PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diangkat untuk usulan tugas akhir ini adalah berapakah besarnya rugi-rugi daya
pada jaringan tegangan rendah gardu distribusi DS 0587 akibat
ketidakseimbangan beban.
2
Menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan, manfaat dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Memuat tentang teori-teori dasar yang menunjang dalam membahas
permasalahan.
BAB III : METODE
Memuat tentang tempat dan waktu penelitian, data-data yang
digunakan, sumber serta jenis data, metode analisis, alur analisis, dan
alur penelitian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Memuat hasil – hasil yang didapat dari penelitian ini dan selanjutnya
dianalisis.
BAB V : PENUTUP
Merupakan rangkuman dari apa yangn dibahas sebelumnya serta saran
yang ditujukan untuk penelitian yang lebih lanjut.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
3. Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Dahlan yang berjudul “Akibat
Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral Dan Losses pada
Transformator Distribusi”. Dalam penelitian ini menitik beratkan
permasalahan yang menyebabkan ketidakseimbangan beban pada beban-
beban satu fasa pelanggan tegangan rendah. Akibat dari ketidakseimbangan
ini, akan menimbulkan arus yang mengalir pada penghantar netral
transformator, yang menyebabkan terjadinya losses(rugi-rugi). Dari analisis
dan perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa persentase pembebanan
pada Waktu Beban Puncak mencapai 55,31% dengan persentase ketidak
seimbangan beban sebesar 28,7%. Sehingga menyebabkan losses akibat
adanya arus netral yang mengalir pada penghantar netral sebesar 9,62 kW.
Total prosentase losses yang terjadi adalah 8,62%.
5
2.2.2 Jaringan Distribusi Primer
Sistem jaringan distribusi primer adalah bagian dari sistem tenaga listrik
yang terletak diantara Gardu Induk (GI) dan Gardu Distribusi. Pada umumnya
jaringan distribusi primer terdiri dari jaringan tiga fasa, dengan jumlah kawatnya
tiga atau empat.
Jaringan distribusi primer mempunyai tegangan kerja sebesar 20 kV,
yang biasa dikenal dengan Jaringan Tegangan Menengah (JTM). Saluran yang
digunakan untuk menyalurkan daya listrik pada masing-masing beban disebut
penyulang (feeder). Pada setiap penyulang diberi nama sesuai dengan daerah
beban yang dilayani, hal ini bertujuan untuk memudahkan mengingat dan
menandai jalur-jalur yang dilayani oleh penyulang tersebut. Sistem penyaluran
daya listrik pada sistem distribusi primer dibagi menjadi tiga berdasarkan
penghantar yang dipergunakan :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Jenis konduktor yang digunakan adalah penghantar telanjang (tanpa isolasi)
seperti AAAC (All Aluminium Alloy Conduktor), ACSR (Aluminium Cable
Stell Reinforced), dan yang saat ini banyak digunakan adalah AAACs (All
Alluminium Alloy Conductor XPLE sheated).
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Jenis konduktor yang digunakan adalah kabel berisolasi seperti MVTIC
(Medium Voltage Twisted Insulated Cable).
3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
Jenis penghantar yang digunakan adalah kabel tanam berisolasi PVC (Poly
Venyl Clorida), XLPE ( Crosslink Polyethelene).
6
1. Sistem Radial
2. Sistem Lingkar (loop/ring)
3. Sistem Gugus (mesh)
4. Sistem Spindle
Keterangan :
PMT : Pemutus/CB
Gambar 2.2 Jaringan Distribusi Primer Tipe Radial
(Sumber : Kadir, 2000)
7
baik dibandingkan dengan jaringan tipe radial. Hal ini dikarenakan jumlah sumber
dan penyulang yang ada pada suatu jaringan adalah lebih dari satu buah.
Keunggulan dari sistem saluran ini adalah kontinyuitas penyaluran daya
listrik cukup tinggi serta tingkat keamanan dan keandalan yang lebih baik.
Sedangkan kelemahan dari sistem saluran ini adalah biaya invastasi dan
pemeliharaan yang relatif mahal.
8
Gambar 2.4 JaringanDistribusi Tipe Mesh
(Sumber : Kadir, 2000)
9
Gambar 2.5 Jaringan Distribusi Tipe Spindle
10
Penyambungan JTR menurut SPLN No. 74 tahun 1987 yaitu,
sambungan JTR adalah sambungan rumah (SR) penghantar di bawah tanah atau di
atas tanah termasuk peralatannya mulai titik penyambungan tiang JTR sampai alat
pembatasa dan pengukur (APP). Jenis kabel yang digunakan untuk jaringan SR
adalah NFA2X dengan ukuran 2x10 mm2, 2x16 mm2, dan 4 x 25 mm2.
Z = R + jX ................................................................................... (2.1)
maka :
dimana :
Z = Impedansi saluran (ohm)
R = Tahanan saluran (ohm)
X = Reaktansi (ohm)
2.2.6 Resistansi
Tiap konduktor memberi perlawanan atau tahanan terhadap mengalirnya
arus listrik dan hal ini dinamakan resistansi. Resistansi atau tahanan dari suatu
konduktor (kawat penghantar) diberikan oleh :
l
R=ρ ………………………………………………………… (2.3)
A
11
dimana :
R = Resistansi (ohm)
ρ = Tahanan jenis penghantar
l = Panjang kawat (m)
A = Luas penampang kawat (mm2)
2.2.7 Reaktansi
Sebuah konduktor yang dilalui arus listrik dikelilingi oleh garis – garis
magnetik yang berbentuk lingkaran – lingkaran konsentrik. Dalam hal ini arus
bolak – balik medan sekeliling konduktor tidaklah konstan melainkan berubah –
ubah dan saling mengait dengan konduktor itu sendiri maupun dengan konduktor
– konduktor lain yang terletak berdekatan. Oleh karena adanya kaitan – kaitan
fluks tersebut, saluran memiliki sifat induktansi.
Reaktansi penghantar untuk jaringan distribusi pada umumnya terdiri
dari induktansi, maka reaktansinya disebut induktif (XL) yang dapat dihitung
dengan rumus :
XL = 2 π f L .............................................................................. (2.4)
dimana :
XL = Reaktansi jaringan (ohm)
f = Frekwensi (HZ)
L = Induktansi (Henry)
12
buah sistem fasa tunggal, sehingga aliran daya pada sistem akan lebih stabil jika
dibandingakan dengan sistem fasa tunggal.
Sistem tiga fasa atau sistem fasa banyak lainnya, secara umum akan
memunculkan sistem yang lebih kompleks, akan tetapi secara prinsip tetap mudah
untuk dianalisis dan dilaksanakan.
Sistem tiga fasa dapat digambarkan dengan suatu sistem yang terdiri dari
tiga fasa tunggal, sebagai berikut :
Sistem tiga fasa mempunyai beda fasa antar tegangan sebesar 120°
Van = ǀVǀ ∠0°
Vbn = ǀVǀ ∠-120°
Vcn = ǀVǀ ∠-240°
Tegangan fasa antara satu dengan yang lainnya mempunyai ber bedaan
fasa sebesar 120°. Pada umumnya fasa dengan sudut fasa 0° disebut dengan fasa
R, fasa dengan besar sudut fasa 120° disebut fasa S, dan fasa dengan besar sudut
fasa 240° disebut fasa T.
Sedangkan bentuk gelombang dari sistem tiga fasa yang merupakan
fungsi waktu ditunjukan pada gambar berikut :
13
Gambar 2.7 Bentuk Gelombang pada Sistem Tiga Fasa
(Sumber : Sukmadi, 2009)
14
Gambar 2.8 Vektor Diagram Arus
(Sumber : Setiadji, 2006)
Gambar 2.9 Sistem hubung bintang (Y) dan sistem hubung delta (Δ)
(Sumber :Grainger dan Stevenson, 1994)
15
2.2.10.1 Beban Seimbang Terhubung Bintang (Y)
Pada transformator distribusi, pusat beban terhubung langsung dengan
transformator. Secara umum transformator distribusi terhubung bintang (Y). Arus
transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara bintang yaitu
IA, IB, dan IC yang masing – masing mempunyai perbedaan sudut fasa sebesar
120°. Sedangkan arus pada penghantar netral IN, sama dengan nol. Untuk bebean
seimbang seperti terlihat pada gambar 2.3 sebagai berikut :
IN = IA + IB + IC
VAB = VAN – VBN
VBC = VBN – VCN
VCA = VCN - VAN
Dari gambar 2.9 (a) dan 2.9 (b), diketahui untuk hubungan bintang berlaku :
VAB = √3 VAN atau
VP = √3 VL
IP = IL
Jadi daya untuk hubungan bintang :
= 3 VP IP
= 3 (VL / √3) IL
= √3 VL IL ............................................................................. .... (2.5)
16
2.2.10.2 Beban Seimbang Terhubung Delta (Δ)
Hubung delta (Δ) digunakan apabila jarak sumber dengan beban pendek.
Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara
delta yaitu, VAB, VBC, dan VCA, masing-masing berbeda fasa sebesar 120°.
Dari vektor diagram gambar 2.9 (b), diketahui bahwa arus IA(arus jala-jala) adalah
√3 IAB (arus fasa). Tegangan jala-jala dalam hubungan delta sama dengan
tegangan fasanya.
Jadi daya untuk hubungan bintang :
= 3 VP IP
= 3 VL (IL / √3)
= √3 VL IL .................................................................................... (2.6)
17
2.2.10.3 Beban Tidak Seimbang Terhubung Bintang (Y)
Beban hubung bintang dengan saluran netral merupakan yang paling
mudah analisisnya, karena sistem ini dapat dirinci menjadi beban tiap fasa yang
disuplai oleh tegangan antara fasanya dengan netral. Pada suplai tiga fasa, sistem
ini biasa disebut juga sistem empat kawat.
Pada sistem hubung bintang, masing-masing fasa akan mengalirkan arus
yang tidak seimbang menuju titik netral (pada sistem empat kawat). Sehingga arus
fasa merupakan penjumlahan secara vektor arus yang mengalir dari masing-
masing fasa. Pada sistem empat kawat akan berlaku :
IR = VRN / ZR
IS = VSN / ZS
IT = VTN / ZT
IN = IR + IS + IT
18
Gambar 2.13 Beban Tidak Seimbang Terhubung Delta
(Sumber : Aprilian, 2013)
19
rendah. Landasan tempat transformator umumnya diperhitungkan kekuatannya
untuk pemasangan transformator distribusi. Gardu bangunan dipergunakan untuk
daerah penyaluran dengan kepadatan yang tinggi. Oleh karena itu transformator
distribusi yang terpasang umumnya dengan daya yang besar.
Transformator distribusi 20 kV memiliki kapasitas 25, 50, 100, 160, 200,
250, 315, 400, 555, 630, 800, 1000, 1250, 1600, 2000, 2500 kVA (SPLN 50,
1997).
dimana :
S : daya transformator (kVA)
20
V : tegangan sisi primer transformator (kV)
I : arus jala-jala (A)
Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat
menggunakan rumus (Setiadji, 2006):
S
IFL = ……………………………………………….... (2.8)
√3.V
dimana :
IFL : arus beban penuh (A)
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi sekunder transformator (kV)
IR + IS + IT
Irata-rata = …………………………..……………… (2.9)
3
dimana :
Irata-rata : arus ketiga fasa (A)
IR : arus fasa R (A)
IS : arus fasa S (A)
IT : arus fasa T (A)
Irata−rata
= x 100% ………………………………………….. (2.10)
IFL
dimana :
Irata-rata : arus ketiga fasa (A)
IFL : arus beban penuh (A)
21
2.2.12 Penyaluran dan Rugi-rugi Daya
Misalnya daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan
penghantar netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan
seimbang, maka besarnya daya dapat dinyatakan sebagai berikut :
dimana :
P = daya pada ujung kirim (Watt)
V = tegangan pada ujung kirim (V)
I = arus pada ujung kirim (A)
cos φ = faktor daya
Daya yang sampai pada ujung terima, akan lebih kecil dari P karena
terjadinya rugi-rugi dalam saluran.
Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada
keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetap dengan keadaan
tak seimbang besarnya arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b, dan
c sebagai berikut :
[IR] = a [I]
[IS] = b [I]
[IT] = c [I]
22
Koefisien a, b, dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa
dalam keadaan seimbang (I) sama dengan besarnya arus rata-rata (Irata) dapat
dirumuskan sebagai berikut (Setiadji, 2006):
IR
IR = a . Irata-rata maka : a = ............……….…. (2.13)
Irata−rata
Is
IS = b. Irata-rata maka : b = ..............…………. (2.14)
Irata−rata
IT
IT = c. Irata-rata maka : c = .............................. (2.15)
Irata−rata
ΔP = I2 . R ……………...……………………………………... (2.17)
dimana:
ΔP = rugi – rugi daya pada jaringan (watt)
I = arus beban pada jaringan (A)
R = tahanan murni (Ω)
23
rugi daya pada jaringan tiga fasa dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
ΔP = 3. I2 . R ……………………………….……………………. (2.18)
24
ETAP PowerStation juga menyediakan fasilitas Library yang akan
mempermudah desain suatu sistem kelistrikan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam bekerja dengan ETAP PowerStation adalah:
1. One Line Diagram, menunjukkan hubungan antar komponen atau peralatan
listrik sehingga membentuk suatu sistem kelistrikan.
2. Library, informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam sistem
kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari peralatan yang detail atau
lengkap dapat mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi atau analisa.
3. Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC dan ANSI, frekuensi
sistem dan metode-metode yang dipakai.
4. Study Case, berisikan parameter-parameter yang berhubungan dengan metode
studi yang akan dilakukan dan format hasil analisa.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2 Data
3.2.1 Sumber Data
Data – data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari PT. PLN
(Persero) Area Bali Selatan, serta hasil pengukuran langsung ke lokasi tempat
melakukan penelitian yaitu pelanggan listrik yang bersumber dari Gardu
Distribusi DS 0587.
3.2.2 Jenis Data
Data yang dipakai dalam analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Merupakan data yang didapat dari pengukuran langsung pada konsumen
listrik yang bersumber dari Gardu Distribusi DS 0587, yaitu data beban tiap
pelanggan.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang didapat dari PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan yaitu,
data rekap pelanggan, spesifikasi teknis Gardu Distribusi DS 0587, nilai
impedansi penghantar JTR Distribusi DS 0857, dan diagram segaris jaringan
distribusi sekunder.
26
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Alat Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Digital Clam
Meter Merk Kyoritsu Model 2007A.
27
3.5 Alur Analisis
Alur analisis (flowchart) yang digunakan dalam penelitian ini seperti
gambar berikut :
MULAI
Pengambilan Data :
1. Data pembebanan masing-masing pelanggan PLN
2. Panjang, diameter, jenis, impedansi saluran JTR dan SR
Analisis Perhitungan :
1. Prosentase ketidakseimbangan beban
2. Rugi-rugi daya beban seimbang
3. Rugi-rugi daya beban tidak seimbang
Penarikan Kesimpulan :
1. Prosentase ketidakseimbangan beban
2. Rugi-rugi daya beban seimbang
3. Rugi-rugi daya beban tidak seimbang
SELESAI
28