehingga keadaan steady state dapat langsung tercapai.
T90% = 3,32 x t1/2
= 3,32 x 8 jam
= 26,56 jam
T95% = 4,32 x t1/2
= 4,32 x 8 jam
= 34,56 jam
T99% = 6,65 x t1/2
= 6,65 x 8 jam
= 53,2 jam
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahu waktu steady state
(Tss) yang dibutuhkan sangat lama, yaitu lebih dari 24 jam, maka perlu
diberikan loading dose supaya efek terapi dapat dicapai dengan segera.
DL (teofilin) = Cpss x Vd
= 10 mg/L x 31,95 L
= 319,5 mg
100%
DL (aminofilin) = x DL teofilin
85%
100%
= x 315,9= 375,88 mg
85%
375,88 mg
= = 15,66 ml ∞ 16 ml
24mg/ml
= 408 mg
DL (teofilin)
Cpss teofilin = Vd
408 mg
= 31,95 L = 12,77 mg/L masuk MEC (10 – 20 µg/mL)
17
Jadi, untuk loading dose diambil 20 ml aminofilin (2 ampul).
d. Dosis Teofilin tablet pada saat keluar RS (KRS), aturan pakai dan
perhitungannya
Tablet teofilin yang tersedia di pasaran (Indonesia) adalah (MIMS ed 16,
2015):
- Tablet selaput Euphyllin Retard Mite 125 mg (F= 0.91) Rp 181.500,-/100
tab
- Tablet selaput Euphyllin Retard 250 mg (F=0.84) Rp 291.500,-/100 tab
MEC = 10-20 µg/mL
Cp max = 19 mg/L
Cp min = 10,5 mg/L
- Aturan pakai tablet Teofilin
Cp max 1
=
Cp min e−kτ
19 mg/L 1
= −0.0866.τ
10,5 mg/L e
e-0,0866.τ = 0.552631578
-0.0866.τ = -0.593063722
τ = 6.8483 jam
τ = 6 jam
Cp max∞ 1
= −k.τ
Cp min e
Cp max∞ 1
= −k.6
10,5 mg/L e
Cp max∞ = 17,6542 mg/L (masuk rentang MEC)
18
τ = 8 jam
Cp max∞ 1
= −k.τ
Cp min e
Cp max∞ 1
= −k.8
10,5 mg/L e
Cp max∞ = 20.9927 mg/L (tidak masuk rentang MEC)
τ = 12 jam
Cp max∞ 1
= −kτ
Cp min e
Cp max∞ 1
= −k.12
10,5 mg/L e
Cp max∞ = 29.683 mg/L (tidak masuk rentang MEC)
19
Cpmin = Cpmax x e−k.t
e. Rekomendasi
20
Pasien Tn. Z diberikan tablet selaput Euphyllin Retard dengan dosis 250
mg karena pada perhitungan dosis 250 mg Cpmax, Cpmin dan Cav memenuhi
rentang MEC. Sedangkan jika menggunakan dosis 125 mg, Cpmax tidak
memenuhi dosis pada rentang MEC. Jika MEC tidak tercapai, maka efek terapi
juga tidak maksimal. Oleh karena itu, kami memilih tablet teofilin dengan
dosis 250 mg yang diberikan dengan interval 6 jam.
DAFTAR PUSTAKA
21
Aberg et al., 2009, Drug Information Handbook 17th Edition, Ohio: Lexi-Comp,
Page 6762
BNF, 2015, British National Formulary 70th Edition, London: Pharmaceutical
Press, Page 239
BNF, 2017, British National Formulary 73 Edition, London: Pharmaceutical
Press, Page 257
Dipiro et al., 2009, Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition, United States
:The McGraw-Hill Companies, Inc, Page 906-907, 916
Inoue et al., 2000, The Asis-Pasific Perspective Redifining Obesity and Its
Treatment, World Health Organization: Australia, page 17
MIMS Indonesia, edisi 16, 2015, PT. Medidata Indonesia, Jakarta
Pedersen et al., 2017, GINA: Global Strategy for Asthma Management &
Prevention, P.14
Shargel L, Wu-Pong S, Yu ABC, 2012, Biofarmasetika & Farmakokinetika
Terapan, Edisi Kelima, Airlangga University Press, Surabaya
Sweetman, Sean C., 2009, Martindale : The Complete Drug Reference Third
Edition, UK: Pharmaceutical Press, Page 1114, 1140, 1145-1146, 1716
Tjay & Rahardja, 2007, Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek
Sampingnya, edisi ke-6, PT Elex Media Komputindo, Jakarta,p 50
USP, 2008, United States Pharmacopoeia 32 Edition, US: United Stated
Pharmacopoial Convention, Page 194
22