Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. yang berpedoman
pada kitab suci Al-quran 1. Ajaran Islam juga meliputi segala aspek kehidupan yang
didelegasikan khusus untuk umat akhir zaman dengan segala permasalahan dan solusinya.
Islam juga membahas hubungan manusia dengan manusia (‫)معاملة‬, termasuk didalamnya
kegiatan ekonomi.

Islam memandang aktivitas ekonomi secara positif. Semakin banyak manusia terlibat
dalam aktivitas ekonomi, maka semakin baik selagi tujuan dan caranya sesuai ajaran Islam.
Ekonomi mampu menambah ketaqwaan kepada Allah swt. selama didalamnya terkandung
nilai-nilai Islam. Untuk itu, perlu dituntut dan dikendalikan seperti ibadah lainnya supaya
berjalan dengan ajaran Islam secara kemajemukan.

Islam juga menghormati kegiatan ekonomi yang memberikan kebebasan kepada pasar
dan menyerahkan hukum pasar untuk memainkan perannya secara wajar sesuai dengan
penawaran dan permintaan yang ada.

Penawaran dan permintaan merupakan penyebab terjadinya penentuan harga, oleh


karena itu, ketika harga-harga melonjak pada masa Rasulullah Saw., para sahabat berkata “
wahai Rasulullah, tentukanlah harga untuk kami ”. Rasulullah Saw. menjawab :

‫ْس أ َ َح ٌد يَ ْطلُبُنِّي‬
َ ‫ق إنِّي ِِّل ْر ُج ْو أ ْن أ َ ْلقَى َربِّى َو لَي‬
ٌ ‫الر ِّاز‬
َّ ‫ط‬ ِّ ‫ض ا ْلبَا‬
ُ ‫س‬ ُ ‫س ِّع ُر ا ْلقَا ِّب‬
َ ‫"إنَّ هللاَ ُه َو ا ْل ُم‬
"‫بِّ َم ْظلَ َم ٍة فِّي د ٍَم َو الَ َما ٍل‬

Sesungguhnya Allah-lah yang menentukan harga,yang mencabut, yang


membentangkan, dan yang memberi rezeki. Saya sungguh berharap dapat bertemu
Allah dalam keadaan tidak seorang pundari kalian yang menuntut kepadaku karena
kezaliman dalam darah dan harta. (HR.Ahmad, Abu Daud, Tirmidz, Ibnu Majah,
Darami, dan Abu Yakla).2.

1
Depdiknas. Kamus Besar bahasa Indonesia ,(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm. 549
2
Lihat Qardhawi, Halal Haram, Alih Bahasa Wahid Ahmadi, ( Surakarta: Era Intermedia ), hlm. 358

1
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis melihat perlunya pembahasan mengenai
hal tersebut, pembahasan itu penulis angkatkan menjadi karya tulis berjudul “Intervensi
Harga Oleh Pemerintah dalam Perspektif Islam”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah


1. Rumusan masalah
Supaya tidak terdapat kekeliruan dalam memahami karya ilmiah ini, penulis
merumuskan beberapa masalah yang menjadi inti pembahasan dalam karya ilmiah
ini. Rumusan tersebut ialah :
a. Apa itu harga?
b. Kapan intervensi pemerintah?
c. Bagaimana pandangan Islam terhadap intervensi harga oleh pemerintah?
2. Batasan masalah
a. Intervensi pemerintah.
b. Membahas masalah ini di tinjau dari al-quran dan hadits serta argumen
ulama.

C. Penjelasan Judul

Agar terhindar dari distorsi dan kekurangan dalam memahami judul penulis akan
menjelaskan maksud dari judul paper ini sebagai berikut :

Intervensi : Campur tangan dalam perselisihan antara dua belah pihak..3

Pemerintah : Sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan yang


mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau
bagian-bagiannya.4

Islam : Agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. yang berpedoman
pada Al-Quran dan Hadits.

D. Tujuan Penulis
1. Syarat untuk mengikuti ujian akhir di Madrasah Sumatera Thawalib Parabek
tahun ajaran 2015/2016.

3
Depdiknas.op.cit., hlm .543
4
Ibid., hlm 1057
3

2. Mempraktekkan ilmu yang di dapat selama belajar di Madrasah Sumatera


Thawalib Parabek.

E. Metode Penulisan

1. Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data dengan metode library research atau metode yang
mengacu pada data-data tertulis baik berupa jurnal, artikel, dan sebagainya, baik
digital maupun non digital, internet browsing, dan lain-lain.

2. Pengolahan Data

a. Metode Deduktif
Dalam metode ini, pengelolahan data diambil dari ketentuan yang umum
kemudian dilanjutkan dengan beberapa ketentuan yang lebih spesifik untuk
menguraikan ketentuan sebelumnya.

b.Metode Komparatif
Metode Komparatif adalah pengelolahan data dengan metode membandingkan
argumen-argumen para ulama dan mengambil yang paling kuat.

F. Sistematika Penulisan

Bab I membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan dan
batasan masalah, penjelasan judul, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas tantang harga dan permasalahannya, diantaranya; pengertian


harga, ketentuan harga, tujuan penetapan harga, penyebab intervensi harga.

Bab III membahas tentang intervensi harga oleh pemerintah dalam perspektif
ekonomi Islam yang berisi intervensi pemerintah, pendapat ulama, dan analisis penulis.

Bab IV berupa penutup dari karya tulis yang terdapat didalamnya kesimpulan dan
saran.

3
BAB II

Harga dan Permasalahannya

A. Pengertian Harga

Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain
untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada
waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial
pada suatu produk barang atau jasa. Biasanya penggunaan kata harga berupa digit nominal
besaran angka terhadap nilai tukar mata uang yang menunjukkan tinggi rendahnya nilai suatu
kualitas barang atau jasa. Dalam ilmu ekonomi harga dapat dikaitkan dengan nilai jual atau
beli suatu produk barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang menentukan komparasi
produk atau barang sejenis lainnya.5

Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang dinyatakan dengan uang,6 harga juga
bisa menentukan kualitas sebuah barang yang akan diperjualbelikan.

Secara istilah dalam konsep Islam dikatakan harga ialah harga yang adil, maksudnya
adalah harga yang tidak menimbulkan eksploitasi atau penindasan (kezaliman) sehingga
merugikan salah satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain. Harga harus mencerminkan
manfaat bagi pembeli dan penjualnya secara adil, yaitu penjual memperoleh keuntungan yang
normal dan pembeli memperoleh manfaat yang setara dengan harga yang dibayarkannya.7

Menurut Ibnu Khuldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan penawaran.
Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas dan perak, yang merupakan
standar moneter.8

B. Ketentuan Harga
Ketentuan atau regulasi harga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan perkonomian terutama dalam khazanah pemikiran ekonomi Islam sebab regulasi
harga yang tidak tepat justru dapat menciptakan ketidakadilan. Regulasi harga

5
https://id.wikipedia.org/wiki/Harga.
6
M. Iqbal, Islam Mazhab Swalayan, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010) hlm. 73
7
Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, ( Bandung: Pustaka Setia, 2010) hlm. 340
8
Abdullah,Ibid., hlm. 292
5

diperkenankan pada kondisi-kondisi tertentu dengan tetap berpegang pada nilai keadilan.
Regulasi harga harus menunjukkan tiga fungsi dasar, yaitu:
1. fungsi ekonomi yang berhubungan dengan peningkatan produktivitas dan
peningkatan pendapatan masyarakat miskin melalui alokasi dan realoksi
sumber daya ekonomi;
2. fungsi sosial dalam memelihara keseimbangan sosial antara masyarakat kaya
dan miskin;
3. fungsi moral dalam menegakkan nilai-nilai syariat Islam, khususnya yang
berkaitan dalam transaksi ekonomi.

Baqir Shadr menjelaskan bahwa pada dasarnya, jika pasar telah bekerja dengan
sempurna, tidak ada alasan untuk mengatur tingkat harga. Penetapan harga kemungkinan
justru akan mendistorsi harga sehingga menganggu mekanisme pasar itu sendiri. Pada masa
Rasulullah saw. dan masa kekhalifahan Umar Bin Khattab r.a., kota Madinah pernah
mengalami kenaikan tingkat harga barang-barang karena menurunnya pasokan di pasar yang
disebabkan oleh gagal panen. Beliau menolak permintaan para sahabat untuk mengatur harga
pasar, tetapi kemudian melakukan impor besar-besaran sejumlah dari Mesir, sehingga
penawaran barang-barang di Madinah kembali melimpah dan tingkat harga mengalami
penurunan. Akan tetapi, pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, langkah ini ternyata tidak
memadai. Tingkat daya beli masyarakat Madinah saat itu sangat rendah sehingga harga baru
ini pun tetap tidak terjangkau. Khalifah Umar kemudian mengeluarkan sajenis kupon (yang
dapat ditukarkan dengan sejumlah barang tertentu) yang dibagikan kepada para fakir miskin.9

c. Tujuan Penetapan Harga


Penjual barang dalam menetapkan harga dapat mempunyai tujuan yang berbeda satu
sama lain antar penjual maupun antar barang yang satu dengan yang lain. Tujuan penetapan
harga adalah sebagai berikut:

1. Penetapan harga untuk mencapai penghasilan atas investasi. Biasanya besar


keuntungan dari suatu investasi telah ditetapkan presentasenya dan untuk
mencapainya diperlukan penetapan harga tertentu dari barang yang
dihasilkannya.

9
Ibid., hlm 340

5
2. Penetapan harga untuk kestabilan harga. Hal ini biasanya dilakukan untuk
perusahaan yang kebetulan memegang kendali atas harga. Usaha pengendalian
harga diarahkan terutama untuk mencegah terjadinya perang harga, khususnya
bila menghadapi permintaan yang sedang menurun.
3. Penetapan harga untuk mempertahankan atau meningkatkan bagiannya dalam
pasar. Apabila perusahaan mendapatkan bagian pasar dengan luas tertentu,
maka ia harus berusaha mempertahankannya atau justru mengembangkannya.
Untuk itu kebijaksanaan dalam penetapan harga jangan sampai merugikan
pengusaha mempertahankan atau mengembangkan bagian pasar tersebut.
4. Penetapan harga untuk menghadapi atau mencegah persaingan. Apabila
perusahaan baru mencoba-coba memasuki pasar dengan tujuan mengetahui
pada harga berapa ia akan menetapkan penjualan. Ini berarti bahwa ia belum
memiliki tujuan dalam menetapkan harga coba-coba tersebut.
5. Penetapan harga untuk memaksimal laba. Tujuan ini biasanya menjadi
panutan setiap usaha bisnis. Kelihatannya usaha mencari untung mempunyai
konotasi yang kurang enak seolah-olah menindas konsumen. Padahal
sesungguhnya hal yang wajar saja. Setiap usaha untuk bertahan hidup
memerlukan laba. Memang secara teoritis harga bisa berkembang tanpa batas.

Tjiptono mengatakan bahwa harga berorientasi dalam meregulasikan harga atau


dalam penetapan harga yang memiliki tujuan diantaranya adalah:

1. Berorientasi laba yaitu bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang
dapat menghasilkan laba yang paling tinggi.
2. Berorientasi pada volume yaitu penetapan harga berorientasi pada volume
tertentu.
3. Berorientasi pada citra (image) yaitu bahwa image perusahaan dapat
dibentuk melalui harga.
4. Stabilisasi harga yaitu penetapan harga yang bertujuan untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga perusahaan dengan
harga pemimpin pasar (market leader).
7

5. Tujuan lainnya yaitu menetapkan harga dengan tujuan mencegah


masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas konsumen, mendukung
penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah.10

C. Penyebab Intervensi Harga.


1. Harga Monopoli
Masalah pemberian harga karena persaingan tidak sempurna dapat dipelajari
dengan pertolongan analisis monopoli. Meskipun ada kompetisi potensial,
kemungkinan konsumsi dari barang pengganti dan risiko dari campur tangan Negara.11
Namun menurut pendapat umum harga monopoli lebih tinggi daripada harga kompetisi
dan hasil yang dibuat oleh seorang yang melakukan monopoli lebih rendah daripada
yang dibuat di bawah kondisi bersaing,yaitu persaingan tidak sempurna.
Kurva yang diperlukan dalam menghadapi tiap-tiap penjual sangat elastis dan
dia terus memproduksi dan menjual hasil tambahan sampai pendapat marjinal sama
dengan harga. Tetapi seorang yang melakukan monopoli harus menghadapi kurva
keperluan yang dapat dibandingkan dengan yang tidak elastis karena dia berpoduksi
dan menjual hasil produksi tambahan , maka harga di pasaran turun. Pendapatan
marjinal pun akan kurang dari harga dan seorang yang melakukan monopoli dan
memproduksi sampai biaya marjinalnya sama dengan pendapatan marjinal. Oleh karena
itu pada umumnya, produksi monopoli lebih rendah daripada produksi kompetitif, dan
harga monopoli lebih tinggi daripada harga kompetitif.12
Produksi monopoli yang lebih rendah dikaitkan kegunaan dari sumber-sumber
dan konsekuensi timbulnya pengangguran dalam masyarakat. Harga-harga lebih
tinggi yang harus dibayar karena orang melakukan monopoli dengan nyata yang dapat
mengurangi pendapatan dari karyawan dan masyarakat miskin pada umumnya.
Kedua situasi ini tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, Negara Islam
mempunyai hak untuk mengontrol dan mengatur harga dan keuntungan monopoli.
Dengan demikian harga-harga maksimum dapat diatur. Dapat juga dilakukan usaha
untuk memperkenalkan unsur baru dari insetif dalam proses suatu produksi. Hal ini
dapat dalam bentuk upah maksimal dan faktor-faktor produksi dalam cara bahwa
syarat yang mendekati kompetisi dapat dibuat sehingga tidak lama menjadi

10
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/02/pengertian-dasar-penetapan-dan-tujuan.html
11
Op.Cit.
12
Ibid.

7
keuntungan orang melakukan monopoli, juga untuk membatasi hasil produksi dan
menjaga agar faktor-faktor produksi tidak keluar dari pekerjaan.
Dalam hal ini kesulitannya adalah dalam memberikan harga dan pemberian
upah yang layak, tetapi hal ini dapat diselesaikan apabila mesin-mesin dibuat untuk
segala keperluan, dan metode mempelajari sesuatu dari kesalahan diizinkan sehingga
sampai pada harga yang layak. Bila perlu nasionalisasi dari perusahaan yang
mempunyai hak monopoli dilindungi sebagai langkah ekstrim karena menurut Kitab
Al-Quran seorang pemilik yang sah suatu perusahaan bukanlah satu-satunya orang
yang bisa menggunakannya. Mereka yang memerlukan semua kekayaan adalah
karunia Allah dan diperoleh melalui penggunaan sumber-sumber yang telah
dianugerahkan Tuhan untuk kepentingan semua umat manusia.13

Banyak negara Muslim seperti Pakistan, telah memperkenalkan hukum-


hukum yang menentang monopoli dan praktek dagang yang terbatas. Perhatian negara
telah dihubungkan dengan fakta bahwa dengan adanya kekuasaan monopoli dalam
industri, pemusatan kekayaan dalam tangan-tangan perusahaan raksasa dan bisnis
mereka tersebar luas telah menyebabkan praktek-praktek korupsi eksploitasi pada
konsumen.14

Tetapi sebenarnya akan bergantung pada operasi dari hukum-hukum baru


yang menguatkan keinginan dam keperluan mereka. Tetapi telah dirasakan bahwa
harus ada ketetapan yang layak mengenai beberapa kombinasi monopoli dan
gabungan perusahaan yang memonopoli harga dan produksi yang sebenarnya hancur
karena pukulan peraturan baru itu, jika hanya mempengaruhi sedikit batas teratas
yang mengatur suatu monopoli harus diturunkan.

Untuk menghilangkan kejahatan dari konsentrasi kemewahan, maka perlu


juga mengubah peraturan-peraturan perusahaan negara drastis, menghapuskan sistem
pengelolaan keagenan dan memperkuat bagian umum. Hal ini akan menolong
mengharmoniskan apa yang dikehendaki keadilan sosial Islam dengan tuntutan
dinamika ekonomi dasar peraturan-peraturan baru.15
2. Kenaikan Harga yang Sebenarnya
Sebab-sebab kenaikan harga yang sebenarnya adalah :

13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ibid, hlm. 154
9

a. Bertambahnya persediaan uang


b. Berkurang produktivitas
c. Bertambahnya kemajuan aktivitas ,dan
d. Berbagai pertimbangan fiskal dan moneter.

Memang benar bahwa bertambahnya persediaan uang menyebabkan tuntutan


yang efektif. Tetapi tiap perluasan uang yang terjadi di tengah pertumbuhan produksi
(barang) yang mengecewakan. Perluasan dalam persediaan uang juga memberi
semangat kepada aktivitas spekulatif dalam skala besar mencari sumber-sumber
dalam bentuk menahan barang-barang secara berlebihan.16

Oleh karena itu, ahli keuangan dari Negara Islam harus tahu bahwa dalam
ekonomi yang berkembang selalu ada tujuan untuk menggunakan defisit keuangan
(penambahan uang melalui pinjaman-pinjaman terutama dari bank), meskipun
objeknya adalah stabilitas harga, dimana letak tujuan itu, tentunya adalah soal
pertimbangan praktis.

Pertanyaan mengenai hal ini timbul dari pertambahan hasil produksi , dan ini
timbul dari naiknya keperluan moneter untuk tiap unit hasil produksi karena
berkurangnya kecepatan uang masuk dan meningkatnya proses pembuatan uang masa
datang yang normal bagi ekonomi berkembang. Ketika menangani masalah-masalah
pembiayaan defisit, faktor penting lain yang harus diperhatikan adalah bunga dari
pinjaman-pinjaman tidak boleh menunjukkan pengaruh kurang baik pada produksi
distribusi dan kepegaiwan.

Bila ada kenaikan harga karena adanya penambahan yang tidak cukup dalam
produktivitas menghasilkan baik faktor musiman, perputaran atau faktor lainnya,
maka banyak yang dilakukan oleh negara Islam untuk mencegah kenaikan harga
dengan menukar fiskal atau kebijakan moneter, ataupun meransum barang-barang
konsumsi penting dan memberikan lisensi untuk investasi baru.

Hal ini membawa kita kepada diskusi mengenai peranan dari Negara Islam
dalam hal menaikan harga yang menghasilkan bertambahnya aktivitas kemajuan.
Dalam ekonomi yang berkembang dimana program-program kemajuan yang termasuk
pergantian sumber-sumber jauh dari teknik-teknik dan aktivitas produksi

16
Ibid

9
tradisional;sudah diketahui bahwa harrga naik, karena adanya lembaga-lembaga
sosio-ekonomi yang masih tradisional, negara yang terutama tergantung pada
ekonomi pertanian dimana perkembangannya tidak secepat perkembangan negara
industri, dan karena tumbuhnya ketidaktentuan bantuan dan pinjaman luar negeri.
Banyaknya persoalan itu menyebabkan pejabat-pejabat moneter mengalami kesulitan
dalam mengatasi hal ini..

3. Kenaikan Harga Buatan

Berkurangnya barang dengan cara buatan yang diciptakan oleh para pengusaha
yang tamak mengakibatkan perubahan harga disebabkan oleh usaha spekulatif,
penimbunan, perdagangan gelap dan penyelundupan.

Spekulasi artinya membeli suatu komoditi yang bertujuan untuk menjualnya


dengan harga yang lebih tinggi, hal ini mengakibatkan kenaikan harga. Islam sangat
mengutuk hal ini, karena akan mengakibatkan tidak seimbang dengan harga pasar.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw;

‫ئ‬ ِّ ‫ الَ يَحْ ت َ ِّك ُر إِّالَّ َخ‬:َ‫ قَال‬.‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِّ‫ّللا‬
ٌ ‫اط‬ ُ ‫ّللاِّ ع َْن َر‬
َّ ‫سو ِّل‬ َ ‫ع َْن َم ْع َم ِّر ب ِّْن‬
َّ ‫ع ْب ِّد‬

Dari Makmar bin Abdullah; Rasulullah bersabda, “Tidaklah seseorang


melakukan penimbunan melainkan dia adalah pendosa.” (H.R. Muslim, no. 1605).
Terlepas dari kenaikan harga spekulatif dalam kehidupan sesungguhnya,
banyak pedagang dan pengusaha berkecendrungan untuk menimbun dan melakukan
pasar gelap. Mereka tidak menyadari bahwa bertransaksi yang bebas dan jujur bisa
memperoleh keuntungan besar.
Islam mengharamkan orang menimbun dan mencegah harta dari peredaran.
Islam mengancam mereka yang menimbunnya dengan siksa yang pedih di hari
kiamat. Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 34-35:

‫علَ ْي َها فِّي َن ِّار‬


َ ‫ يَ ْو َم يُحْ َمى‬.‫يم‬ ٍ ‫ب أ َ ِّل‬
ٍ ‫ش ْر ُهم ِّب َعذَا‬ َ ‫ب َوا ْل ِّفضَّةَ َوالَ يُن ِّفقُونَ َها فِّي‬
ِّ ‫سبِّي ِّل ّللاِّ فَ َب‬ َ ‫َوالَّ ِّذينَ َي ْكنِّ ُزونَ الذَّ َه‬
َ‫س ُك ْم َفذُوقُواْ َما كُنت ُ ْم ت َ ْك ِّن ُزون‬ ِّ ُ‫ور ُه ْم َهـذَا َما َك َن ْزت ُ ْم ِلَنف‬ ُ ‫َج َهنَّ َم فَتُك َْوى بِّ َها ِّج َبا ُه ُه ْم َو ُجنوبُ ُه ْم َو‬
ُ ‫ظ ُه‬
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
11

jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan punggung mereka (lalu
dikatakan kepada mereka): “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu
sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu ”.

Menimbun harta maksudnya adalah membekukannya, menahannya dan


menjauhkannya dari peredaran. Harta dalam usaha-usaha produktif seperti dalam
perencanaan produksi, akan tercipta banyak kesempatan kerja yang baru dan
mengurangi pengangguran.

Kesempatan-kesempatan baru bagi pekerjaan ini bisa menambah pendapatan


dan daya beli masyarakat sehingga bisa mendorong meningkatnya produksi, baik itu
dengan membuat rencana-rencana baru maupun dengan memperluas rencana yang
telah ada. Dengan demikian, akan tercipta situasi pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi dalam masyarakat.

4. Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok

Islam mengatur dan mengawasi kenaikan harga pangan agar perekonomian


tetap berjalan tanpa adanya ketidakadilan, bahan pokok harus di jual di pasar agar
harganya sesuai dengan harga pasar maka orang kaya maupun miskin bisa
membelinya. Rasulullah melarang orang yang membeli barang sebelum tiba di pasar.

‫ع َم َر رضي هللا عنه َما أنَّ رسو َل هللاِّ صلَّى‬ ُ ‫ف أ َ ْخبَ َرنَا َماِّلكٌ ع َْن نَافِّ ٍع ع َْن عَب ِّدهللاِّ ب ِّْن‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
ُ ‫ع ْب ُدهللاِّ ْبنُ يُ ْو‬
َ ‫س‬
‫السلَ َع َحتى يُ ْهبَ َط بِّ َها إِّلَى‬
ِّ ‫ض َوالَ تَلَقَّ ُوا‬ ٍ ‫علَى يَب ِّْع بَ ْع‬ َ ‫ض ُك ْم‬ ُ ‫هللا علي ِّه وسلَّ َم قَا َل الَ يَبِّ ْي ُع بَ ْع‬
)2020:‫كتاب ا ِّلبيوع‬,‫ق )صحيح البخاري‬
ِّ ‫س ْو‬
ُّ ‫ال‬

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan


kepada kami Malik dari Nafi dari Abdullah bin Umar RA bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Janganlah sebagian kalian menjual diatas jualan sebagai yang lain dan
janganlah pula kalian menyongsong dagangan hingga dagangan itu sampai di pasar.

11
BAB III
INTERVENSI HARGA OLEH PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF
EKONOMI ISLAM

A. Peran Pemerintah dalam Penetapan Harga


Pasar merupakan fasilitas publik yang memiliki fungsi yang sangat vital bagi
perekonomian suatu daerah. Oleh karena itu, pasar memiliki otoritas dalam penentuan
nilai suatu komoditi, pendistribusian barang serta pembatasan harga. 17 Naik atau
turunnya suatu barang akan sangat ditentukan oleh harga pasar yang berlaku.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya harga pasar akan menghadapi
kondisi yang tidak stabil apabila tidak seimbangnya proses penawaran dan
permintaan. Maka dalam hal ini perlu adanya regulasi yang jelas untuk mewujudkan
kestabilan pasar dalam penentuan harga pasar. Pemerintah sebagai stake holder
perekonomian negara memiliki wewenang yang tinggi dalam menetapkan kebijakan-
kebijakan yang strategis untuk menstabilkan harga pasar agar terwujudnya keadilan
dan kemakmuran rakyat.
Keterlibatan pemerintah terhadap penentuan harga ini Al-Mawarrdi
menyebutnya dengan nama Al-Hisbah.18 Al-Hisbah atau pengawasan ini dijadikan
sebagai rujukan dan acuan dalam mengatur peran negara terhadap pasar. Al-Mawardi
berangkat dari firman Allah :

َ‫ع ِّن ا ْل ُم ْنك َِّر َوأُولَئِّكَ ُه ُم ا ْل ُم ْف ِّل ُحون‬


َ َ‫وف َويَ ْن َه ْون‬ ُ ‫َو ْلتَك ُْن ِّم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَ ْد‬
ِّ ‫عونَ إِّلَى ا ْل َخي ِّْر َويَأ ْ ُم ُرونَ ِّبا ْل َم ْع ُر‬

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang kebaikan dan mencegah dari yang munkar.
Merekalah orang-orang yang beruntung. )Qs.3:104(
Rasulullah SAW telah menjalankan fungsi Al-Hisbah atau market supervisor
dengan melakukan inpeksi ke pasar untuk mengecek harga dan mekanisme pasar.
Dimana beliau banyak menemukan bisnis yang tidak jujur sehingga beliau
menegurnya. Kemudian Rasulullah telah memberikan pendapat dan masukan-
masukan berupa perintah dan larangan demi sebuah pasar yang Islami.

17
Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) hlm. 142
18
Abdullah, Peradaban Pemikian Ekonomi Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2010) , hlm. 336-337
13

Al-Hisbah merupakan suatu fungsi yang diperankan pemerintah dalam


menstabilkan harga pasar. Menurut Muhammad Al-Mubarrak Al-Hisbah merupakan
fungsi kontrol dari pemerintah melalui kegiatan perseorangan yang khususnya
memiliki garapan bidang moral, agama dan ekonomi untuk mencapai keadilan dan
kebenaran menurut prinsip Islam.
Bentuk keterlibatan pemerintah dalam penetapan harga dapat dibagi dalam
dua kategori :
1. Intervensi Pemerintah secara langsung,
2. Intervensi Pemerintah secara tidak langsung.
1. Intervensi Pemerintah Secara Langsung
a. Penetapan Harga di atas Harga Pasar (floor price)
Kebijakan ini menetapkan harga pada suatu tingkat di atas harga pasar. Hal ini
biasanya digunakan untuk melindungi produsen dari harga yang terlalu rendah
sehingga tidak memperoleh marjin keuntungan yang memadai (bahkan merugi).
Harga yang terjadi di atas kekuatan pasar dianggap tidak menguntungkan produsen
sehingga harus dinaikkan oleh pemerintah. Contoh : kebijakan harga dasar gabah
yang telah lama dilakukan pemerintah untuk stabilitas harga beras. Pada saat panen
raya padi, maka penawaran beras di pasar mengalami kenaikan sehingga secara alami
harga akan turun.
Penetapan harga dasar ini akan menimbulkan banyak distorsi bagi
perekonomian.19 Penetapan harga di atas harga pasar akan menyebabkan terjadinya
kelebihan penawaran. Kelebihan ini kemungkinan besar tidak akan diserap oleh
konsumen, sebab harganya terlalu tinggi. Para konsumen akhirnya akan mencari beras
di pasar-pasar gelap yang menjual pada harga pasar. Importir-importir akan berlomba-
lomba mendatangkan beras dari tempat lain yang bisa memberikan harga pasar.
Dalam kenyataannya, pembentukan pasar gelap selalu disertai dengan
munculnya kolusi, korupsi, dan nepotisme antara pihak-pihak yang terkait. Akibatnya
beras-beras di pasar resmi tidak akan laku. Dalam kondisi seperti ini biasanya dengan
terpaksa para produsen juga akan menjual berasnya pada harga pasar (dari pada tidak
laku).
b. Penetapan Harga di bawah Harga Pasar (ceilling price)

19
Abdullah, Ibid, hlm 341

13
Alasan yang umum dalam mengambil kebijakan ini adalah untuk melindungi
konsumen dari harga yang terlalu tinggi. Pengaruh penetapan ini juga tidak jauh
berbeda, yaitu menimbulkan banyak distorsi bagi perekonomian. Karena harga terlalu
rendah, maka akan terjadi kelebihan permintaan sebab konsumen membeli harga lebih
murah dari yang seharusnya. Namun bagi konsumen jelas harga ini tidak
menguntungkan sehingga kemungkinan akan enggan untuk melepaskan barang-
barangnya ke pasar. Para produsen akan cenderung menjual barangnya ke pasar lain
(black market) yang bisa memberikan harga yang lebih tinggi.20
Adapun intervensi pemerintah dalam hal regulasi harga sebenarnya merupakan
hal yang kurang populer dalam khazanah pemikiran ekonomi Islam sebab regulasi
harga yang tidak tepat justru akan menimbulkan ketidak adilan dalam penentuan
harga. Seperti zaman dahulu, Rasulullah sangat enggan untuk diminta menetapkan
harga pasar, seperti kisah ketika Rasulullah SAW. diminta untuk menentukan harga
yang tiba-tiba menaik. Pada saat itusahabat berkata, “ Wahai Rasulullah tentukan
harga untuk kita! ” Beliau menjawab, “ Allah itu sesungguhnya adalah penentu
harga, penahan, pencurah serta pemberi rezeki. Aku mengharapkan dapat menemui
Tuhanku dimana salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezaliman dalam
hal darah dan harta ”.
Dari hadits di atas jelaslah bahwa pasar merupakan hukum alam (Sunnatullah)
yang harus dijunjung tinggi, tak seorang pun dapat mempengaruhi harga. 21
2. Intervensi Pemerintah secara Tidak Langsung
a. Penetapan Pajak
Kebijakan penetapan pajak dilakukan oleh pemerintah dengan cara
mengenakan pajak yang berbeda-beda untuk berbagai komoditas. Misalnya untuk
melindungi produsen dalam negeri, pemerintah dapat meningkatkan tarif pajak yang
tinggi untuk barang impor. Hal tersebut menyebabkan konsumen membeli produk
dalam dalam negeri yang harganya relatif lebih murah.
Pengaruh pajak terhadap pembentukan harga adalah sebagai berikut:
1) Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabkan harga jual
barang tersebut naik.

20
Ibid.
21
http://adianggasukmana.blogspot.co.id/2015/02/paper-intervensi-harga-dalam-perspektif.html
15

2) Sebab setelah dikenakan pajak, produsen akan berusaha mengalihkan sebagian


beban pajak tersebut kepada konsumen, yaitu dengan menawarkan harga jual
yang lebih tinggi, artinya harga penawaran bertambah.
3) Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta dipasar menjadi lebih tinggi dan
jumlah keseimbangan lebih rendah.

b. Pemberian Subsidi
Pemerintah dapat melakukan intervensi atau campur tangan dalam
pembentukan harga pasar yaitu melalui pemberian subsidi. Subsidi biasanya
diberikan pemerintah kepada perusahaan-perusahaan penghasil barang kebutuhan
pokok.
Subsidi juga diberikan kepada perusahaan yang baru berkembang untuk
menekan biaya produksi supaya mampu bersaing terhadap produk-produk impor.
Kebijakan ini ditempuh pemerintah dalam upaya pengendalian harga untuk
melindungi produsen maupun konsumen sekaligus untuk menekan laju inflasi.
Pengaruh subsidi terhadap harga pasar adalah sebagai berikut:
1) Subsidi yang diberikan atas produksi suatu barang menyebabkan harga jual
barang tersebut turun, karena biaya produksi menjadi lebih rendah.
2) Subsidi dapat dinikmati oleh produsen dan konsumen, sebab dengan biaya
produksi lebih rendah maka harga beli konsumen juga lebih murah, artinya
harga penawaran berkurang.
3) Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta dipasar menjadi lebih rendah dan
jumlah keseimbangan lebih tinggi.22

B. Pandangan Ulama Tentang Intervensi Harga


1. Dr. Yusuf Qardhawi
Dr. Yusuf Qardhawi berpandangan bahwa pasar memiliki wewenang penuh
dalam penentuan harga barang.23 Qardhawi berpijak pada sabda Rasulullah SAW
saat sahabat meminta beliau untuk menentukan harga, beliau menjawab :
‫ْس أ َ َح ٌد يَ ْطلُبُنِّي‬
َ ‫أن أ َ ْلقَى َربِّى َو لَي‬
ْ ‫ق إنِّي ِِّل ْر ُج ْو‬
ٌ ‫الر ِّاز‬
َّ ‫ط‬ ِّ ‫ض ا ْلبَا‬
ُ ‫س‬ ُ ِّ‫س ِّع ُر ا ْلقَا ب‬
َ ‫"إنَّ هللاَ ُه َو ا ْل ُم‬
"‫بِّ َم ْظلَ َم ٍة فِّي د ٍَم َو الَ َما ٍل‬

22
http://ipsterpadusmk.blogspot.co.id/2012/10/e-peran-pemerintah-dalam pembentukan.html
23
Qardhawi,Op.Cit

15
“Allahlah yang menentukan harga, yang mencabut, yang meluaskan dan yang
memberi rezeki. Saya mengharap ingin bertemu Allah sedang tidak ada seorang
pun di antara kamu yang meminta saya supaya berbuat zalim baik terhadap darah
maupun harta benda.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tarmizi, Ibnu Majah, ad-
Darimi dan Abu Ya'la)
Intevensi harga yang mengganggu kebebasan pribadi seseorang adalah sebuah
kezaliman, akan tetapi apabila di pasar telah muncul hal-hal yang tidak wajar seperti
monopoli komoditas yang mempermainkan harga, maka pada saat itu penetapan
harga dibolehkan agar melindungi masyarakat dari orang-orang yang menggeruk
keuntungan secara semena-mena.
Secara garis besar Dr. Yusuf Qardhawi membagi hukum penetapan harga menjadi
dua bagian :24
a) Haram, yaitu apabila kezaliman dan pemaksaan yang tidaak betul. Menetapkan
harga yang tidak dapat diterima atau melarang sesuatu yang Allah benarkan.
b) Boleh atau bisa menjadi wajib, yaitu mempertimbangkan hukum penawaran
dan permintaan agar terwujudnya keadilan antar sesama. Salah satu contoh
penetapan harga menurut Dr. Yusuf Qardhawi yaitu memaksa masyarakat
untuk menunaikan kewajiban membayar harga mitsil dan melarang mereka
menambah dari harga mitsil.

2. Ibnu Taimiyah
Bagi Ibnu Taimiyah Negara memiliki otoritas sentral karena kesejahteraan
manusia tidak mungkin akan tercapai tanpa adanya ikatan yang kooperatif (sama
menguntungkan) antara sesama mereka.25 Karena itulah pemerintah sangat
diperlukan dalam mengambil kebijakan-kebijakan strategis dalam penetapan harga
agar terciptanya kemakmuran bersama.
Sama halnya dengan Dr. Yusuf Qardhawi, Ibnu Taimiyah juga membedakan
dua jenis penetapan harga, yaitu penetapan harga yang tidak adil dan cacat hukum
serta penetapan harga secara adil dan sah menurut Islam.26 Penetapan harga yang
tidak adil dan hukum adalah penetapan harga yang dilakukan pada saat kenaikan

24
Ibid.
25
Mujahidin,Op.Cit,hlm133
26
Abdullah,Op.Cit,hlm 263
17

harga-harga terjadi akibat persaingan pasar bebas, yakni kelangkaan penawaran


dan permintaan.
Masyarakat memiliki kebebasan sepenuhnya untuk masuk atau ke luar pasar.
Ibnu Taimiyah mendukung peniadaan berbagai unsur monopolistik dari pasar.
Oleh karena itu, beliau menentang segala bentuk kolusi yang terjadi di kalangan
penjual dan pembeli atau pihak-pihak tertentu lainnya. Beliau menekankan
perlunya pengetahuan tentang pasar dan barang-barang dagangan, seperti transaksi
jual beli bergantung pada kesepakatan yang membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman.
Dalam melakukan penetapan harga, harus dibedakan antara para pedagang
lokal yang memiliki persediaan barang dengan importir. Dalam hal ini, para
importir tidak boleh dikenakan kebijakan tersebut. Mereka dapat diminta untuk
menjual barang dagangannya seperti halnya rekanan impotir mereka. Penetapan
harga akan menimbulkan yang merugikan persediaan barang-barang impor
mengingat penetapan harga tidak diperlukan terhadap barang-barang yang tersedia
di tempat itu, karena akan merugikan para kembali.
3. Yahya bin Umar
Yahya Bin Umar sedikit berbeda dengan Dr. Yusuf Qadhawi dan Ibn
Taimiyah dalam memahami hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud tentang
penetapan harga. Menurut Yahya penetapan harga tidak boleh dilakukan. Dengan
kata lain beliau berpandangan pemerintah tidak mempunyai hak untuk
mengintervensi harga.27 Pemerintah yang memiliki tanggung jawab menciptakan
kesejahteraan umum, hanya berhak melakukan intervensi harga ketika terjadi suatu
aktivitas yang dapat membahayakan kehidupan masyarakat luas. Beliau
menyatakan pemerintah tidak boleh melakukan intervensi, kecuali dalam dua hal
yaitu :
a. Para pedagang tidak memperdagangkan barang dagangan terrtentu yang sangat
dibutuhkan masyarakat, sehingga dapat menimbulkan kemudaratan dan
merusak mekanisme pasar.
b. Pedagang melakukan dumping (banting harga) sehingga menimbulkan
persaingan tidak sehat dan dapat mengacaukan stabilitas harga pasar. Maka

27
Ibid.

17
dalam hal ini pemerintah dapat meminta pedagang tersebut untuk menaikkan
harganya kembali. Hal ini pernah dilakukan oleh khalifah Umar Bin Khattab.

Dari pemikiran diatas dapat diketahui bahwa Yahya Bin Umar sangat
mendukung kebebasan ekonomi.Kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan
yang dianut oleh ekonomi konvensional, tetapi kebebasan yang terikat oleh syariat
Islam.

Kebebasan ekonomi tersebut juga berarti bahwa ditentukan oleh


kekuatan pasar, yakni kekuatan penawaran dan permintaan. Akan tetapi Yahya Bin
Umar menambahkan bahwa mekanisme harga itu harus tunduk terhadap kaidah-
kaidah. Diantara kaidah-kaidah tersebut adalah pemerintah behak untuk melakukan
intervensi ketika terjadi sewenang-wenang dalam pasar yang dapat menimbulkan
kemudaratan bagi masyarakat.

4. Imam Syafi’i
Menurut mazhab Syafi'i, penguasa tidak berhak untuk menetapkan harga,
biarkan masyarakat menjual dagangan mereka sebagaimana yang mereka inginkan.
Bahkan penetapan tersebut dikatakan sebagai tindakan zalim. Hal ini mengingat,
bahwa masyarakat itu sebagai pihak yang menguasai harta mereka, dan penetapan
harga merupakan belenggu terhadap mereka. Penguasa memang diperintahkan untuk
melindungi maslahat umat Islam namun tidaklah pandangannya pada kemaslahatatan
pembeli dengan memurahkan harga itu lebih utama dibandingkan pandangannya pada
kemaslahatan penjual dengan menaikkan harga.

Jika terjadi perselisihan di antara dua pihak, penjual dan pembeli, maka pihak
terkait itu harus melakukan ijtihad bagi kepentingan diri mereka sendiri. Menetapkan
harga dengan tekanan berarti bertentangan dengan firman Allah SWT:
ۚ ‫اض ِّم ْن ُك ْم‬
ٍ ‫ارةً ع َْن ت َ َر‬ ِّ َ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِّذينَ آ َمنُوا َال تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِّبا ْلب‬
َ ‫اط ِّل إِّ َّال أ َ ْن تَكُونَ تِّ َج‬
‫ّللاَ كَانَ ِّب ُك ْم َر ِّحي ًما‬ َ ُ‫َو َال ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬
َّ َّ‫س ُك ْم ۚ ِّإن‬
Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu. (An-Nisa`: 29)
19

Sementara itu Imam Malik berpendapat sebaliknya, bahwa penguasa berhak


menetapkan harga. Penetapan harga pada masyarakat itu boleh dilakukan jika
dikhawatirkan pelaku pasar akan menafsirkan ketaatan kaum muslimin kepada
“mekanisme pasar” dengan penafsiran yang negatif atau disalahgunakan.
Semua ulama berdasarkan hadits di atas memang tidak memperbolehkan
penetapan harga kepada siapapun. Namun yang benar adalah bahwa penetapan harga
itu dibolehkan. Parameternya adalah berdasarkan kepada undang-undang yang tidak
memuat kezaliman terhadap pihak-pihak yang terkait, dan undang-undang tersebut
diperoleh dengan memperhatikan waktu dan fluktuasi, serta situasi dan keadaan
masyarakat.
Apa yang disabdakan Nabi yang melarang penetapan harga itu benar. Namun,
hal itu berlaku bagi suatu komunitas masyarakat yang beriman teguh dan berserah diri
sepenuhnya kepada Tuhan. Sedangkan komunitas yang bermaksud untuk memangsa
sesama anggota masyarakat dan mempersulit mereka, melakukan monopoli harga,
maka pintu Allah swt sangat luas dan hukumnya terus terbuka.28
C. Analisis Penulis
Setelah kita memahami pandangan empat orang ulama tentang penetapan
harga, maka kita dapat menemukan adanya kesamaan dari semua pendapat mereka.
Dr. Yusuf Qardhawi misalnya beliau berpandangan bahwa penetapan harga pada
dasarnya merupakan sebuah kezaliman, namun penetapan harga dapat menjadi halal
bahkan menjadi wajib apabila menghindari ketidakadilan akibat monopoli dari
beberapa pedagang. Hal yang senada juga dituturkan oleh Ibnu Taimiyah yang
berpandangan bahwa penetapan harga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
penetapan harga yang adil dan penetapan harga yang tidak adil atau cacat dari kaidah-
kaidah yang sesuai syariat.
Beranjak dari dua pendapat ulama diatas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa intervensi atau penetapan harga oleh pemerintah dapat dibagi menjadi dua sisi
yaitu :
1. Penetapan harga merupakan sesuatu haram ;
2. Penetapan harga oleh pemeintah boleh bahkan wajib diberlakukan.
1. Intervensi Harga merupakan suatu keharaman

28
http://ponpesaswaja.blogspot.co.id/2013/11/soal-penetapan-harga-oleh-pemerintah.html

19
Pasar merupakan suatu fasilitas publik yang tidak hanya sebagai sarana
bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan kegiatan tukar menukar barang,
akan tetapi pasar juga memiliki otoritas tertinggi dalam keberlangsungan lalu lintas
perekonomian. Penetapan nilai atau penetapan harga sejatinya harus sesuai dengan
harga yang dikehendaki oleh pasar.
Konsep Islam memahami bahwa pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan
ekonomi bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif. Maka pasar tidak
mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun, tak terkecuali negara dengan
dengan otoritas penentuan harga atau private sektor dengan kegiatan monopolistik
ataupun lainnya.
Karena pada dasarnya pasar tidak membutuhkan kekuasaan yang besar untuk
menentukan apa yang harus dikonsumsi dan diproduksi. Sebaliknya, masing-masing
individu diberikan kebebasan untuk memilih sendiri apa yang dibutuhkan dan
bagaimana memenuhinya.
Contoh yang dapat kita ambil adalah kebijakan pemerintah mengimpor beras
dari luar negeri dengan harga yang lebih murah. Hal inilah yang menyebabkan
kerugian yang besar pada pedagang beras dalam negeri. Efek dari impor tersebut
mengakibatkan harga beras dalam negeri jauh lebih murah karena harus bersaing
dengan harga beras luar negeri. Penurunan ini mungkin akan menguntungkan para
konsumen, akan tetapi tidak untuk pedagang beras dan para petani gabah. Para petani
akan mengalami kerugian karena telah mengeluarkan modal yang besar dalam
preawatan padi, akan tetapi mereka terpaksa menjual padi atau beras kepada
distributor beras karena murahnya harga pasar beras.
Ilustrasi diatas dapat kita simpulkan bahwa intervensi yang berlebihan dan
tidak memperhatikan kebutuhan pasar oleh pemerintah akan menciptakan
ketidakadilan dan tidak menghendaki kesejahteraan masyarakat. Keputusan
pemerintah dalam melakukan impor sedangkan ketersediaan beras dalam negeri
mencukupi.
Mengenai haramnya intervensi pemerintah dalam penetapan harga pasar,
pandangan-pandangan ulama yang telah penulis paparkan diatas dapat kita jadikan
acuan apakah intervensi pemerintah dalam pengendalian harga pasar haram secara
mutlak. Bagi Yusuf Qardawi intervensi penguasa dalam penetapan harga haram
apabila menetapkan harga tidak sesuai kaidah-kaidah yang berlaku. Hal ini berarti
bahwa haramnya intervensi pemerintah ketika intervensi tersebut tidak menghendaki
21

ketidakadilan dan kemakmuran masyarakat serta melanggar hukum-hukum syariat


yang berlaku.

2. Intervensi Harga oleh Pemerintah meupakan suatu kebolehan


Terkait kebolehan pemerintah melakukan intervensi dalam menetapkan harga
dapat kita temukan pada pendapat parra ulama-ulama yang telah kita singgung diatas.
Diantaranya pendapat Yahya bin Umar yang menyatakan bahwa intervensi dari
pemerintah sangat diperlukan apabila tejadi ketidakadilan yang sangat berbahaya
tehadap perekonomian masyarakat. Intervensi pemerintah dapat menjadi solusi dalam
mengatasi tindakan semena-mena para pelaku pasar dalam menetapkan harga.
Regulasi-regulasi dari pemerintah diharapkan dapat menyelamatkan para pelaku pasar
dan dapat menciptakan stabilitas pasar sebagai pusat perekonomian masyarakat.
Melihat begitu pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan stabilitas
perekonomian ini, maka dapat dikatakan intervensi pemerintah dalam penetapan
harga merupakan suatu kebolehan bahkan menurut Ibnu Taimiyah bisa menjadi wajib
apabila terjadi kondisi dimana pemerintah harus mengambil kebijakan dalam
menyelamatkan perekonomian masyarakat.
Secara umum keterlibatan pemerintah dalam penetapan harga pasar memiliki
tujuan-tujuan sebagai berikut:
a. Menjamin agar kesamaan hak untuk setiap individu tetap wujud dan
penindasan dapat dihindarkan.
b. Menjaga agar perekonomian dapat tumbuh dan mengalami perkembangan
yang teratur dan stabil.
c. Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan
besar yang dapat mempengaruhi pasar agar mereka tidak menjalankan praktek-
praktek monopoli yang merugikan.
d. Menyediakan “barang bersama” yaitu barang-barang seperti jalan raya, polisi,
dan tentara, yang penggunaannya dilakukan secara kolektif oleh masyarakat
untuk mempertinggi kesejahteraan sosial masyarakat.
e. Mengawasi agar “eksternalitas” kegiatan ekonomi yang merugikan masyarakat
dihindari atau dikurangi masalahnya.
Dari tujuan-tujuan diatas semakin jelaslah bagi kita peran pemerintah dalam
penetapan sangat vital dalam poses perekonomian. Kehadiran pemerintah dalam proses

21
perekonomian sangat penting dalam mengawasi perekonomian agar tidak terjadi
penindasan-penindasan.
Dalam Islam keterlibatan pemerintah dikenal dengan nama Al-Hisbah
(pengawasan). Pemerintah memiliki andil dalam mengontrol dan mengawasi kegiatan
pasar agar tidak terjadi penindasan. Secara umum Islam berpandangan bahwa para
pelaku pasar harus diberikan kebebasan sendiri dalam mentapkan harga, sedangkan
intervensi atau keterlibatan pemerintah dilakukan apabila kondisi pasar dalam keadaan
tidak normal, dan apabila kondisi pasar dalam keadaan normal pemerintah tidak berhak
untuk melakukan intervensi. Ibnu Taimiyah memaparkan bahwa pemerintah hanya
boleh melakukan intervensi tehadap kebijakan penetapan harga dalam empat situasi
diantaranya adalah :
Pertama : Kebutuhan masyarakat atau hajat orang banyak akan sebuah
komoditas (barang maupun jasa), para fuqaha sepakat bahwa sesuatu yang menjadi
hajat orang banyak tidak dapat diperjualbelikan kecuali dengan harga yang sesuai.
Sebagai contoh jika seseorang membutuhkan makanan yang menjadi milik orang lain,
maka orang tersebut dapat membeli dengan harga yang sesuai, tidak dibenarkan
sipemilik makanan menentukan harga yang tinggi secara sepihak.
Kedua : Terjadi kasus monopoli (penimbunan) atau ihtikar para fuqaha sepakat
untuk memberlakukan hak hajar (ketetapan yang membatasi hak guna dan hak pakai
atas kepemilikan barang) oleh pemerintah. Hal ini untuk mengantisipasi adanya
tindakan negatif yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan kegiatan
monopolistik atau penimbunan barang.
Ketiga : Terjadi keadaan al hasr (pemboikotan), dimana distribusi barang hanya
terkonsentrasi pada satu penjual atau pihak tertentu. Penetapan harga disini untuk
menghindari penjualan barang tersebut dengan harga yang ditetapkan sepihak dan
semena-mena oleh pihak penjual tersebut.
Keempat : Terjadi koalisi dan kolisi antara para penjual; dimana sejumlah
pedagang sepakat untuk melakukan transaksi diantara mereka sendiri, dengan harga
penjualan yang tentunya di bawah harga pasar. Ketetapan intervensi disini untuk
menghindari kemungkinan terjadi fluktuasi harga barang yang ekstrim dan dramatis.
Dari keempat kondisi diatas kita memahami dengan jelas bahwa Islam sebagai
agama rahmatallil’alamin mengatur dengan jelas sejauh mana intervensi dalam Islam
diperbolehkan. Intervensi pemerintah memang dipandang sebagai solusi dalam
pengentasan perekonomian tidak serta merta berlangsung tanpa adanya batasan-batasan
23

sehingga buah dari intervensi tersebut malah akan menciptakan kezaliman terhadap
para pelaku pasar. Akan tetapi pada hakikatnya pinsip ekonomi dalam Islam menuntut
agar tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran para pelaku ekonomi yang
berlandaskan Al-Quran dan Sunnah.
Dalam pandangan penulis apakah negara mayoritas Islam mengizinkan
kenaikan harga ataupun tidak tergantung pada tipe objektif uang diinginkan suatu
negara untuk mencapainya melalui pelaksanaan program kemajuan. Bila aktivitas
kemajuan dari negara hanya menguntungkan beberapa orang yang mendapatkan hak-
hak istimewa karena kelalaian dari banyak orang, penulis tidak bersedia untuk
menerima tipe kemajuan seperti itu dalam negara mayoritas Islam, walau keadilan apa
pun yang dimilikinya. Kenaikan harga yang tidak dapat dielakkan karena untuk
kemajuan, masih dapat dibenarkan kalau kemajuan itu adalah untuk kepentingan
rakyat29. Negara mayoritas Islam harus memperhatikan apakah tiap orang mendapat
bagiannya. Dalam firman Allah SWT;

ِّ ُ ‫س ِّب ْي ِّل ذَا ِّلكَ َخي ٌْر ِّللَّ ِّذ ْينَ يُ ِّر ُدونَ َوجْ هَ هللاِّ َوأ‬
‫وآلءىكَ ُه ُم‬ ِّ ‫فأَا‬
ْ ‫ َوا ْل ِّم‬،ُ‫ت ذَاا ْلقُ ْربَى َحقَّه‬
َّ ‫س ِّك ْينَ َوا ْبنَ ال‬
)38( َ‫ا ْل ُم ْف ِّل ُح ْون‬

Artinya;

Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula)
kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik
bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang
beruntung. (Ar Rum,30:38).

Ini ialah anugerah Allah yang sangat tinggi, Allah mengaruniai orang-orang dengan
kecakapan, dan kemudian mereka itu menaklukkan dunia sehingga bermanfaat pada
tiap-tiap kehidupan. Karena itu suatu negara Islam mesti menjalankan ajaran Islam
sebagai faktor dari kemajuan, sehingga bersemangat untuk menggunakan kecakapannya
untuk kebaikan sesama manusia. Bila semangat melakukan usaha untuk penambahan
harga, mesti kita bersedia menerima situasi seperti itu di negara Islam

29
Ibid,hlm 155

23
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Intervensi pemerintah dalam penetapan harga merupakan suatu keterlibatan
pemerintah dalam kegiatan perekonomian yang terjadi dalam pasar. Keterlibatan
tersebut dapat berupa peraturan-peratuan atau membuat regulasi, menjalankan
kebijakan fiskal dan moneter serta melakukan kegiatan ekonomi secara langsung. Yang
kesemuanya itu merupakan usaha-usaha pemerintah dalam menciptakan kestabilan
haga sehingga terciptanya kemakmurran seluruh masyarakat.
Dalam Islam hukum intervensi pemerintah terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Intervensi yang dilarang atau diharamkan, yaitu keterlibatan pemerintah dalam
penetapan harga yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku atau tidak
memperhitungkan kebutuhan pasar secara tidak meyeluruh.
2. Intervensi yang diperbolehkan, yaitu keterlibatan pemerintah dalam penetapan
harga ketika terjadi kondisi darurat dimana dibutuhkannya pihak ketiga dalam
penetapan harga agar terciptanya keadilan antar pelaku pasar.

B. Saran-Saran
Setelah membaca karya ilmiah ini, penulis merekomendasikan beberapa saran-
saran kepasda pembaca agar tercapainya tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini
diantaranya :
1. Islam adalah agama yang komplek, dimana kompleksitas Islam telah mengatur
segala sendi kehidupan se-spesifik mungkin. Bahkan terhadap hal-hal yang belum
tersentuh oleh sains modern sekalipun Islam telah menyinggungnya sebelum
manusia menghadapi peradaban yang maju seperti sekarang. Untuk itu diharapkan
pembaca dapat mengenal dan memahami Islam secara lebih mendalam, mengetahui
esensi-esensi yang termaktub didalamnya sehingga Islam menjadi kepribadian dan
menjadi acuan kehidupan kita sehari-hari.
2. Setelah membaca karya ilmiah ini pembaca diharapkan lebih memahami ketentuan-
ketentuan yang ada dalam penetapan harga pasar. Tidak dapat dipungkiri semua
kita tidak terlepas dari pasar. Karena begitu pentingnya pasar maka pembaca
25

diharapkan lebih memahami bagaimana ketentuan-ketentuan yang ada didalamnya.


Terutama apabila berkaitan dengan regulasi dari pemerintah, sebagai warga negara
yang baik langkah bijak yang harus kita lakukan adalah menaati segala aturan-
aturan yang ada demi kemaslahatan bersama.
3. Melalui karya ilmiah ini juga penulis juga berharap pembaca juga dapat menjadi
pengontrol dan pengawas dari kebijakan pemerintah. Intervensi yang dilakukan
pemerintah harus bedasarkan kaidah-kaidah atau aturan yang berlaku. Di luar itu
maka akan terjadi tindakan semena-mena sehingga menimbulkan ketidakadilan.
Oleh sebab itu, pembaca di minta lebih peka dan sangat sensitif terhadap kebijakan-
kebijakan yang berlaku.

25

Anda mungkin juga menyukai